Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH SUHU PADA HYDROCRACKING OLI BEKAS

MENGGUNAKAN KATALIS Cr/ZAA

Muhammad Hadiid Fadhlillah ,Tri Kurnia Dewi*, Meta Mediana, Nopektaria


Hidayati

Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknologi Kimia Industri


Politeknik Negeri Sriwijaya
E-mail : Mhadiid@gmail.com

Abstrak

Jumlah kendaraan di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini mengakibatkan oli bekas
menjadi semakin banyak, yang berpotensi mencemari lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan cara untuk
mengubah oli bekas menjadi sesuatu yang lebih berguna. Salah satunya adalah membuat bahan bakar cair
dari oli bekas. Di dalam oli bekas terdapat rantai karbon yang dapat diubah menjadi hidrokarbon rantai
pendek melalui proses hydrocracking menggunakan katalis Cr/ZAA. Proses hydrocracking dilakukan
dengan suhu sebagai variabel bebas yaitu 300oC, 350oC, 400oC, 450oC dan 500oC. Variabel tetap yang
digunakan adalah volume umpan 40 ml, berat katalis 1 gr, dan laju alir gas hidrogen 20 ml/det. Produk
hydrocracking yang dihasilkan diukur kecepatan pembentukan produk dan berat jenisnya, serta dianalisa
persen fraksi bensin, kerosin, dan solar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan produksi dan
persen fraksi bensin meningkat dengan semakin tingginya suhu, sedangkan persen fraksi kerosin dan
solar semakin rendah, dan nilai berat jenisnya tetap, tidak dipengaruhi oleh suhu.

Kata kunci : Oli bekas, bahan bakar cair, hydrocracking, katalis, Cr/ZAA.

Abstract

The number of vehicles is increasing by year. Hence the amount of used oil has increasingly
becomepotential to pollute the environment. Therefore, particular efforts are required to turn used oil into
more useful thing. One of them is to make liquid fuel from used oil. In used oil there are carbon chains
which can be turned into short chains of hydrocarbon trrough the process of hydrocracking using Cr/ZAA
catalyst. This process is performed with temperatures as independent variables, i.e. 300oC, 350oC, 400oC,
450oC and 500oC. Fixed variables used are 40 ml of feed volume, 1 gr of catalyst weight, and 20 ml/sec
the hydrogen gas velocity. On the resulted hydrocracking product, it is analyzed the effects of
temperatures on production speed, fraction percent and density. Hydrocracking product produced were
measured in product formation rate and density, and were analyzed in the fractions of gasoline, kerosene,
and diesel. The results showed that the rate of product formation and percent gasolin fraction increased in
accordance with the increasing temperatur, while kerosene and diesel fractions percent get lower, and the
valeu of its density constant, and are not effected by temperatute.

Keywords : used oil, liquid fuel, hydrocracking, catalyst, Cr/ZAA.

