OLEH:
KATA PENGANTAR
Pertama marilah kita ucapkan puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, hingga pada akhirnya kita dapat menyelesaikan tugas
ini di waktu yang tepat.
Tugas ini kami buat berdasarkan kewajiaban untuk mennyelesaikan tugas matakuliah Manajemen
Oprasional serta sebagai kebutuhan kami sebagai mahasiswa guna dapat lebih memahami tentang
manajemen oprasional.
Tak lupa kami ucapkan beribu terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini karena kekurangan kami dalam
memahami setiap referensi yang ada. Mengingat keterbatasan itu, maka kami mengharapkan kritik
dan saran dari Dosen pengampu mata kuliah ini khusunya, serta dari rekan-rekan pembaca pada
umumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Amin.
Bab I
Pendahuluan
Pada dunia perindustrian, perancangan dan pengawasan produksi sangat dibutuhkan baik untuk
perusahaan yang menghasilkan produk maupun jasa, sangat dibutuhkannya perancangan ini karena
akan menghasilkan penentuan-penentuan tindakan atau aktivitas pada periode-periode mendatang.
Dengan adanya perancangan sistem produksi ini, diharapkan agar proses produksi dapat berjalan
dengan lancar, tepat, akurat serta kondisi dan situasi yang ada di lapangan. Kelancaran proses
produksi dapat menghemat biaya dan mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh. Selain itu,
perancangan dan pengawasan produksi ini diharapkan agar target produksi dapat tercapai tanpa ada
hambatan-hambatan yang dapat mengganggu produksi tersebut. Oleh karena itu perencanaan
produksi merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam operasi perusahaan yang secara
terus menerus akan digunakan dalam membantu perencanaan produksi perusahaan.
B. Tujuan
Makalah ini di buat bertujuan unituk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional
yang di berikan kepada kami.
C. Pokok Permasalahan
Bab II
Pembahasan
A. Perancangan dan Pengawasan Produksi
1. Perancangan Produksi
Perancangan produksi adalah perancangan suatu produk yang nantinya akan di produksi,
merancang produk merupakan salah satu syarat untuk produksi. Hasil dari desain produk yang
telah disetujui selanjutnya dilanjutkan ke bagian operasi untuk dijadikan sebagai spesifikasi
produksi. Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan
hidup suatu perusahaan.
Kemajuan teknologi berdampak pada berkembang pesatnya desain-desain produk yang
secara terus menerus. Sebagian besar perusahaan secara kontinyu melakukan perubahan,
perbaikan dan pengembangan terhadap produk-produk lama yang sudah ketinggalan jaman.
2. Pengawasan Produksi
Pengawasan produksi merupakan kegiatan yang terdiri dari sekumpulan prosedur yang
dengan baik digariskan bertujuan mengkoordinasikan semua unsur-unsur dalam proses
produksi, manusia, mesin, alat-alat (tools) dan material kedalam arus yang lancar untuk dapat
menghasilkan outpit (product) dengan kemungkinan sedikit sedikit sekli interruption, dalam
waktu yang secepat mungkin dan dengan pengorbanan biaya yang sekecil-kecilnya.
Menurut Harsono (1984;87) dinyatakan bahwa:
pengawasan produksi tidak semata-mata dimaksudkan untuk mengawasi produk yang jadi,
tetapi pengawasan dimulai sejak dari persediaan bahan mentah sampai barang jadi.
Pengawasan produksi dapat dikatakan menyerupai tata kerja otak manusia mengawasi
tata persyaratan di dalam tubuh. Demikian pula pengawasan produksi yang mengatur kegiatan
manufacturing sehingga schedule yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efisien.
Perbedaan pokok jenis proses produksi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Karakteristik Pesanan Persediaan
Sebagian besar definisi mengenai jasa menekankan sifat jasa yang tidak dapat diraba.
Dikatakan bahwa jasa adalah sesuatu yang diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Jadi,
jasa tidak pernah ada hanya hasilnya dapat diamati sesudah jasa itu dilakukan. Perancangan
produk dan perancangan jasa tidak mempunyai perbedaan secara mendasar, hanya dalam suatu
organisasi jasa, pelayanan yang diberikan merupakan “produk”-nya.
Faktor-faktor keputusan yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perancangan Jasa.
