Pak Ardi, Pensiunan PNS, Umur 64 Tahun datang memeriksakan diri ke klinik dengan keluhan sesak dan
batuk yang berlangsung sejak 1 bulan yang lalu. Sesak dirasakan betambah berat apabila menghirup
asap dan beraktifitas berat. Sesak berkurang apabila pasien berdiri dengan kedua tangan memegang
tembok. Keluhan batuk sudah hilang timbul selama 2 tahun terakhir, dan pernah mendapatkan
pengobatan dengan cara diuapi. Batuk berdahak berwarna putih, disertai darah dan sering terjadi pada
pagi hari saat bangun tidur. Nafsu makan sedikit menurun. Pak Ardi seorang bekas rokok (12 batang
perhari), selama ±30 tahun dan sudah berhenti ± 2 tahun yang lalu. Setelah Pensiun, Pak Ardi bekerja di
pabrik kapas. Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan purse lips breathing (+). Pada pemeriksaan thoraks
barrel chest, palpasi pelebaran sela iga, perkusi hipersonor, auskultasi SD vesikuler melemah, ST
wheezing +/+. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pH 7,2, PCO2 55 mmHg, HCO3- 22 mmol/L.
1. Purse lips breathing : sebuah teknik yang melibatkan bibir yang mengerut selama
ekhalasi (mendorong keluarnya udara dari paru-paru).
2. Barrel chest : kelainan bentuk dada berupa peningkatan diameter antero
posterior dinding dada sehingga dada tampak bulat seperti tabung.
3. Sesak : aktivitas sistem sensorik yang terlibat dalam sistem respirasi atau
pernapasan sulit bernapas ditandai dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu
pernapasan.
4. Whreezing : suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang terdengar di akhir
ekspirasi karena adanya penyempitan jalan udara atau tersumbat sebagian.
Step 4 Skema
Anamnesis
PPOK
Etiologi Diagnosis Pasti Patofisiologi Faktor Resiko Tatalaksana Komplikasi
& Sementara
Farmakologi Edukasi Non Farmakologi
1. Anamnesis PPOK
2. Pemeriksaan Fisik PPOK
3. Diagnosis Sementara
4. Pemeriksaan Penunjang PPOK
5. Diagnosis Pasti
6. Etiologi PPOK
7. Faktor Resiko PPOK
8. Patofisiologi PPOK
9. Penatalaksanaan PPOK
10. Komplikasi PPOK
1. Anamnesis PPOK
ANANNESIS PADA PENDERITA PPOK
Anamnesis dimulai dengan menanyakan :
• Nama :
• Umur :
• Alamat :
• Status perkawinan/pekerjaan, dll.
Menanyakan keluhan utama(batuk)dan menggali riwayat penyakit sekarang.
Menanyakan :
• Berapa lama pasien merasa sesak nafas ?
• Kapan pasien merasa sesak nafas : saat istirahat atau aktivitas ?
• Apa yang dilakukan pasien sebelum merasa sulit bernafas ?
• Berapa jauh pasien dapat berjalan ?
• Apakah pasien batuk ? Jika ya, adakah sputum, berapa banyak, dan apa
warnanya?
• Apakah terdapat mengi ? Jika ya, kapan ?
• Berapa lama pasien mengalami keadaaan seburuk ini ?
• Kira-kira apa pemicunya ?
• Apakah pasien mengalami nyeri dada atau sesak napas saat berbaring?
• Pernakah pasien mendapat ventilasi ?
• Pernahkah pasien di rawat di rumah sakit ? (Jika ya, berapa hasil spirometri dan
gas darah awal )
Obat-obatan
• Tanyakan respons pasien terhadap kortikosteroid, nebulizer, oksigen dirumah ?
• Apakah pasien menggunakan oksigen dirumah ? Jika ya, selama berapa jam
sehari digunakan ?
• Dapatkan riwayat merokok pasien (dahulu[berapa bungkus perhari/tahun]
sekarang, dan pasif ?
Morfologi
Perubahan paling berat terjadi dalam saluran napas distal pada lobus paru sebelah bawah;
dilatasi yang terjadi memiliki bentuk yang berbeda-beda (silindris, fusiformis atau sakuler).
