Anda di halaman 1dari 12

TERAPI OKSIGEN

TINJAUAN TEORI
Pemberian terapi oksigen sering merupakan satu bagian penting dan bermanfaat pada keadaan
kegawatdaruratan atau kekritisan. Jika seseorang tanpa sakit atau cedera, oksigen 21% (dalam udara
bebas) cukup untuk mendukung fungsi normal.
Pada keadaan Oksigenasi jaringan yang TIDAK adekuat, untuk mengenali kondisi hipoksemia agar
terapi oksigen sukses diberikan dibutuhkan ketrampilan untuk pengenalan dini hipoksemia. Pengenalan dini
tersebut sering sulit dilakukan karena gambaran klinis sering tidak spesifik seperti perubahan status mental,
dyspnoea, sianosis, takipnoea, aritmia, dan koma. Hiperventilasi akibat stimulasi kemoreseptor karotis baru
akan terjadi jika PaO 2dibawah 5.3 kPa (40 mmHg) sedangkan Vasodilatasi perifer sebagai konsekwensi dari
hipotensi sistemik baru akan terjadi jika PaO2 dibawah 4 kPa (30 mmHg).
Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas oksigen lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosfir
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah.

Tujuan dan Indikasi:


Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan umun
diberikannya terapi oksigen adalah untuk:
1. Mengatasi keadaan hipoksemia
2. Menurunkan kerja pernafasan
3. Menurunkan beban kerja otot Jantung ( miokard)
Indikasi pemberian oksigen yaitu pada kondisi Kerusakan O 2 jaringan yang diikuti gangguan
metabolisme dan sebagai bentuk Hipoksemia, secara umum terjadi pada :
- Kadar oksigen arteri (Pa O 2 ) ¯
- Kerja pernafasan - (laju nafas -, nafas dalam, bernafas dengan otot tambahan)
- Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)

Adapun kondisi klinis yang mungkin memerlukan terapi oksigen adalah:


- henti jantung paru. RJP hanya memberikan 25-33% dari efektif sirkulasi.
- Pemberian oksigen konsentrasi tinggi memberikan survival yang lebih baik
- Gagal nafas, gagal jantung atau AMI
- Syok. Pada semua jenis syok jumlah oksigen darah menurun untuk sampai ke jaringan
- Meningkatnya kebutuhan O 2 (luka bakar, infeksi berat, multiple trauma)
- Keracunan CO
- Kehilangan darah, Penyakit paru, dll

Indikasi terapi Oksigen pada bayi dan anak


 Sianosis sentral, dapat dilihat dengan melihat lidah anak pada siang hari atau dengan cahaya lampu
sederhana
 Anak tidak mampu minum atau makan karena kesulitan menyusu yang diakibatkan oleh
ketidakampuan untuk bernafas.
 Pada penurunan PaO (hipoksia )dengan gejala dan tanda hipoksia, dispnoe, takhipnoe, disorientasi,
2
gelisah, apatis, atau penurunan kesadaran, takikardia atau bradikardia dengan tekanan darah turun
Hipoksia ringan : Pa O2 70 – 80 mmHg (dengan nasal kanul 2-3 lt/ mnt, oxihood 6 lt/mnt )
Hipoksia sedang : Pa O2 50 – 70 mmHg ( dengan masker/ oxyhood 6 – 12 lt/mnt, masker venturi 50 –
60 % )
 Keadaan lain : gagal nafas akut, syok, keracunan CO
 Tarikan dinding dada yang berat (severe chest indrawing)
 Distress pernafasan (respiratory distress) -Adanya dengkuran pada setiap nafas (stridor) pada anak
yang berusia kurang dari 2 bulan atau -ika penafasan 70 kali permenit atau lebih teramati pada
seorang anak berusia 2 bulan sampai dengan 5 tahun.

Hipoksemia
Hipoksia adalah ketidakcukupan suplai oksigen ke jaringan tubuh. sedangkan hipoksemia adalah
kekurangan O2 di darah (arteri). ( Pa O2 pasien dengan udara bebas).