Organisasi-organisasi jasa harus memutuskan beberapa faktor kunci pelayanannya, yang secara
ringkas dapat diperinci sebagai berikut:
1. Lini pelayanan yang ditawarkan
Organisasi jasa harus memutuskan seberapa luas lini pelayanan yang akan ditawarkan. Sebagai
contoh, perusahaan asuransi harus memutuskan apakah akan menawarkan asuransi kehidupan
atau kekayaan, atau keduanya.
2. Ketersediaan pelayanan
3. Perusahaan harus menentukan lokasi fasilitas-fasilitas untuk memberikan pelayanan yang baik,
apakah satu lokasi terpusat atau tersebar di berbagai daerah.
4. Tingkat pelayanan.
5. Organisasi harus menyeimbangkan antara tingkat pelayanan yang diberikan kepada para
langganannya dengan kebutuhan untuk beroperasi secara ekonomik pada saaat yang sama.
6. Garis tunggu dan kapasitas pelayanan
Salah satu pertimbangan yang paling penting disain jasa adalah keputusan-keputusan yang
menyangkut antara biaya waktu yang dikeluarkan konsumen untuk menunggu dan dilayani
dengan biaya penyediaan kapasitas pelayanan yang lebih besar untuk mengurangi waktu
menunggu.
1. Kerangka Rancangan Jasa
Kerangka ini, merupakan segitiga jasa, mengasumsikan adanya empat unsur yang perlu
diperhatikan dalam memproduksi jasa. Unsur-unsur itu adalah:
a. Pelanggan
b. Strategi
c. Manusia
d. Sistem
Pelanggan tentu berada dipusat dari segitiga jasa, karena jasa harus selalu berpusat kepada
pelanggan. Manusia adalah karyawan dari perusahaan jasa yang bersangkutan. Strategi adalah
pandangan atau filosofi yang dipakai untuk mengarahkan segala aspek dari penyerahan jasa.
Sistem adalah sistem fisik dan prosedur yang dipakai.
Garis penghubung dari pelanggan ke strategi menunjukkan bahwa strategi harus
memperhatikan pelanggan terlebih dahulu dengan cara memenuhi kebutuhan yang sebenarnya.
Garis dari pelanggan ke sistem menunjukkan bahwa sistem hendaknya dirancang dengan
mengutamakan pelanggan. Garis dari pelanggan ke manusia menunjukkan bahwa setiap orang
hendaknya: bukan saja orang-orang di bagian operasi yang menyerahkan jasa, tetapi seluruh
orang dalam organisasi. Garis dari manusia ke sistem menunjukkaan bahwa orang untuk
menyerahkan jasa yang baik bergantung pada sistem. Garis dari strategi ke sistem
menunjukkan bahwa sistem hendaknya mengikuti strategi secara logik. Garis dari strategi ke
manusia menunjukkan bahwa setiap orang dalam organisasi hendaknya memahami orang di
baris depan yang memberikan layanan jasa sering kali dipisahkan dari strategi.
2. Menetapkan Strategi dan Produk Jasa
Strategi jasa menetapkan dalam bisnis apa anda bergerak. Strategi ini memberikan
pedoman untuk merancang produk, sistem penyerahan dan pengukuran. Strategi jasa
memberikan suatu pandangan tentang macam dan jenis jasa apa yang akan disajikan oleh
perusahaan.
3. Sistem Penyerahan Jasa
Sistem penyerahan jasa terdiri dari unsur-unsur fisik dan tenaga kerja yang digunakan
untuk memproduksi jasa tersebut. Biasanya kelima unsur berikut ini dipertimbangkan sebagai
bagian dari sistem penyerahan jasa:
a. Teknologi: Tingkat otomasi, peralatan, tingkat integrasi vertikal.
b. Aliran proses: Urutan kejadian yang digunakan untuk memproduksi jasa.
c. Jenis proses: Jumlah kontak yang terlibat, tingkat pelayanan dan integrasi.
d. Lokasi dan ukuran: Tempat dimana proses jasa dialokasikan, ukuran dari masing-masing
tempat.
e. Tenaga kerja: Ketrampilan, jenis organisasi, sistem imbalan, tingkat partisipasi.
4. Analisis Aliran Proses.
Sebagian besar proses untuk jasa atau manufaktur, dapat diperbaiki dengan membuat
diagram alurnya. Ide dasarnya adalah menentukan setiap langkah proses dan menggambarkan
diagram alur dari seluruh tahap dan hubungannya. Sebagai hasil dari diagram ini, proses dapat
dianalisis untuk meningkatkan efisiensi dan pelayanan pelanggan.
