Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

Mastoiditis adalah proses peradangan yang melibatkan sel-sel mastoid pada tulang
temporal. Mastoiditis umumnya merupakan komplikasi dari otitis media. Hal ini dikarenakan
karena adanya hubungan antara telinga tengah dan sel-sel udara mastoid, inflamasi pada telinga
tengah juga dapat mempengaruhi mastoid. Kedua peradangan ini dapat di anggap aktif atau
inaktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi dengen pengeluaran sekresi telinga atau otorrhea
akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi. Inaktif merujuk
pada sekuele dari infeksi aktif terdahulu, dengan begitu tidak ada otorrhea. 1,2
Insidensi tertinggi mastoiditis terjadi pada negara berkembang dan pada anak kecil.
Kebanyakan pasien berumur ≤ 5 tahun. Namun, mastoiditis dapat terjadi pada umur berapun.
Menurut penelitian insidensi mastoiditis pada anak meningkat dikarenakan kurangnya atau tidak
efektifnya terapi antibiotik pada saat episode otitis media akut. Namun, insidensi berkurang
setelah era antibiotik mulai berkembang.1,,3 Patogen yang paling sering menyebabkan
mastoiditis yaitu Streptococcus pneumonia 28,5%, Staphylococcus aureus 16 %,
Haemophilus influenza 16 %, Streptococcus pyogenes 14%, dan Pseudomonas aeruginosa 14
%. Tingginya level resistensi dan lebih aggresifnya patogen merupakan hasil dari banyaknya
kegagalan dari terapi antibiotik konvensional.4 Mastoiditis bisa akut maupun kronik.
Mastoiditis akut biasanya merupakan komplikasi otitis media akut, sedangkan mastoiditis kronik
dihubungkan dengan kolesteatoma. Komplikasi mastoiditis dapat melibatkan langsung struktur
disekitarnya, seperti telinga dalam, nervus fasialis, bagian lain tulang temporal, maupun otak.
Komplikasi tersebut dapat meningkatkan morbiditas pasien.1,4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah dan Mastoid

Telinga tengah adalah ruang kecil yang berisi udara yang berada pada os petrosus tulang
temporal. Telinga tengah dipisahkan dengan telinga luar oleh membran timpani, dan dengan telinga
dalam oleh fenestra vestibuli dan fenestra rotunda. Secara umum, telinga tengah terdiri dari
membran timpani, kavum timpani, dan recessus epitympani. Pada telinga tengah juga terdapat tiga
buah tulang pendengaran. Maleus yang melekat ke dinding posterior membran timpani, yang
kemudian berartikulasi dengan incus, incus kemudian berartikulasi dengan stapes, dan akhirnya basis
5,6
stapes berinsersi ke fenestra vestibuli, membentuk suatu rantai cincin pendengaran yang utuh

Gambar 2.1. Anatomi telinga dan mastoid.5

Bagian posterior recessus epitympani terdapat auditus ke antrum mastoideum. Antrum


mastoideum merupakan suatu kavitas yang terdiri dari ruangan-ruangan kecil berisi udara yang
disebut sel mastoid. Antrum mastoideum dipisahkan dengan fossa cranii media oleh tegmentum
timpani. 5,6
Mastoid membentuk bagian bawah dan bagian belakang tulang temporal yang
memanjang menuju prosesus mastoideus yang berbentuk kerucut. Mastoid berartikulasi dengan
tulang parietal di batas atas sutura parietomastoid dan dengan tulang oksipital di batas belakang
sutura occipitomastoid, yang berdekatan dengan sutura lambdoidal. Prosesus mastoideus
memiliki ukuran yang bervariasi, tergantung pada pneumatisasi, namun ukuran pada laki-laki
lebih besar daripada perempuan.7
Sel udara mastoid terletak di bagian atas di depan prosesus mastoideus yang disebut
antrum mastoid. Sel udara ini memiliki ukuran yang cukup besar dan berhubungan dengan
rongga timpanik. Sesaat sebelum atau setelah lahir, sel-sel udara yang kecil mulai berkembang di
sekitar antrum mastoid dan terus meningkat dalam jumlah maupun ukuran sampai sekitar usia
pubertas. Jumlah dan ukuran dari sel udara sangat bervariasi. 7

Gambar 2.2 Diagramatik hubungan anatomi dari telinga tengah dan mastoid air cell.8

