Anda di halaman 1dari 5

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang cukup
berat dan lebih dari 5 kali sehari. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% dari berat badan
awal, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida,
ketosis dan hipokalemia. Kondisi muntah dapat terjadi pada awal kehamilan hingga usia
kehamilan 20 minggu.
2.2 Etiologi
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan perempuan
mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan simptom akan
teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi
adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia
dan psikologis. Faktor-faktor yang menjadi predisposisi diantaranya:
a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG.
b. Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik.
c. Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan sebagainya.
d. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.
2.3 Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh
keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh berikut:
a. Hepar: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak
b. Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang dijumpai perdarahan sub-
endokardial.
c. Otak: terdapat bercak perdaran pada otak.
d. Ginjal: tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
2.4 Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
a. Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung
dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
b. Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik
< 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin
dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
c. Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau
berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria.
2.5 Manifestasi Klinis
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea,
muntah, penurunan berat badan, hipersaliva, tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan
takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan
peningkatan hematokrit.
2.6 Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:
a. Riwayat biasanya terjadi pada trimester pertama, dapat berlanjut selama
kehamilan.
b. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
c. Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada keadaan
berat, subfebril dan gangguan kesadaran.
d. Fisik: dehidrasi, perasaan tenggorokan kering dan haus, hipersaliva, kulit pucat,
ikterus, sianosis, berat badan menurun, turgor menurun, pada VT ditemukan besar
uterus sesuai dengan usia kehamilan, konsistensi lunak, tanda Chadwick.
e. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa.
f. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan proteinuria
2.7 Diagnosis Banding
a. Gastritis dan ulkus peptikum
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai
riwayat makan yang tidak teratur dan sering menggunakan NSAID. Keluhan nyeri
epigastrium tidak terlalu dapat membedakan dengan wanita hamil yang tanpa
gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis
gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pasien dengan
gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti
dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang
disertai diare.
b. Appendicitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut sangat
menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut keluhan tersebut
sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare juga bisa dijadikan
petunjuk membedakan hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis
akut.
c. Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai
riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan
penurunan kesadaran dan pernafasan kussmaul . Perlu dilakukan pemeriksaan
keton, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah
d. Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya
sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum
Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT ) yang nyata. Kadangkadang sulit membedakan pasien
hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya
tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah
menderita hepatitis. e) Pankreatitis akut Pasien dengan pankreatitis biasanya
mempunyai riwayat peminum alkohol berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa
nyeri epigastrium, kadang-kadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat
menjalar ke punggung, kadang-kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar ke
abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum amylase dapat membantu
menegakkan diagnosis.
2.8 Komplikasi
a. Maternal dapat mengakibatkan defisiensi tiamin yang akan menyebabkan terjadinya
diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika tidak segera ditangani akan
terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas),
ataupun kematian. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati
Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot
ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan
bingung.
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
2.9 Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadangkadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil,
tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Defekasi yang teratur hendaknya dapat teratur.
2.10 Tata Laksana
 Obat-obatan.
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa
yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin
B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan. Pada keadaan lebih berat diberikan
antiemetic seperti prometazin, proklorperazin atau mediame B6.
 Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
 Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. urin perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi
diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan
minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.

Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk melalui


pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
klinis berupa:

 Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, gangguan


jiwa Ensephalopati Wernick.
 Gangguan pengelihatan : perdarahan retina, kemunduran visus.
 Gangguan faal : hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,
jantung dan pembuluh darah dalam bentuk takikardi dan hipotensi.

Anda mungkin juga menyukai