TANGERANG
Kelas : P2K
NIM : 15-22-201-120
Ayat ke 90
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kamu
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (16: 90)
Ayat tersebut termasuk salah satu ayat yang paling komprehensif di kitab al-Quran, karena
dalam ayat digambarkan hubungan manusia dan sosial kaum Mukmin di dunia yang berlandaskan
pada keadilan, kebaikan dan menjauh dari segala kezaliman dan arogansi. Bahkan hal itu disebut
sebagai nasehat ilahi yang harus dijaga oleh semua orang. Adil dan keadilan merupakan landasan
ajaran Islam dan syariat agama ini. Allah Swt tidak berbuat zalim kepada siapapun dan tidak
memperbolehkan seseorang berbuat zalim kepada orang lain dan menginjak hak orang lain.
Menjaga keadilan dan menjauh dari segala perilaku ekstrim kanan dan kiri menyebabkan
keseimbangan diri manusia dalam perilaku individu dan sosial.
Tentunya, etika Islam atau akhlak mendorong manusia berperilaku lebih dari tutunan standar
atau keadilan, dalam menyikapi problema sosial dan memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan
manusia bisa melakukan lebih dari hak orang lain, yang ini semua menunjukkan kebaikan atau
ihsan. Allah Swt yang memperlakukan manusia dengan landasan ihsan, mengajak manusia untuk
berperilaku baik dengan orang lain di atas standar keadilan.
Dari sisi lain, Allah Swt melarang beberapa hal untuk menjaga keselamatan jiwa dan
keamanan masyarakat. Hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt disebut sebagai perbuatan tercela dan
buruk. Manusia pun mengakui bahwa perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt adalah
tindakan yang buruk dan tercela.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di samping keadilan, ihsan atau kebaikan juga dianjurkan. Sebab, ihsan akan menjaga
ketulusan di tengah masyarakat.
2. Ajaran agama selaras dengan akal dan fitrah manusia. Kecenderungan pada keadilan dan
ihsan serta jauh dari perbuatan munkar adalah tuntutan-tuntutan semua manusia yang
sekaligus perintah Allah Swt.
Allah adalah Nuur ( lihat QS Nur ayat 35).Sang pemberi cahaya ( kehidupan ).Dia Maha Besar,Maha Adil,dan Maha
Sejahtera. Maka barang siapa yang mencintai kepada cahaya (petunjuk) dan kebenaran,keadilan dan kebaikan serta
keselamatan dan kesejahteraan,berarti ia mencintai Allah,karena Dia adalah Maha Cinta.Puncak cinta manusia yang
bening, jernih dan paling suci adalah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. ( lihat pada bab ”Cinta kasih
dalam pandangan sufisme” )
Ibnul Qoyyim jauziyah dalam kitab Madarijus sholihin juz I halaman 99 mengatakan :
” Pokok ibadah adalah cinta kepada Allah,bahkan mengkhususkan cinta hanya kepada-Nya,tidak mencintai yang
lain bersamanya.Iamencintai sesuatu hanya karena Allah dan jalan Allah”.
"Hakikat seorang Muslim adalah, mencintai Allah dan Rasul-nya, sesamanya, serta tetangganya,
melebihi atau sebagaimana ia cinta kepada dirinya sendiri" (HR. Imam Bukhari).
Allah juga mengancam orang-orang yang menyibukkan diri mencintai sesuatu, daripada mencintai Allah dan Rasul-
Nya.
سا ِك ُنَ سا َدهَا َو َم َ يرت ُ ُك ْم َوأ َ ْم َوا ٌل ا ْقت ََر ْفت ُ ُموهَا َوتِ َج
َ ارة ٌ ت َْخش َْونَ َك َ ع ِش َ قُ ْل إِ ْن َكانَ آَبَاؤُ ُك ْم َوأ َ ْبنَاؤُ ُك ْم َوإِ ْخ َوانُ ُك ْم َوأ َ ْز َوا ُج ُك ْم َو
ََّللاُ ََل يَ ْهدِي ْالقَ ْو َم ا ْلفَا ِسقِين
َّ َّللاُ بِأ َ ْم ِر ِه َو ْ ِ َّ َض ْونَ َها أ َ َحبَّ إِلَ ْي ُك ْم مِن
َّ يَ ِصوا َحتَّى يَأت ُ َّسبِي ِل ِه فَت ََرب
َ سو ِل ِه َو ِج َها ٍد فِي ُ َّللا َو َر َ ت َْر
]24/[التوبة
Cinta yang ikhlas kepada Allah akan mendorong seseorang untuk mencintai sesama makhluk.Sebab semua yang
wujud disekelilingnya adalah manifestasi-Nya yang membangkitkan kerinduan spiritualnya dan cintaNYA kepada Allah.
Cinta kepada Rasulullah dalam islam menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah,karena Beliau adalah
uswatun hasanah yang sempurna bagi seluruh umat manusia baik dalam akhlak,moral maupun sifat luhur lainnya.
Beliaulah yang telah memperjuangkan nilai-nilai luhur sehingga aqidah yang murni dapat eksis diatas bumi.dan
telah membimbing makhluk menuju sang kholik.
Cinta kepada Rasulullah diwujudkan dengan selalu mengikuti ajaran- ajaranya dan menjadikannya sebagai suri
tauladan dalam kehidupan sehari-hari.Karena Beliau adalah junjungan,kekasih,dan penolong kita.Dan Beliau adalah
manusia pilihan yang diutus kepada semua umat manusia sebagai rahmat buat mereka.
Anak adalah buah dari cinta kasih dari suami istri dalam sebuah rumah tangga. Status suami dan istri adalah rahmat
Allah, yang mulia dan penuh makna sebagai wujud dari rasa kasih sayang,perasaan ketertarikan,serta keterikatan bathin
dan hati antara satu dengan yang lainnya.
Sehingga ikatan yang kuat antara ayah ibu sebagai orang tua dengan anak-anaknya merupakan bentuk hubungan
antar manusia yang paling teguh dan mulia,sebagai upaya menjaga kelangsungan hidup dan memantapkan eksistensi
manusia.