2.2 Mastoiditis

2.2.1 Defenisi
Mastoiditis adalah proses peradangan yang melibatkan sel-sel mastoid pada tulang
temporal. Mastoiditis pada umumnya merupakan komplikasi dari otitis media.1

2.2.2 Etiologi1
Proses infeksi biasanya dipengaruhi oleh faktor host dan faktor mikrobiologi.
a. Faktor Host :
- Umumnya mastoiditis bila pada anak ditemukan pada umur ≤ 5 tahun dengan
riwayat otitis media.
- Berkaitan dengan sistem imun penderita yang menurun.
b. Faktor Mikrobiologi
Patogen yang sering ditemukan pada mastoiditis, yaitu :
 Streptococcus pneumonia, merupakan patogen yang paling sering ditemukan
pada mastoiditis akut dengan prevalensi 25%.
 Group A beta-hemolytic streptococci
 Staphylococcus aureus
 Streptococcus pyogenes
 Moraxella catarrhalis
 Haemophilus influenzae
 Pseudomonas aeruginosa
 Mycobacterium species
 Aspergillus fumigates, dan jamur lainnya.
 Nocardia asteroides

2.2.3 Epidemiologi
Insidensi tertinggi mastoiditis terjadi pada negara berkembang dan pada anak kecil.
Kebanyakan pasien berumur ≤ 5 tahun, dengan umur rata-rata yaitu 12 bulan. Namun,
mastoiditis dapat terjadi pada umur berapun.

2.2.4 Klasifikasi
Mastoiditis terbagi atas akut, sub akut dan kronik, yakni :
1. Mastoiditis akut , terbagi atas :
a. Mastoiditis akut dengan periosteitis ( mastoiditis insipient), dengan karakteristik
purulen pada rongga mastoid.
b. Mastoiditis koalesen (Mastoiditis akut osteotis), dengan karakteristik hilangnya septa
tulang antara sel-sel udara mastoid. Keadaan ini dapat menyebabkan terbentuknya
ruang abses dan diseksi pus kedaerah sekitarnya.
2. Mastoiditis subkronik, yaitu infeksi mastoid dan telinga low grade yang menetap yang
menyebabkan dekstruksi septa tulang.
3. Mastoiditis kronik, merupakan infeksi supuratif sel-sel udara mastoid yang berlangsung
selama hitungan bulan hingga tahun. Mastoiditis kronik umumnya berhubungan dengan
otitis media supuratif kronik dan, khususnya dengan pembentukan kolesteatoma.

2.2.5 Patofisiologi

Mastoiditis akut umumnya merupakan komplikasi dari otitis media. Hal ini dikarenakan
karena adanya hubungan antara telinga tengah dan sel-sel udara mastoid, inflamasi pada telinga
tengah juga dapat mempengaruhi mastoid. Jika infeksi pada telinga tengah berlanjut, pada
mastoid akan terjadi akumulasi purulen.
Penyumbatan antrum oleh inflamasi mukosa menimbulkan infeksi dari sel-sel udara
dengan cara menghambat aliran dan dengan menghalangi aliran udara kembali dari sisi telinga
tengah. Mastoiditis dapat menembus antrum dan meluas ke struktur sekitarnya seperti
meningens, sinus sigmoid, otot sternokleidomastoid, arteri karotis interna, vena jugular, dan
otak. Hal tersebutlah yang menyebabkan tingginya morbiditas mastoiditis dan menjadi penyakit
yang dapat mengancam nyawa.4,10
Berdasarkan progresivitasnya, mastoiditis terbagi menjadi 5 tahap yaitu
Tahap 1 - Hiperemis pada lapisan mukosa sel-sel udara mastoid
Tahap 2 - Transudasi dan eksudasi cairan dan / atau nanah dalam sel.
Tahap 3 - Nekrosis tulang yang disebabkan oleh hilangnya vaskularisasi dari septa
Tahap 4 - Hilangnya dinding sel dengan peleburan ke dalam rongga abses
Tahap 5 - Perpanjangan proses inflamasi ke daerah-daerah berdekatan
Infeksi akut yang menetap pada sel udara mastoid dapat meluas melalui venous channels,
yang menyebabkan inflamasi pada periosteum / osteotis, yang akan merusak trabekula tulang
yang membentuk sel-sel mastoid, pada kondisi ini disebut mastoiditis koalesen. Mastoiditis
koalesen pada dasarnya merupakan suatu empiema pada tulang temporal. Pus yang dihasilkan
mungkin mengalir melalui rute : (1) penyaluran melalui antrum secara alami yang menghasilkan
penyembuhan spontan, (2) ke lateral hingga ke permukaan prosesus mastoideus, yang
menyebabkan abses subperiosteal, (3) secara anterior, membentuk abses di belakang daun telinga
atau diantara otot sternokleidomastoid dari leher, yang menghasilkan abses Bezold , (4) secara
medial ke sel udara petrous pada tulang temporal, yamg disebut petrositis, dan (5) posterior ke
tulang oksipital , yang menyebabkan osteomielitis dari kalvaria atau abses Citelli.10
Mastoiditis kronik umunya merupakan komplikasi dari otitis media kronik atau inadekuat
terapi dari mastoiditis akut. Membran timpani yang nonintak akan menyebabkan spesies mikroba
di meatus akustikus eksternal menuju telinga tengah, dan pada akhirnya mastoid. Organisme ini
menyebabkan inflamasi yang menetap yang biasanya tidak dapat diatasi agen terapeutik
9
konvensional pada otitis media akut.
Seperti kebanyakan infeksi, baik faktor host maupun faktor mikrobiologi mempengaruhi
perkembangan dari mastoiditis. Faktor host termasuk imunitas mukosa, anatomi tulang temporal,
imunitas sitemik. Sedangkan faktor mikrobiologi yaitu resistensi antimikroba, kemampuan
patogen menembus jaringan atau pembuluh lokal, dan mekanisme perlindungan diri mikroba.1,4