D. Perancangan dan Pengukuran Kerja
1. Perancangan Kerja
Perancangan Kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip
untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang lebih baik. Prinsip-prinsip ini memiliki
tujuan mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan serta, aman,
sehat, dan nyaman bagi pekerja. Tujuan-tujuan tersebut dikemas menjadi EASNE.
Sebenarnya sistem kerja itu terdiri dari manusia, bahan, perlengkapan, dan peralatan
(mesin, perkakas, pembantu, lingkungan kerja, dan keadaan pekerjaan-pekerjaan lainnya),
empat komponen ini memiliki peran besar dalam mencapai efisiensi dan produktivitas kerja.
Ketika kita berbicara tentang efisiensi, maka yang muncul di pikiran orang awam adalah
perbandingan hasil kerja yang dicapai dengan ongkos yang dikeluarkan. Tetapi dalam ilmu
Perancangan Sistem Kerja, “ongkos” di sini meliputi waktu yang dihabiskan, tenaga yang
dikeluarkan dan/atau akibat-akibat psikologis dan sosiologis dari pekerjaan yang bersangkutan.
Semakin sedikit ongkos, maka semakin efisien pula sistem kerjanya. Nah, ketika kita berbicara
tentang produktivitas, apa yang muncul di pikiran? Pada dasarnya, efisiensi merupakan
prasyarat produktivitas yang tinggi. Mengapa bisa begitu? Kita ambil contoh sederhana;
Seorang operator pabrik baju menjahit produk tanpa mesin. Memang, produk bisa
dihasilkan, tetapi akan memakan waktu yang lama serta tenaga yang harus dikeluarkan lebih
banyak ketimbang dia menjahit memakai mesin penjahit. Dia pun akan cenderung cepat bosan
dan jenuh.
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu sistem dapat memberi hasil yang
sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan efisiensi, tetapi ini berarti hasil tersebut diperoleh
dengan “ongkos” mahal. Sehingga, dengan efisiensi rendah, produktvitas maksimum tidak
dapat dicapai.
Karena perancangan sistem merupakan hasil perpaduan antara pengukuran waktu dan
studi gerakan, maka pengukuran kebaikan rancangan sistem kerja tergantung pada waktu yang
dihabiskan untuk bekerja, beban-beban fisik yang dialami, serta akibat-akibat psikologis dan
sosiologis yang ditimbulkannya.
Ruang Lingkup Perancangan Sistem Kerja
Ruang lingkup perancangan sistem kerja meliputi penataan system kerja dan pengukuran
sistem kerja.
Penataan sistem kerja berisi prinsip-prinsip yang mengatur komponen-komponen
sistem kerja (manusia, alat, bahan, dan lingkungan) untuk menghasilkan alternatif-alternatif
sistemkerja terbaik. Karena begitu banyaknya alternatif sistem yang akan ditemui, maka di
sinilah penataan sistem kerja akan berperan. Prinsip-prinsip penataan sistem kerja
mengarahkan kita untuk memusatkan perhatian hanya kepada beberapa alternatif terbaik
sehingga usaha mencari satu sistem terbaik dapat lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan.
Cara menentukan alternatif yang terbaik
Caranya adalah dengan melakukan pengukuran sistem kerja. Ada empat kriteria yang
dipandang sebagai pengukur yang baik dari suatu sistem kerja;
waktu serta beban-beban fisik,
psikologis, dan
sosiologis.
Suatu sistem kerja dkatakan baik ketika waktu penyelesaian sangat singkat, beban-beban
fisik tidak melampaui batas (misalnya alat yang diapakai dalam bekerja), serta akibat-akibat
psikologis dan sosiologis harus minimum (misalnya kondisi lingkungan kerja yang dapat
mengurangi performance pekerja.)
2. Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh
seorang operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam melaksanakan sebuah
kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini,
berkaitan erat dengan usaha menetapkan waktu standar. Secara historis dijumpai dua macam
pendekatan didalam menentukan waktu standar ini, yaitu pendekatan dari bawah ke atas
(bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down).