) َو ِم ْن آَيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُوا إِلَ ْي َها20( َب ث ُ َّم إِذَا أ َ ْنت ُ ْم بَش ٌَر ت َ ْنتَش ُِرون
ٍ َو ِم ْن آَيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ ُك ْم ِم ْن ت ُ َرا
[21 ،20/) [الروم21( َت ِلقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُرون ٍ َو َجعَ َل بَ ْينَ ُك ْم َم َودَّة ً َو َرحْ َمةً إِ َّن فِي ذَلِكَ ََلَيَا
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya adalah menciptakan untukmu isteri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih sayang”.( QS Ar-Rum 21 )
Sebagian mufassir berpendapat bahwa mawaddah ( cinta ) dan rahmat adalah anak yang memperkuat hubungan antara suami
istri sehingga lebih damai dan tentram.
Ikatan keluarga dalam islam merupakan permulaan kelompok sosial.dimana didalamnya tumbuh cinta kasih yang takkan pernah
padam. Dan untuk itulah allah bukannya mewajibkan untuk menjaga kepentingan anak, tetapi seorang anak diperintahkan
untuk menjaga kepentingan orang tua.
[14/ير [لقمان
ُ صِ ي ْال َم
َّ َعا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَيْكَ ِإل
َ صالُهُ ِفي َ سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا
َ علَى َو ْه ٍن َو ِف ِ ْ ص ْينَا
َ اْل ْن َّ َو َو
Artinya : “Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya
dalam keaadaan payah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku lah kembalimu”.( QS Lukman 14 )
Karena itulah cinta kasih anak dan kedua orang tua adalah sifat yang ditanamkan Allah kepada keduanya. Dan mempunyai
makna bahwa hubungan famili dan perasaan kasih sayang adalah amat mulia dalam kehidupan seorang manusia diatas
dunia.
D. CINTA DIRI
Al quran mengungkapkan tentang cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri dalam bentuk kecenderungan
untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya sendiri, dan menghindari darh perkara yang
membahayakan keselamatan dirinya.Firman Allah :
Gejala lain tentang kecintaan manusia adalah keegoisan dirinya, seperti yang terdapat dalam ayat-ayat berikut ini :
ٌ وس قَنُو
]49/ط [فصلت ٌ ُ ش ُّر فَيَئ َّ اء ْال َخي ِْر َوإِ ْن َم
َّ سهُ ال ِ عَ ُان ِم ْن د
ُ س ِ ْ ََل يَسْأ َ ُم
َ اْل ْن
Artinya :
”Manusia tidak jemu-jemunya mohon kebaikan, tetapi jika mereka ditimpa mala petaka, dia menjadi putus asa
lagai putus harapan”.( QS Fusshilat 49 )
) َو ِم ْن آَيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُوا إِلَ ْي َها20( َب ث ُ َّم إِذَا أ َ ْنت ُ ْم بَش ٌَر ت َ ْنتَش ُِرون
ٍ َو ِم ْن آَيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ ُك ْم ِم ْن ت ُ َرا
]21 ،20/) [الروم21( َت ِلقَ ْو ٍم يَت َ َف َّك ُرون ٍ َو َجعَ َل بَ ْينَ ُك ْم َم َودَّة ً َو َرحْ َمةً إِ َّن فِي ذَلِكَ ََلَيَا
Artinya :
”Dan diantara tanda-tanda kekuasannya adalah menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan diantaramu kasih sayang.sesungguhnya yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berpikir”. ( QS Arrum 21 )
Dorongan seksual juga yang mendorong terbentuknya sebuah keluarga. Dan dari keluarga terbentuk masyarakat
dan bangsa. Dan islam menyerukan pengendalian dan penguasaan cinta ini lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan
cara yang sah yaitu perkawinan.
Dengan demikian bumipun menjadi ramai,bangsa-bangasa saling mengenal,kebudayan berkembang,dan ilmu
pengetahuan dan industri menjadi maju.
[13/[الحجرات ...ارفُوا ُ اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأ ُ ْنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم
َ َشعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلت َع ُ َّيَا أَيُّ َها الن
Artinya : ”Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kamu darai seseorang laki-laki dan seorang
permpuan,dan menjadikan kamu berbangsa –bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal .....”( QS al
Hujurat 13 )
Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah, sedangkan alam adalah ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa
keindahan adalah cipataan Tuhan. Alamiah memiliki arti wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang.1[2]
Menurut Al-Qur’an alam ini sepenuhnya milik Allah. Bahkan manusia merupakan bagian dari alam itu
sendiri, karena ia diciptakan bermula dari apa yang ada di alam. Dalam Al-Qur’an Surat Al- Baqarah ayat 29 :
ٍ س َم َاوا
ۚت َ س َّوا ُه َّن
َ س ْب َع َ َاء ف
ِ س َم ِ ُه َو الَّذِي َخلَقَ لَ ُكم َّما ِفي ْاأل َ ْر
َّ ض َج ِميعًا ث ُ َّم ا ْستَ َو ٰى إِلَى ال
ع ِلي ٌم َ َو ُه َو ِب ُك ِل
َ ٍش ْيء
“Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di dunia untuk kamu, dan Dia menghendaki (menciptakan) langit dan
bumi, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Allah meciptakan alam (bumi dan langit) yang indah ini untuk manusia, untuk kemakmuran,
kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Manusia menciptakan keindahan itu sebenarnya mencontoh keindahan
alam yang dianugerahkan Tuhan kepada umatnya.
Yang dimaksud dengan keindahan (al-jamal), disini adalah kesempurnaan Ilahi. Kepunyaan-Nya lah
keindahan dan kesempurnaan. Seluruh nama-Nya baik dan sifat-Nya sempurna. Allah Maha Sempurna,
mencintai orang yang berusaha untuk memperoleh kesempurnaan, dengan menghiasi diri dengan iman,
bersolek dengan akhlakul karimah, berbekal dengan takwa, berdandan dengan taat, dan mencari keluhuran
dengan tawadhu.
