■ Pengertian ju’alah
Jua’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti: jumlah imbalan, meletakkan, membuat,
menasabkan,. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab dalm bentuk janji memeberikan
hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan jasa
yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dahsilkan sesuai dengan yang diharapkan, jika dikaitkan dnegan
hokum positif maka akad ju’alah bias dianalogikan dengan sayembara, imbalan, upah, atau perlombaan.
Para ahli fikih sepakat bahwa akad ju’alah merupakan hal yang boleh(jaiz) termasuk mazhab maliki,
syafii, hambali, srta syiha. Menurut Az-zuhaili dalam maksum (2008) perbedaan akad ju’alah dengan
upah bekerja (ijarah dalam temaga kerja ) adalah sebagai berikut:
– Jua’alah diberikan jika pekerja telah selesai, sedangkakn upah sesuai egan ukuran tertentu.
– Jua’alah tidak dibatasi oleh waktu, sedangkan upah ditentukan batasannya.
– Jua’alah tidak bias dibayar dimuka, sedangkan upah bisa dibayar dimuka.
– Jua’alah dapat dibatalkan meskipun upaya telah dikakukan asalkan belum selesai, sedangkan
upah tidak dapat dibatalkan.
– Upah lebih luas ruang lingkupnya dari jua’alah.
AKAD JU’ALAH (Hadiah)
■ Sumber Hukum
– Al-qur’an
■ “penyeru-penyeru itu berkata: “kami hilangkan piala raja, dan siapa dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) badan unta dan aku
menjamin terghadapnya”.)Qs 12:71)
– As-sunah
■ “dari Abu said al-khudri r.a tentang seorang disengat kala pada suatu suatu kaum arab,
ia berkata: demi allah aku sesungguhnya sanggup mengobati tetapi demi allah kami
meminta makan kepadamu”.(HR. Muttafaq alaih)
■ Rukun ju’alah ada 4 yaitu:
– Pihak yang membuat sayembara/penugasan (al-aqid/al ja’il)
– Objek kaad berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al muj’ul)
– Hadiah yang akan diberikan (al’jil)
– Ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab)
AKAD JU’ALAH (Hadiah)
■ Perlakuan Akuntansi
– Bagi pihak yang membuat janji
■ Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apapun karena belum pasti hasil atas sayembara tersebut.
■ Setelah sayembara tersebut terpenuhi, maka dijurnal:
Dr. beban ju’alah xxx
Cr. Kas/aset nonkas lain xxx
■ Jika yang diberikan adalah aset nonkas maka harus dinilai dengan harga wajar, setelah sebelumnya
dinilai aset nonkas tersebut dinilai sejumlah harga wajarnya.
– Bagi pihak yang menerima janji
■ Saat mendengar janji tidak diperlukan perlukan pencatatan apapun karena belum pasti hasil atas
sayembara tersebut.
■ Setelah sayembara tersebut terpenuhi maka jurnal:
Dr. kas/aset nonkas lain xxx
Cr. Pendapatan ju’alah xxx
– Jika yang diberikan adalah aset nonkas lain maka harus dinilai dengan harga pasar.
CHARGE CARD DAN SYARIAH CARD (Kartu Kredit Syariah)
■ Sumber Hukum
– Al-qur’an
■ “dan janganlah kamu mneghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemborsan
itu saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya”.(Qs Al-isra’ [17] 26-27)
– Hadis
■ “telah dihadapkan kepada rasullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk dishalatkan. Rasullah
bertanya.’apakah ia mempunyai piutang?” sahabat menjawab: tidak, maka beliau
menyalatkannya.”(HR Bukhari)
■ Rukun dan ketentuan syariah
Mengingat transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentuan
syariahnya akan merujuk pada rukun dan ketentuan syariah dari akad kafalah, ijarah, dan qardh hasan.
■ Perlakuan Akuntansi
Mengingat transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentuan
syariahnya akan merujuk pada perlakuan akuntansi dari akad kafalah, ijarah, wardh hasan.
Sekian dan Terimakasih