1. PENDAHULUAN kotoran yang lain (Fanani, 2013). Berdasarkan


penelitian yang dilakukan oleh Trisunaryanti
(2008), oli bekas dapat dimanfaatkan menjadi
Data dari Badan Pusat Statistik Indonesia
bahan bakar melalui proses hydrocracking. Oleh
menyebutkan bahwa dalam tiga tahun terakhir
karena itu pada penelitian ini dilakukan proses
jumlah kendaraan di Indonesia meningkat 27%.
hydrocracking menggunakan katalis Cr/ZAA
Peningkatan jumlah kendaraan mengakibatkan
untuk menghasilkan bahan bakar cair. Logam
jumlah oli bekas semakin banyak, yang
Cr dipilih karena berdasarkan penelitian yang
berpotensi mencemari lingkungan, karena dalam
dilakukan oleh Fanani (2010) bahwa Cr
minyak pelumas bekas terkandung kotoran-
memiliki peranan yang lebih dominan
kotoran logam, aditif, sisa bahan bakar dan
dibandingkan Mo dan Ni untuk mengcracking
Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 64
tir batu bara dan sludge. Pada tahun 2009 dalam reaktor pemanas, kemudian katalis
Fanani dkk telah membandingkan kemampuan Cr/ZAA sebanyak 1 gr dimasukkan kedalam
pengemban katalis, yaitu dengan reaktor (desain alat lihat pada gambar 1) yang
mengembankan logam pada zeolit, lempung telah berisi glasswool sebanyak 2 gr.
terpilar Al2O3, dan karbon aktif, dan ternyata Selanjutnya gas hidrogen dialirkan sebagai gas
logam yang diembankan pada zeolit memiliki pendorong reaktan (oli bekas) dengan laju alir
karakter katalis yang lebih baik. 20 mL.det-1 dan dihidrogenasi hingga
Hydrocracking merupakan gabungan temperatur 500oC.
antara proses perengkahan (cracking) dan Uap dari reaktan yang terhidrogenasi
hidrogenasi. Perengkahan (cracking) adalah dialirkan ke dalam reaktor furnace yang telah
penguraian atau pemecahan molekul-molekul berisi katalis dan glaswool kemudian uap turun
senyawa hidrokarbon yang besar menjadi ke kondenser dan terkondensasi menjadi cair.
molekul-molekul senyawa yang lebih kecil. Produk cair yang keluar dari reaktor furnace
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak ditampung dalam erlenmeyer. Hydrocracking
dengan cara menambahkan hidrogen murni. dinyatakan selesai jika tidak ada lagi produk
Proses hydrocracking ini melibatkan tekanan cair yang keluar dari reaktor furnace. Produk
dan temperatur yang tinggi, katalis, dan yang dihasilkan diukur volume dan berat
hidrogen. Jenis-jenis katalis yang pernah jenisnya, serta dianalisa persen fraksi bensin,
digunakan oleh para peneliti sebelumnya pada kerosin, dan solar, menggunakan alat Gas
proses hydrocracking adalah Mordenite Chromatography (GC).
(Wijaya, 2013), ZnO dan Nb2O5 (Trisunaryanti,
2008), Ni-Mo-S/ZAA (Fanani, 2010).
Pelaksanaan hydrocracking tergantung
pada alat, bahan dan cara pemanasan.
Hydrocracking dengan reaktor batch sering
digunakan untuk mengolah bahan dalam jumlah
kecil. Prosesnya, umpan dan katalisator
bersama-sama dipanaskan dalam reaktor dan
uap yang dihasilkan diembunkan dengan alat
pendingin. Pengolahan bahan dalam jumlah
yang cukup besar biasanya dengan
hydrocracking sistem flow. Umpan dan katalis
ditempatkan secara terpisah pada reaktor
kemudian bersama–sama dipanaskan serta gas
dialirkan dengan kecepatan tertentu sebagai
pembawa umpan. Gas yang sering digunakan
dalam proses hydrocracking ini adalah hidrogen
dan nitrogen (Siswodiharjo, 2006).

2. METODOLOGI PENELITIAN

Variabel Percobaan Gambar 1. Skema Alat Hydrocracking Oli


- Variabel Tetap Bekas
Variabel tetap dari penelitian ini adalah
jumlah umpan oli bekas 40 ml, berat Keterangan :
katalis Cr/ZAA 1 gr dan laju alir gas a. Gas H2
hidrogen adalah 20 ml/det. b. Reaktor pemanas bahan
baku
- Variabel Bebas c. Regulator voltase
Variabel bebas yang digunakan adalah d. Thermkopel
suhu hydrocracking, yaitu 300oC, 350oC, e. Katalis
400oC, 450oC, dan 500oC. f. Glass wool
g. Reaktor furnace
Proses Hydrocracking Oli Bekas h. Kondensor
Reaksi katalitik perengkahan/ i. Produk hydrocracking
hydrocracking pada fase gas dilakukan dengan
memasukkan oli bekas sebanyak 40 ml ke