Allah itu indah, dan di antara keindahan perbuatan-Nya ialah kasih sayang dan kelemahlembutan-Nya,
karena Dia memberi tugas yang ringan, tetapi memberi pahal yang banyak, memberi tempo kepada orang-orang
yang melanggar agar bertobat dan penyantun terhadap orang-orang yang berdosa. Firman-Nya :
ظ ْه ِرهَا ِمن دَابَّ ٍة َو ٰلَ ِكن يُ َؤ ِخ ُر ُه ْم ِإلَ ٰى أَ َج ٍلَ علَ ٰى َ سبُوا َما تَ َر َك َ اس ِب َما َك َّ ُاخذ
َ ََّّللاُ الن ِ َولَ ْو يُ َؤ
يرا
ً ص َّ س ًّمى ۚ فَإِذَا َجا َء أ َ َجلُ ُه ْم فَإِ َّن
ِ ََّللاَ َكانَ ِب ِعبَا ِد ِه ب َ ُّم
“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas
permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu
yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-
hamba-Nya” ( QS.Al-Fathir ayat 45)
A. Pengertian Penderitaan :
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau
menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu
dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasukrealitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat – tingkat, ada yang
berat ada juga yang ringan. Namum peranan individu juga menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan.
Suatu peristiwa yamg dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk
mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh setia manusia, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan
memberikan kesenangan atau kebahagian kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan
yang kadang – kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada
umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap
atau tanggap tehadap peringatan tersebut. Tanda atau wangsit dapat berupa mimpi sebagai pemunculannya rasa
tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaaan.
Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya banyak kelebihan dibandingkan dengan
mahluk ciptaannya yang lain, tetapi mampukah manusia mengendalikan diri untuk melupakannya ? Bagi
manusia yang tebal imannya musibah yang dialamunya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat
kepadaNya dan besikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena kekuasaan
Tuhan memang jauh lebih besar dari dirinya, akan membuat manusia merasakan kedamaian dalam hatinya,
sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya, untuk akhirnya masih dapat bersyukur
bahwa tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang di alaminya.
Berbagai kasus penderitaan tedapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai
dengan liku – liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ?
Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi sevara medis untuk menurangi atau menyembuhkannya.
Sedangkan penderitaan psikis penyembuhannya terletak pada kemampuan sipenderita dalam menyelesaikan
soal – soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali lagi semuanya itu
merupakan “resiko” karena sesorang mau hidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara
merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.
Siksaan :
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani ,dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani
.Akibat yang ditimbulkan dari siksaan timbulah penderitaan .Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupa
sehari-hari banyak tejadi dan banyak dibaca di beragai mediamassa.
Siksaan yang sifatnya psikis antara lain adalah kebimbangan , kesepian ,dan ketakutan .
1. Kebimbangan
Kebimbangan dialami oleh seseorang apabila ia pada suatu saat tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan
diambil.Akibat dari kebimbangan , seseorang berada dalam keadaan yang tidak menetu ,sehingga ia merasa
tersiksa dalam hidupnya saat itu .
2. Kesepian
Kesepian dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalam
lingkungan ramai. Kesepian ini tidak boleh dicampur adukan dengan keadan sepi seperti yang dialami oleh
petapa yang tinggal dilingkungan sepi.Kesepian juga merupaan bentuk siksaan yang dapat dialami oleh
seseorang.
3. Ketakutan
Ketakutan merupakan bentuk lain yang menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin.Bila rasa takut itu di
besar-besarkan yang tidak pada tempatnya ,maka disebut sebagai PHOBIA.Pada uumna orang memiliki satu
atau dua phobia ringan seperti takut pada tikus , cicak , kecoa ,dll.Tetapi pada sebagian orang ketakutan itu
sedemikian hebatnya sehingga sangat mengganggu .
Sebab seseorang merasa ketakutan :
Gamang
Gamang merupakan ketakutan bila seseorang berada di tempat yang tinggi . Hal itu disebabkan ,karna ia takut
akibat berada di tempat tinggi.
Kegelapan
Merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat gelap.Sebab dalam pikirannya dalam tempat
gelap akan muncul sesuatu yang ditakuti seperti setan ,pencuri ,dll.Orang yag demikian selalu menghendaki
agar ruangan tempat tidur dalam keadaan terang .
Kesakitan
Merupakan ketakutan yang disebakan oleh rasa sakit yang dialami.seseorang yang takut diinjeksi sudah
berteriak-teriak sebelum jarum injeksi ditusukkan kedalam tubuhnya .Hal itu disebabkan karna dalam
pikirannya semuanya akan menimbulkan kesakitan .
Kegagalan
Merupakan ketakutan dari seseorang yang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan
mengalami kegagalan .
A. Pengertian Keadilan
Keadilan menurut Aritoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai
titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu angyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu
menyangkut dua orang atau benda/ bila kedua orang harus mempunyai kesamaan dalam ukuranyang telah di
tetapkan, maka masing – masing orang akan memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka
masing – masing orang menerima bagian yang tidak sama. Sedangkan pelanggaran terhadap profesi berarti
ketidak adilan.
Menurut pendat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang
seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan
kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memeperoleh apa yang menjadi
haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
Berdasarkan kesadaraan etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjalankan
kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan
mengaran pada pemarasan dan memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan
kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain.
Sebagai contoh, seseoranng karyawan yang hanyak menuntut hak kenaikan upah tanpa meningkatkan
hasil kerjanya tntu cendrung disebut memeras. Sebaliknya pula, seorang majikan yang terus menerus
menggunakan tenaga orang lain, tanpa menaikan upah dan kesejahteraannya. Oleh karena itu, untuk
memperoleh keadilan, misalnya, kita menuntut kenaikan upa ; sudah tentu kita harus berusaha meningkatkan
prestasi kerja kita. Apabila kita menjadi majikan, kita harus memikirkan kesimbangan kerja mereka dengan
upah yang di terima.
B. Keindahan Sosial :
Berbicara tentang keadilan, Anda tentu ingan dasar negara kita ialah Pancasila. Sila kelima Pancasila
berbunyi : “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi keadilan atau ketidak adilan setiap hari.
C. BERBAGAI MACAM KEINDAHAN :
Keadilan Legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang
membuat dan menjaga kesatuannya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya
keadilan legal.
Keadilan Distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan
hal-hal yang tidak sama secara tidak sama.
Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian
keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.
D. KEJUJURAN
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya apa yang
dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-
benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-erbuatan yang dilarang oleh agama dan
hukum.
