Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga

angka kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara termasuk

Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat

kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian

lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Golongan usia yang

paling menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan

tubuhnya yang masih lemah. Penyakit diare hingga kini masih

merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak.

(Widoyono 2011).

Kejadian luar biasa dengan angka kesakitannya adalah sekitar

200-400 kejadian diare di antaranya 1000 penduduk setiap tahunya.

Sebagian besar (70% - 80%) dari penderita ini adalah anak di dibawa

usia5 tahun. ( Widoyono, 2011).

Diare merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak-

anak. Sekitar 10% episiode diare pada anak berusia dibawah lima tahun

(balita) diseluruh dunia merupakan diare berdarah atau disentri. Angka

kejadian diare pada anak didunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun,

dengan korban meninggal sekitar 4 juta jiwa. ( Hardi Dkk ( 2012 )

1
Angka kematian balita di negara indonesia akibat diare ini

sekitar 4,8 juta setiap tahun. Provinsi jawa timur merupakan daerah

kedua dengan sebaran Kejadian Luar Biasa terbesar di Indonesia.

Mengungkapkan angka kesakitan dijawa timur tahun 2009 mencapai

989.869 kasus diare dengan proporsi balita terbesar 39,49% (390.858

kasus). Kejadian ini meningkat pada tahun 2010. Jumlah penderita diare

di jawa timur tahun 2010, sebanyak 1.063.949 penderita diare.

(DepKes RI, 2012).

Pada tahun 2013, diare merupakan penyakit kedua yang

menyebabkan kematian pada anak balita 4 – 5 tahun . Anak-anak yang

mengalami kekurangan gizi atau sistem imun yang kurang baik seperti

pada orang dengan Hiv sangat rentan terserang penyakit diare. Diare

sudah membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian besar orang

diare yang meninggal dikarenakan terjadinya dehidrasi atau kehilangan

cairan dalam jumlah yang besar. (WHO, 2013)

Di dunia, terdapat 1,7 miliar kasus diare yang terjadi setiap

tahunnya. Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah

satunya dari hasil riset kesehatan dasar nasional (RISKESDAS) pada

tahun 2013, penderita diare di indonesia berasal dari semua umur,

namunpreva lensi tertinggi penyakit diare diderita oleh bayi. Dinegara

berkembang termasuk indonesia bayi - bayi menderita diare lebih dari

12 kali pertahun dan hal ini menjadi penyebab kematian sebesar 15 –

34% dari semua penyebab kematian (DepKes, 2010).

2
Data dari dinas kesehatan kota malang pada tahun 2014,

diketahui bahwa kasus diare masih cukup besar. Hal ini dibuktikan

dengan adanya kasus diare yang terjadi setiap bulannya. Setiap bulannya

kasus diare di kota malang terus bertambah sampai lebih dari 3%.

Data dari bulan januari- agustus 2015 di dapatkan bahwa terdapat

1.238 kasus untuk diare pada bayi usia dibawah 5 tahun dengan rincian

sebanyak 1.087 kasus merupakan diare tanpa dehidrasi. (Dinkes Malang,

2014).

Hasil survei awal yang dilakukan peneliti dipuskesmas

Pandanwangi pada agustus 2017, diperoleh data jumlah penderita diare

4-5 tahun terakhir pada tahun 2013 sebanyak 150 kejadian diare, tahun

2014 sebanyak 681 kejadian diare, tahun 2015 sebanyak 200 kejadian

diare dan pada 3 bulan terakhir oktober-desember 2016 kejadian diare

pada bayi yang berkunjung kepuskesmas pandanwangi sebanyak 166

orang dan dari hasil wawancara peneliti dengan petugas kesehatan di

tempat penelitian didapatkan banyak orang tua yang belum paham

mengenai pencegahan diare pada anak. Berdasarkan uraian tersebut

penulis tertarik untuk meneliti “ hubungan antara pengetahuan orang tua

tentang penyakit diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan

diare pada anak usia 4 – 5 tahun di puskesmas pandanwangi kecamatan

blimbing kota malang”.

Tingginya kasus diare, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Depkes RI yaitu faktor infeksi, malabsorbsi,

alergi, keracunan dan immunodefisiensi, faktor perilaku dan

3
lingkungan. Perilaku sehat pada dasarnya adalah seseorang pada

stimulus yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan lingkungan, sedangkan perilaku terhadap

lingkungan merupakan respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia yang mencakup perilaku yang

berhubungan dengan air bersih, limbah, kebersihan diri, rumah sehat

sampah, dan pemberantasan vektor. (Notoatmojo 2007).

Penyebab tingginya kasus ini yaitu kurangnya perilaku hidup

bersih masyarakat dan situasi yang buruk. Menurut kasubdit diare dan

kecacingan Depkes RI untuk menurunkan penyakit diare tersebut

pihaknya telah memfokuskan strategi penanganan penatalaksanaan diare

pada tingkat rumah tangga, sarana kesehatan dan KLB diare. (Profil

Kesehatan Indonesia 2007).

Diare dapat diatasi dengan menjaga kebersihan dan mengolah

makanan yang sehat dan bersih, sebagai ibu yang mempunyai balita

dengan diare mengalami kesulitan atau tidak dapat mengatasi dan

memanejemen untuk penanganan awal diare karena kurangnya

pengetahuan ibu mengenai pencegahan dan penanggulangan awal

diare. Melihat dari fenomena diatas maka kita perlu memberikan

gambaran pada ibu yang mempunyai balita, tentang diare, tentang gejala

diare, penyebab, dampak dan anjurkan pada ibu untuk mencegah dan

menanggulangi diare secara cepat dan tepat agar angka morbiditas dan

mortalitas diare menurun. (Soebangyo 2008).

4
Tatalaksana dalam perawatan dan penanganan diare yang tidak

tepat maka akan berdampak pada munculnya komplikasi serius yaitu

asidosis motabolik dan gangguan elektrolit yang dapat mengakibatkan

perdarahan diotak, kesadaran anak menurun dan anak tidak segera

ditolong maka akan berakibat fatal pada anak yaitu kematian. (Erich,

2007).

Peran ibu dalam penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu

pengetahuan, kareana pengetahuan merupakan salah satu komponen

faktor predisposisi yang penting. Pertolongan pertama yang dilalukan

ibu dengan pemberian oralit pembuatan sendiri dengan campuran gula

dan garam ada pula yang memberikan daun jambu kepada balitanya.

Pemberian daun jambu ini juga bermacam- macam yaitu dengan cara

dikunyah-kunyah oleh balita yang terserang diare, dan ada pula yang

memasak daun jambu dengan air kemudian airnya diminum, pemberian

cairan pengganti (cairan rehidrasi) untuk mengganti cairan yang hilang

(Susi, 2007).

Kesadaran orang tua terhadap kesehatan anaknya sangat penting

agar anak yang sedang mengalami diare tidak jatuh pada keadaan yang

lebih buruk harus segera dilakukan tindakan. Tahap awal berikan cairan

secara oral dan teruskan pemberian makanan selama anak diare. Apabila

berlanjut dengan frekuensi yang cukup sering (lebih dari enam kali)

disertai muntah yang frekuen, atau frekuensi tidak terlalu sering tetepi

feses lendir atau darah sebaiknya anak dibawa ke pusat layanan

kesehatan untuk mendapatkan pelayaan lebih lanjut.

5
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Pernyataan Masalah

Kurang tahunya orang tua dalam memberikan penangganan

awal pada anak dan penangganan awal dapat menyebabkan diare

pada anak. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimnakah

pengetahuan orang tua dalam pencegahan diare dengan perilaku

orang tua dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun di

puskesmas pandanwangi blimbing kota malang.

1.2.2. Pertanyaan Masalah

Apakah ada hubungan pengetahuan orang tua tentang

penyakit diare dan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada

anak di puskesmas pandanwangi kecamatan blimbing kota malang ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan peneliti adalah untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan orang tua tentang penyakit diare dengan perilaku orang

tua dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun di puskesmas

pandanwangi kecamatan blimbing kota malang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan orang tua tentang penyakit diare pada

anak

2. Mengidentifikasi perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada

anak di puskesmas pandanwangi blimbing kota malang .

6
3. Menganalisa hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penyakit

diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak

usia 4-5 tahun.