Klasifikasi Hipoksemia:
1. Hipoksemia Ringan adalah jika PaO antara 70-80 mmHg (Pasien bernafas dengan udara bebas).
2
Terapi O2 pada kondisi ini dengan:
 Nasal Kanula / binasal mulai 2-3 lt/menit atau
 Masker 6 lt/menit jika hipoksemia menuju ke sedang.
2. Hipoksemia Sedang adalah jika PaO2 antara 50-70 mmHg (Pasien bernafas dengan udara bebas).
Terapi O2 pada kondisi ini dengan:
• Masker 8-12 lt/menit atau ventimask 50-60 %
3. Gagal nafas adalah Jika Pa O < 50 mmHg dan atau PaCO > 50 mmHg (Pasien bernafas dengan
2 2
udara bebas). Terapi O 2 pada kondisi ini dengan:
 Intubasi kemudian dilanjutkan dengan pemasangan Ventilasi mekanik atau
 Pemberian Resuscitator (ambu bag 12-15 liter/menit) selama tidak ada/ belum disiapkan atau
pasien tidak toleransi terhadap ventilasi mekanik (ventilator)

Persyaratan dalam pemberian terapi Oksigen:


Yang harus diperhatikan pada pemberian terapi oksigen pada pasien antara lain:
1. mengatur pemberian fraksi O (% FiO ) / jumlah liter per /menit.
2 2
2. mencegah terjadinya akumulasi kelebihan CO 2 oleh karena salah metode
3. resistensi minimal untuk pernafasan (terutama pada kasus PPOK)
4. efesiensi & ekonomis dalam penggunaan O 2
5. oksigen harus dapat diterima pasien
Peralatan terapi Oksigen:
Peralatan oksigen dapat berupa portable dan tidak portable (O 2 sentral). Lingkungan dan peralatan
oksigen harus aman oleh karena oksigen mudah terbakar. Sebagain besar terapi oksigen terdiri dari
peralatan peralatan sebagai berikut:
Metode Pemberian Oksigen
I. Sistem Aliran Rendah
Membawa O2 100% (fractional concentration of delivered oxygen [FDO ] = 1.0) aliran O lebih rendah
2 2

dari kecepatan aliran inspirasi pasien (O dicampur dengan udara bebas) sehingga konsentrasi O (FIO )
2 2 2

dapat lebih rendah atau lebih tinggi tergantung pada peralatan O spesifik yang digunakan dan kecepatan
2

aliran inspirasi pasien. (National Guideline Clearinghouse. GUIDELINE TITLE: Oxygen therapy for
adults in the acute care facility: 2002 revision and update. http://www.guideline.gov/ Oxygen delivery
system yang termasuk dalam system aliran rendah antara adalah:
I. Sistem Aliran tinggi
Pada sistem tinggi, aliran O2 lebih tinggi dari kecepatan aliran inspirasi pasien. gas campuran yang
masuk ketubuh pasien sesuai yg diinginkan (diatur). Yang termasuk dalam system ini antara lain Aerosol
masks/ resuscitator, Venturi mask tracheostomy collars, T-tube adapters, dan face tents. (National
Guideline Clearinghouse. GUIDELINE TITLE: Oxygen therapy for adults in the acute care facility: 2002
revision and update. http://www.guideline.gov)
Masing-masing Delivery sistem (metode pemberian) oksigen akan memberi-kan perkiraan konsentrasi
O (FiO ) yang berbeda-beda ke tubuh pasien. Tabel dibawah ini adalah Perkiraan konsentrasi oksigen pada
2 2

alat masker semi rigid:

Kecepatan aliran O2 % FiO2 yang pasti


4 l/mnt 0,35
6 l/mnt 0,50
8 l/mnt 0,55
10 l/mnt 0,60
12 l/mnt 0,64
15 l/mnt 0,70
Tidak ada peralatan yang dapat memberi O sampai dengan 100 % (termasuk Ventilator), walaupun O 2
2
dengan kecepatan > dari Peak Inspiratory flow rate ( PIFR). Peralatan mampu memberikan O 2 mendekati
100 % adalah resuscitator dengan O 2 12-15 L/mnt.