Barang siapa berkata jujur serta bertindak sesuai dengan kenyataan, artinya orang itu berbuat benar. Orang
bodoh yang ujur lebih baik daripada orang pandai yang lancung.
E. KECURANGAN
Curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa.
Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nurani.
Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbn kekayaan yang berlebihan dengan
tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat diselilingnya
hidup menderita.
Bagaimana adil terhadap diri sendiri
perlakukan diri kita adil (kebutuhan jasmani, dan rohani,bersih dari penyakit hati ; sombong, bangga diri, ingi
difuji, dengki)
ibadah yang tulus dan istiqomah
jaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat maka hidup akan tentram
“hai orang-orang yang beriman,jadilah kam orang-orang yang benar-benar menegakan keadilan, menjadi saksi
(menegakan keadilan) karena Allah, walaupun terhadap diri sendiri” (QS. Annisa : 135).
Artinya ; “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
b.) Sebagai fungsi risalah atau penerus risalah (ajaran) Nabi, pengembang fungsi dakwah kepada
segenap umat manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Ali Imron ayat 104 :
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung.”
Yang dimaksud Ma’ruf dalam ayat diatas adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada
Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
6.Teladan hidup muslim adalah Nabi Muhammad, utusan Allah. Hal ini sesuai dengan ayat al-
Qur’an QS.AlQalam ayat 4:
ِ َص ُل ْاَلَي
ا َِّن فِى. َت ِل َق ْو ِم يَّ ْعلَ ُم ْون ِ َما َخلَقَ هللاُ اَِلَّ بِ ْال َح,اب
َّ َ يُف,ق َ سَ َاز َل ِلت َ ْعلَ ُم ْوا َعدَدَ ال ِسنِيْنَ َو ْال ِح
ِ ضيَآ ًء َو ْالقَ َم َر نُ ْو ًرا َوقَد ََّرهُ َمن
ِ س ْ ه َُو الَّذ
َّ ِي َجعَ َل ال
َ ش ْم
َت ِلقَ ْو ٍم يَتَّقُ ْون ِ ت َو ْاَلَ ْر
ٍ ض َِلَ َي ِ س َم َو ِ ف الَّ ْي ِل َو النَّ َه
َّ ار َو َما َخلَقَ هللاُ فِى ال ْ
ِ َاختَِل
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu),
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada
yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-
orang yang bertakwa.” (Q.S. Yunus: 5-6).
Penjelasan Ayat:
Surah Yunus ayat 5 di atas berkaitan erat dengan pengetahuan tentang alam semesta, khususnya bulan dan
bintang. Kedua benda alam tersebut adalah ciptaan Allah.
Allah telah menciptakan matahari bersinar di waktu siang dan rembulan bercahaya di waktu malam serta
mengatur kehidupan dengan indah. Matahari mempunyai manfaat yang sangat besar, di antaranya bumi ini
mendapat cahaya dan panas dari matahari, sedang sinar matahari itu sangat diperlukan untuk kehidupan, baik
bagi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Bumi berputar mengelilingi matahari lalu terjadilah siang dan malam. Mana yang menghadap matahari menjadi
terang (siang) dan mana yang membelakangi matahari menjadi gelap gulita (malam). Bersamaan dengan itu
nampaklah cahaya rembulan.
Dalam perjalanan bulan pada manzilah-nya, Allah telah menentukan tempat-tempat persinggahannya pada
setiap malam. Bulan itu singgah pada salah satunya, tanpa melampaui dan tanpa keterlambatan. Bulan dapat
dilihat dengan mata kepala sendiri pada tempat-tempat persinggahan tersebut, sedang pada beberapa malam
lainnya ia tidak bisa dilihat. Pada awal bulan nampak seperti sabit, seterusnya ia nampak semakin jelas dan
besar. Pada tanggal 15 kelihatan sempurna yang disebut bulan purnama. Setelah itu berangsur mengecil dan
mengecil, sampai akhirnya seperti sabit kembali. Dan begitulah seterusnya.
Demikianlah Allah mengatur peredaran matahari dan bulan dengan rapi dan teratur dari hari ke bulan, dari
bulan ke tahun, dan seterusnya tanpa menyimpang dari peredarannya.
س ًّمى َو ا َ َّن هللاَ بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ َخ ِبي ٌْر ـ لقمان ْ س َو ْالقَ َم َر ُك ٌّل يَجْ ِر
َ ي اِلَى ا َ َج ٍل ُم َ ار فِى الَّ ْي ِل َو
َّ س َّخ َر ال
َ ش ْم ِ اَلَ ْم ت ََر ا َ َّن هللاَ ي ُْو ِل ُج الَّ ْي َل فِى النَّ َه
َ ار َو ي ُْو ِل ُج النَّ َه
Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai
kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
Lukman: 29).
Dengan adanya sifat pada kedua benda angkasa (matahari dan bulan) seperti dijelaskan di atas (yaitu telah
ditentukan tempat-tempat peredarannya) itu dimaksudkan supaya kita dapat mengetahui perhitungan waktu,
hari, dan perhitungan bulan. Dengan demikian manusia dapat mengetahui waktu ibadah dan muamalahnya.
Perhitungan yang berdasarkan peredaran bulan lebih mudah untuk diketahui, seperti menentukan waktu sholat,
awal ramadhan, Idul Fitri, haji, dan sebagainya. Dan yang berkaitan dengan perbuatan lainnya.
Allah menerangkan hikmah ciptaan-Nya itu menjadi bukti kerasulan rasul-rasul-Nya secara rinci dengan
menyebutkan satu-persatu, baik yang dapat dilihat melalui dalil-dalil yang terdapat pada alam semesta atau
dalil-dalil akal bagi kaum yang mengetahui.
Kemudian pada ayat 6, Allah menegaskan peristiwa pergantian malam dan siang, juga panjang dan pendeknya
siang dan malam sesuai dengan peredaran posisi bumi terhadap matahari, dan matahari beredar pada porosnya
dan bulan beredar pada falaknya hari demi hari sepanjang tahun, serta tingkah laku makhluk, baik berupa tidur,
diam, atau melaksanakan pekerjaan, dan apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi seperti keadaan benda
mati, tumbuhan, binatang, termasuk halilintar, kilat, awan hujan, dan lain sebagainya.