Pendekatan bottom-up dimulai dengan mengukur waktu dasar (basic time) dari suatu
elemen kerja, kemudian menyesuaikannya dengan tempo kerja (rating performance) dan
menambahkannya dengan kelonggaran-kelonggaran waktu (allowances time) seperti halnya
kelonggaran waktu untuk melepas lelah, kebutuhan personal, dan antisipasi terhadap delays.
Pendekatan dari atas kebawah (top-down) banyak digunakan dalam berbagai kontrak dengan
para pekerja, dimana waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dengan
kualifikasi tertentu untuk melakukan suatu pekerjaan yang bekerja dalam kondisi biasa,
digunakan untuk menentukan besarnya jumlah insentif yang harus dibayar pada pekerja diatas
upah dasarnya. Apapun definisi yang digunakan, pendekatan yang dipakai untuk menghitung
waktu standar biasanya adalah pendekatan bottom-up. Untuk menjelaskan prosedur penentuan
waktu standar dengan pendekatan bottom-up maka terlebih dulu perlu dipahami beberapa
definisi sebagai berikut:
Waktu normal (normal time), yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan operator terlatih untuk
melakukan suatu pekerjaan dalam kondisi kerja biasa dan bekerja dalam kecepatan normal,
dalam hal ini tidak termasuk waktu longgar untuk kebutuhan pribadi dan waktu tunggu yang
mungkin akan sangat penting jika pekerjaan tersebut dilakukan selama 8 jam
Kecepatan normal (normal pace), yaitu rata-rata kecepatan operator yang terlatih dan bekerja
secara bersungguh-sungguh untuk melakukan pekerjaan selama 8 jam dalam satu hari.
Waktu aktual (actual time), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk
melakukan suatu pekerjaan yang didapatkan secara langsung dari hasil pengamatan.
Kelonggaran (allowance time), yaitu sejumlah waktu yang ditambahkan dalam waktu normal
untuk memenuhi kebutuhan pribadi, waktu-waktu tunggu yang tak dapat dihindari, dan
kelelahan.
Penelitian dan analisa kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatiannya pada
bagaimana suatu kegiatan akan bisa diselesaikan secara efisien. Disini suatu kegiatan akan
diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk
menghitung waktu standar penyelesaian suatu kegiatan, maka diperlukan aktivitas pengukuran
kerja (work measurement atau time study). Pengukuran waktu kerja akan menghasilkan waktu
atau output standard yang mana hal tersebut kemudian bermanfaat untuk:
Man power planning
Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja
Penjadwalan produksi dan penganggaran
Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi.
Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
Waktu standar secara definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu standar tersebut sudah mencakup kelonggaran waktu yang diberikan dengan
memperhatikan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan.
Ada beberapa macam cara untuk mengukur dan menetapkan waktu standar. Dalam
beberapa kasus seringkali industri hanya sekedar membuat estimasi waktu dengan berdasar
pengalaman historis. Umumnya penetapan waktu standar dilaksanakan dengan cara
pengukuran kerja seperti:
Stopwatch time study
Work sampling
Standard data
Predetermined motion time system
Stopwatch time study dan work sampling adalah cara pengukuran kerja secara
langsung. Keduanya umum diaplikasikan guna menetapkan wktu standar ataupun mengukur
kondisi kerja yang tidak produktif.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Setelah kami penyusun selesai menyusun makalah ini, banyak kesimpulan yang dapat
kami ambil dan dan juga cocok untuk kita terapkan dalam dunia usaha. Salah satu kesimpulan
yang kami dapat, yaitu dengan mempelajari makalah ini maka kami dapat menyimpulkan
bahwa perencanaan dan pengawasan produksi itu sangat penting. Dengan membuat
perencanaan sebelum melakukan kegiatan produksi, maka kita dapat mengurangi resiko
kerugian dan resiko yang lainnya.
Dengan melakukan pengawasan kegiatan produksi, kita bias mengetahui dima
kekurangan kegiatan produksi yang kita lakukan, sehingga kita dapat memperbaiikinya dan
mempersempit kerugian yang kita alami, bahkan memperoleh untung yang lebih besar.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/16714816/Makalah_Manajemen_Operasional_pdf
file:///C:/Users/imron/Downloads/Documents/digital_133007-T%2027825-
Pengukuran%20kinerja-Tinjauan%20literatur.pdf
https://www.academia.edu/12623226/Makalah_Manajemen_Industri_PIPC_Perencanaan_an
d_Pengawasan_Produksi_and_Persediaan_
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Perusahaan merupaakan investasi pentingdan meminta perhatian yang besardari controller dalam
pengembangan teknik pengendalian dalam memelihara saldo persediaan yang cukup dengan biaya
yang sekecil-kecilnya. Perseiaan merupaka harta yang sensitif terhadapkekunoan,penurunan harga
pasar, pencurian,pemborosan, kerusakan, dan kelebihan biaya sebagai akibat salah arus. Conrtoller
harus menganalisis persediaan secara mendetail dan menyediakan kepada manajemen laporan yang
cukup, sehingga kondisiyang kurtang baik dapat diperbaiki dengan segera.