Pemantauan Terapi O 2

Selama terpasang Oksigen pasien harus dipantai keefektifan terapi tersebut disamping juga memantau
kemungkinan timbulnya bahaya dari terapi tersebut. Pemantauan pasien dapat dilakukan dengan melihat:
1 Warna kulit pasien. Pada pemberian terapi O yang adekuat kulit akan berwarna pink, sedangkan jika
2

masih hipoksemia kulit akan tampak pucat. Pada pemberian terapi oksigen yang berlebih dapat
menimbulkan warna merah membara di daerah mata, muka dan kemudian menjalar ke bahu (bawah)
2 Analisa Gas Darah (AGD) merupakan prosedur invasif dalam mengukur kadar oksigen darah dan
asam basa tubuh.
3 Oksimetri untuk menilai SpO . merupakan prosedur non infasif yang dapat menilai kandungan O yang
2 2

terikat Hemoglobih
4 Keadaan umum pasien

Bahaya terapi O 2

a. Keracunan O
2

Dapat terjadi pada pemberian jangka lama dan berlebihan. Dapat dihindari dengan pemantauan AGD
dan Oksimetri. Keracunan oksigen dapt menyebabkan antara lain:
1. Nekrose CO (pemberian dengan FiO tinggi) pada pasien dependent on Hypoxic drive misal kronik
2 2

bronchitis, depresi pernafasan berat dengan penurunan kesadaran. Jika terapi oksigen diyakini
merusak CO , terapi O diturunkan perlahanlahan karena secara tiba-tiba sangat berbahaya.
2 2

2. Toksisitas paru, pada pemberian FiO tinggi (mekanisme secara pasti tidak diketahui). Terjadi
2

penurunan secara progresif com-pliance paru karena perdarahan interstisiil dan oedema intra
alviolar
3. Retrolental fibroplasias. Pemberian dengan FiO tinggi pada bayi premature pada bayi BB < 1200
2

gr. Kebutaan
4. Barotrauma ( Ruptur Alveoli dengan emfisema interstisiil dan mediastinum), jika O diberikan
2

langsung pada jalan nafas dengan alat cylinder Pressure atau autlet dinding langsung.
a. Depresi pernafasan : gangguan ventilasi kronis (peningkatan CO ) dan hipoksemia
2

b. Displasia bronkopulmonal : pemberian oksigen konsentrasi tinggi


c. Penurunan mucociliary clearance
d. Kerusakan kapiler endoteal
e. Edema interstitial
f. Kerusakan pneumocytes
g. Fibrosis interstitial
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen
1. Persiapan Persiapan perawat: Pengkajian:
a. Periksa catatan dan rencana perawatan untuk berbagai informasi yang berhubungan dengan
kebutuhan klien akan terapi oksigen
b. Kaji keadaan klien untuk menetukan prioritas tindakan dan gejala spesifik yang ada pada klien.
c. Menententukan asisten yang dibutuhkan
d. Mengklarifikasi kesiapan diri perawat

Perencanaan:
a. Tentukan apakah prosedur yang akan dilakukan memerlukan asisten atau tidak.
b. Tentukan apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan sebelum memulai tindakan
c. Cuci tangan

Persiapan klien:
Mendiskusikan prosedur kepada klien atau orang tua klien

Persiapan alat dan bahan:


1) Silinder oksigen yang terisi oksigen, Kunci inggris bila flow meter belum terhubung silindier
2) Humidifier
3) Air steril untuk humidifikasi
4) Regulator dan sambungannya
5) Flowmeter
6) Alat yang akan digunakan untuk pemberian terapi oksigen (nasal kanul, kateter nasal dsb.)
7) Plester untuk fiksasi
8) Jeli
9) Pulse oksimetri (jika ada)