Semua itu merupakan bukti-bukti yang jelas akan adanya Yang Maha Pencipta. Keesaan-Nya dan
Kebijaksanan-Nya dalam menciptakan makhluk yang begitu kokoh dan bermanfaat untuk kehidupan manusia
dan makhluk lainnya. Allah mempunyai sunnah-Nya dalam memelihara ciptaan-Nya yang disebut sunnatullah
atau hukum alam.
Ayat-ayat di atas hendaknya menjadi motifasi bagi umat Islam agar mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan alam semesta ini, sehingga mempertebal keyakinannya terhadap Allah swt. sebagai
pencipta Yang Maha Agung.
المسلم أخوالمسلم اليظلمه واليسلمه ومن:.م. قال رسول هللا ص:عن عبدهللا ابن عمررضى هللا عنهما قال
كان فى حاجة أخيه كان هللا فى حاجته ومن فرج عن مسلم كربة فرج هللا عنه كربة من كرب يوم القيامة
حسن: { رواه البخارى ومسلم وأبوداود والنسائى والترميذى وقال.ومن ستر مسلما ستره هللا يوم القيامة
} صحيح
1. Terjemahan;
2. Penjelasan Hadits:
Hadits di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu memperhatikan sesama muslim dan memberikan
pertolongan jika seseorang mendapat kesulitan.
a. Melepaskan berbagai kesusahan orang mukmin
Melepaskan kesulitan orang lain sangat luas makanya, bergantung pada kesusahan yang sedang diderita
oleh saudaranya seiman tersebut. Jika saudaranya termasuk orang miskin, sedangkan ia orang yang
berkecukupan atau kaya, ia harus berusaha menolongnya dengan carra memberikn pekerjaan atau memberikan
bantuan sesuai kemampuannya; jika saudaranya sakit, ia berusaha menolongnya, antara lain dengan membantu
memanggil dokter atau memberikan bantuan uang alakadarnya guna meringankan biaya pengobatannya; jika
saudaranya dililit utang, ia berusaha untuk mencarikan jalan keluar, baik dengan memberikan bantuan agar
utangnya cepat dilunasi, maupun sekedar memberikan arahan-arahan yang akan membantu saudaranya dalam
mengatasi utangnya tersebut dan lain-lain.
Orang muslim yang membantu meringankan atau melonggarkan kesusahan saudaranya seiman berarti
telah menolong hamba Allah SWT. yang sangat disukai oleh-Nya dan allah SWT. pun akan memberikan
pertolongan-Nya serta menyelamatkannya dari berbagai kesusahan, baik di dunia maupun di akhirat.
Sebagaimana firman-Nya:
{رواه. زكاة الفطر طهرة للصائم من اللغووالرفث وطعمة للمساكين.م.فرض رسول هللا ص
}أبوداود
Artinya:
“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih untuk orang yang shaum dari ucapan dan
perbuatan yang tidak baik dan sebagai jamuan bagi orang miskin.” (H. R. Abu Dawud).
Orang yang memiliki kedudukan atua harta yang melebihi orang lain, hendaknya tidak menjadikannya
sombong atau tinggi hati serta tidak mau menolong orang yang sangat membutuhkan pertolongannya. Pada
hakikatnya, Allah SWT. menjadikan adanya perbedaan seseorang dengan yang lainnya adalah untuk saling
melengkapinya, saling membantu, dan saling menolong satu sama lain. Sebagaimana ditegaskan dalam fitrah-
Nya:
نحن قسمنا بينهم معيشتهم فى الحيوة الدنيا ورفعنا بهضهم فوق بهض درجت ليتخذ بعضهم...
} : {الزخرف....بعضا سخريأ
Artinya:
“... Kami telah menentukan di antara mareka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia. Dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian lainnya beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. (Q. S. Az-Zukhruf: 32).
Di dunia, adanya orang-orang yang senang dengan kekayaannya atau kedudukannya dan ada pula
orang-orang yang sangat susah karena kemiskinannya. Hal ini merupakan kehendak Allah SWT. untuk
keseimbangan kehidupannya di dunia. Dapat dibayangkan jika semua orang kaya, siapa yang akan menjadi
petani atau mengerjakan pekerjaan kasar yng biasa dilakukan oleh orang-orang kecil. Begitu pun jika semua
orang miskin, kehidupan dunia akan kacau. Dengan demikian, pada hakikatnya hidup di dunia adalah
saling membantu dan mengisi. Orang kaya tidak akan menjadi kaya jika tidak ada orang-orang miskin.
Semakin kaya seseorang, ia semakin membutuhkan orang-orang miskin. Rasulullah SAW bersabda:
.بسم هللا اللهم تقبل من محمد وال محمد ومن أمة محمد
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah, ya Allah terimalah (kurban ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan
umat Nabi Muhammad SAW.
Hal itu antara lain menunjukkan bahwa daging hewan kurban berasal dari umat Muhammad dan
diperuntukkan untuk pengikut agama Muhammad SAW., tanpa mengenal golongan, ras, suku bangsa,partai,
dan lain-lain, bahkan kepada orang yang sudah kaya. Semuanya berhak menikmati dan merasakan
kesejahteraan. Rasa sejahteralah yang merupakan benteng utama untuk menghindari perpecahan dan berbagai
penyakit sosial yang ada di masyarakat. Dalam hal ini, kepekaan para pemimpin, para wakil rakyat, dan semua
umat Islam yang ampu sangat dibutuhkan untuk mensejahterakan kaum yang lemah. Memperbaiki
kesejahteraan merupakan salah satu di antara tiga cara dalam memperbaiki keadaan masyarakat, sebagaimana
diungkapkan oleh Abu Hasan dalam “Kitab Adab Ad-Dunya wa Ad-Din,” yakni: menjadikan manusia taat;
menyatukan rasa dalam hal kesenangan dan penderitaan; dan menjaga dari hal-hal yang akan mengganggu
stabilitas kehidupan.
Semua itu tercapai jika semua komponen lainnya, tidak egois dalam mementingkan keakuan semata
yang sangat ditentang Islam. Kiranya dapat dipahami, mengapa ......
2. Terjemah
Dan kepada Tsamud saudara mereka Shalih. Shalih berkata:”Hai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak
ada bagi kamu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu
memakmurkannya, karena itu mohonlah ampunan-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat lagi Maha
Mengetahui. (Qs. Hŭd: 61).