2.2.6 Gejala Klinis


Gejala klinis bervariasi tergantung umur dan tahap infeksi. Riwayat Otorrhea yang
menetap lebih dari 3 minggu biasanya merupakan pertanda proses keterlibatan mastoid.
Umumnya otorrhea bersifat purulen atau mukoid.1,2
Demam biasanya tinggi, berhubungan dengan otitis media akut.Nyeri pada telinga yang
biasanya memberat saat malam hari. Nyeri yang menetap merupakan pertanda dari penyakit
mastoid. Hal ini sangat sulit dinilai pada pasien yang masih sangat muda. Nyeri juga dirasakan
pasien pada kepala. Hilangnya pendengaran biasanya terjadi pada semua proses yang melibatkan
telinga tengah.1
Pada bayi, perhatikan setiap riwayat nonspesifik dari infeksi yang konsisten, seperti tidak
mau makan, demam, iritabilitas, atau diare. 4

2.2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis ditemukan adanya keluhan seperti keluarnya cairan dari telinga,
demam, nyeri pada telinga, hilangnya pendengaran. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
eritema/kemerahan dan lunak pada belakang daun telinga, dan abnormalitas dari membrane
timpani. Pada anak lebih dari 2 tahun, pinna biasanya deviasi upward dan outward, dikarenakan
oleh proses inflamasi yang biasanya berkumpul pada prosesus mastoideus.1,9
Pada pemeriksaan otoskopi membran timpani biasanya merah, menonjol, dan
berkurangnya mobilitas, tetapi bias normal pada 10 % kasus. Pada mastoiditis kronik, membrane
timpani perforasi, kemerahan, edema, dan sensitive pada retroaurikular. 9,10
Pada pemeriksaan otosmikroskopik dilakukukan untuk mengevaluasi dari otorrhea yang
kronik. Prosedur ini membutuhkan anestesi umum, dengan keuntungan mendeteksi
kolesteatoma, retraction pocket, jaringan granulasi, polip, atau benda asing. Sebuah spesimen
dari telinga tengah tanpa adanya kontaminasi dari meatus akustikus eksterna akan dilakukan
pemeriksaan gram, pewarnaan tahan asam, kultur aerob/anaerob. Biopsi dilakukan jika terdapat
kecurigaan rabdomiosarkoma , neuroblastoma yang dapat bermanifestasi seperti otitis media
supuratif kronik atau mastoiditis kronik, yang biasanya berhubungan dengan lumpuhnya saraf
kranial. 10
Pemeriksaan radiologi Ct-Scan dilakukan untuk menilai perluasan dari mastoiditis.
Magnetic Resonance Imaging ( MRI) bagus dalam menilai jaringan lunak dan mastoid serta
komplikasinya.11

CT Scan Mastoid normal Desktruksi tulang pada CT koronal.