1.4. Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah

kajian hubungan antara pengetahuan orang tua tentanng penyakit

diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak

usia 4-5 tahun di puskesmas pandanwagi blimbing kota malang.

1.4.2 Manfaat praktisi

1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan pengetahuan bagi responden.


2. Bagi Peneliti
Memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti

tentang hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penyakit

diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada

anak usia 4-5 tahun.


3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penyedia data dasar yang dapat dipergunakan untuk

penelitian lebih lanjut dan dapat memberikan hasil penelitian yang

baru yang dapat digunakan untuk pembelajaran bagi angkatan

selanjutnya terutama untuk STIKES Husada Jombang.

4. Bagi Instansi Kesehatan


Sebagai media masukan bagi institusi kesehatan dalam

memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang penyakit diare

dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak usia

7
4-5 tahun di puskesmas pandanwangi kecamatan blimbing kota

malang.
5. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan pengetahuan pada masyarakat terutama pada orang tua

tentang penyakit diare dengan perilaku orang tua dalam

pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun di puskesmas

pandanwangi kecamatan blimbing kota malang.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Diare


2.1.1. Definisi Diare

Diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa yunani yaitu

“diarroi” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan normal dari

pengeluaran yang terlalu frekuen. ( Depkpes RI 2008).

Diare adalah satu kondisi dimana seorang anak mengalami

buang air besar tiga kali atau lebih dalam sehari. Penyakit ini

terutama menyerang bayi dan balita serta terbanyak dialami oleh

anak. Diare ditandai dengan kondisi feses yang encer atau sedikit

berampas, baik yang disertai darah atau lendir maupun tidak. (Andi D

Tilong, 2014). Diare merupakan salah satu penyakit sistem pencernaan

yang dijumpai di masyarakat yaitu penyakit yang di tandai dengan

buang air encer lebih dari tiga kali dalam sehari. (WHO, 2009)

2.1.2. Etiologi

Penyebab diare pada anak sangat identik dengan penyakit

yang di sebabkan oleh makanan. Misalnya, diare biasa muncul

karena makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan. (Adi D

Tilong, 2014). Faktor penyebab tingginya kasus diare disebabkan oleh

infeksi makan, psikologis, pendidikan, pekerjaan, umur balita,

lingkungan, gizi, sosial ekonomi masyarakat, makanan dan minuman

yang dikonsumsi, laktosa (susu kaleng) (Notoatmojo 2007).

1. Faktor infeksi

9
a. Infeksi enternal

Infeksi enternal yaitu infeksi pecernaan yang merupakan

penyebab diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi:

a) Infeksi bakteri Vibiro, E.coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

b) Infeksi virus Entreoovirus, (Virus NCHO, Coxsckie,

Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-

lain.

c) Investasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxsyuris,

Strongyolides), Protozoa, ( Entamoeba, Histolyitica,

Giardialamblia, Tricomonas Hominis) Jamur (candida

albicans)

d) Infeksi parenteral

Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain, diluar

alat pencernaan, Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,

Bronkopnumania, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak dibawah umur 2 tahun.

2. Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

10
3. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas, Walaupun jarang dapat menimbukan diare

terutama padaanak yang lebih besar.

4. Faktor Pendidikan

Menurut penilitan, ditemukan bahwa kelompok ibu, dengan status

pendidikan SLTP keatas atau mempunyai kemungkinan 1,25 Kali

memberikan cairan dehidrasi oral dengan baik kepada balita

dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD

kebawah. Diketahui juga bahwa pendidikan juga merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi

tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang

diperoleh si anak.

5. Faktor Pekerjaan

Ayah dan ibu yang bekerja pegawai negri atau swasta rata-rata

mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan

ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan

umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan.

Tetapi ibu yang bekrja harus membiarkan anaknya diasuh oleh

orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar

dengan penyakit.

6. Faktor Umur Balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun.

Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare

2,23 kali dibading anak umur 25-29 bulan.

11
7. Faktor Lingkungan

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama

dengan perilaku manusia. Faktor lingkungan apabila tidak sehat

karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku

manusia yang tidak sehat pula , yaitu melalui makanan dan

minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

8. Faktor Gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh

karena itu, pegobatan dan maknan baik merupakan komponen

utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya

kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan

karena dehidrasi dan malnutrisi, faktor gizi dilihat berdasarkan

status gizi yang baik = 100-90, kurang = <90-70 buruk = <70

dengan BB dan TB.

9. Faktor Ekonomi Kesehatan Masyarakat

Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-

faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare

berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi

rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang

memenuhi persyaratan kesehatan.

12
10. Faktor makanan dan minuman yang di konsumsi

Kontak anatara sumber dan host dapat terjadi melalui air,

terutama air minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara

sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat

berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada

tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk

memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makanan dan dapur.

Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri

Etamoeba Colli, Samonella,sigella dan virusnya yaitu Enterovirus,

Rotavirus, serta parasit yaitu cacing (Ascaris, Tricuris), dan

jamur (Candida Abikan)

11. Faktor terhadap Laktosa (Susu kaleng)

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulann pada pertama

kehidupan. Pada bayi yang tidak berikan ASI resiko untuk

menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberikan ASI

penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih

besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan pencemaran

oleh kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI

mengandung antibody yang dapat melindungi kita terhadap

berbagai kuman penyebab diare Singella dan V.Cholerae.

2.1.3. Manifestasi Klinis

Mula-mula anak menjadi cengeng gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat, nafsu makan menurun atau tidak ada kemudian timbul

diare. Tija cair dan mungkin di sertai lendir atau darah. Warna tinja

13
makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur

dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet dan seringnya

defekasi dan tinja makin lama makin asam akibat banyaknya asam

laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat di absorbsi usus

selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare

dan dapat di sebabkan oleh lambung yang turut meradang atau

akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila

penderita banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala

dehidrasi makin tampak berat badan menurun, turgor kulit berkurang,

mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir dan

mulut serta kulit kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang

dapat di bagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan bera, sedangkan

berdasrkan tonisitas plasma dapat di bagi menjadi dehidrasi

hipotonik, isotonik dan hipertonik. ( Mansjoer, 2009 )

2.1.4. Klasifikasi

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut,

diare persisten, diare kronik (Iskandar 2011) :

1. Diare akut

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi sedangkan

dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

1) Diare tanpa dehidrasi

2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5%

dari berat badan.

14
3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang

sekitar 5-8% dari berat badan.

4) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang 8-10%.

2. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,

merupakan kealnjutan dari diare akut atau peralihan antara diare

akut dan kronik.

3. Diare kronik

Diare kronik adalah diare hilang- timbul, atau berlangsung

lama dengan penyebab non-infeksi. Seperti penyakit sensitif terhadap

gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare

kronik lebih dari 30 hari.

2.1.5. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Hipokalemi
3. Hipokalsemi
4. Cardiyac dysrhythmias akibat hipokalemia dan hipokalesemi
5. Hiponatermi
6. Syok Hipovolemik
7. Asidosis. ( Suryadi 2007 ).
2.1.6. Penanganan awal diare

Penanganan awal diare dapat di lakukan ibu pada anak yang

sedang mengalami diare. Langkah pertolongan berikut hanya bersifat

pertolongan awal.

1. Berikan oralit sebagai cairan yang hilang. Apapun pemberiannya

harus di sesuaikan dengan tingkat keparahan dehidrasi yang di alami

anak, begitu juga dengan usianya.untuk satu bungkus oralit dengan

15
satu gelas air matang (200cc). Pada anak yang berusia kurang dari

satu tahun, berikan oralit sebanyak 50-100 cc setiap kali buang air

besar. Sedangkan pada anak yang berusia lebih dari satu tahun,

berikan oralit sebanyak 100-200 cc setiap kali buang air besar. Selain

melalui oral, oralit juga dapat di berikan melalui infus. Namun cara

ini haya di lakukan pada kasus-kasus yang lebih parah. Selain

membeli oralit di toko obat, ibu juga biasa membuatnya sendri

dengan mencampurkan satu gelas air degan sedikit gula putih dan

garam dapur.
2. Jika anak muntah berikan nutrisi cukup, atau pengenalan kembali

secara lengkap makanan anak setelah 4 jam dehidrasi. Jagan sesekali

melarang anak yang sedang diarae untuk makan, sebab hal itu

tidakbaik bagi kesehatannya dan megkhawatirkan dapat memperburuk

kondisinya. Ibu sangat di anjurkan untuk meneruskan pemberian

makanan pada anak sesuai dengan umur sebagaimana telah di

berikan pada hari-hari biasa dengan menu yang sama seperti saat ia

sehat. Hal ini bertujuan untuk mengganti cairan yang hilang selama

diare dan dehidrasi berlangsung. Ada pun dalam pemberian makanan,

harus di bedakan dengan anak yang sehat. Pada anak yang terserang

diare, sebaiknya makanan yang di berikan sedikit-sedikit saja tapi

sering.
3. Ada juga di anjurkan untuk memberikan suplemen Zinc pada anak.

hal ini bertujuan untuk meningkatkan kekebalan dinding usus

besarnya. Namun, yang perlu di perhatikan adalah sebisa kurangi

16
pemberian obat seperti antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian

anti biotik dapat menyebabkan diare kronik. (Adi D Tilong, 2014).


