TUGAS KHUSUS
NaOH = 75%
Na2S = 25%
Digeste
Kayu:
r Selulosa (C6H10O5-CH3)
Hemiselulosa (C6H12O6)
Lignin
Selulosa (C6H10O5-CH3) NaOH C6H10O5Na
= 45,00% Na2S H 2O
Hemiselulosa (C6H12O6) Lignin Tiol (Mercaptan)
= 30,00% Ekstraktif CH3OH
Lignin = 20,00%
Ekstraktif = 5% LP Steam
H2O
79
2019 untuk bahan baku Acacia Mangium, serta pada tanggal 19, 20 dan 21 Juli
2019 untuk bahan baku Eucalyptus Pellita.
79
1
Na2CO
3 22,1 23 21,8 20,3 20,4 19,9
Na2SO
4 0,87 0,85 0,84 0,87 0,86 0,85
As chemical:
5.3 Pembahasan
Kayu jenis Acacia Mangium dan Eucalyptus Pellita adalah 2 jenis bahan
baku yang digunakan pada produksi pulp di PT Tanjungenim Listari Pulp and
Paper. Penggunaan dua baku ini disebabkan karena Acacia Mangium banyak
mengalami kematian akibat jamur akar (root rot disease) di daerah tropika,
sehingga Eucalyptus Pellita diprioritaskan untuk menyeimbangi ketersediaan
Acacia Mangium yang sudah mulai menipis. Kayu jenis Eucalyptus Pellita
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, tumbuh dengan cepat, berbatang
tunggal dan lurus serta tahan terhadap hama dan penyakit. Penggunaan kedua
jenis bahan baku ini tidak mempengaruhi target produksi PT Tanjungenim Lestari
Pulp and Paper, hanya saja terjadi perbedaan kebutuhan white liquor.
6
White liquor adalah cairan yang digunakan pada proses pemasakan di unit
cooking. Cairan ini mengandung senyawa kimia NaOH, Na 2S yang membantu
dalam proses pemisahan kandungan lignin dan ekstaktif pada chip. Black liquor
adalah cairan sisa pemasakan pada unit cooking yang dapat diolah kembali
menjadi white liqour. Sedangkan, black liquor solid adalah padatan organic
maupun inorganic yang terkandung di dalam black liquor.
5.3.1 Kebutuhan White Liquor untuk Acacia Mangium dan Eucalyptus Pellita
Semakin optimal penggunaan white liquor menunjukkan bahwa semakin
efektif penetrasi white liquor terhadap chip. Dibawah ini terdapat grafik
kebutuhhan white liquor pada unit cooking dengan menggunakan 2 jenis bahan
baku yaitu kayu jenis Acacia Mangium dan Eucalyptus Pellita.
Grafik diatas (Gambar 5.2) menunjukkan total white liquor yang digunakan
pada proses pemasakan di dalam Digester selama 6 hari. Total white liquor yang
digunakan dengan bahan baku Acacia Mangium pada tanggal 15, 17 dan 18 Juli
2019 secara berurutan adalah sebanyak 3.397 m3/d, 3.955 m3/d dan 4.745 m3/d.
Sedangkan, penggunaan white liquor dengan menggunakan bahan baku
Eucalyptus Pellita pada tanggal 19, 20 dan 21 Juli 2019 secara berurutan adalah
sebanyak 5.038 m3/d, 5.241 m3/d dan 5.276 m3/d. Berdasarkan data pengamatan,
7
kapasitas produksi di cooking tidak sama setiap harinya, sehingga grafik tersebut
tidak dapat menunjukkan perbedaan kebutuhan white liquor secara objektif.
di unit cooking karena dapat berpengaruh satu sama lain, misalnya ukuran chip,
jumlah alkali aktif dan juga pemakaian white liquor.
Alkali aktif merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kappa
number. Pada bahan baku Acacia Mangium rata-rata alkali aktif yaitu 101,1 gr/L
sedangkan pada bahan baku Eucalyptus Pellita rata-rata alkali aktif yaitu 103,4
gr/L. Sehingga dapat diketahui bahwa semakin kecil kadar alkali aktif maka
semakin tinggi kappa number setelah melalui proses pemasakan. Kadar alkali
aktif sebenarnya juga dapat mempengaruhi kualitas white liquor, semakin rendah
kadar alkali aktif maka white liquor yang dibutuhkan dalam proses cooking
semakin banyak. Namun, berdasarkan data pengamatan kayu Eucalyptus Pellita
justru membutuhkan white liquor yang lebih banyak. Hal tersebut dikarenakan
kualitas chip yang digunakan. Kualitas chip adalah faktor yang sangat penting
dalam proses pembuatan pulp, karena dapat mempengaruhi penggunaan white
liquor dalam proses pemasakan. Kualitas chip yang perlu diperhatikan adalah
accept, chip bulk density dan chip moisture.