Biaya bunga adalah dihitung apabila dipinjam uang mendapatkan persediaan atau modal kerja
bunga atas persediaan atau modal kerja bunga atas pinjaman. Atau dapat dihitung imputed interest
dengan menggunakan suatu tarif bunga yang setara denganhasil penghasilan atas investasi dalam
alternatif lain. Biaya persediaan lain yang harus dikenal adalah: biaya asurans;pajak;biaya
penggunaan dan pentimpanan serta penyelenggaraan;kerugian kecurian; kerusakan; pengusutan;
kekunoan; dan lain-lain. Jumlah semua biaya ini plus bunga, mudah mencapai 25% sampai dengan
40% dari nilai persediaan setahun. Oleh karena itu, controller mempunyai kesempatan untuk
mengurangi biaya dengan cara meperbaiki pengelolaan persediaan.
Manajemen persediaan yang layak mempunyai berbagai keuntungan penting, antara lain :
4. Menghindari resiko penundaan produksi dengan cara selalu menyediakan bahan yang
diperlukan.
5. Memungkinkan pemberian jasa yang lebih memuaskan kepada para pelanggan dengan cara
selal menyediakan bahan atau barang yang diperlukan.
10. Melalui pengendalian yang wajar dan informasi yang tersedia untuk persediaan, dimungkinkan
adanya pelaksanaan pembelian yang lebih baik unutk memperoleh keuntungan dari harga khusus
dan dari perubahan harga.
11. Mengurangi penjualan dan biaya administrasi, melalui pemberian jasa/ pelayanan yang lebih
baik kepda para pelanggan.
3. Pertimbangan manajemen.
4. Analisi nilai.
5. Pengendalian budget.
Dalam banyak persediaan, cara pengendalian tertentu dipergunakan untuk hanya beberapa jenis
persediaan, dan cara yang lain dipergunakan untuk jenis persediaan lain yang mempunyai
kebutuhan pengendalian yang berbeda..
1. Departemen penjualan adalah, atau harus, dalam posoisi yang paling baik untuk memahami
trens dan permintaan pasar. Jika esekutif penjualanlah yang bertanggung jawab untuk
persediaan, maka dia mendapat insetif tambahan untuk menggunakan pengetahuan pasar
sampai sepenuhnya.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan umum yang akan mengatur akumulasi persediaan, dan juga fungsi-
fungsi yang berhubungan dalam berbagi divisi perusahan, harus dibuat pada pimpinan tertinggi.
Beberapa hal yang akan tercakup sbb;
3. Perubahan yang mungkin dalam moda, jasa/ Pelayanan kepada pelanggan, atau usaha
penjualan.
FASILITAS PERGUDANGAN DAN PENGENDALIAN YANG CUKUP
Faktor ketiga yang penting dalam pengendalian persediaan adalah fasilitas pergudangan dan
penyelenggaraan/penanganan yang memadai. Oleh karena ada barang-barang yang tidak dapat
ditemukan, maka akan dibeli bahan yang berlebihan atau yang sebenarnya tidak diperlukan.
Kerugian karena kekunuoan dan kerusakan akan menjadi tinggi. Kondisi seperti itu akanmembuat
catatan perpetual akan kehilangan artinya. Pengendalian persediaan yang baik jelas tidaklah
mungkin. Sebaliknya fasilitas yang tersedia tidak boleh terlalu luas, sehingga menimbulkan biaya
pengendalian yang tidak perlu.