2.2. Konsep Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam

bentuk pegetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar

mau pun dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan :

berpikir, berpendapat bersikap) maupun aktif ( melakukan tindakan ) .

Peilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu

sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencapup berjalan,

berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga di

artikan sebagai aktifitas organisme, baik yang diamati secara langsung

maupun tidak langsung (Notoatmojo, 2007).

2.2.1. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Skinner dan Notoatmojo adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang

berkaitan dengan sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan makanan,

minuman dan lingkungan (Notoatmojo 2007)

17
2.2.2. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya

atau keinginan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya yang mencakup antaralain :

1. Makanan yang seimbang ( appropriate diet )

2. Olahraga teratur

3. Tidak merokok

4. Tidak minum-minuman keras dan narkoba

5. Istirahat yang cukup

6. Mengendalikan setres

7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya

tidak ganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.

2.2.3. Perilaku Sakit (Iiines Behavior)

Perilaku ini mencakup respon seseorang terhadap sakit penyakit,

persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab

penyakit, dan sebagainya.

2.2.4. Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behavior)

Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit,

yang harus diketahui orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama

keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (The sick role) yang

meliputi :

1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

2. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan

penyakit yang layak.

18
3. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh

pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada

dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang

lain, dan sebagainya).

Perilaku sehat untuk masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,

melainkan diperlukan contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh

agama, dan para petugas terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga

undang-undang kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut.

(Notoatmojo, 2007)

1) Perilaku sakit

Ada lima macam reaksi dalam mencari proses pengobatan

sewaktu sakit yaitu :

a. Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda

dari (medical care) untuk satu persoalan atau yang lain ,

meskipun tujuanya adalah untuk mencari dokter untuk

mendiangnosis dan mengobati sesuai harapan .

b. Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas

kesehatan pada lokasi yang sama.

c. Procrastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu

gejala sakit dirasakan.

d. Self Medication atau mengobati sendiri dengan ramuan atau

membelinya diwarung obat.

19
e. Discontuinity atau proses tidak melanjutkan ( menghentikan

pengobatan ).

2.2.5. Bentuk-bentuk perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup

yang sangat luas. Perilaku dibagi menjadi tiga domain atau rana/kawasan

yaitu rana kongnitif ( congnitive domain ), rana afektif ( affective

domain) dan rana psikomotor ( psychomotor domain ), meskipun kawsan-

kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.

Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,

yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut

yang terdiri dari :

1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan

(knowledge).

2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan ( attitude ).

3. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan

dengan materi pendidikan yang diberikan ( practice ) ( Notoatmojo,

2007 )

Nototoatmojo (2007) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa

perilaku merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus

( rangsangan dari luar ). Berdasarkan rumus teori skinner tersebut

maka perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

20
1) Perilaku tertutup ( covert behavior )

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus

tersebut masih belum dapat diamati orang lain ( dari luar ) secara

jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan.

2) Perilaku terbuka ( overt behavior )

Perilaku terbuka terjadi apabila respon terhadap stimulus

sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain

dari luar atau observable behavior.

Dari penjelasan diatas dapat disebutkn bahwa perilaku itu

terbentuk dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor

utama, yaitu :

Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar

diri seseorang. Faktor eksternal yang menentukan seseorang

merespon dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi,

fantasi, sugesti, dan sebagainya.

2.3. Konsep Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan kondisi yang ditandai dengan

bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

(Depertemen Kesehatan RI, 2009 ). Perkembangan balita dibagi beberapa

aspek yaitu perkembangan psikologis, perkembangan psikoseksual,

perkembangan sosaial dan perkembangan kongnitif ( Nicki, 2007 )

21
Berbicara tentang perkembangan balita banyak kita temui teori

yang membahas tentang tumbuh kembang anak. Berikut merupakan

beberapa teori tentang perkembangan balita menurut berbagai tokoh :

1. Perkembangan psikososial

Krisis pengembangan psikososial pada bayi adalah pada saat

masa percaya dan tidak percaya. Kualitas anatara hubungan orang

tua dan balita akan sangat berpengaruh pada tahap ini. Teori ini

berpendapat masa ataunomi atau kebebasan mulai muncul pada usia

todler dan pada usia ini anak akan menjalin hubungan sosial dengan

lingkungan.( Potter Dan Petty 2008 ).

2. Perkembangan kongnitif

Perkembangan periode sensorimotor merupakan perkembangan

tahap pertama dari perkembangan kongnitif.

Periode sensorimotor akan berlangsung sampai dengan tahun kedua

kelahiran dan setelah itu akan beralih ketahap pemikiran

praoprasional. Tahap ini ditandai dengan penggunaan simbol untuk

menunjuk benda, tempat atau orang dan pada tahap ini anak juga

meniru kegiatan yang dilakukan orang lain ( Kinney, 2009 ).

3. Perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa akan sangat dipengaruhi oleh

lingkunganya. Bahasa bukan kemampuan yang diperoleh dalam sekali

waktu namun perkembangan bahasa terjadi secara bertahap. Dalam

perkembangan bahasa dibutuhkan kelengkapan struktur dan fungsi

dari indra pendengaran, pernapasan, dan kongnitif yang dibutuhkan

untuk berkomunikasi. Perkembangan bahasa secara individu sangat

22
bervariasi dan dipengaruhi oleh kemampuan staf dan perkembnagan

kongnitif masing-masing individu. ( Wong 2007 )

4. Perkembangan sensori motor

Perkembangan sensori motor sangat erat kaitannya dengan

dunia bermain anak. Pada saat bermain anak akan menggunakan

kemampuan otot perarafnya. Dengan semakin berkembangnya

kemampuan sensori motor, individu akan mulai mengeksplor

lingkungan sekitarnya. ( Wong 2007 ).

5. Perkembangan motorik kasar

Dalam perkembangan gerik motorik kasar dapat dievaluasi

dari empat posisi yaitu ventral suspension, prone, sitting, dan

standing posisi suspension posisi balita tengkurap dan berusaha

mengagkat pantat.( Pillitteri 2009 )

6. Perkembangan motorik halus

Gerak yang melibatkan gerakan bagian tubuh yang melibatkan

otot-otot kecil. Gerak motorik halus dimulai dengan kemampuan

balita untuk menghisap ibu jari. Balita usia tiga bulan mulai

menjangkau benda-beda yang berada didekatnaya. Kemampuan

tersebut terus berkembang sampai pada usia 12 bulan balita dapat

menggambar garis simetris. ( Pillitteri 2009 ).

2.4. Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare

Tingginya angka kejadian diare pada anak tidak terlepas dari

peran orang tua, salah satunya adalah peran ibu. Menurut Setiadi

(2008) Peran ibu sebagai pegurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

23
anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah

tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok

sosial. Peran dalam hal masalah kesehatan adalah bagaimna ibu dapat

mencegah, menangani anak yang terkena penyakit diare. Peran ibu

dalam masalah kesehatan adalah penting karena di dalam merawat

anaknya ibu sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam

pengasuhan anak yaitu dalam memberi makanan, memberi perawatan

kesehatan dan memberi stimulus mental sehingga ibu dalam

pelaksanannya di harapkan dapat memberi pencegahan dan pertolongan

pertama dalam diare. Pengetahuan yang baik dilakukan ibu dalam

mengasuh balitanya dalam perilaku tepat yaitu mencuci tangan sebelum

memberi makan balitanya, mencuci sayuran sebelum di masak,

menggunakan air yang matang, mencuci botol susu serta mengganti

celana balita setelah balita diare. (Ali 2007).