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 65


Prosedur Analisa M2 = Berat pinometer+sampel – Berat
Minyak atau bahan bakar cair yang piknometer kosong (gr)
dihasilkan dari proses hydrocracking dianalisa M3 = Volume piknometer (ml)
persen fraksi bensin, kerosin dan solar
menggunakan alat Gas Chromatography (GC),
serta diukur volumenya menggunakan gelas 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
ukur dan berat jenisnya menggunakan
piknometer. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan
Pembentukan Produk Hydrocracking
Analisa Persen Fraksi Produk Hydrocracking Pengaruh suhu terhadap kecepatan
Persen fraksi produk hydrocracking yang terdiri pembentukan produk hydrocracking
bensin, kerosin dan solar diperoleh dengan diperlihatkan pada gambar 2 di bawah ini.
menganalisa produk menggunakan alat Gas 14
Chromatography (GC). Penentuan persen
fraksi bensin, kerosin, dan solar didasarkan pada 12 11,7 ml
retention time dari bensin, kerosin dan solar
standar. Bensin standar retention timenya ≤ 18, 10

Volume (ml/jam)
kerosin standar ≥ 18 - ≤ 22,85 dan solar
standar ≥22,85. Dengan batasan interval retensi 8
time masing-masing fraksi, maka persen fraksi
6
bensin, kerosin dan solar dalam produk
hydrocracking dapat dihitung berdasarkan % 4 ml
4
luas area dari analisa GC. Persamaan yang
digunakan adalah : 2 0,62 ml 0,55 ml 0,55 ml

- Fraksi bensin (%) = 0


250 300 350 400 450 500
Suhu (oC)

- Fraksi kerosin (%) =


Gambar 2. Pengaruh Suhu terhadap
Kecepatan Pembentukan Produk
Hydrocracking (Volume umpan 40 ml, berat
- Fraksi solar (%) =
katalis 1 gr, laju Alir gas hidrogen 20 ml/det)

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa


Analisa Berat Jenis Menggunakan semakin tinggi suhu operasi maka kecepatan
Piknometer produksi meningkat. Suhu yang tinggi
Pengukuran berat jenis produk menyebabkan semakin banyak oli yang
hydrocracking dilakukan dengan tahapan- menguap setelah melewati titik didih.
tahapan berikut: Banyaknya uap yang terbentuk menyebabkan
- Piknometer kosong yang sudah dicuci peningkatan frekuensi tumbukan antara reaktan
dipanaskan di dalam oven pada suhu dan katalis. Peningkatan frekuensi tumbukan
105oC selama 30 menit. reaktan dengan katalis akan meningkatkan
- Piknometer yang sudah dikeringkan proses adsorbsi pada permukaan katalis,
didinginkan di dalam desikator. sehingga kecepatan produksi semakin
- Piknometer kosong ditimbang dan meningkat dengan naiknya suhu. Hasil ini
dicatat beratnya (M1) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
- Piknometer yang sudah diisi sampel Siswodiharjo (2006) yang menyatakan
ditimbang dan dicatat beratnya (M2) kecepatan reaksi meningkat dengan
- Nilai berat jenis dihitung dengan meningkatnya suhu, sehingga produk yang
menggunakan persamaan : dihasilkan juga semakin besar.

