SEPTUM VAGINA
Diajukan Kepada :
Disusun oleh:
KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
Refleksi Kasus
SEPTUM VAGINA
Disusun Oleh:
H2A012007
Tanggal : ...........................................
Pembimbing Klinik
PENDAHULUAN
Septum vagina adalah sekat sagital pada vagina yang terjadi karena
proses embriologi sistem reproduksi tidak sepenuhnya berkembang.2
Septum vagina merupakan kelainan saluran genital wanita yang jarang, dan
sedikit yang dijelaskan tentang perawatan pembedahannya.3 Septum vagina
dapat menyebabkan distosia karena septum dapat menghambat turunnya
kepala. Pada septum vagina longitudinal bisa juga terjadi uterus didelfis
sehingga memisah serviks kiri dan kanan.2
Dinding depan dan belakang vagina berdekatan ssatu sama lain, masing-
masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 9-10 cm. Arah sumbunya
berjalan sejajar dengan arah pinggir bawah simfisis ke promontorium. Selama
pertumbuhan janin dalam uterus, secara embriologis 2/3 bagian atas vagina
berasal dari duktus Mulleri (asal dari entoderm), sedangkan 1/3 bagian distal
bawahnya berasal dari lipatan-lipatan ektoderm.
Vagina memiliki mukosa berlipat-lipat horizontal yang disebut rugae.
Ditengah-tengah bagian depan dan belakang ada bagian yang lebih mengeras
disebut kolumna rugarum. Rugae-rugae ini memungkinkan vagina dalam
persainan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir.
Rugae-rugae dapat dilihat dengan jelas pada 1/3 bagian distal vagina pada
seorang nullipara, sedangkan pada seorang multipara lipatan-lipatannya
sebagian besar menghilang.
Epitel vagina terdiri atas epitel skuamosa. Lapisan ini terdiri dari
beberapa lapis epitel gepeng tidak bertanduk dan tidak mengandung kelenjar,
tetapi dapat mengadakan transudasi. Di bawah epitel vagina terdapat jaringan
ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada kehamilan terdapat
hipervaskularisasi lapisan jaringan tersebut, sehingga dinding vagina terlihat
kebiruan yang disebut livide. Di bawah jaringan ikat terdapat otot-otot dengan
susunan yang serupa dengan susunan otot usus. Bagian dalamnya terdiri atas
muskulus sirkularis dan bagian luarnya muskulus longitudinalis. Di sebelah
luar otot-otot ini terdapat fasia (jaringan ikat) yang akan berkurang
elastisitasnya pada peremptan yang lanjut usianya. Di sebelah depan, dinding
vagina berhubungan dengan uretra (sepanjang 2,5 - 4 cm) dan kandung kemih
yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut septum vesikovaginalis. Di
sebelah belakang, diantara dinding vagina bagian bawah dan rektum terdapat
jariangan ikat yang disebut septum rektovaginalis. Seperempat bagian atas
dinding vagina belakang terpisah dari rektum oleh kantong rektouterina yang
biasa disebut kavum Douglasi. Dinding kanan kiri vagina berhubungan dengan
muskulus levator ani. Dipuncak vagina dipisahkan oleh serviks, terbentuk
forniks anterior, posterior, dan lateralis kiri-kanan.
Vagina mendapat darah dari (1) arteria uterina, yang melalui cabangnya
ke serviks dan vagina memberikan darah ke vagina bagian 1/3 atas; (2) arteria
vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberikan darah ke vagina bagian
1/3 tengah; (3) arteria hemoroidalis mediana dan arteria pudendus interna, yang
memberikan darah ke vagina bagian 1/3 bawah. Darah kembali melalui pleksus
vena yang ada, antara lain pleksus pampiniformis ke vena hipogastrica dan
vena iliaka ke atas.
ABSTRAK
Metode: Dua puluh satu pasien yang memiliki uterus septate komplit dengan
duplikasi serviks dan septum vagina ditinjau secara retrospektif dalam penelitian
ini. Pada Kelompok I, 11 pasien dengan hasil reproduksi yang buruk (keguguran
spontan atau infertilitas) atau dispareunia menjalani metroplasti histeroskopi dan
pengangkatan septum vagina dengan pelestarian septum serviks. Pada Kelompok
II, 10 pasien tanpa riwayat keguguran spontan tidak menjalani transeksi
histeroskopi septum uterus. Dari 10, empat menjalani sayatan septum vagina akibat
dispareunia, dua menjalani adhesiolisis panggul laparoskopi hanya karena
infertilitas, dan empat tanpa gejala tidak memiliki intervensi. 5
Pada Kelompok I sebelum operasi, kehamilan spontan sebanyak 7 pasien dan IVF-
ET (In Vitro Fertilization and Embryo Transfer) sebanyak 1 pasien. Abortus
spontan sebanyak 8 pasien dan persalinan atern 2 pasien. Tidak didapatkan
persalinan pervaginam dan persalinan perabdominal atau Caesarean section
sebanyak 2 pasien.5
Pada Kelompok I setelah operasi, tingkat kehamilannya sebesar 81,8% (9/11)
dengan kehamilan spontan sebanyak 7 pasien dan IVF-ET (In Vitro Fertilization
and Embryo Transfer) sebanyak 2 pasien. Kelahiran aterm 6 pasien, presentasi
abnormal 1, kehamilan yang masih berlangsung 2 pasien, 2 pasien tidak hamil
setengah tahun setelah operasi, dan aborsi 1 pasien. Persalinan pervaginam
sebanyak 2 pasien dan persalinan perabdominal atau Caesarean section sebanyak
4 pasien.5
Pada Kelompok II setelah operasi, tingkat kehamilannya sebesar 50% (3/6) dengan
kehamilan spontan sebanyak 3 pasien. Kelahiran aterm 3 pasien, presentasi
abnormal 2, 3 pasien tidak hamil setengah tahun setelah operasi. Persalinan
pervaginam sebanyak 1 pasien dan persalinan perabdominal atau Caesarean section
sebanyak 2 pasien.5
DAFTAR PUSTAKA
3. Anwar,S., Moon, T., Baloch, S.A. Assisted breech delivery with transverse
vaginal septum. J.Ayub Med Coll Abbottabad. 2012;24(2): 156-7. (Diakses pada
8 Juni 2019)