3. Terjemah Mufradhât (Makna Kata) Dan Penjelasannya
a. Kata Tsamŭd adalah isim alam yang merupakan nama dari salah satu suku bangsa Arab terbesar yang telah
punah. Mereka adalah keturunan Tsamŭd Ibn Jatsar Ibn Iram Ibn Sam Ibn Nŭh. Dengan demikian silsilah
keturunan mereka bertemu dengan ‘Ǎd pada kakek yang sama yaitu Iram. Mereka bermukim di suatu wilayah
yang bernama al-Hijr yaitu suatu daerah di Hijaz (Saudi Arabia sekarang). Ia juga dikenal sampai sekarang
dengan nama Madǎin Shaleh. Di sana hingga kini terdapat banyak peninggalan, antara lain berupa reruntuhan
bangunan kota lama, yang merupakan sisa-sisa dari kaum Tsamŭd itu. Ditemukan juga pahatan-pahatan indah
serta kuburan-kuburan, dan aneka tulisan dengan berbagai aksara Arab, Arania, Yunani, dan Romawi.
Di dalam hitungan sejarah, sebagaimana kaum ‘Ad, maka kaum Tsamud ini dihitung sebagai suku-suku Arab
yang telah punah, tak ada lagi. Yang tersisa hanyalah bekas-bekasnya.
b. Kata Shǎliha adalah isim alam yang merupakan nama Nabi kedua dalam bangsa Arab. Diterangkan bahwa
mereka berdiam di suatu negeri yang subur, sehingga lembah-lembahnya dapat mereka hiasi dengan gedung-
gedung yang indah, dan bukit-bukitnya mereka pahat untuk dijadikan rumah. Letak negerinya antara Hijaz dan
Syam.
c. Kata ansya’akum mengandung makna mewujudkan serta mendidik dan mengembangkan. Objek kata ini
biasanya manusia dan binatang.
d. Kata ista’mara terambil dari kata ‘amara yang berarti memakmurkan. Kata ini juga dipahami sebagai antonim
dari kata kharǎb yang bermakna kehancuran. Huruf sǐn dan tǎ’ yang menyertai kata ini ada yang
memahaminya dalam arti perintah sehingga kata tersebut berarti Allah memerintahkan kamu memakmurkan
bumi dan ada juga yang memahaminya sebagai berfungsi penguat, yakni menjadikan kamu benar-benar mampu
memakmurkan dan membangun bumi. Ada juga yang memahaminya dalam arti menjadikan kamu mendiaminya
atau memanjangkan usiamu Ibnu Katsir memahaminya dalam arti menjadikan kamu pemakmur-pemakmur dan
pengelola-pengelolanya.
Kata ista’marakum fi al-ardh menurut Thabaththabai bermakna mengolah bumi sehingga beralih menjadi
suatu tempat dan kondisi yang memungkinkan manfaatnya dapat dipetik seperti membangun pemukiman untuk
dihuni, masjid untuk tempat ibadah, tanah untuk pertanian, taman untuk dipetik buahnya dan rekreasi. Dan
dengan demikian, penggalan ayat tersebut bermakna bahwa Allah Swt telah mewujudkan melalui bahan bumi
ini, manusia yang Dia sempurnakan dengan mendidiknya tahap demi tahap dan menganugerahkannya fitrah
berupa potensi yang menjadikan ia mampu mengolah bumi dengan mengalihkannya ke suatu kondisi di mana i
dapat memanfaatkannya untuk kepentingan hidupnya. Sehingga ia dapat terlepas dari segala macam kebutuhan
dan kekurangan dan dengan demikian ia tidak untuk wujud dan kelanggengan hidupnya kecuali kepada Allah
Swt.
e. Kata mujǐb terambil dari kata ajǎba. Dari akar kata yang sama lahir kata jawǎb yakni jawaban. Kata mujǐb
adalah pelaku jawaban itu/yang menjawab. Sementara ulama berpendapat bahwa kata ini pada mulanya berarti
memotong seakan-akan yang memperkenankan permohonan, memotong permohonan, dan menghentikannya
dengan jalan mengabulkannya. Demikian juga yang menjawab pertanyaan, memotong pertanyaan dengan
jawabannya. Kata ini hanya ditemukan sekali dalam al-Qur’an yaitu pada ayat ini, dan sekali juga dalam bentuk
jamak mujǐbŭn Qs. al-Shaffǎt: 75.
"Menurut istilah ushuliyah “fundamentalisme”. Kita hanya mendapatkan kata dasar istilah itu, yaitu al-
ashlu dengan makna “dasar sesuatu “ dan “kehormatan” . bentu pluralnya adalah ushul. Dalam Al-Qur’anul
Karim disebutkan (Imarah, 1999). Berikut beberapa Ayat yang menyangkut dengan hal tersebut.
Artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (QS. Ibrahim:24). Dari ayat
diatas, warisan keilmuan islam dan peradabannya, serta kamus-kamus arab yang tidak mengenal
istilah ushuliyah‘fundamentalisme’ dan pengertian-pengertian yang dikenal Barat atas istilah ini Agama islam
sebagai sebuah intuisi kebenaran oleh seluruh lapisan. memiliki peranan penting bagi kelangsungan gerakannya
dan menjadi sebuah mekanisme internal yang terpenting dalam perkembangannya, karena memuat seperangkat
doktrin yang dirumuskan dalam sebuah maksud dan tujuan gerakan yang diantaranya adalah fundamentalisme
yang digunakan untuk menyebut gerakan keagamaan dalam berbagai karya tulis, telah menjadi istilah yang
sangat popular dan bahkan controversial. Meskipun pada mulanyafundamentalisme menunjuk sebuah fenomena
gerakan Kristen Protestan , namun sekarang istilah ini secara luas dipakai untuk menyebut gerakan yang terjadi
dikalangan masyarakat Islam, Katolik, (sunni, syiah), Yahudi, Hindu Budha dan Zoroaster.