Prosedur
1) Siapkan silinder yang terisi oleh oksigen. Pastikan bahwa silinder oksigen aman dan tidak akan
terjatuh. Jangan pernah menggunakan minyak atau pelumas untuk melubrikasi sambungan-
sambungan pada alat silinder karena hal ini dapat mengakibatkan bahaya kebakaran. Juga hindarkan
mendekat-kan silinder oksigen dengan nyala api.
2) Hubungkan regulator dan konektor ke silinder oksigen (dengan menggunakan kunci inggris). Regulasi
ini mengurangi tekanan yang tinggi di dalam silinder dan mempertahankan aliran oksigen konstan pada
saat oksigen digunakan. Atur tekanan yang ada dalam silinder
3) Hubungkan flowmeter dihubungkan dengan regulator untuk mengatur dan memonitor aliran oksigen
yang diberikan pada anak.
4) Humidifier yang telah diisi air steril disambungkan ke flowmeter.
5) Sambungkan flowmeter ke regulator. Atur supaya flowmeter dalam posisi vertikal atau pembacaannya
tidak akan akurat. Isilah humidifier dengan air steril hingga mencapai level yang ditentukan, kemudian
hubungkan humidifier dengan pasti tetapi tidak terlalu ketat ke flowmeter. Hati-hati saat melakukan ini
karena sangat mungkin terjadi kebocoran oksigen.
6) Hubungkan tube plastik yang kuat ke flowmeter yang akanberfungsi untuk membawa oksigen ke
pasien. Selang yang digunakan sengaja dipilih selang yang kuat dan tidak mudah rusak sehingga tidak
akan melintir.
7) Yakinkan bahwa selang oksigen terpasang baik pada corong humidifier karena kebocoran juga sering
terjadi di sini. Buka pelan-pelan baut silinder sampai benar-benar terbuka.
8) Atur aliran oksigen dengan memutar knob pada flowmeter dan hanya amati pada bagian tengah bola
penunjuk yang terdapat di dalam flowmeter.
- Apabila anak berusia kurang dari 2 bulan, maka dia harus mendapatkan setengah sampai satu liter
oksigen per menit melalui nasal kanul.
- Jika anak berusia berusia 2 bulan sampai dengan 5 tahun, berikan satu sampai dua liter oksigen
permenit melalui nasal kanul.
- Jika anak berusia kurang dari 2 bulan, maka dia hendaknya menerima 0,5 – 1 liter oksigen per
menit melalui kateter nasal.
- Jika anak berusia 2 bulan sampai dengan 5 tahun, dia harus mendapatkan 1 liter oksigen per menit
melalui kateter nasal dan nasofaringeal
9) Cek aliran di punggung tangan
10) Berikan selang kepada klien
11) Fiksasi ke bagian belakan tubuh anak melalui belakang daun telinga agar tidak tergapai anak

Evaluasi
Evaluasi hasil kegiatan meliputi :
- Tanda-tanda pernafasan efektif (ritme, kedalaman, kemudahan nafas)
- Respon kenyamanan-Tingkat kelelahan

Pendokumentasian Terapi Oksigen


Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan, metode yang digunakan, aliran oksigen yang
diberikan, respon klien terhadap prosedur, nama dan tanda tangan perawat.

Contoh format terapi oksigen dapat dilihat pada format dibawah ini:

Pemberian terapi oksigen harus didokumentasi karena oksigen juga merupakan obat.

Estimasi waktu habis (menit) oksigen berdasar kapasitas tabung oksigen


Cek List Penilaian
Terapi Oksigen Kateter Nasal / Kanul Nasal /RM/NRM

Nama : NIM:

Keterangan Skor :
0 = Tidak dilaksanakan
1 = Dilakukan tidak sempurna
2 = Melakukan dengan sempurna

Catatan : Nilai batas lulus 75%.

Rumus
Jumlah nilai yang didapat x bobot
Nilai = 2 (jumlah skor tertinggi
Cek List Penilaian
Terapi Oksigen dengan peralatan Resuscitator

Nama : NIM:
Keterangan Skor :
0 = Tidak dilaksanakan
1 = Dilakukan tidak sempurna
2 = Melakukan dengan sempurna

Catatan : Nilai batas lulus 75%.


Rumus
Jumlah nilai yang didapat x bobot
Nilai = 2 (jumlah skor tertinggi)

,............................ Evaluator

(..........................................)

Referensi
(AARC Clinical Practice Guideline: Oxygen therapy for adults in the acute care facility: 2002 revision and
update.http://www.guideline.gov/)(Use of Oxygen therapy in COPD (assessment etc)
http://www.patient. co.uk )
GUIDELINE TITLE: Oxygen therapy for adults in the acute care facility: 2002 revision and update.
http://www.guideline.gov/)
(National Guideline Clearinghouse. GUIDELINE TITLE: Oxygen therapy for adults in the acute care facility:
200 2revision and update. http:// www.guideline.gov)
(Chest Physicians and National Heart Lung and Blood Institute: NT Bateman and R M Leach . ABC of
Oxygen: Acute oxygen therapy:ClinicalReview.BMJ 1998; 317: 798-801)

Anda mungkin juga menyukai