Setiadi (2008) menyatakan bahwa pengalaman orang tua dalam

perawatan anak akan mempengruhi kesiapan mereka dalam menjalankan

peranya yaitu dengan mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada

maslah anak, kesehatan anak dengan kesehatan regular dengan

memeriksakan anak.

Banyaknya kejadian diare pada anak responden adalah sebagai

akibat dari peran orang tua yang belum memperhatikan secara benar

mengenai kebersihan dalam perawatan dalam pencegahan terhadap

kejadian diare pada anak. Anak responden yang menderita sakit diare

adalah anak yang masih berusia 4-5 tahun. Kebiasaan anak responden

24
yang memegang mainan dan apabila makan makanan, orang tua tidak

melakukan cuci tangan pada putra putrinya dapat menimbulkan anak

menjadi sakit diare.(Ali, 2007).

2.5. Konsep Pengetahuan Ibu

2.5.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Dalam hal ini pengetahuan orang tua tentang penatalaksanaan diare

yang diperoleh melalui penginderaan terhadap objek tertentu.

(Notoatmojo,2010)

2.5.2. Tingkatan Pengetahuan

Taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Aderson dan

Kratwohl (2001), terdapat perbedaan yang tidak banyak pada dimensi

Kognitif. Anderson (dalam Widodo, 2006: 140) menguraikan dimensi

proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup:

1. Mengingat (Remembering)

Dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

jangka waktu yang lama. Misalnya seorang ibu dapat mengingat

kembali pengetahuannya tentang bagaimana perawatan diare pada

balita.

25
2. Memahami (Understanding)

Membagun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk lisan,

tulisan, dan grafik komunikasi, termasuk didalamnya meringkas,

menyimpulkan, mengklasifikasi, membandigkan, menjelaskan,

mencontohakn. Misalnya seorang ibu mempunyai anak diare dapat

menyimpulkan dan menjelaskan tentang apa dan bagaimana

sebaiknya tindakan yang tepat untuk dilakukan pada anak yang

diare .

3. Menerapkan (Apply)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau

mengaplikasikan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi

yang sebenarnya. Misalnya seorang ibu yang telah paham tentang

tata laksana diare pada balita maka dia dapat mengaplikasikannya

pada saat anaknya mengalami diare.

4. Menganalisis (Analysze)

Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu

bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang satu

dengan yang lainnya. Conto seorang ibu dapat membedakan

antara diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, diare

dehidrasi berat, dan sebagainya.

5. Mengevaluasi (Evaluating)

Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap

situasi, nilai atau ide atau mampu melakukan penilaian berdasarkan

26
kriteria dan standar. Misalnya seorang ibu dapat menilai seorang

anak menderita diare atau tidak, dan sebagainya.

6. Menciptakan (Creating)

Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu

keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsure

kedalam pola atau struktur baru. Termasuk didalamnya hipotesa

(Generating), perencanaan (Planning), penghasil (Producing).

2.5.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

Memurut Notoatmojo (2007)

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya dalam merawat anaknya yang diare

dapat memperluas pengetahuannya tentang bagaimana penatalaksanaan

diare pada anak yang benar dan tepat.

2. Umur

Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan

tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur.

Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang

diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

27
pengetahuan akan berkurang. Seorang ibu yang berumur 40 tahun

pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia sudah berumur 60

tahun.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang

berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang

penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang

tingkat pendidikannya lebih rendah.

4. Sumber Informasi

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia

mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan

meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku. Walaupun

seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia memperoleh informasi

tentang penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan tepat maka

itu akan menambah pengetahuannya.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia

akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber

informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah akan sulit

28
mendapatkan fasilitas sumber informasi. Tetapi apabila berpenghasilan

cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas sumber informasi

sehingga pengetahuannya akan bertambah.

6. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempegaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap

sesuatu . Misalnya didaerah lain seorang ibu mempunyai persepsi lain

tentang cara merawat anak diare maka hal itu akan mempengaruhi

pengetahuannya tentang perawatan diare pada anak.

29
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Notoadmodjo (2010) mengatakan bahwa, yang dimaksud kerangka

konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualitas hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti.

Faktor internal : Pengetahuan orang tua tentang - Tahu


- Usia penyakit diare - Memahami
- Pengetahuan - Aplikasi
- Pendidikan
- penghasilan
- Pekerjaan Anak usia 4-5 tahun
- Analisis
- sikap - Sintetis
Faktor eksternal : - evaluasi
- Pengalaman Makanan dan Minuman yang (Notoatmojo
pribadi 2010)
di konsumsi.
- Ketarampilan
orang tua
- Pengaruh
Diare
lingkungan sosial - Baik
- Faktor emosional - Cukup
(Notoatmojo 2007) - Kurang Tidak Diare

Keterangan :

: Yang diteliti

: Tidak diteliti

: Hubungan

Gambar 3.1.Kerangka konseptual Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit

Diare Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare Pada Anak Usia 4-5 Tahun.

30
Penjelasan kerangka konseptual diatas adalah pengetahuan orang tua

tentang penyakit diare pada anak usia 4-5 tahun di pengaruhi oleh makanan

dan minuman yang di berikan orang tua pada anak. Beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan orang tua adalah faktor internal dan

external, faktor internal terdiri dari usia, pendidikan dan pekerjaan sedangkan

faktor eksternal terdiri dari pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang

dianggap penting, pengaruh kebudayaan media massa, faktor emosional.

Hubungan antara pengetahuan orang tua juga berpengaruh pada anak di

lihat dari, baik,cukupkurangnya sehingga akan diketahui efek terhadap kejadian

diare (diare atau tidak diare).

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan peneliti. Pertanyaan atau jawaban sementara tersebut harus diuji

apakah benar/diterima atau salah/ditolak (Nursalam, 2011)

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini yaitu:

 Hipotesis Alternatif (Ha)


Ada hubungan pengetahuan orang tua tentang penyakit diare pada anakdi

Puskesmas PandanwangiKecamatan Blimbing Kota Malang.ρ value< 0,05.

31
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian analitik yaitu untuk menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Penelitian ini

menggunakan pendekatanCross Sectionalyaitu menghubungkan antara dua

variabel pada suatu situasi atau kelompok subjek dimana setiap subjek

penelitian hanya diobservasi sekali aja dan pengukuran dilakukan

terhadap variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk

melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain.


Desain dalam penelitian ini hubungan antara 2 variabel tersebut

meliputi variabel Hubunganantara pengetahuan orangtua tentang penyakit

diare dengan perilaku orangtua dalam pencegahan diare pada anak usia 4 – 5

tahun dipuskesmas pandanwangi blimbing kota malang.

32
4.1.1. Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
30 anak usia 4-5 tahun di Puskesmas Pandanwangi, kecamatan Blimbing
kota Malang

Sample
Di peroleh 30 Anak usia 4- 5 tahun di Puskesmas Pandanngi, kecamatan
Blimbing kota Malang

Teknik Sampling
Teknik sampling yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling

Uji Validasi Dan Reliabilitas


Kuesioner

Pengumpulan Data

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Spearman Rank

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1
Hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penyakit diare dengan perilaku orang tua dalam
pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun di puskesmas pandanwangi blimbing, kota malang.

33
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
4.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yangmempunyaikualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,

( Nursalam,2008).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalahanak usia 4- 5

tahunadalah 30 orang dipuskesmas pandanwangi kecamatan blimbing kota

malang

4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipengaruhi sebagai

subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam

penelitian ini adalah semua anak yang menderita penyakit diare di puskesmas

pandanwangi blimbing Kota Malang.

4.2.3. Tehnik Sampling

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel

benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2008).

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total

sampling adalah tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan jumlah populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah

populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian

semuanya (Sugiyono, 2010).

34
4.3 Kriteria Sampel
4.3.1. Kriteria Inkusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam,

2012).Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :


1. Orang tua yang bersedia menjadi responden
2. Orang tua yang hadir pada saat penelitian.
4.3.2. Kriteria Ekslusi
Merupakan kriteria dimana subjek peneliti tidak dapat mewakili sampel

karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam,2008).

