A. Tim perencanaan
Susunan tim teknis perencanaan obat dan perbekalan kesehatan terpadu di
kabupaten/kota dibentuk melalui surat keputusan bupati/walikota.
Ketua : Kepala bidang yang membawahi program kefarmasian di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sekretaris : Kepala unit pengelola obat kabupaten atau kepla seksi Farmasi
yang menangani kefarmasian Dinas Kesehatan.
Anggota : Terdir dari unsur-unsur terkait:
- Unsur Sekretaris Daerah Kabupaten Kota atau Badan perencanaan dan
pembangunan daerah
- Unsur program yang terkait di Dinas kabupaten kota seperti : Subagg
program, Program ATM (AIDS,TB,MALARIA), Kepala Puskesmas, Bidang
pencegahan dan pengendalian penyakit menular (P2M), bidang pelayanan
kesehatan, Instalasi Farmasi Kesehatan
Kelompok B:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
Kelompok C:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.
2) Analisa VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
terbatas dengan mengelompokkan obat berdasarkan manfaat tiap jenis obat
terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut:
Kelompok V:
Adalah kelompok obat-obatan yang sangat esensial (vital), yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain:
a) Obat penyelamat (life saving drugs)
b) Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (obat anti diabet, vaksin dan lain-lain)
c) Obat untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
Kelompok E:
Adalah kelompok obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada
sumber penyebab penyakit.
Kelompok N:
Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa
dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan
ringan.
Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu kriteria penentuan
VEN yang sebaiknya disusun oleh suatu tim.
2. Pengadaan
Pengadaan obat dan perbekalan dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan dan
pemerataan obat yg aman, bermutu dan berkhasiat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan, perlu dilaksanakan pengadaan obat secara transparan, efektif, efisien serta
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam hal obat yg dibutuhkan, proses pengadaan mengacu pada Perpres No. 54 Thn
2010 ttg Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Perpres No. 70 Tahun 2012 atau pengadaan secara manual.
3. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
Tujuan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan adalah untuk :
1. Memelihara mutu obat
2. Menhindari penyalahgunaan dan penggunaan yang salah
3. Menjaga kelangsungan persediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Kegiatan Penyimpanan
a. Penyusunan Stok Obat
Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis untuk memudahkan
pengendalian stok maka dilakukan prinsip penyimpanan yaitu;
1. Gunakan Prinsi First Expired date dan First Out (FIFO) dan First In First Out (FIFO)
dalam penyusunan untuk prinsip First Expired date dan First Out (FIFO) yaitu
obat yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus
digunakan lebih awal. Untuk First In First Out (FIFO) yaitu Expired date sama
tetapi jadwal masuk berbeda.
2. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropik
3. Simpan obat yang stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh temperatur,udara, cahaya
dan kontaminasi bateri pada tempat yang sesuai.
4. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi
5. Pabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam box
masing-masing.
b. Kondisi penyimpanan Khusus
1. Penyimpanan Vaksin
a. Penyimpanan lemari es
- Jarak minimal antara lemari es dengan dinding belakang adalah ± 10-15
cm atau sampai pintu lemari es dapat dibuka.
- Jarak minimal anatar lemari es dengan lemari es lainnya adalah ±15 cm.
- Lemari es tidak terkena sinar matahari langsung
- Ruangan mempunyai sirkulasi udara yang cukup (dapat menggunakan
exhaust fan).
- Setiap 1 unit lemari es/freezer menggunkan hanya 1 stop kontak listrik.
b. Penyimpanan vaksin di lemari es ILR (Ice Lining Refrigerator)
- Suhu dalam antara + 2° s.d 8°C
- Bagian bawah lemari es tidak untuk menyimpan vaksin
- Bagian bawah lemari es diletakkan Cool pack sebagai penahan dingin
dan kestabilan suhu
- Peletakkan dus vaksin mempunyai jarak anatar minimal 1-2 cm atau satu
jari tangan
- Vaksin HS (BCG, Campak) diletakkan pada dekat atau menempel pada
dinding lemari es.
- Vaksin FS (TT,DT,Hept B, DPT-HB, DPT-HB-Hib, Td,IPV) jangan menempel
dinding lemari es.
c. Alat pemantau suhu
- Setiap lemari es dipantau dengan 1 buah alat pengukur suhu seperti
thermometer dial atau digital thermometer yang terpasang diluar lemari
es
- Sebuah Frideg Tag atau Freeze tag atau log tag
- Sebuah buku grafik pencatatan suhu
- Bila suhu sudah stabil thermostat jangan dirubah-ubah
- Beri selotip pada thermostat
2. Penyimpanan narkotika
Tempat penyimpanan narkotika, psikotropik dan prekurso farmasi di fasilitas
poduksi, fasilitas distribusi dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu
menjaga keamanan, khasit dan mutu narkotika, psikotropik dan prekursor
farmasi. Berikut tempat penyimpanan Narkotik.
