BAB III
AKAD PRODUK SIMPANAN1
Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kaidah fikih muamalah dan
tujuh transaksi yang diharamkan. Pada Bab III ini akan dibahas mengenai
berbagai macam akad yang biasa digunakan dalam produk simpanan lembaga
keuangan syariah (LKS).
Akad secara bahasa berarti ikatan (
permufakatan (
Disusun oleh: KH. Kasmudi Ashshidiqi, SE., M.Akt dan Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si
Bab III - 42
972
Kamu tidak boleh mendhalimi dan tidak boleh didhalimi.
Dengan adanya A memperkerjakan B selama tiga hari tanpa dibayar,
dikaitkan dengan piutang A yang ada pada B maka berarti A telah melakukan
kedhaliman kepada B, dan B didhalimi oleh A karena diperas tenaganya secara
paksa tanpa dibayar.
Sebaliknya, akad tijarah boleh dirubah menjadi akad tabarru. Dalam
setiap transaksi yang asalnya bertujuan mendapatkan keuntungan, kemudian
setelah terjadinya akad pihak yang terkait di dalamnya meringankan/
memudahkan pihak yang lain dengan menjadikan akad tersebut menjadi akad
Bab III - 43
tabarru
Wadiah (titipan) adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja
si penitip menghendaki. Wadiah adalah akad antar pemilik barang/modal
(mudi) dengan penerima titipan (wadi) untuk menjaga harta/modal (ida) atau
kerugian dan untuk keamanan harta.
Rukun wadiah:
1. pihak yang berakad, yaitu penitip (muwaddi) dan yang menerima titipan
(wadi);
2. obyek yang diakadkan, yaitu barang yang dititipkan (wadiah/ida);
3. ijab (serah);
Bab III - 44
Penitip = muwaddi
Harta/modal = ida
titipan/barang/harta
untuk
menggunakannya
dalam
perniagaan
85
Sesungguhnya Alloh memerintahkan kepada kalian untuk mendatangkan
(melaksanakan) pada amanat kepada ahlinya (yang memberikan amanah).
Dari Amr bin Suaib, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata, bersabda
Rasululah SAW: Barangsiapa yang dititipi barang titipan, maka dia tidak ada
kewajiban menanggung ganti rugi atasnya.
Dari Aisyah RA, dia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: (Hak mendapatkan)
upah/keuntungan itu karena menjamin atau menanggung.
Bab III - 47
3.1.2. Mudharabah
Dalam penyimpanan uang, bisa juga digunakan akad mudharabah. Al-
Bab III - 48
adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama
(shahibul maal)
shahibul maal.
Rukun Mudharabah:
1. Pihak yang berakad
Modal (maal)
Kerja
Keuntungan (ribh)
3. Akad
Serah (sighat)
Terima (qabul)
Syarat Mudharabah:
1. Pihak yang berakad.
Modal yang disetorkan kepada mudharib, harus jelas jumlah dan mata
uangnya.
Antara ijab-qabul harus selaras, baik dalam modal, kerja dan penentuan
nisbah.
Mudharabah
pendanaan.
dana
(mudharib).
Dalam
kapasitasnya
sebagai
mudharib,
mudharabah harus
dinyatakan jumlahnya
sharing)
Dari Ala bin Abdurrohman dari bapaknya dari kakeknya, sesungguhnya Utsman
bin Affan menyerahkan hartanya sebagai modal, di mana kakeknya Ala (Yaqub)
bekerja mengelola harta, dan bahwa untungnya dibagi dua diantara mereka.
Tiga hal di dalamnya ada kebarokahan, jual beli sistim jatuh tempo, muqaradhah
(mudharabah) dan mencampur gandum dengan syair untuk di rumah bukan
untuk dijual.
Bab III - 52
Diriwayatkan dari Umar bin Khatab, Aisyah, Ibnu Masud dan Ibnu Umar mereka
berkata perdagangkanlah harta anak yatim supaya tidak dimakan oleh zakat,
maka para shahabat melakukan kerjasama mudharabah dengan harta bendanya
anak yatim dan sungguh-sungguh telah diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa
beliau bersabda: Gunakanlah untuk usaha harta anak yatim supaya tidak
dimakan oleh zakat dan dia bersabda: supaya tidak dihilangkan oleh zakat
(hadits ini kedudukannya mursal).
Bab III - 53
Dan Amr bin Syuaib meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya dia berkata:
Rasulullah SAW berkhutbah dan bersabda: ketahuilah barang siapa yang
meramut harta anak yatim hendaknya diperdagangkan dan jangan sampai
dibiarkan lantas dimakan oleh zakat. Atsar shahabat yang saya sebutkan dan
yang semisalnya menunjukkan atas bolehnya kerjasama mudharabah dalam hal
yang telah kami sebutkan dari ijma para ulama dan kesepakatan para fuqaha /
imam-imam ahli fatwa atas bolehnya kerjasama mudharabah sebagai hujjah
yang cukup memuaskan insya Allah dan berdasarkan taufiq dari Allah.
Imam Malik menceritakan dalam kitab Muwatho dari Zaid bin Aslam dari
bapaknya, bahwa Abdullah dan Ubaidillah bin Umar bin Khattab keluar mengikuti
peperangan di Irak. Ketika mereka berdua pulang dari peperangan melewati
Basroh bertemu dengan Abu Musa al-Asyari sebagai amir Basroh, maka
keduanya disambut dengan ucapan selamat datang dan dipermudah urusannya,
kemudian Abu Musa al-Asyari berkata: seandainya aku mampu memberi kalian
berdua sesuatu yang bermanfaat niscaya aku lakukan. Kemudian dia berkata o
ya, disini ada harta sabilillah, aku hendak mengirimkannya kepada amirul
muminin, maka aku pinjamkan dulu harta itu kepada kamu berdua, lantas
gunakanlah untuk membeli dagangan dari Irak, kemudian juallah dagangan
tersebut di Madinah, kemudian pokok modalnya berikan pada Amirul Muminin
dan keuntungannya untuk kamu berdua. Keduanya berkata, Aku senang
tentang tawaranmu itu. Lantas Abu Musa al-Asyari melakukannya dan menulis
surat kepada khalifah Umar bin Khattab agar mengambil harta sabilillah yang dia
Bab III - 54
3.2.Deposito Mudharabah
Salah satu fungsi LKS adalah menghimpun dana dari masyarakat antara
lain melalui produk LKS berupa deposito mudharabah. Nasabah bertindak
sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan LKS bertindak sebagai pengelola dana
(mudharib). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, LKS dapat melakukan
berbagai macam
keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.
Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing).
Metode bagi laba (profit sharing) dihitung dari total pendapatan setelah
dikurangi seluruh biaya operasional. Metode bagi pendapatan (revenue sharing)
dihitung dari total pendapatan mudharabah yang diterima oleh LKS.
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam akad deposito
mudharabah:
1. dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal)
dan LKS bertindak sebagai pengelola dana (mudharib);
2. dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain;
3. modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan
piutang;
4. pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening;
5. Lembaga Keuangan Syariah sebagai mudharib menutup biaya operasional
deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya;
Bab III - 56
materai.
Bab III - 57