BAB I
PENDAHULUAN
defekasi terbuka, serta memberi perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan
wanita serta orang-orang yang berada pada situasi rentan.
Hal ini kemudian diterjemahkan dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan
RI Tahun 2015 berupa jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM). Pada tahun 2014, terdapat sebanyak 18.339
Desa/Kelurahan yang telah melaksanakan STBM, masih jauh dari target pada
tahun 2019 yang menetapkan 45.000 Desa/Kelurahan telah melaksanakan STBM.
Pada tahun 2018, berdasarkan Laporan Tahunan UPTD Puskesmas DTP Pangenan di
wilayah cakupan UPTD Puskesmas DTP Pangenan terdapat dua desa yang telah
terverifikasi menjadi Desa Stop BABS atau Desa Open Defecation Free.9
Sanitasi yang tidak layak amat berkaitan dengan penularan beberapa penyakit
infeksi berbasis lingkungan yaitu penyakit Diare, Kolera, Demam Tifoid dan
Paratifoid, Disentri, penyakit cacing tambang, Askariasis, penyakit hepatitis A dan E,
penyakit kulit seperti Skabies, Trakhoma, Skistosomiasis, Cryptosporidiosis,
malnutrisi serta penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi.
Penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi dan higiene yang
buruk juga memberikan dampak kerugian finansial dan ekonomi akibat tingginya
biaya perawatan kesehatan, hilangnya pendapatan akibat menurunnya produktivitas
kerja, dan kerugian akibat kematian prematur. Kerugian ekonomi yang dialami
Indonesia akibat sanitasi yang tidak layak dan higienitas yang buruk mencapai 56
triliun rupiah per tahun, setara dengan 2,4% dari Produk Domestik Bruto(PDB).
Prevalensi penyakit akibat sanitasi buruk di Indonesia adalah penyakit diare
sebesar 72%, Skabies sebesar 23%, kecacingan sebesar 0,85%, Trakhoma sebesar
0,14%, hepatitis A sebesar 0,57%, hepatitis E sebesar 0,02% dan malnutrisi sebesar
2,5%, sedangkan kasus kematian akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%,
kecacingan sebesar 0,1%, Skabies sebesar 1,1%, hepatitis A sebesar 1,4% dan
hepatitis Esebesar 0,04%. Di wilayah cakupan UPTD Puskesmas DTP Pangenan,
prevalensi diare pada tahun 2017 adalah sebanyak 1.972 kasus ( 8,2% ).
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan,
khususnya bidang higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan
intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Pemerintah mengubah
pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan
penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit
terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi
pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima)
perubahan perilaku higienis.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar
akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong
tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian dengan Programmer Kesehatan
Lingkungan dan Ketua Program UKM UPTD Puskesmas DTP Pangenan,
hambatan tercapainya bebas BABS adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk
membangun jamban secara mandiri, adanya anggapan bahwa jamban sehat adalah
mahal, BABS adalah tindakan yang praktis, BABS tidak berefek terhadap sakit dan
jarak rumah dekat sungai atau kali, serta masih menunggu bantuan dari pihak
lain untuk membangun jamban pribadi.
Hal ini merupakan kondisi yang penting untuk diintervensi dalam upaya
menghentikan perilaku BABS lewat metode Pemicuan STBM yang bila tidak dibenahi
akan berimplikasi terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit akibat
sanitasi yang buruk.
1.3 Tujuan
1.3.1Tujuan Umum:
Mampu mengidentifikasi program-program puskesmas, mengetahui kondisi dan
sarana serta kegiatan yang akan dilaksanakan serta mengidentifikasi berbagai
permasalahan sesuai dengan prioritas masalah yang dihadapi puskesmas.
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Teridentifikasinya masalah kegiatan di Puskesmas melalui data sekunder,
wawancara dan observasi di Puskesmas Pangenan
2. Teranalisisnya permasalahan di Puskesmas Pangenan
3. Diperolehnya penyebab timbulnya masalah utama, metode dan alternatif
pemecahan masalah
4. Menganalisis berbagai masalah dan pemecahan masalah tersebut Tersusunnya
rencana usulan kegiatan program terpilih
5. Mengimplementasikan usulan kegiatan serta mengevaluasi hasil pelaksanaan
kegiatan
6. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan.
7. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam
penyelesaian masalah kesehatan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas
Sebagai sarana untuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik
dari hasil evaluasi koassisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.