- Tempat penyimpanan narkotika, psikotropik dan prekursor farmasi dapat
berupa gudang, ruangan atau lemari khusus.
- Tempat penyimpanan narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan
barang selain narkotika
- Tempat penyimpanan psikotropik dilarang diguankan untuk menyimpan
barang selain psikotropik
- Tempat penyimpanan prekursor farmasi dalam bentuk bahan baku
dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain prekursor farmasi
dalam bentuk bahan baku.
3. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol, Eter dan pestisida harus disimpan
dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan dibangunan khusus terpisah dari
gudang induk
4. Tindak Lanjut terhadap obat yang terbukti rusak/kadarluarsa adalah:
- Dikumpulkan, inventarisasi dan disimpan terpisah dengan penandaan dan
label khusus
- Dikembalikan/diklaim sesuai aturan yang berlaku
- Dihapuskan sesuai aturan yang berlaku serta dibuat berita acaranya
4. Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat, terjamin keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan. Distribusi obat dilakukan
agar persediaan jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan
menumpuknya persediaan serta mempertahankan tingkat persediaan obat.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah
dan waktu yang tepat.
A. Kegiatan distribusi
Kegiatan Distribusi Khusus Kegiatan distribusi khusus di Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota dilakukan sebagai berikut:
a. Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota dan pengelola program Kabupaten/ Kota,
bekerjasama untuk mendistribusikan masing-masing obat program yang diterima
dari propinsi, kabupaten/ kota.
b. Distribusi obat program ke Puskesmas dilakukan oleh IFK atas permintaan
penanggung jawab program, misalnya pelaksanaan program penanggulangan
penyakit tertentu seperti Malaria, Frambusia dan penyakit kelamin, bilamana
obatnya diminta langsung oleh petugas program kepada IFK Kabupaten/ Kota tanpa
melalui Puskesmas, maka petugas yang bersangkutan harus membuat permintaan
dan laporan pemakaian obat yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
c. Obat program yang diberikan langsung oleh petugas program kepada penderita di
lokasi sasaran, diperoleh/diminta dari Puskesmas yang membawahi lokasi sasaran.
Setelah selesai pelaksanaan pemberian obat, bilamana ada sisa obat harus
dikembalikan ke Puskesmas yang bersangkutan. Khusus untuk program diare
diusahakan ada sejumlah persediaan obat di Posyandu yang penyediaannya diatur
oleh Puskesmas.
d. Untuk KLB dan bencana alam, distribusi dapat dilakukan melalui permintaan
maupun tanpa permintaan oleh Puskesmas. Apabila diperlukan, Puskesmas yang
wilayah kerjanya terkena KLB/bencana dapat meminta bantuan obat kepada
Puskesmas terdekat.
Lampiran
4. Penerimaan
Penerimaan obat dan perbekes adalah suatu kegiatan dalam menerima obat dan
perbekes dari Instalasi Farmasi Kabupaten atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat, dan mutu.
Untuk pustu sendiri penerimaan obat dari puskesmas ke pustu diwajibkan melakukan
pemeriksaan administrasi dan mutu obat yang meliputi :
1. Nama dan jenis obat
2. Jumlah obat
3. Kemasan
4. Kondisi fisik obat
5. Kadarluarsa
6. Kesesuaian dengan dokumen
7. No bets pada kemasan
Untuk menunjang operasional pustu, maka periode penerimaan obat harus
ditetapkan. Dengan adanya periode penerimaan ini diharapkan akan dapat menjamin :
1. Ketersediaan obat
2. Kepastian pustu untuk melayani pasien
3. Perencanaan kebutuhan lebih terarah
5. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan perbekes merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap obat
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. bentuk dan jenis sediaan;
2. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan Farmasi, seperti suhu
penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
3. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
4. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
5. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Pada dasarnya kebijkan penyimpanan obat dipustu sama dengan di puskesmas. Obat
harus disimpan ditempat yang aman, disusun berdasarkan jenisnya yang tersusun secara
alfabetis. Penyimpanan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO. Petugas yang mempunyai
wewenang yang boleh mengakses ruang penyimpanan obat.
Penyimpanan obat :
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan obat, antara lain :
Kelembaban Udara lembab dapat menimbulkan kerusakan pada tablet salut gul,
kapsul, oralit
Sinar matahari Sinar matahari langsung dapat merusak injeksi, sirup
Suhu Suhu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kerusakan : salep,
suppositoria
Kerusakan Fisik Wadah obat yang rusak atau terbuka dapat menyebabkan kerusakan
fisik obat dan akan mudah tercemar oleh mikroba
Pengotoran Ruang yang kotor dapat menyebabkan adanya serangga dan tikus
6. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan obat dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
8. Pengendalian
Pengendalian obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit
pelayanan kesehatan dasar
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan;
2. Pengendalian penggunaan; dan
3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa
9. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan
dalam pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau
unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah
dilakukan;
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
3. Sumber data untuk pembuatan laporan
Lampiran
a. Format Laporan Harian
Lampiran
b. Format Laporan Harian