Standarisasi merupakan istilah yang lebih lazim yang berhubungan denganpenetapan standar. Dalam
hal persediaan, standarisasi berhubungan dengan penguranagan suatu produk menjadi beberapa
jenis, ukuran, dan karakterisrik tetapyangdianggap sebagai standar. Tujuannya adalah untuk
mengurangi banyaknya jenis/unsur barang, untuk menetapakan kemungkinan dapat ditukarkannya
berbagai bagian dan produk yang telah siap mdiolah, dan untukk menetapkan standar kualitas
bahan.
Catatan persediaan harus berisi informasi untuk memenuhi kebutuhan para staf pembelian,
produksi,penjualan, dan keuangan. Informasi yg mungkin diperlukan mengenai sesuatu jenis/kelas
persediaan adalah sebagai berikut ;
Kuantitas yang dipisahakan untuk kontrak, pelanggan, atu order produksi khusu.
Pengalama historis.
Data penjadwalan.
Waktu penyerhaan.
Manajemen persediaan bukan terlaksana melelui penetapan prosedur dan penyelenggaraan catatan
pembukuan. Tetapi diperoleh melalui tindakan manusia, dan tidak ada yang dapat menggantikan
kecakapan dan pertimbangan manusia. Seseorang harus mempunyai perhatiandan dan inisiatif yang
cukup untuk menelaah catatan dan merekomendasikan atau mengambil tindakan perbaikan.
Kecakapan ini tidak dapat hanya berada dijenjang manejer tetinggi, tetapi harus sampai pada
mereka yang diberi tanggung-jawab khusus terhadap pengendalian persediaan.
Perputaran dihitung dengan cara pembagian jumlah pemakaian oleh persediaan dapat ditentukan
sbb;
Pada dasarnya ada 2 metode untuk mengembangkan anggaran persediaan bahan baku dan bahan
perlengkapan, yaitu :
2. Menyusun anggara bahan untuk persediaan bahan secara menyeluruh atau untuk golongan
persediaannya, berdasarkan faktor produksi tertentu.
PENYUSUNAN ANGGARAN PER JENIS BAHAN
Dalam menyusunanggaran secara terpisah untuk masing-masing jenis utama harus ditempuh
langkah-langkah sbb;
1. Menetapkan kuantitas bahan yang diperlukan untuk setiap unsur/jenis bahan yang
diperlukan untuk selalu program produksi.
2. Menetapkan untuk setia unsur/jenis bahan yang diperlukan untuk program produksi.
3. Menetapkan untuk setiap unsur/jenis bahan yang diperlukan untuk selalu program produksi.
4. Mengurangi persediaan bahan yang diharapkan pada awal peridode anggaran untuk dapat
menetapakn total kuantitas yang akan dibeli.
Untuk berbagai unsur/jenis bahan dan perlengkapan yang tidak dapat ditaksir secara tersensiri,
maka anggaranya harus disusun berdasarkan faktor umum dari kegiatan produksi yang diharapkan,
seperti jumlah kerja yang yang ditaksir, jumlah jam produktif yang ditaksir, jumlah jam standar yang
diperkenankan, jumlah pemakaian bahan, atau jumlah harga pokok barang yang diproduksi. Rasio
persediaan terhadap musim yang berbeda harus dapat dipelajari sampai mendapat ketentuan
hubungan standarnya . Proses inidapatdiperinci dengan menetapakanberbagai standar untuk
berbagai golongan persediaan bahan yang berbeda.
Begitu rencana terssbut telah dijalanka, maka harus diperiksa secara ketat dengan membandingkan
setiap bulan rasio yang sebenarnya terhadap standar. Apabila timgkat perputaran berbeda di bawah
standar, maka catatan untuk masing-masingjenis/unsur persediaan harus dipelajari untuk dapat
mendeteksi barang yang lambat perputarannya.
Pengendalian persdiaan barang dalam pengolahan dapat dilaksanakan melalui pengecekan terus-
menerusterhadap tingkat perputaran. Apabila proses, departemen,ataupabrik tertentumenunjukan
persediaan yang terlalu besar, maka harus diadakan penyelidikan tersendiri.
Pengendalian persediaan berang dalam proses telah diabaikan dalam banyak perusahaan. Waktu
yang dikeluarkan mulai dari saat bahan diasumsikan dalam pabrik sampai menjadi barang jadi,sering
lebihlama dari pada waktu yangdiperlukan apabila operasi dilakukan secara efisien.
Anggaran barang jadi pada harus didasarkan kepada anggaran penjualan. Sebagai contoh, apabila
diharapkan bahwa selama masa anggaran akan dijual 500 unit barang A, maka harus ditetapkan
berapakah jumlah persediaan seharusnya untuk dapat mendukung program penjualan tersebut.