Pemeriksaan histologik memperlihatkan spectrum inflamasi yang ringan hingga inflamasi
yang akut dan kronik dengan nekrotisasi pada saluran napas besar yang disertai fibrosis
bronkiolus.
Manifestasi Klinik
Morfologi
Paru-paru berkembang secara berlebihan dengan disertai bercak-bercak atelektasis dan oklusi
saluran napas oleh sumbat mucus. Secara mikroskopik, paru-paru memperlihatkan edema,
infiltrate radang pada bronkiolus dengan sejumlah eosinofil, fibrosis pada sebmembran
basalis dan hipertrofi otot polos dinding bronkus serta kelenjar submukosa. Sumbat mucus
yang berpilin (spiral Curschmann) dan debris granul eosinofil yang berbentuk kristaloid
(Kristal Charcot-Leyden) mengendap di dalam saluran napas.
4) Aspergillosis
Penyakit jamur disebabkan oleh spesies Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus. Cara
penularannya adalah inhalasi konidia dari udara bebas. Pada penderita penyakit paru kronis
(terutama asthma, juga penyakit gangguan paru kronis atau “cystic fibrosis”) dan penderita
yang alergi terhadap jamur ini dapat menyebabkan kerusakan bronchus dan penyumbatan
bronchus intermiten. Keadaan ini disebut sebagai allergic bronchopulmonary aspergillosis
(ABPA).Invasi kedalam pembuluh darah berupa trombosis dan menyebabkan infark adalah
ciri dari infeksi jamur ini pada pasien dengan kekebalan rendah.Diagnosis ABPA ditegakkan
antara lain adanya reaksi benjolan merah di kulit jika dilakukan skarifikasi atau suntikan
intradermal dengan antigen Aspergillus, adanya sumbatan bronchus yang menahun,
eosinofilia, terbentuknya antibodi presipitasi serum terhadap Aspergillus, peningkatan kadar
IgE dalam serum dan adanya infiltrat paru yang bersifat transien (dengan atau tanpa
bronkiektasis sentral). Kolonisasi endobronkial saprofitik didiagnosa dengan kultur atau
ditemukannya Aspergillus mycelia pada sputum atau pada dahak ditemukan hyphae. Serum
precipitin terhadap antigen spesies Aspergillus biasanya juga muncul. Bola jamur (fungus
ball) dari paru biasanya dapat didiagnosa dengan foto toraks dan dari catatan medis.
Diagnosa aspergillosis invasif ditegakkan dengan ditemukannya Mycelia Aspergillus dengan
mikroskop dari jaringan yang terinfeksi; konfirmasi diagnosa dilakukan dengan kultur untuk
membedakan dengan penyakit jamur lain yang gambaran histologinya mirip.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test fungsi paru ( mungkin sukar dilakukan untuk pasien yang kondisinya parah)
PEF <100 L/menit atau FEV1<1L mengindikasikan adanya ekserbasi yang parah .
2. Pemeriksaan radiologi
Paru lebih lusen
Sela iga melebar
Diafragma mendatar
Jantung menggantung/pendulum (tear drop appearance)
3. Tes fungsi paru (mungkin sukar dilakukan untuk pasien yang kondisinya parah)
PEF < 100 L/menit atau FEV1 < 1 L mengindikasikanadanya eksaserbasi yang
parah.
4. Pemeriksaan analisis gas darah .
Pa02 < 8,0 kPa (60 mmHg ) dan atau Sa 0 2 < 90 % denga n atau tanpa PaC0 2 >
6,7 kPa (50mmHg) , saa t bernapa s dala m udara ruangan ,mengindikasikan
adanya gagal napas.- Pa02 < 6,7 kPa (50 mmHg) , PaC0 2 > 9,3 kPa (70mmHg )
dan pH < 7,30, memberi kesan episode yang mengancam jiwa dan perlu
dilakukan monitor ketat serta penanganan intens.
5. Foto toraks
Dilakukan untuk melihat adanya komplikasi seperti pneumoni .
6. ElektrokardiografI (EKG) .
Pemeriksaan EKG dapat membantu penegakan diagnosis hipertropi ventrikel
kanan, aritmia dan iskemia