Pengaruh Suhu terhadap Persen Fraksi


Berat jenis (gr/ml) = Bensin Produk Hydrocracking
Hasil persen fraksi bensin diperlihatkan
Keterangan : pada gambar 3 berikut.
M1 = Berat piknometer kosong (gr)

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 66


terpotong menjadi semakin pendek, sehingga
70.00
fraksi kerosin yang memiliki rantai karbon yang
60.00 lebih panjang dibandingkan bensin menjadi
61 berkurang.
50.00 Hasil persen fraksi solar diperlihatkan pada
Fraksi Bensin (%)

54.46
gambar 5 berikut.
40.00 45.20 44.11 44.35
30.00 50.00
44.86
20.00 45.00
45.73
40.00
10.00 40.01 34.14
35.00

Fraksi Solar (%)


0.00 30.00
250 300 350 400 450
25.00 28.00
Suhu (oC)
20.00
15.00
Gambar 3. Pengaruh Suhu terhadap Persen 10.00
Fraksi Bensin (Volume Umpan 40 ml, berat
5.00
katalis 1gr, laju Alir gas hidrogen 20 ml/det)
0.00
250 300 350 400 450 500
Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin
tinggi suhu maka persen fraksi bensin semakin Suhu (0C)
bertambah. Peningkatan suhu mengakibatkan
pemotongan atom C pada bahan baku terjadi
lebih banyak, sehingga persen fraksi bensin Gambar 5. Pengaruh Suhu terhadap Persen
yang memiliki atom C terpendek jumlahnya Fraksi Solar (Volume Umpan 40 ml, berat
meningkat. katalis 1gr, laju Alir gas hidrogen 20 ml/det)
Hasil persen fraksi kerosin
diperlihatkan pada gambar 4 berikut. Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa
kenaikan suhu dari 3000C ke 3500C
mengakibatkan persen fraksi solar meningkat.
70.00
Kenaikan suhu dari 3500C sampai 5000C
60.00
menyebabkan persen fraksi solar menurun.
Proses hydrocracking merupakan pemotongan
50.00 rantai karbon yang panjang menjadi lebih
Fraksi Kerosin (%)

pendek hanya dapat berlangsung dengan baik


40.00 pada suhu tinggi. Semakin tinggi suhu maka
fraksi solar yang memiliki rantai karbon
30.00 terpanjang semakin rendah. Akan tetapi dari
grafik di atas terdapat persen fraksi yang
20.00 14.79 meningkat dengan kenaikan suhu, hal ini karena
10.16 10.79 11.41 10.7 pada suhu yang paling rendah masih terjadi
10.00 tahap inisiasi sehingga produk yang dihasilkan
cenderung sedikit.
0.00
250 300 350 400 450 500
Suhu (oC) Pengaruh Suhu terhadap Berat Jenis Produk
Hydrocracking
Gambar 4. Pengaruh Suhu terhadap Persen Pengaruh suhu terhadap berat jenis produk
Fraksi Kerosin (Volume Umpan 40 ml, berat hydrocracking oli bekas diperlihatkan pada
katalis 1gr, laju Alir gas hidrogen 20 ml/det) gambar 6.

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa persen


fraksi kerosin tertinggi pada suhu 3000C sebesar
14,79%. Kenaikan suhu operasi mengakibatkan
persen fraksi kerosin menurun. Suhu yang tinggi
mengakibatkan rantai karbon pada bahan baku

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 67


1.0000
Anonim. 2012. “Jumlah Kendaraan Menurut
Jenis”. Badan Pusat Statistik.
www.bps.go.id/tab-
0.9000
sub/view.php?tabel=1&id_subyek=17&n
otab=12. Diakses 18 November 2013.
Anonim. 2013. “Minyak Bumi”.
Berat Jenis (ml/gr)