Kriteria eklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Anak usia 4-5 tahun yang terserang penyakit diare.


4.4. Identifikasi Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu :

4.4.1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel Independen ini merupakan suatu variable penelitian yang

tidak ketergantungan kepada variabel penelitian lainnya (dikutip dari buku

Penelitian Kesehatan,2011: 67). Variabel ini juga dikenal dengan nama

variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas dalam penelitianini adalah pengetahuan orang tua

tentang penyakit diare pada anak usia 4 – 5 tahun di Puskesmas

pandanwangi blimbing kota malang.

35
4.4.2. Variabel Terikat (dependen)

Variabel Terikat (dependen) adalah suatu variabel penelitian yang

ketergantungan kepada variabel penelitian lainnya atau variabel sebab akibat

(dikutip dari buku Penelitian Kesehatan, 2011: 67).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Hubungan pengetahuan

orang tua tentang penyakit diare

4.5 Definisi Operasional

Definisi Operasional hubungan antara pengetahuan orang tua tentang

penyakit diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak

usia 4-5 tahun di puskesmas pandanwangi blimbing, kota malang

36
Definisi Operasional dapat dilihat dengan table di bawah ini :

No Variabel Definisi operasional Parameter Alat Ukur Skala ukur Hasil ukur

1. Variabel Diare adalah penyakit yang 1.Pengertian Lembar Ordinal 1.Baik :> 75%.
Independen di tandai dengan Penyakit diare Kuesioner 2.cukup 40-75%.
Pengertian Diare bertambahnya frekuensi 2.Penyebab penyakit diare 3.kurang <40%.
defekasi lebih dari biasanya 3.Gejala penyakit diare ( Aziz Alimu 2011)
>3 kali sehari disertai 4.cara penularan penyakit
perubahan konsistensi tinja diare
(menjadi cair) dengan atau 5.pencegahan penyakit
tanpa darah atau lendir diare
(Suraatmaja 2010) 6.pengobatan diare

2. Variabel Pengetahuan adalah 1.Buang air besar lebih dari Lembar Ordinal l 1.Baik 76-100 %
Dependen pengetahuan yang di miliki 3-4 kali perhari kuesioner 2.Cukup 56-75%
Pengetahuan orang tua tentang penyakit 2.Tinja berbentuk ciran 3.Kurang <76
orang tua diare meliputi : atau disertai lendir (Arikunto 2007)
gejala,penyebab,dampak,pe
ncegahan dan
penanggulangan penyakit
diare
Tabel 4.5 Definisi operasional hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penyakit diare Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare Pada Anak Usia 4-5
Tahun Puskesmas Pandanwangi Blimbing Kota Malang.

32
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di puskesmas pandanwangi, kecamatan blimbing,

kota malang, pada bulan agustus tahun 2017.


4.7 Pengumpulan Dan Pengolahan Data
4.7.1. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Instrumen ini disusun dan dikembangkan berdasarkan definisi

operasional variabel. Kuesioner yang diberikan responden terelebih dulu

dilakukan uji validitas dan rehabilitas.


4.7.2. Uji Validitas Dan Rehabilitas
Suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa

yang diukur dan mengetahui apakah ada hubungan anatara pengetahuan

orang tua dengan penyakit diare dengan perilaku orang tua dalam

pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun. (Notoatmodjo, 2012).

Analisa data yang digunakan adalah Speraman Rank Correlation .Hasil

penyajian data akan disajikan dalam bentuk Spearman Rank Correlation

dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

p = rho

n = Jumlah sampel

bi = pengurangan rangking X1 dengan rangking X2

Berdasarkan hasil uji statistik dapat diperoleh kemaknaan hubungan

antara dua variable yaitu :

Tabel rho Spearman Rank dengan N = 15 dan Alpha 5% maka r table

sebesar 0,514. Oleh karena didapatkannya rs = 0,339 sehingga dapat

ditemukan nilai Z hitung dan Z table sebesar 1,96. Dengan demikian Z

33
hitung>Z table, maka HO ditolak dan HI diterima artinya ada hubungan

antara pengetahuan orang tua tentang penyakit diare dengan perilaku

orang tua dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun di

puskesmas pandanwangi blimbing kota malang. Korelasi yang terjadi

adalah lemah keeratannya dengan nilai korelasi sebesar 0,339 yang

menunjukan korelasi searah dan keeratan hubungan lemah. Hal ini dapat

dilihat dari kelompok nilai keeratan korelasi dengan angka koefisien

sebesar 0,21-0,40 adalah lemah keeratannya.

4.8 Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data

(Nanda,2010: 11). Teknik yang digunakan adalah pegumpulan data secara

primer yaitu dilakukan secara langsug pada subjek penelitian dengan

menggunakan kuesioner dimana pertanyaan tersebut sudah tersedia.


4.9 Proses Pengumpulan Data
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan

permohonan ijin dengan langkah sebagai berikut :


4.9.1. Perijinan
1. Peneliti terlebih dahulu mengajukan judul pada institusi pendidikan
2. Institusi pendidikan mengajukan permohonan surat ijin peneliti yang

ditujukan kepada Bakesbagpol


3. Setelah mendapat ijin dari bakesbagpol, membawa surat tembusan ke

Kantor Dinas Kesehatan


4. Setelah mendapat ijin dari Dinas Kesehatan peneliti membawa surat

tembusan untuk memberitahukan bahwa peneliti akan mengadakan

penelitian di puskesmas Tersebut.


5. Peneliti membuat proposal dengan bimbingan dari institusi pendidikan, dan

telah diajukan terlebih dahulu kemudian dilakukan penelitian.


a. Proses Pengumpulan Data

34
a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner

responden
b) Sebelum membagikan lembar kuesioner kepada responden diberikan

dahulu lembar permohonan memjadi responden, dan apabila

responden bersedia maka diberikan lembar persetujuan (informed

consent) kepada responden yang berjumlah 72 orang responden

bersedia menjadi responden dan telah menandatangani lembar

persetujuan.
c) Penelitian dimulai dengan menjelaskan kepada responden mengenai

petunjuk pengisian kuesioner.


d) Sebagian responden mengisi kuesioner dan juga sebagian dibantu

peneliti saat pengisian kuesioner.


e) Penelitian di laksanakan di Puskesmas Pandanwangi
f) Setelah penelitian selesai dilakukan maka selanjutnya dilakukan

proses pengolahan data.

4.10 Pengolahan Data


Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, peneliti melakukan tahap

sebagai berikut :
4.10.1. Editing
Editing yaitu proses awal dari pengolahan data dimulai dengan

pemeriksaan data dari lapangan, kemudian peneliti bahwa data yang

diperoleh baik, artinya semua data telah terisi semua, konsisten, relevan,

dan dapat dibaca dengan baik.

4.10.2. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data, maka data yang telah

terkumpul diberi tanda sesuai dengan kategori yang telah disediakan. Hal

ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi data.


Pemberian kode dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

35
a. Responden
Responden 1 diberi : kode 1
responden 2 diberi : kode 2
danseterusnya.
b. Pertanyaan
Pertanyaan nomor 1 diberi : kode 1
Pertanyaan nomor 2 diberi : kode 2
Dan seterusnya.
c. Jenis kelamin
Laki-laki diberi : kode 1
Perempuan diberi : kode 2

4.10.3. Skoring

Skoring adalah pemberian skor penelitian setelah data terkumpul.

(Arikunto, 2008). Jawaban dari kuesioner yang telah terkumpul

masing-masing pertanyaan memiliki nilai skor tertinggi dan terendah.

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan dengan pengolahan data

dengan pemberian skor yaitu:


a. Data perilaku dalam pencegahan diare :
a) Baik =>75%
b) Cukup =40-75%
c) Kurang=<40%
b. Data kejadian Diare diberi score :
a. Baik = 70-100%
b. Cukup = 56-75%
c. Kurang= <56%

4.10.4. Trasfering

Kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah diberi kode

disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden

terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang

diteliti.

4.10.5. Tabulating

Pengelompokan data atas jawaban-jawaban dengan teratur dan teliti,

kemudian dihitung dan dijumlahkan dan disajikan dalam bentukt abel.