Meskipun demikian, jika makna fundamentalisme itu ditekankan pada originalitas sumber serta prinsip-
prinsip dasar ajaran islam terdapat kelompok kecil aliran pemikiran dalam islam,tapi secara intelektual sangat
penting, yang bisa dideskripsikan sebagai fundamentalisme. Kelompok ini berpendapat bahwa Al-Quran dan
Sunnah merupakan pokok sumber ajaran islam dan mengikat untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari,
bahwa produk pemikiran keagamaan klasik dan pertengahan tidak mengikat, bahwa dalam beberapa hal produk
pemikiran ini mengakibatkan kemalasan berpikir dalam islam, bahwa selama masa kekaisaran islam, banyak
penguasa muslim mengakomodasi terlalu banyak tradisi lokal yang non islam, bahwa paling tidak terdapat
tarekat sufi terlibat dalam praktik-praktik ajaran non islam, bahwa mengkultuskan diri seseorang dinilai sebagai
politeisme, dan bahwa setiap muslim harus mempelajari dan mengamalkan Al-Quran dan Sunnah.
2.3 Modernisme versus Konservatisme
Kata-kata "modern", seperti kata lainya yang berasal dari barat, telah di pakai dalam bahasa Indonesia.
Dalam kamus bahasa Indonesia, kata modern diartikan sebagai yang terbaru, secara baru, mutakhir.
Selanjutnya kata modern erat pula kaitanya dengan modernisasi yang berarti pembaharuan atau dalam bahasa
arabnya biasa dikenal dengan istilah tajdid.
Modernisasi mulai diperbincangkan pada abad ke-17. Ini terjadi sebagai efek dari inovasi di masa
renaissance yang merubah paradigma masyarakat dunia. Kala itu, kata ini hanya dipahami sebagai proses
perubahan menuju sistem sosial, ekonomi dan politik yang berkembang di Amerika dan Eropa barat. Lama
kelamaan kata ini beralih menjadi westernisasi atau pembaratan.
Secara teoritis, kata ini juga diartikan sebagai suatu bentuk perubahan sosial. Modernisasi juga
merupakan direct change (perubahan terarah) yang pada hakekatnya masuk dalam ranah kajian social
planning (perencanaan sosial).
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal
dari kata dalam bahasa latin, conservare, melestarikan, menjaga, memelihara dan mengamalkan.
Sebagaimana yang diketahui arti dari konservatisme adalah filsafat politik yang didukung oleh nilai-
nilai tradisional. Dimana pemikiran konservatisme dianggap biang dari segala kebekuan pemikiran, sehingga
seseorang yang memiliki pemikiran konservatif tidak akan maju. Apabila pada islam diterapkan pemikiran
konservatif maka islam dipandang sebagai agama yang terbatas pemikirannya, kampungan dan irasional.
Menurut Dr. Deliar Noer, mantan ketua umum PB-HMI yang juga pakar politik. Beliau mengingatkan
muslim agar bisa meresponi modernisasi secara kreatif, seorang muslim haruslah terlebih dahulu berusaha
mengatasi masalah-masalah internal umat islam seperti tradisi mengikuti konsepsi-konsepsi abad pertengahan
secara taklid buta serta mengikuti kecenderungan beberapa praktik-praktik sufi. Dalam pandangan Deliar, jika
umat islam belum bisa membebaskan diri dari persoalan tradisionalisme dan eksklusivisme dalam berpikir,
akan menemui banyak hambatan dalam meresponi modernisasi. Persoalan mendasar yang penting, menurut
Deliar adalah bagaimana umat islam dapat berbuat dan berfungsi hingga sampai pada suatu sikap modern
dalam menghadapi tantangan zaman, jika umat islam benar-benar yakin bahwa islam selalu sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dari pandangan Deliar diatas, dapat diuraikan bahwasannya Deliar mengajak umat islam untuk bersikap
positif terhadap perkembangan zaman pada saat ini. Karena dengan terus berkembangnya zaman modern
sekarang tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang bertentangan dengan islam. Apabila seorang muslim
mempunyai pemikiran konservatif atau tradisional maka umat islam tidak akan bisa berperan atau berfungsi
pada zaman modern ini serta tidak akan pernah maju dalam berpikir.
Apabila suatu pemerintahan menjadi sebuah pemerintahan konservatif, maka pemerintahan tersebut
akan gagal menjadi pemerintahan yang berhasil. Karena keterbatasannya dalam berpikir serta mengancam suatu
Negara yang memiliki karakter plural dan toleran. Pada suatu Negara tidak hanya ada satu agama tetapi
bermacam-macam agama, apabila dalam suatu Negara menggunakan pemikiran konservatif maka pada Negara
tersebut akan terus terjadi peperangan antar agama, karena saling membenarkan ajaran sesama agama serta
tidak adanya rasa toleran terhadap antar agama.
Hidup di dunia hanyalah untuk beribadah menghamba kepada Sang Khaliq, untuk itulah kita diciptakan.
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat: 56)
Dia Yang Mahasuci diibadahi dengan rasa takut (khauf), berharap (raja’) dan cinta (mahabbah). Tiga rasa ini
tidak boleh ada yang hilang salah satunya, ketiganya harus komplet ada pada diri si penghamba.
Untuk khauf dan raja’ akan ada pembicaraan tersendiri di waktu-waktu mendatang, insya Allah. Adapun kali
ini, secara ringkas kita akan berbicara tentang mahabbah.
Mencintai Allah subhanahu wa ta’ala yang selanjutnya kita sebut dengan mahabbatullah, bagaimanakah
hakikatnya? Apakah diri kita sudah mencinta-Nya dengan semestinya? Ataukah diri kita malah tenggelam
dalam mengejar cinta makhluk atau kalbu kita disesaki dengan mabuk cinta kepada makhluk sehingga tidak
tersisa tempat untuk-Nya?
Jujur kita akui, kebanyakan dari umur kita telah kita lalui dengan pembicaraan tentang cinta kepada makhluk
dan ambisi untuk beroleh cinta makhluk. Ketika cinta kita kepada si makhluk bertepuk sebelah tangan, gayung
tiada bersambut, patahlah hati kita, serasa sesak dada kita. Demikianlah cinta dan mencinta makhluk, kita bisa
“sakit” karenanya.