Harus dapat dipertahankan margin ofsafely terhadap persediaanbarang jadi sehingga dapat
dilakukan pengiriman barang secara memuaskan..
PENGANGGARAN BARANG JADI PER JENIS BARANG
Pertama ditetapkan suatu anggaran untuk masing-masing jenis persediaan secara terpisah. Ini
dilakukan dengan mempelajari catatan penjualan yang lalu dan program penjualan masing-masing
unsur/jenis barang dan dengan menentukan kuantitas yang harus ada ditangan pada berbagai
tanggal dalam masa anggaran. Total anggaran diperoleh dengan hanya menjumlahkan anggaran
unutk masing-masing unsur/ jenis barang. Kemudian total anggaran ini dapat diuji dengan
menggunakan tingkat peraturan yang diinginkan, sebagai bukti bahwa akan dipertahankan
hubungan yang memuaskan antara persediaan dan penjualan dan bahwa anggaran persediaan itu
selaras dengan program keuangan secara umum.
Dalam pengembangan sebagian besar sistem persediaan, yang dipergunakan adalh konsep data base
. Data basesystem tersebut tersebut akan mencalup banyak informasi sebagai berikut :
2. Persediaan- uraian, kode barang, kuantitsa yang tersedia dan pada jadwal yang mana,lama
penyimpanan produk, lokasi penyimpanan dalam gudang, lokasi geofrafis, sejarah transaksi.
3. Perencanaa produksi-daftar uraian bahan untuk setiap jenis produk yang dihasilkan, standar
waktu atau jadwal, urutan operasi.
4. Pengendalian kualitas- pengujian yang diperlukan, hasil menurut pengalaman untuk setiap
jenis produk dan dasar pengujiannya.
6. Laporan-catatan mengenai semua laporan yang diterbitkan dan tindakan yang telah diambil.
Pengendalian akuntansi terhadap persediaan merupakan salah satu masalah tersulit yang dihadapai
controller. Departemen akuntansi harus mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dengan para tenaga
kerja pada berbagai tingkat operasi.
Penyesuaian atau koreksi persediaan sering terjadi karena mengalami kekunuoan penyusutan,
kecuruian, kerusakan , dan akuntansi yang tidak wajar. Beberapa koreksi penyesuaian timbul karena
kesalahan pembukuan, tetapi banyak koreksi yang lain karena pengendalian yang tidak baik
terhadap fisik persediaan.
Banyak masalah persediaan timbul apabila pengendalian agak longgar untuk memperlancar proses
produksi. Catatan pembukuan perlu menggambarkan arus bahan mulai dari penerimaan sampai
diserahkan sampai barang jadi. Masalah persediaan bukan saja menyangkut catatan persediaan yang
tidak cermat tetapi juga kerugian yang tidak dibukukan karena operasi yang tidak efisien dan
pemakaian yang berlebihan.
Controller harus menghargai dari pengendalian intern yang baik. Dan oleh karena itu, harus bekerja
erat dengan bagian produksi untuk dapat mengembangkan prosedur yang ketat guna mengurangi
kerugian dan memperkecil keperluan untuk melakukan penyesuaian terhadap persediaan.
CATATAN PERSEDIAAN
Jenis catatan persediaan yang akan diselenggarakan ditentukan oleh controller dengan bekerjasama
dengan individu yang bertanggung jawab untuk fungsi manajemen persediaan. Catatan harus
diselenggarakan secara mutahir, dan transaksi yang terjadi harus dicatat secara wajar dalam catatan
gudang atau persediaan.
LAPORAN PERSEDIAAN
Keberhasilan setiap sistem manajemen persediaan tergantung dari bagaimanakah informasi dan
data dikomunikasikan dan dipergunakan. Inforamasi harus berguna bagi mereka yang menerimanya,
mudah dimengerti, dan disediakan tepat pada waktunya. Controller harus membuat pimpinan sadar
akan efektivitas dari perencanaan dan pengendalian persediaan. Laporan yang dibuat harus
menunjukkan perbandingan hasil yang sebenarnya dicapai dengan yang direncanakan, memberikan
suatu analisa mengenai varians yang terjadi dan menjelaskan tindakan perbaikan/koreksi yang
perlu diambil