36
4.11 Teknik Analisa Data
4..11.1. Analisis Univariate

Analisis Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Dalam analisa ini menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

4..11.2. Analisis Bivareate

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Spearman

Rank yaitu tes yang dilakukan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan

antara dua variabel yang berskala ordinal-ordinal dengan bantuan program

SPSS Versi 16.0 For Windows

Rumus perhitungan adalah :

Keterangan :

rs = Nilai Korelasi

di2 = Selisih setiap pasangan Rank

n = Jumlah pasangan Rank

Jika hasil statistik nilai pVolue menunjukan kurang dari alpha 0,05,

berarti terima HI terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antara

pengetahuan orang tua tentang penyakit diare dengan perilaku orang tua

dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun di puskesmas

pandanwangi blimbing kota malang.

37
a. Informed consent

Infomed consend merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

denganresponden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Infomed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembaran persetujuan untuk menjadi responden. Jika

responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak

responden (Hidayat, 2011).

b. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memeberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2011).

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset. ( Hidayat, 2011).

d. Keterbatasan

Kepercayaan responden pada waktu menjawab pertanyaan pada

kuesioner walaupun dalam pengisianinstrumen sudah dibuat inisial.

38
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pandanwangi Blimbing

beralamat di Jl. Laksda Adi Sucipto No.316, Blimbing, Kota Malang, Jawa

Timur. Puskesmas ini beroperasional selama 24 jam dalam satu

hari.Fasilitas pelayanan puskesmas terdiri dari Klinik Umum, Klinik Gigi,

Klinik Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Klinik Keluarga Berencana, Klinik

IMS dan Klinik Konsultasi Gizi. Wilayah kerja yaitu Kelurahan

Pandanwangi, Kelurahan Purwodadi, Kelurahan Polowijen, Kelurahan

Arjosari Dan Kelurahan Bale arjosari.

5.2 Data umum

Data umum merupakan karakteristik responden di Puskesmas

Pandanwangi Blimbing, Kota Malangmeliputi umur, pendidikan, umur

anak, pekerjaan dan informasi kesehatan.

5.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu

Responden dalam penelitian ini adalah ibu menyusui di Puskesmas

Pandanwangi Blimbing, data umur responden disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Puskesmas


Pandanwangi Blimbing, Kota Malang
Umur Frekuensi Persentase (%)
20-24 tahun 9 30,0
25-29 tahun 16 53,3
30-34 tahun 5 16,7
Total 30 100

39
BerdasarkanTabel 5.1 diketahui sebagian besar16(53,3%) responden

berusia 20-24 tahun dan sebagian kecil 5 (16,7%) responden berusia 30-34

tahun.

5.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ibu di Puskesmas

Pandanwangi BlimbingKota Malang,disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di


Puskesmas Pandanwangi Blimbing, Kota Malang
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 0 0,0
SMP 2 6,7
SMA 14 46,7
Perguruan Tinggi (S1) 14 46,7
Total 30 100

BerdasarkanTabel 5.2 diketahui sebagian besar 14 (46,7%) responden

berpendidikan SMA dan sebagian kecil 2 (6,0%) responden berpendidikan

SMP.

5.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak

Karakteristik responden berdasarkan umur anakdi Puskesmas

Pandanwangi Blimbing, Kota Malang, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Anak di Puskesmas


Pandanwangi Blimbing, Kota Malang
Umur Anak Frekuensi Persentase (%)
4tahun 15 50,0
5tahun 15 50,0
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui sebanyak 15 (50,0%) anak masing-

masing berumur 4 tahun dan 5 tahun.

40
5.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu di Puskesmas

Pandanwangi Blimbing Kota Malang, di sajikan pada tabel berikut.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas


Pandanwangi Blimbing, Kota Malang
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
IRT 3 10,0
Petani 2 6,7
Pegawai swasta 11 36,7
Wiraswasta 14 46,7
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui sebagian besar 14 (46,7%)responden

memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta dan sebagian kecil 2 (6,7%)

responden memiliki pekerjaan petani.

5.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Kesehatan

Karakteristik responden berdasarkan informasi kesehatan di Puskesmas

Pandanwangi Blimbing Kota Malang, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Informasi Kesehatan di


Puskesmas Pandanwangi Blimbing Kota Malang
Informasi Kesehatan Frekuensi Persentase (%)
Petugas kesehatan 22 73,3
Radio 4 13,3
Surat kabar 4 13,3
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui sebagian besar 22 (73,3%) ibu

mendapatkan informasi pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun dari

pelayanan kesehatan (puskesmas, praktek dokter, perawat, bidan, dll) dan

sebagian kecil 4 (13,3%) ibu masing-masing mengetahui informasi

pencegahan diare melalui radio dan surat kabar.

41
5.3 Data Khusus
Data khusus dalam penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan

orang tua tentang penyakit diare dan perilaku orang tua dalam

pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun, serta hasil uji spearman

rank, data disajikan sebagai berikut:


5.3.1. Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Diare

Pengetahuan orang tua tentang penyakit diare di Puskesmas

Pandanwangi Blimbing Kota Malang, disajikan sebagai berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Orang Tua


Tentang Penyakit Diare di Puskesmas Pandanwangi Blimbing
Kota Malang
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 4 13,3
Cukup 26 86,7
Kurang 0 0,0
Total 30 100

BerdasarkanTabel 5.6 diketahui sebagian besar 26 (86,7%) ibu memiliki

pengetahuan cukuptentang tentang penyakit diaredi Puskesmas

Pandanwangi Blimbing, Kota Malang.

5.3.2. Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare Pada Anak

Perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5

tahundi Puskesmas Pandanwangi Blimbing Kota Malang, disajikan sebagai

berikut:

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Orang Tua Dalam


Pencegahan Diare Pada Anak Usia 4-5 Tahun di Puskesmas
Pandanwangi Blimbing, Kota Malang
Perilaku Frekuensi Persentase (%)
Baik 20 66,7
Cukup 10 33,3
Kurang 0 0,0
Total 30 100

42
BerdasarkanTabel 5.7 diketahui sebagianbesar 20 (66,7%)ibu memiliki

perilaku baik dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun di

Puskesmas Pandanwangi Blimbing,Kota Malang.

5.3.3. Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Diare


Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare Pada Anak
Usia 4-5 Tahun

Penelitian ini mengunakan uji speraman rank untuk menentukan

hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penyakit diare dengan

perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun di

Puskesmas Pandanwangi Blimbing, Kota Malang, keapsahaan data dilihat

dari tingkat signifikasi (α) kurang dari 0,05, adapun data disajikan sebagai

berikut:

Tabel 5.8 Tabulasi Silang Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua


Tentang Penyakit Diare Dengan Perilaku Orang Tua Dalam
Pencegahan Diare Pada Anak Usia 4-5 Tahun di Puskesmas
Pandanwangi Blimbing, Kota Malang
Pencegahan
Hubungan antar variabel Total p value
Baik Cukup
Baik 3 (10,0%) 1 (3,3%) 4 (13,3%)
Pengetahuan
Cukup 17 (56,7%) 9 (30,0%) 26 (86,7%) 0,002
Total 20 (66,7%) 10 (33,3%) 30 (100%)

Berdasarkan Tabel 5.8membuktikan bahwa dari 26 (86,7%)ibu yang

memiliki pengetahuan cukup tentang penyakit diare memberi dampak

perilaku baik pada 28 (56,0%) ibu dalam pencegahan diare pada anak usia

4-5 tahun. Hasil perhitungan ujispearman rank diperoleh p value sebesar

0,002<0,050, yang berarti ada hubungan antara pengetahuan orang tua

tentang penyakit diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan

diare pada anak usia 4-5 tahun di Puskesmas Pandanwangi Blimbing,

Kota Malang.

43
5.4 Pembahasan

5.4.1 Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Diare

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar 26

(86,7%) ibu memiliki pengetahuan cukup tentang tentang penyakit diare dan

sebagian kecil 4 (13,3%)ibu memiliki pengetahuan baik tentang tentang

penyakit diaredi Puskesmas Pandanwangi Blimbing, Kota Malang.