Accept adalah komponen kayu yang diinginkan pada produksi pulp, semakin
banyak accept maka akan semakin efektif pemakaian white liquor. Hal tersebut
dikarenakan white liquor tidak banyak bereaksi dengan komponen kayu yang
tidak diinginkan seperti bark, over size dan under size. Chip bulk density
merupakan parameter yang penting pada saat pengisian umpan di Digester. Hal
ini menentukan jumlah chip yang masuk, bulk density dipengaruhi oleh densitas
kayu dan ketebalan chip. Berdasarkan tabel data kualitas chip, nilai rata-rata bulk
density pada Acacia Mangium yaitu sebesar 164,4 OD kg/m3, sedangkan pada
Eucalyptus Pellita yaitu sebesar 178,1 OD kg/m3. Sehingga dapat diketahui bahwa
semakin kecil nilai bulk density maka white liquor yang digunakan semakin
sedikit. Hal tersebut menunjukkan bahwa penetrasi white liquor akan lebih
optimal pada chip yang memiliki nilai densitas dan ketebalan yang lebih rendah.
Chip moisture (kelembaban chip) memiliki pengaruh terhadap pemakaian
white liquor pada unit cooking. Moisture level sebaiknya dijaga pada range 40%-
50%. Moisture Level rata-rata pada bahan baku Acacia Mangium adalah sebesar
47,3 % sedangkan Eucalyptus Pellita lebih kecil yaitu 43,06 %. Sehingga
diketahui moisture level pada Acacia Mangium besar daripada Eucalyptus Pellita
9
tetapi masih pada batas standar. Jika kelembaban chip terlalu rendah, maka dapat
mempersulit dalam menghasilkan pulp dan penggunaan white liquor juga akan
semakin banyak. Tetapi, jika kelembaban chip terlalu tinggi white liquor tidak
mampu melakukan penetrasi terhadap chip dengan optimal. Jadi, chip moisture
adalah parameter yang harus selalu terjaga dalam kondisi standar. Selain itu,
variabel-variabel seperti cooking yield dan alkali aktif harus diperhatikan.
Kelebihan alkali dapat menyebabkan kenaikan angka delignifikasi dan
mengurangi yield. Cooking yield pada bahan baku Acacia Mangium lebih besar
daripada Eucalyptus Pellita. Cooking yield berpengaruh pada penggunaan white
liquor, karena semakin besar cooking yield maka penggunaan white liquor
semakin kecil.
Berdasarkan grafik diatas total black liquor solid yang keluar dari unit
cooking dengan bahan baku Acacia Mangium pada tanggal 15, 17 dan 18 Juli
2019 secara berurutan adalah sebanyak 1.495 t/d, 1.712 t/d dan 2.026 t/d.
Sedangkan, black liquor solid yang keluar dari unit cooking dengan menggunakan
bahan baku Eucalyptus Pellita pada tanggal 19, 20 dan 21 Juli 2019 secara
berurutan adalah sebanyak 2.329 t/d, 2.448 t/d dan 2.450 t/d. Sehingga dapat
diketahui bahwa black liquor solid yang keluar dari unit cooking lebih banyak
pada bahan baku Eucalyptus Pellita dibandingkan Acacia Mangium. Hal ini
dikarenakan semakin banyak white liquor yang digunakan maka black liquor
solid yang keluar dari unit cooking semakin banyak pula. Jadi, white liquor yang
digunakan dan black liquor solid yang dihasilkan berbanding lurus seperti yang
ditunjukkan pada grafik dibawah ini.
Gambar 5.5 Hubungan antara Kebutuhan White Liquor dengan Black Liquor
Solid
Grafik ini memerlihatkan bahwa peningkatan kebutuhan white liquor linier
dengan peningkatan total black liquor solid dari unit cooking. Hal tersebut
dikarenakan senyawa organik kayu yang mengandung lignin dan ekstraktif
berhasil didegradasi oleh NaOH dan Na2S yang kemudian terakumulasi menjadi
black liquor solid.
11
5.4 Kesimpulan
Acacia Mangium dan Eucalyptus Pellita adalah 2 jenis kayu yang
digunakan sebagai bahan baku produksi pulp di PT Tanjungenim Lestari Pulp
and Paper. Jika dilihat dari hasil produksi pulp, penggunaan 2 jenis bahan baku
ini mencapai target produksi, hanya saja terjadi perbedaan kebutuhan cairan
pemasak yang dalam hal ini menggunakan white liquor.
5.4.1. Kebutuhan White Liquor untuk Acacia Mangium dan Eucalyptus Pellita
a. Kayu jenis Eucalyptus Pellita lebih banyak membutuhkan white liquor
jika dibandingkan dengan kayu jenis Acacia Mangium.
b. Kebutuhan white liquor dipengaruhi oleh kualitas chip yang digunakan,
seperti accept, chip bulk density dan chip moisture. Selain itu juga bisa
dipengaruhi oleh cooking yield.
c. Kebutuhan white liquor pada Eucalyptus Pellita 12 % lebih besar daripada
Acacia Mangium dalam proses cooking di PT Tanjungenim Lestari Pulp
and Paper.
5.5 Saran
Chip adalah hasil dari proses pencacahan log yang digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pulp di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. Semakin
baik kualitas log maka semakin baik pula kualitas chip yang didapatkan. Sebagai
bahan baku, kualitas chip adalah parameter yang harus dijaga karena dapat
berpengaruh terhadap kebutuhan white liquor pada unit cooking. Berdasarkan
pengamatan selama melakukan kerja praktik di PT Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper, terlihat adanya penumpukan log-log yang lama dalam kondisi udara
terbuka dan cuaca yang berubah-ubah, hal tersebut tentunya akan mempengaruhi
12
kualitas log. Oleh karena itu, kepada peserta magang selanjutnya akan lebih baik
jika melakukan analisis kelayakan log sebelum memasuki tahap pencacahan.