Disusun Oleh:
Lea Rahmadinia, S. Ked (J510185096)
Pembimbing :
dr. Rully Setia Agus D, Sp.KK
Oleh:
Lea Rahmadinia, S. Ked (J510185096)
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
.........................................
Pembimbing
dr. Rully Setia Agus D, Sp.KK ( ..........................................)
Dipresentasikan dihadapan
dr. Rully Setia Agus D, Sp.KK ( ..........................................)
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Muncul plenting – plenting di tangan, kaki, dan wajah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kulit RSUD Dr. Harjono dengan lepuh – lepuh
yang semakin banyak dan membesar, tidak mudah pecah. Lepuh terasa gatal,
tidak bertambah gatal saat berkeringat atau saat udara lebih dingin. Lepuh
muncul kurang lebih 2 minggu yang lalu. Pasien sebelumnya tinggal di
Yogyakarta, kemudian baru berkunjung ke Ponorogo dan muncul keluhan.
Awalnya berupa plenting kecil merah tapi lama – lama membesar menjadi
lepuh. Muncul mulai dari wajah kemudian tangan dan kaki yang tidak
tertutup baju lalu semakin naik. Lepuh pada kaki sempat dipakaikan kaos
kaki yang kencang kemudian saat dibuka ada plenting yang pecah dan
meninggalkan luka di jari. Sebelumnya dirumah sudah diberikan Caladin
untuk mengurangi rasa gatalnya. Pasien sudah berobat ke Puskesmas
diberikan obat cacar air tetapi belum membaik. Pasien mandi dengan air
hangat dan daun sirih.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Riwayat penyakit serupa : disangkal
b. Riwayat asma : disangkal
c. Riwayat alergi : disangkal
6. Riwayat Psikososial :
Pasien mengaku sedang tidak dalam tekan apapun, hubungan keluarga
dan tetangga baik. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
c. BB : 54kg
2. Vital Sign
a. Tekanan darah :-
b. Nadi : 90 x/ menit
c. Respiration rate : 16 x/ menit
d. Suhu :-
3. Status Generalis
a. Kepala
Normocephal, dbn
b. Mata
Tidak anemis, sklera tidak ikterik
c. Leher
Tidak dilakukan
d. Thoraks
1) Pulmo : tidak dilakukan
2) Jantung : tidak dilakukan
e. Abdomen
Tidak dilakukan
f. Ekstremitas
Anggota gerak tidak melemah, akral hangat namun banyak terdapat
lepuh.
4. Status Dermatologis
a. Lokasi : wajah, tangan, dan kaki.
b. Eflorensensi : bulae tegang dan vesikulae diskret disertai ekskoriasi
pada kaki
Tindakan :
Pemfigoid bulosa adalah penyakit umum autoimun kronik yang ditandai oleh
adanya bula sub epidermal pada kulit. Pemfigoid bulosa ditandai oleh adanya bula
subepidermal yang besar dan berdinding tegang, dan pada pemeriksaan
imunopatologik ditemukan C3 (komponen komplemen ke-3) pada epidermal
basement membrane zone, IgG sirkulasi dan antibody IgG yang terkait pada
basement membrane zone (Djuanda, 2010).
Pemfigoid bulosa dapat didahului oleh makula eritematus atau urtikaria yang
dapat bertahan selama beberapa minggu atau bulan. Pada tahap berikutnya,
perkembangan vesikel dan bula adalah ciri khasnya, biasanya disertai dengan gejala
pruritus ringan atau berat. Bula ini bisa muncul pada kulit normal atau eritematosa,
bula ada yang berukuran besar, tegang, dengan bentuk bulat atau oval, yang jika
pecah akan meninggalkan erosi yang mempunyai tendensi untuk mengadakan
reepitelialisasi, menyembuh tanpa sikatriks dan meninggalkan bekas dengan
hiperpigmentasi. Bula berisi cairan jernih, kadang sampai hemoragik, dapat juga
dijumpai cairan purulen yang terakumulasi di bagian bawah bula (Bernard, 2009).
Nikolsky sign pada PB negatif, di mana tanda ini merupakan salah satu tanda
klinis yang jelas dan bermanfaat untuk membedakan penyakit kulit autoimun serta
bermanfaat untuk menentukan prognosisnya. Nikolsky sign negatif karena tidak ada
proses akantolisis (Djuanda, 2010).
Prognosis dari penyakit ini bersifat kronik dengan eksaserbasi dan remisi
spontan, yang biasanya mempengaruhi pasien usia tua ni biasanya merupakan
penyakit kronis,dengan eksaserbasi dan remisi spontan. Usia tua dan kondisi umum
yang buruk telah terbukti secara signifikan mempengaruhi prognosis. Dari studi
terbaru, adanya penggunaan kortikosteroid sistemik dan imunosupresif, serta adanya
penyakit penyerta juga mempengaruhi dari morbiditas serta mortalitas. Sejauh ini,
penggunaan kortikosteroid sistemik telah digunakan secara luas untuk
penatalaksanaan pemfigoid bulosa (Wolff, 2007).
KESIMPULAN
Pemfigoid bulosa ialah penyakit autoimun kronik yang ditandai oleh adanya
bula subepidermal yang besar dan berdinding tegang. Gambaran klinis lesi berupa
bula berdinding tegang yang terdapat diatas permukaan kulit yang normal ataupun
kulit yang eritem. Tempat predileksi timbulnya bula sering pada abdomen bagian
bawah, ekstremitas, lengan atas, aksila dan lipatan paha. Nikolsky sign pada
pemfigoid bulosa negatif.
Tujuan dari terapi adalah untuk mengurangi dan menghilangkan gejala dan
tanda dari pemfigoid bulosa (mengurangi bulla, tanda dari urtikaria, dan gatal). Pada
pasien pemfigoid bulosa usia lanjut, sering ditemukan efek samping obat.
Pengobatan dilakukan untuk mengurangi efek inflamasi dengan menggunakan
kortikosteroid, antibiotik, dan obat anti inflamasi. Kortikosteroid, prednison per-oral
dosis 30-60 mg sehari. Kasus ini cukup sensitif dengan kortikosteroid, tidak perlu
dosis tinggi. Dosis dapat diturunkan bila telah ada perbaikan , mula mula secara
cepat kemudian secara perlahan-lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Barakbah, J., Pohan, S.S., Sukanto, H., Martodihardjo, S., Agusni, I., Lumintang, H.,
Suyoso, S., Hutomo, M.M., Zulkarnain, I., Murtiastutik, D., Ervianti, E.,
Sawitri, Listiawan, M.Y., Rosita, C., 2005. Pedoman Diagnostik dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : FK UNAIR
Bernard, P., Ziad, R. 2009. Risk Factors for Relapse in Patients With Bullous
Pemphigoid in Clinical Remission. ARCH DERMATOL/VOL 145. Available
from: URL: http://archderm.ama-assn.org/16 ( 27 September 2018)
Djuanda, A., 2010. Pemfigoid Bulosa. In: Hamzah, M., Aisah, S., editors. Buku Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FK UI
pp.210-211
Jusuf, Barakbah., 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Sutomo Surabaya.
Wolff, K., Johnson, R A., 2007. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. 6th ed. New York: Mc Graw-Hill