Pengetahuan ibu yang cukup tentang tentang penyakit diare seperti

mengetahui cara pencegahan dan pengobatan diare. Cara pencegahan diare

seperti berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan

makanan dan lingkungan rumah. Pengobatan seperti memberikan oralit atau

langsung membawa ke tenaga kesehatan.Penyakit diare merupakan salah

satu penyakit yang berbasisi lingkungan.Apabila faktor lingkungan tidak

sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku

manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman

(Nelson, 2015).
Kejadian diare pada anak harus ditangani sesegera mungkin karena

diare bisa menyebabkan tubuh anak dehidrasi yang berdampak fatal bagi

nyawa anak. Diare bisa menyebabkan anak kekurangan cairan, dengan

penyebab diare berupa infeksi yang disebabkan oleh bakteri maupun virus,

parasit perut (cacing) dan alergi makanan (Tilong, 2014).

44
5.4.2 Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare Pada Anak Usia 4-5
Tahun

Berdasarkan hasil penelitiandiketahui bahwa sebagian besar 20

(66,7%)ibu memiliki perilaku baik dalam pencegahan diare pada anak

usia 4-5 tahundan sebagian kecil sebanyak 10 (33,3%) ibu memiliki perilaku

cukupdi Puskesmas Pandanwangi Blimbing, Kota Malang.


Perilaku baik dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun

seperti memberikan makanan sehat kepada anaknya, membersihkan

lingkungan rumah dari kotoran, membiasakan anak cuci tangan sebelum

makan dan sesudah buang air besar menggunakan sabun.Menurut FKUI

(2015), menjelaskan perilaku pencegahan diare yang baik akan menghindari

anak terkena diare.


Penyakit diare bisa dicegah dengan memperhatikan kebersihan

tubuh agar selalu bersih, memelihara lingkungan seperti membuang sampah

pada tempatnya, menghindari mengkonsumsi makanan atau minuman yang

sudah basi dan mencuci tangan sebelum makan. Sedangkan penanganan

diare pada anak bisa menggunakan garam oralit untuk mengantikan cairan

tubuh yang hilang, memberikan makan dan minum yang secukupnya

kepada anak dan memberikan suplemen zink hal ini bertujuan untuk

meningkatkan kekebalan dinding usus besar anak (Pudiastuti, 2011).

5.4.3 Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Diare


Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare Pada Anak
Usia 4-5 Tahun

Berdasarkan ujispearman rank diperoleh p value sebesar0,002<0,050,

yang berarti ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penyakit

diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5

tahundi Puskesmas Pandanwangi Blimbing, Kota Malang. Hasil tabulasi

45
silang membuktikan dari 26 (86,7%)ibu yang memiliki pengetahuancukup

tentang penyakit diare memberi dampak perilakubaik pada 28 (56,0%) ibu

dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun.


Berdasarkan hasil penelitian dapat dipahami bahwa pengetahuan yang

cukup tentang diare mampu meningkatkan perilaku orang tua menjadi baik

dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun.Pencegahan diare pada

anakdapat diatasi dengan menjaga kebersihan dan mengolah makanan

yang sehat dan bersih. Ibu yang memiliki pengetahuan cukup mampu

menangani sesegera mungkin apabila anak mengalami diare seperti

memberikan oralit, memberikan air atau susu formula sehingga anak tidak

mengalami dehidrasi dan langsung membawa ke layanan kesehatan terdekat

(Ngastiyah, 2015).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

olehAdisasmito (2016), membuktikan bahwaada hubungan pengetahuan

dengan sikap ibu dalam pencegahan diare. Pencegahan yang dilakukan

seperti menerapkan hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga

seperti memelihara kebersihan fisik anak, makanan dan lingkungan rumah.

Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya pengetahuan yang cukup

mampu mendorong ibu menerapkan perilaku bersih untuk pencegahan diare.

46
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian tentang hubungan antara pengetahuan orang tua tentang

penyakit diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak

usia 4-5 tahun di Puskesmas Pandanwangi Blimbing, Kota Malang,

menyimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar 26 (86,7%) ibu memiliki pengetahuan cukup tentang

penyakit diare di Puskesmas Pandanwangi Blimbing, Kota Malang.


2. Sebagian besar 20 (66,7%) ibu memiliki perilaku baik dalam

pencegahan diare pada anak usia 4-5 tahun di Puskesmas Pandanwangi

Blimbing, Kota Malang.


3. Ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penyakit diare

dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak usia 4-5

tahundi Puskesmas Pandanwangi Blimbing, Kota Malang, diperoleh p

value sebesar0,002<0,050.
6.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Menjelaskan kepada ibu tentang pencegahan dan pengobatandiare

pada anak usia 4-5 tahunyang bertujuan menghindari anak terkena diare

dan dehidrasi akibat diare.


2. Bagi ibu
Mencukupi memberikan pengobatan sesegera mungkin apabila anak

mengalami diare dengan memberikan oralit atau larutan gula garam dan

memberikan anak air minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi,

apabila diare berkelanjutan segera bawa ke layanan kesehatan.


3. Bagi Peneliti Selanjutnya

47
Peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan memberikan

pendidikan kesehatan tentang penanggulangan diare sehingga

meningkatkan pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada anak.

48
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013

Depkes RI, (2012). Buku profile Kesehatan Indonesia tahun 2012

WHO , (2013).Data Tentang Diare 2013

Dinkes Provinsi Jawa Timur . Jumlah Penderita Diare. ( 2009 -

2010 ).

Depkes RI, (2010) pedoman pemberantasan diare jakarta :DepKes RI

Notoatmojo ( 2007). Pendidikan dan perilaku kesehatan . Jakarta : Rineka

cipta

Notoatmojo ( 2012 ). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta

:Rineka Cipta.

Wong ( 2001 ). Psikologi Anak dan Remaja .Bandung Remaja

Rosdakarya

Pillittreri A. ( 2008 ) . Maternal And Chilid Health Nursing. Care of

the Chilid Bearning Family.

Potts, Nicky L ( 2007 ). Pediatric Nursing Caring For Cilderen And

Their Families Secoud Editions. New York Thomson Delmar Learnig

Surwono ( 2008 ). Psikologi Remaja ( Edisi 8 ). Jakarta : Raja

Grafindo Pustaka.

Kinney , Raiborn, Cecily A. Michael R ( 2009 ). Chast Accouting :

Foundations And Evalutions 7 The Edition. South Westren : Mason.

Notoatmojo ( 2007 ). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku

Jakarta : Rineka Cipta.

49
Iskandar . ( 2011 ). Pedoman Pertolongan pertama Yang Harus

Dilakukan Saat Gawat Darurat Medis . yogjakarta : Andi Offset

Widoyono, ( 2011 ) . Tatalaksana Diare Pada Anak Jakarta :

Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik

Andi D . Tilong ( 2014 ). Penyakit – Penyakit Yang Disebabkan

Makanan Dan MInuman Pada Anak . Yogyakarta Baguntapan.

Nursalam. ( 2011 ). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi Tesis Dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika.

Notoatmojo (2007) promosi kesehatan dan ilmu perilaku Jakarta : Rineka

Cipta

Suraatmaja, 2007. Gastroenteritis akut. Dalam: Suharyono,Boediarso

aswitha, Halimun EM

(editors). Gastroenterologi anak praktis. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Notoatmodjo,. 2009. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. jakarta:

Rineka Cipta

Notoadmodjo, S. Konsep Perilaku Dan Perilaku Kesehatan. Dalam:

Notoadmodjo, S. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;

2007

50
Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth.Responden
di
TEMPAT

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa STIKES

HUSADA Jombang Program Studi Keperawatan akanmelakukan penelitian yang

berjudul ”Hubungan Antara Pengetahun Orang Tua Tentang Penyakit Diare

Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare Pada Anak Usia 4-5 Tahun

Di Puskesmas Pandanwangi Blimbing Kota Malang ”.

Nama : Anita N. R. Benu

NIP : 2016 030 127

Bersama ini saya mohon kesediaan Ibu/bpk untuk menjadi responden dan

memberikan jawaban pertanyaan dengan jujur karena jawaban anda akan

menentukan hasil penelitian ini. Jawaban anda akan kami jaga kerahasiannya dan

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas bantuan dan partisipasinya saya sampaikan terima kasih.

Jombang,

Hormat Saya

(Anita N.R.Benu)
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Hubungan Antara Pengetahun Orang Tua Tentang Penyakit Diare Dengan

Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di

Puskesmas Pandanwangi Blimbing Kota Malang” yang dilaksanakan sebagai

tugas akhir menyelesaikan Program Studi Keperawatan STIKES HUSADA

Jombang

Surat pernyataan ini saya buat dengan sadar tanpa paksaan dari pihak

manapun.