Adapun cinta yang selama ini sering kita abaikan dan terluputkan dari pikiran kita, padahal dia merupakan cinta
teragung, sungguh tiada membekaskan sakit yang melukai kalbu. Itulah cinta kepada Allah subhanahu wa
ta’ala. Tidak akan patah arang seorang hamba yang mencintai-Nya ketika mengejar cinta-Nya. Karena siapa
yang jujur dalam cintanya, Allah subhanahu wa ta’ala pasti akan membalas. Sebuah cinta yang berbuah
kemanisan, kelapangan, dan kebahagiaan di dunia dan terlebih lagi di akhirat kelak.
Mahabatullah adalah sebuah kelaziman bagi yang mengaku beriman kepada-Nya, baik dia lelaki maupun
perempuan. Bahkan cinta ini termasuk syarat Laa ilaaha illlallah[1] dan merupakan asas atau landasan dalam
beramal. (ad-Da’u wa ad-Dawa’, Ibnul Qayyim, hlm. 303) Yang namanya mencinta-Nya bukanlah sekadar
pengakuan lisan atau ucapan di bibir saja, namun harus sebagaimana yang dinyatakan-Nya dalam tanzil-Nya,
Katakanlah (ya Muhammad), “Jika benar-benar kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan
mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian….” (Ali Imran: 31)
Kata al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah, “Ayat yang mulia ini merupakan hakim pemutus (yang memberikan
penghukuman) bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah subhanahu wa ta’ala, sementara orang itu
tidak di atas thariqah muhammadiyah (yaitu jalan yang ditempuh oleh Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam). Orang itu dusta dalam pengakuan cintanya sampai dia mau mengikuti syariat Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, tunduk pada ajaran nabawiyah dalam seluruh ucapan, perbuatan dan keadaannya,
sebagaimana berita yang datang dalam kitab Shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
“Siapa yang mengamalkan suatu amalan tidak di atas perintah/perkara kami maka amalan itu tertolak.”[2]
“… niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)
Dengan mencintai-Nya, yang dibuktikan dengan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kalian
akan mendapatkan lebih daripada apa yang kalian upayakan yaitu kalian akan mendapatkan cinta- Nya, dan ini
lebih agung daripada yang pertama (cinta kalian kepada-Nya), sebagaimana kata sebagian ulama ahli hikmah,
“Tidaklah penting bagaimana kamu mencinta, yang penting hanyalah bagaimana kamu dicinta.”
Al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah dan selainnya dari pendahulu umat ini yang salih berkata, “Ada
orang-orang yang mengaku mencintai Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah subhanahu wa ta’ala uji mereka
dengan ayat ini (ayat 31 dari surat Ali Imran). “Karena itulah, ayat ini dinamakan ayat mihnah/ujian, kata al-
Hafizh Ibnul Qayyim rahimahullah. (Tafsir Ibni Katsir, 2/24—25)
Bila Allah subhanahu wa ta’ala mencintai kalian maka itu merupakan bukti cinta kalian jujur kepada-Nya.
Adapun bukti cinta kalian kepada-Nya adalah ittiba’ (mengikuti) kepada sang Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dengan ittiba’ tersebut, kalian beroleh buahnya yaitu cintanya Dzat yang mengutus sang Rasul. Bila
kalian tidak mau ittiba’ kepada sang Rasul, lalu kalian mengaku cinta kepada-Nya maka cinta kalian tidaklah
benar sehingga Dia pun tidak mencintai kalian. (Madarij as-Salikin, 3/20)
Ada sepuluh sebab yang dengannya seorang hamba akan beroleh cintanya Allah subhanahu wa ta’ala
sebagaimana disebutkan al-Hafizh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah,
1. Membaca al-Qur’an dengan tadabbur, memahami maknanya dan apa yang diinginkan dengannya.
2. Mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan amalan nawafil setelah mengerjakan yang fardhu,
karena ini akan mengantarkan kepada derajat dicintai setelah mencintai[3].
3. Terus-menerus mengingat-Nya dalam seluruh keadaan dengan lisan, kalbu, dan amalan. Bagian yang diperoleh
seorang hamba dari cinta-Nya sesuai dengan bagiannya dalam mengingat Dzat yang dicinta.
4. Mengutamakan apa yang dicintai-Nya daripada apa yang kamu cintai tatkala hawa nafsu sedang bergejolak.
5. Kalbu berusaha mempersaksikan dan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta berbolak-balik dalam
taman pengetahuan ini.
Siapa yang mengenal Allah subhanahu wa ta’ala dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta perbuatan-
perbuatan-Nya, dia pasti akan mencintai Allah subhanahu wa ta’ala, karena itulah kelompok sesat al-
mua’thilah dan fir’auniyah serta jahmiyah[4] merupakan perampok atau pembegal jalanan bagi kalbu untuk
sampai kepada Dzat yang dicintai.[5]
6. Menyaksikan dan mengakui kebaikan-Nya dan nikmat-nikmat-Nya yang zahir maupun batin.
7. Ini yang paling mengagumkan, yaitu hancur luluhnya kalbu secara total di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala,
merasa tidak berdaya sama sekali di hadapan-Nya. Tiada tersisa kesombongan sedikit pun karena menyadari diri
ini tidak ada apa-apanya sama sekali di hadapan kebesaran dan kekuasaan Sang Khaliq.
8. Bersepi-sepi (khalwat) dengan-Nya di waktu turun-Nya[6] untuk bermunajat kepada-Nya dan membaca kalam-
Nya, kemudian menutupnya dengan istighfar dan tobat.
9. Duduk-duduk (bermajelis) dengan para pecinta-Nya, orang-orang yang jujur dalam keimanan mereka, dan
memetik buah yang indah dari ucapan mereka sebagaimana buah yang bagus dipilih dari yang selainnya.
10. Menjauhi segala sebab yang dapat memisahkan kalbu dengan Allah subhanahu wa ta’ala. (Madarijus Salikin,
3/18)
Sebagai penutup, sama kita ingat agar saya, Anda, dan siapa saja dari para hamba janganlah sibuk mencinta dan
mencari cinta makhluk, namun mengabaikan untuk mencintai-Nya dan beroleh cinta-Nya.
Sungguh, siapa yang mencintai-Nya dengan jujur, Dia pun akan mencintai si hamba dan menjadikan penduduk
langit dan bumi mencintai si hamba, sebagaimana dalam hadits,