PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam melalui al-Qur’an telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang harus
diikuti oleh para pelaku transaksi atau pembuat laporan akuntansi adalah
menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau accountability, sebagaimana
dijelaskan dalam surat al-Baqarah : 282. Disamping itu, akuntansi syariah harus
berorientasi sosial. Akuntansi syariah bukan hanya sebagai alat ukur untuk
menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter, tetapi sebagai
metode untuk menjelaskan fenomena ekonomi itu berjalan di masyarakat Islam.
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui apa itu Rahn.
2. Mengetahui dasar hukum dari Rahn.
3. Mengetahui ruku dan syarat syahnya Rahn.
4. Mengetahui bentuk-bentuk dari Rahn.
5. Mengetahui perlakuan akuntansi dari Rahn.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Rahn
Dalam kitab Undang-Undang hukum perdata, pasal 1150 menyebutkan bahwa gadai
(rahn) adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atau
suatu barang bergerak. Dimana barang tersebut bergeraknya kepada pihak yang
berpiutang oleh orang yang mempunyai hutang.
Menurut bahasa Indonesia rahn adalah gadai dan dalam bahasa Arab dapat disebut
al-Habsu. Secara etimologi rahn adalah tetap dan lama, sedang al-habsu adalah
penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai
pembayaran dari barang tersebut.
Menurut Muhamad Syafii Antonio rahn adalah menahan salah satu harta milik
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, barang yang ditahan
tersebut bernilai ekonomis.
Sedangkan tujuan akad rahn (gadai) adalah untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada orang yang menggadaikan dalam pemberian utang. Dengan
demikian, akad rahn (gadai) dapat disimpulkan bahwa rahn adalah menahan suatu
barang yang bernilai milik si peminjam (rahin) sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterima, sehingga pihak yang meminjamkan utang (murtahin) memperoleh jaminan
untuk mendapatkaan kembali utang yang diberikannya. Jadi akad rahn berfungsi
memberikan ketenangan/kepercayaan kepada pemberi utang akan kembalinya
utang yang dipinjamkan. Pada prinsipnya rahn merupakan salah satu akad tabarru’
yang tidak ada unsur komersial.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian rahn adalah menahan
harta salah satu milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya
atau jaminan utang.
Sistem transaksi utang piutang dengan gadai diperbolehkan dalam Islam. Hal ini
berlandaskan dalil dari Alquran, sunah, maupun konsensus muslimin sejak dulu.
ضةة
جبْدوُقا ضكاَرتباَ ا ضفررضهاَةن ممققبْبوُ ض
ضوُرإن بْكنُبْتقم ضعضلىَ ضسضفرر ضوُضلقم ضت ر
“Jika kalian berada dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai),
sedangkan kalian tidak menemui seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh orang yang memberi piutang)…” (QS. Al-Baqarah:
283).
Hal ini berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh istri Nabi yaitu Aisyah
radhiyallahu ‘anha. Beliau mengisahkan bahwa suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah membeli makanan dari seorang Yahudi. Beliau pun menggadaikan
sebuah baju perang yang terbuat dari besi.
Ketika kejadian ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang tidak melakukan safar.
Kisah ini juga merupakan dalil dari sunah yang menjelaskan diperbolehkannya
transaksi gadai.
Syekh Abdullah al-Bassam rahimahullah mengatakan, “Kaum muslimin telah
bersepakat diperbolehkannya transaksi gadai ini, meskipun sebagian ulama
bersilang pendapat di beberapa persoalannya.
Rukun Gadai
Ulama telah merumuskan beberapa rukun yang harus terpenuhi di dalam melakukan
transaksi gadai, yaitu:
Syarat Gadai
Kedua, barang gadai tersebut diperbolehkan dalam jual beli. Jika seorang rahin
menggadaikan seekor babi misalnya, maka transaksi gadai dalam kasus ini tidak
sah. Karena babi adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam jual beli. Termasuk
pula tidak diperbolehkan menggadaikan barang wakaf atau barang yang bukan
miliknya.
Akan tetapi dikecualikan dalam masalah ini menggadaikan hasil pertanian atau
buah-buahan yang belum matang. Meskipun sebagaimana yang kita ketahui hukum
asal menjual buah-buahan yang belum matang adalah terlarang.
Keempat, hendaknya barang yang digadai diketahui kadar, sifat, dan jenisnya.
Bentuk Rahn
Akad wadiah adalah sesuatu yang ditinggalkan seseorang pada orang lain untuk
dijaga sebagai barang titipan Atau titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya.
Akad ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian.
Pada saat memerima barang gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda terima atas
barang.
Jurnal:
Kr.Kas xxx
Jurnal :
Dr.Kas xxx
Kr.Pendapatan xxx
Jurnal :
Dr.Beban xxx
Kr.Kas xxx
Dr.Kas xxx
Kr.Piutang xxx
5. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian barang
gadai dijual oleh pihak yang menggadaikan.
Jurnal :
Dr.kas xxx
Kr.Piutang xxx
Pada saat mnyerahkan aset tidak ada jurnal, tetapi menerima tanda terima atas
penyerahan aset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang
yang digadaikan.
Jurnal :
Dr.Kas xxx
Kr.Utang xxx
Jurnal:
Dr.Beban xxx
Kr.kas xxx
Jurnal :
Dr.utang xxx
Kr.Kas xxx
4. Jika pada saat jatuh tempo utang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai
dijual.
Jurnal:
Dr.kas xxx
Kr.Aset xxx
Jurnal:
Dr.Utang xxx
Kr.Kas xxx
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pegadaian adalah lembaga yang mendasarkan diri pada hukum gadai. Dalam
menjalankan usahanya. Pegadaian syariah atau Pegadaian Islam adalah suatu
sistem pergadaian yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Dan
memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa
dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada
suatu aset atau barang yang dipegang oleh bank. Barang yang digunakan sebagai
jaminan utang atau gadai dalam proses pegadaian adalah barang yang memiliki nilai
ekonomis. Resiko yang didapatkan dalam proses pegadaian adalah penurunan nilai
aset yang ditahan atau rusaknya barang yang digadaikan.
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/21225-transaksi-gadai-rahn.html
https://nonkshe.wordpress.com/2012/03/13/akuntasi-dan-keuangan-perbankan-
syariah-pada-akad-rahn/
http://intaandika.blogspot.co.id/2015/05/makalah-akad-al-rahn-akuntansi-
syariah.html