Jombang, 2017

Responden

(..............................)
Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER

“Hubungan Antara Pengetahun Orang Tua Tentang Penyakit Diare Dengan

Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Diare Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di

Puskesmas Pandanwangi Blimbing Kota Malang”

A. DATA UMUM (DAFTAR DEMOGRAFI)

1. Nama (inisial) :

2. Umur :4 5

3. Jenis Kelamin :  L  P

4. Agama :  Katholik  Islam  Kristen  Hindu  Budha

B. PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG DIARE.

1) Apakah anda pernah mendegar tentang penyakit diare ?


a) Ya
b) Tidak
2) Jika pernah Apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan penyakit diare?
a) Muntah
b) Mencret
c) Muntah dan mencret
d) Tidak tahu
3) Apakah anda mengetahui penyebab penyakit diare?
a) Ya
b) Tidak
4) Jika anda mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan diare ?
a) Kuman penyakit
b) Tidak cuci tangan sebelum makan
c) Air yang kotor
d) Makanan yang mengandung kuman penyakit
e) Tidak tahu
5) Menurut anda, diare dapat menular melalui apa saja ?
a) Air
b) Udara
c) Makanan dan minuman
d) Susu sapi
e) Tidak tahu
6) Menurut anda berapa kali buang air besar dalam sehari hingga di sebut

sebagai penderita diare?

53
a) 1-3 kali sehari
b) Lebih dari 3 kali sehari
c) Beberapakali asalkan tinjanya encer
d) Tidak tau
7) Bagaimna cara mencegah diare ?
a) Selalu menjaga kebersihan makan dan minuman
b) Mencuci tangan sebelum makan
c) Mencuci tangan setelah buang air besar
d) Masak air minum hingga mendidih
e) Tidak Tau
8) Apa yang harus diberikan kepada penderita diare ?
a) Oralit
b) Penganti oralit (lartan gula, garam atau air tajin)
c) Obat anti diare
d) Lain-lain
e) Tidak tahu

2. PERILAKU ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN DIARE

1. Apakah Anda setuju akan pemberian oralit pada penderita diare?

a). Setuju

b). Tidak setuju.

2. Apakah Anda setuju bahwa penderita diare balita harus segera dibawa ke

dokter?

a). Setuju

b). Tidak setuju.

3. Apakah Anda setuju bahwa sebelum makan harus mencuci tangan dengan

sabun?

a). Setuju

b). Tidak setuju,

4. Apakah Anda setuju diadakan penyuluhan tentang Diare?

a). Ya

b). Tidak setuju.

54
5. Apakah Anda setuju diadakan kerja bakti di lingkungan tempat tinggal

Anda?

a). Setuju

b). Tidak setuju

55
3. SIKAP ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN DIARE

1. Apakah Anda setuju akan pemberian oralit pada penderita diare?

a). Setuju

b). Tidak setuju

2. Apakah Anda setuju bahwa penderita diare balita harus segera dibawa ke

dokter?

a). Setuju

b). Tidak setuju

3. Apakah Anda setuju bahwa sebelum makan harus mencuci tangan dengan

sabun?

a). Setuju

b). Tidak setuju

4. Apakah Anda setuju diadakan penyuluhan tentang Diare?

a). Ya

b). Tidak setuju

5. Apakah Anda setuju diadakan kerja bakti di lingkungan tempat tinggal

Anda?

a). Setuju

b). tidak setuju

56
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FORMULIR PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Kepada : LPPM
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES HUSADA
JOMBANG
BIODATA MAHASISWA NIM : 2016030127 IPK :
Nama Lengkap Anita Nini Reanda Benu
Tempat Tanggal
Taelete 16 januari 1990 Foto Berwarna
Lahir
Backgroun Merah
Alamat Tinggal Jl.Basuki Rahmat, Gg.VI
Menggunakan
No. Telp 082247284690 Jas ALmamater
Alamat Email

Lainnya

PROFIL PENELITIAN

Judul Hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penyakit diare


Skripsi: dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare pada anak usia
4-5 tahun di Puskesmas Pandanwangi Blimbing Kota Malang.

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Widya Indah pratiwi,SE,MM Karisma Dwi Ana.S.Kep.,Ns


NPP.0717087601 NPP.011303108

Mengetahui :

Ka PROGRAM STUDI SARJANA


LPPM SARJANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
STIKES HUSADA JOMBANG

Ns. ZUHROTUL UMAROH, S.Kep.


PRAWITO,S.Kep.,Ns
NPP. 011 005 072
NPP. 011 305 109

57

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V Evaluasi
    Bab V Evaluasi
    Dokumen4 halaman
    Bab V Evaluasi
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Proposal Ronde Keperawatan Di Ruang Interna 2 Rsud Dr. Soedarsono Kota Pasuruan
    Proposal Ronde Keperawatan Di Ruang Interna 2 Rsud Dr. Soedarsono Kota Pasuruan
    Dokumen120 halaman
    Proposal Ronde Keperawatan Di Ruang Interna 2 Rsud Dr. Soedarsono Kota Pasuruan
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Gempa 2018 PDF
    Laporan Gempa 2018 PDF
    Dokumen5 halaman
    Laporan Gempa 2018 PDF
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • T
    T
    Dokumen17 halaman
    T
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • OPTIMALKAN MAKP
    OPTIMALKAN MAKP
    Dokumen131 halaman
    OPTIMALKAN MAKP
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • .
    .
    Dokumen161 halaman
    .
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Wa0034
    Wa0034
    Dokumen122 halaman
    Wa0034
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Kep. Revisi 2016
    Format Pengkajian Kep. Revisi 2016
    Dokumen21 halaman
    Format Pengkajian Kep. Revisi 2016
    Clara Destania
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Maternitas-1
    Format Askep Maternitas-1
    Dokumen16 halaman
    Format Askep Maternitas-1
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Dokumen Dari 니사아치
    Dokumen Dari 니사아치
    Dokumen1 halaman
    Dokumen Dari 니사아치
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Maternitas-1
    Format Askep Maternitas-1
    Dokumen16 halaman
    Format Askep Maternitas-1
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Form Pendaftaran BTCLS
    Form Pendaftaran BTCLS
    Dokumen1 halaman
    Form Pendaftaran BTCLS
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Surat Undangan
    Surat Undangan
    Dokumen2 halaman
    Surat Undangan
    chenuel
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Jiwa
    Jurnal Jiwa
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Jiwa
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Maternitas-1
    Format Askep Maternitas-1
    Dokumen16 halaman
    Format Askep Maternitas-1
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Lefalet Diare-1
    Lefalet Diare-1
    Dokumen2 halaman
    Lefalet Diare-1
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Attachment
    Attachment
    Dokumen5 halaman
    Attachment
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Bab I-1
    Bab I-1
    Dokumen10 halaman
    Bab I-1
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Hernia Fix Poll
    Hernia Fix Poll
    Dokumen45 halaman
    Hernia Fix Poll
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Lapran Kelompok Ros
    Lapran Kelompok Ros
    Dokumen27 halaman
    Lapran Kelompok Ros
    Supardi Al-Jelantik
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Kep - Anak
    Format Pengkajian Kep - Anak
    Dokumen12 halaman
    Format Pengkajian Kep - Anak
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Bab I-1
    Bab I-1
    Dokumen10 halaman
    Bab I-1
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Hernia Fix Poll
    Hernia Fix Poll
    Dokumen45 halaman
    Hernia Fix Poll
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Sak Ileus
    Sak Ileus
    Dokumen6 halaman
    Sak Ileus
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Pendahuluan
    BAB 1 Pendahuluan
    Dokumen11 halaman
    BAB 1 Pendahuluan
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Renpra Fraktur
    Renpra Fraktur
    Dokumen4 halaman
    Renpra Fraktur
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Pathways SKA
    Pathways SKA
    Dokumen1 halaman
    Pathways SKA
    Firdaus Dwi Kuncara
    100% (5)
  • Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa Keperawatan
    Dokumen6 halaman
    Diagnosa Keperawatan
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat
  • Sak Cva
    Sak Cva
    Dokumen2 halaman
    Sak Cva
    Fitri Thu Bundanya Fendi
    Belum ada peringkat