Gambar 2.4. MRI pada Mastoiditis dextra. Akumulasi cairan pada mastoid kanan
( panah putih). Sebaliknya, pada mastoid kiri normal terisi udara ( panah merah)

2.2.8 Diagnosis Banding


a. Anak : 1,12
1. Rabdomiosarkoma
2. Histiositis X
3. Leukemia
4.Kawasaki syndrome
b.Dewasa :1,12
1. Otitis Eksterna Fulminan
2. Histiositis X
3. Metastatic disease

2.2.9 Terapi

1. Terapi Medikamentosa13
a. Indikasi :
- Tidak adanya gambaran keterlibatan intracranial
- Tidak adanya fluktuasi postaurikular
- Tidak adanya tanda pada CT-scan yang menunjukkan desktruksi dari sel
udara mastoid.
- Otitis media supuratif tipe jinak dan tanpa kolesteatoma
b. Metode
Pemberian antibiotik parenteral berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas. Pemerikasaan
gram dapat menentukan terapi empirik antimikroba. Antibiotiknya yaitu Sefalosforin
generasi III ( contoh cefotaxime) dan metronidazol. Antibiotik diberikan secara intravena
1gr12 jam pada dewasa dan setengahnya pada anak-anak.

2. Terapi operasi13
a. Indikasi :
- Komplikasi intrakranial
- Adanya fluktuasi postauricular dan abses subperiosteal.
- Mastoiditisakut koalesen
- Kegagalan terapi medikamentosa dengan antibiotik adekuat selama 48 -72
jam.
- Otorrhea yang menetap lebih dari 2 minggu walaupun dengan antibiotik
yang adekuat
- Kolesteatoma
b. Metode
1. Prosedur invasive minimal:
a. Insisi dan drainase dari abses mastoid
b. Miringiotomi
2. Operasi defenitif : Open mastoidektomy ( terdapat kolesteatoma), cortical
mastoidektomy ( tidak terdapat kolesteatoma).
Diagram 2.1. Strategi Pengobatan Mastoiditis
2.2.10
Komplikasi
Komplikasi dari mastoiditis, yaitu :1,2,4
 Hilangnya pendengaran
 Facial nerve palsy
 Cranial nerve involvement
 Osteomielitis
 Petrositis
 Labirinitis
 Gradenigo syndrome - Otitis media, nyeri retro-orbital , dan kelumpuhan nervus
abdusen
 Intracranial extension - Meningitis, abses serebral, abses epidural, empiema
subdural
 Trombosis sinus sigmoid
 Terbentuknya abses :
- Citelli abscess: abses yang meluas ke tulang oksipital.
- Abses subperiosteal : abses antara periosteum dab tulang mastoid, yang
menghasilkan gambaran khas telinga yang menonjol/protrude.
- Bezold's abscess : abses jaringan lunak sepanjang sternomastoid sheath;
Bezold abscesses merupakan komplkasi yang sangat jarang dan biasanya
ditemukan pada orang dewasa dengan well-pneumatized mastoid tip.
-

Gambar 2.5. Mastoiditis dengan abses subperiosteal


2.2.10 Prognosis
Perkiraan banyak pasien dengan acute surgical mastoiditis dapat kembali sempurna jika
tidak terdapat keterlibatan nervus fasialis, vestibulum, dan struktur intracranial tidak terlibat.
BAB 3

KESIMPULAN

Mastoiditis adalah proses peradangan yang melibatkan sel-sel mastoid pada tulang
temporal. Mastoiditis umumnya merupakan komplikasi dari otitis media. Hal ini dikarenakan
karena adanya hubungan antara telinga tengah dan sel-sel udara mastoid. Mastoiditis bisa akut,
sub akut, maupun kronik.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis ditemukan adanya keluhan seperti keluarnya cairan dari telinga,
demam, nyeri pada telinga, hilangnya pendengaran. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
eritema/kemerahan dan lunak pada belakang daun telinga, dan abnormalitas dari membrane
timpani. Pada pemeriksaan otoskopi membran timpani biasanya merah, menonjol, kasus. Pada
mastoiditis kronik, membrane timpani perforasi, kemerahan, edema, dan sensitive pada
retroaurikular.
Pemeriksaan radiologi Ct-Scan dilakukan untuk menilai perluasan dari mastoiditis.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) bagus dalam menilai jaringan lunak dan mastoid serta
komplikasinya.
Terapi mastoiditis dapat berupa terapi medikamentosa yaitu pemberian antibiotika,
maupun terapi dengan operasi yaitu mastoidektomi. Keberhasilan terapi tergantung sudah adakah
komplikasi atau keterlibatan intrakranial.

Anda mungkin juga menyukai