0.8000 Sherchemistry.wordpress.com./kimia-x-
2-/minyak-bumi/. Diakses Sepetember
2013.
0.7000 Fadarina; Yerizam dan Selastia, Y. 2011.
“Teknologi Minyak Bumi”. Politeknik
Negeri Sriwijaya. Palembang.
0.6000 Fanani, Z. 2010. “Hydrocracking Tir Batu Bara
Menggunakan Katalis Ni-Mo-S/ZAA
untuk Menghasilkan Fraksi Bensin dan
0.5000 Fraksi Kerosin”. Edisi Khusus Juni 2010
250 300 350 400 450 (C) 10:06-08.
Suhu (0C) Fanani, Z; Addy, R. dan Iwan, W. 2013.
“Regenerasi Katalis Ni-Zeolit Alam
Gambar 6. Pengaruh Suhu terhadap Berat Aktif untuk Hydrocracking Minyak
Jenis Produk Hydrocracking (Volume Jarak Pagar” Jurnal Penelitian Sains.
Umpan 40 ml, berat katalis 1gr, laju Alir gas Universitas Sriwijaya. Palembang.
hidrogen 20 ml/det) Lufina, I; Bambang, S. dan Rini, Y. 2013.
“Studi Pemanfaatan Minyak Karet
Titik-titik pada gambar 6 menunjukkan (Hevea Brasiliensis) sebagai Bahan
data pengukuran berat jenis sebanyak dua Bakar pada Kompor Rumah
sampel pada masing-masing kondisi (sistem Tangga”.Jurnal Keteknikan Pertanian
duplo) dan data berat jenis yang dihitung secara Tropis dan Biosistem Vol. 1, No. 1
teoritis. Nilai berat jenis, baik dari hasil kedua Februari 2013, 60-68.
pengukuran maupun yang dihitung secara Manik, R. 2013. “Sekilas Mengenai Bensin
teoritis cenderung tetap dengan adanya kenaikan Premium”.
suhu. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa http://ridomanik.blogspot.com/2013/07/s
berat jenis yang diperoleh dari pengukuran dan ekilas-mengenai-bensin-premium.html.
berat jenis teoritis mempunyai nilai yang cukup Diakses 29 Oktober 2013.
dekat, hal ini menunjukkan bahwa persen fraksi Olivin, M. 2010. “SNI Tata Cara Pemanfaatan
produk yang dianalisa menggunakan alat GC Oli Bekas untuk Campuran ANFO”.
adalah benar. http://www.scribd.com/doc/123688943/S
NI-Tata-cara-pemanfaatan-oli-bekas-
4. KESIMPULAN untuk-campuran-ANFO. Diakses 29
November 2013.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat Ridzky, M. 2012. “Logam Transisi”.
disimpulkan bahwa : Muhammadridzky.wordpress.com/2012/
1) Kecepatan pembentukan produk 03/02/logam-transisi/. Diakses 26
hydrocracking meningkat dengan semakin November 2013.
tingginya suhu. Siswodiharjo. 2006. “Reaksi Hidrorengkah
2) Semakin tinggi suhu maka persen fraksi Katalis Ni/Zeolit, Mo/Zeolit,
bensin semakin besar, sedangkan persen Nimo/Zeolit Terhadap Parafin”.
fraksi kerosin dan solar semakin kecil. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
3) Suhu tidak berpengaruh terhadap berat Trisunaryanti, W; Suryo, P. dan Arista, P. 2008.
jenis produk hydrocracking. “Hidrorengkah Katalitik Oli Bekas
Menjadi Fraksi Bahan Bakar Cair
Menggunakan ZnO, Nb2O5, Zeolit Alam
DAFTAR PUSTAKA Aktif dan Modifikasinya”Indonesian
Journal of Chemial Sciene., 2008 (3),
Anonim. 2011. “Informasi Keinstrumenan 342 - 347.
GC”.http://indonesiakimia.blogspot.com/ Vilsofvy, S. 2013. “Pelumas Mineral, Sintetis
2011/05/gas-chromatography-gc.html. dan Semi Sintetis”.
Diakses Oktober 2013. http://www.scribd.com/doc/74568197/JE

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 68


NIS-PELUMAS. Diakses 25 September
2013.
Wijaya, A. dan Dhimas, W. 2013. “Pemanfaatan
Oli Bekas Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Bahan Bakar Cair (BBC)
dengan Metode Catalytic Cracking
Menggunakan Katalis Mordenite”.
Universitas Diponegoro. Semarang.

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 69

Anda mungkin juga menyukai