Anda di halaman 1dari 2

Patogenesis

Patofisiologi calcaneal spur masih belum begitu jelas. Beberapa hipotesis menjelaskan
terjadinya calcaneal spur. Longitudinal traction hypothesis menyebutkan bahwa adanya traksi
yang berulang-ulang pada insersi fascia plantaris di tulang kalkaneus menyebabkan terjadinya
inflamasi dan osifikasi reaktif. Bukti yang mendukung hipotesis ini berdasarkan penelitian
yang menyebutkan bahwa ketegangan fascia plantaris akan meningkat jika kelengkungan
telapak kaki bagian medial rendah (flat foot), hal ini akan menyebabkan nyeri pada tumit (heel
pain). Namun validitas dari hipotesis ini masih dipertanyakan, karena beberapa penelitian lain
menunjukkan bahwa : 1.) sebagian besar spur berada pada bagian dalam fascia plantaris
(khususnya pada insersi m. fleksor digitorum brevis, m. quadratus plantar, dan m. abduktor
hallucis, juga berada di dalam fibrokartilago dan jaringan ikat longgar), 2.) analisis histologis
pada plantar fascia yang dieksisi tidak menujukkan adanya tanda-tanda inflamasi, 3.) trabekula
tulang dari spur tidak sejajar dengan arah dari traksi fascia plantaris, 4.) spur yang telah dieksisi
dapat terjadi kembali pada pasien yang fascia plantarisnya telah dilepas dengan operasi.

Adanya penguluran yang berulang-ulang dari fasia plantaris atau aponeurosis akan
menyebabkan kerobekan mikroskopis jaringan yang disertai tarikan periosteum dari tulang
(calcaneus), sehingga daerah subperiosteum akan bertambah lebar. Kemudian terjadi
peradangan subperiosteum yang juga menyebabkan nyeri. Setelah itu akan terjadi
pembentukan jaringan fibrous yang akan memicu penumpukan kalsium di subperiosteum, dan
selanjutnya terbentuk spur. Pada pemulaannya, nyeri kemungkinan disebabkan oleh
peradangan dari jaringan tendofascioperoeosteal, pada stadium lanjut nyeri disebabkan oleh
spur yang memicu peradangan tendofascio plantaris

Hipotesis lain diajukan oleh Kumai dan Benjamin, yang disebut vertical compression
hypothesis. Hipotesis ini menyebutkan bahwa calcaneal spur dapat terjadi akibat kompresi
yang berulang-ulang dibanding akibat suatu traksi. Calcaneal spur adalah suatu jaringan
fibrokartilago yang tumbuh berlebihan akibat stress fraktur pada kalkaneus, dengan tujuan
melindungi kalkaneus dari suatu retakan. Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang
menujukkan bahwa calcaneal spur lebih sering terjadi pada orang yang obesitas dan pada orang
yang mengalami penurunan elastisitas lapisan lemak di telapak kaki, contohnya pada orang tua.
Selain itu, analisis histologis juga menujukkan bahwa trabekula dari spur mengarah secara
vertical, membuktikan bahwa adanya stres yang menyebabkan terjadinya spur berasal dari
beban yang vertikal.
Gejala Klinis
Pasien dengan calcaneal spur belum tentu merasa bermasalah dengan kakinya. Bahkan
sangat mungkin tidak merasakan keluhan apapun meski sudah terbentuk spur di tulang
tumitnya. Adapun gejala yang sering timbul adalah nyeri di tumit sewaktu bangun pagi atau
sesudah duduk. Menapakkan kaki pertama kali setelah bangun tidur yang seringkali
membangkitkan nyeri tumitnya. Hal ini merupakan pertanda khas pada kasus calcaneal spur.

Pada beberapa kasus, keluhan nyeri juga sering muncul setelah duduk atau berbaring
lama. Keluhan juga bisa muncul setelah kaki menapak ke lantai lagi setelah lama tidak
menapak. Seiring berjalannya waktu, rasa sakit ini bisa reda pada siang hari. Intensitas rasa
sakit bervariasi, bisa ringan sampai berat. Rasa nyeri ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap
kehidupan penderitanya. Selain tidak leluasa melakukan aktifitas, gerakan tubuh pun jadi
terbatas karena calcaneal spur. Keluhan lain juga berupa kaki terasa lelah dan tidak nyaman,
kadang berjalan dengan pincang. Pada beberapa kasus timbul nyeri pada daerah betis dan
terjadi kram. Karena seringkali muncul tanpa gejala, para penderita tidak tahu jika dirinya
terkena penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai