MAKALAH GEOKIMIA
OLEH :
KELOMPOK : 8 (DELAPAN)
3. LA ODE FAISAL(F1G114090)
4. HAYATUL HUSNA(F1G114069)
KENDARI
2015
(i)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, sekaligus shalawat serta
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, juga kepada
para keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai akhir zaman. Almadulillah atas izin
dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”CARBON 14
DAN JEJAK BELAH”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Geokimia
pada semester tiga ini. Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, tetapi keinginan dan motivasi baik, selalu menjadi bekal bagi
penyusun. Kekurangan, kekhilafan merupakan proses untuk perbaikan dalam
pembelajaran. Oleh sebab itu, penyusun mohon masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
Penyusun
(ii)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….................i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..................ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………...............iii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Simpulan……………………………….............………………..........9
3.2 Saran..................………………………......……………………….....9
DAFTAR PUSTAKA
(iii)
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Dapat mengetahui dan memahami Carbon 14.
b. Dapat mengetahui dan memahami Jejak belah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Carbon 14
Setiap mahluk hidup (manusia, binatang dan tumbuhan) dan benda mati di
Bumi ini mengandung karbon-14. C-14 mempunyai waktu paruh 5.730 tahun,
maksudnya jika dalam tubuh mahluk hidup terdapat 1000 atom C-14, 5.730 tahun
setelah mahluk hidup itu mati, jumlah atom C-14 akan berkurang setengahnya
menjadi 500. 5.730 tahun berikutnya atau 11.460 tahun kemudian jumlahnya tersisa
250 dan seterusnya.Dengan mengukur jumlah C-14 yang terkandung pada fosil,
umur fosil bisa ditentukan. Untuk rekaman sepanjang sejarah, metode ini cukup baik
dengan penyimpangan akurasi sekitar beberapa ratus tahun.
3
c. Karbon-14 terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit
Misalnya sejumlah 1 bagian-per triliun (0,0000000001%) dari karbon yang
ada di atmosfer. C-14 ini berguna untuk mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis.
Karbon-14 ditemukan pada tanggal 27 Februari 1940 oleh Martin Kamen dan Sam
Ruben dari Laboratorium Radiasi Universitas California, Berkeley, meskipun
keberadaannya telah diduga sebelumnya oleh Franz Kurie pada tahun 1934.
Waktu paruh karbon-14 adalah 5.730 ± 40 tahun. Ia meluruh
menjadi nitrogen-14 melalui peluruhan beta. Massa atom karbon-14 adalah sekitar
14,003241 sma.
Isotop-isotop karbon yang berbeda tidak memiliki perbedaan yang besar
dalam sifat-sifat kimianya. Ini digunakan dalam riset kimia, yaitu dalam teknik yang
disebut pelabelan karbon: beberapa atom karbon-12 dari senyawa tertentu digantikan
dengan atom-atom dari karbon-14 (atau beberapa atom dari karbon-13) dengan
tujuan agar dapat memantaunya di sepanjang terjadinya reaksi-reaksi kimia yang
terjadi pada senyawa tersebut. Keberadaannya dalam bahan organik adalah dasar dari
metode penanggalan radiokarbon untuk memperkirakan umur pada sampel-sampel
arkeologi, geologi, dan hidrogeologi.
Umur bahan-bahan yang berasal dari makhluk hidup (fosil) dapat ditentukan
dengan mengukur keaktifan jenis dalam fosil dibandingkan terhadap keaktifan
jenis yang terdapat pada tumbuhan yang masih hidup. Hal ini didasarkan pada
reaksi pembentukan dan peluruhan di alam :
+ +
+ , = 5.770 th
5
batuan sedimen dalam suatu periode geologi tertentu melalui pendeskripsian,
pengkatalogan, dan pembandingan kumpulan fosil flora dan fauna. Biostratigrafi
tidak secara langsung memberikan suatu penentuan umur absolut dari batunya, hanya
menempatkan dalam suatu interval waktu dimana kumpulan fosil telah diketahui
pernah hidup bersama.
Pengetahuan tentang sejarah bumi pada massa yang lalu mendorong pesatnya
penelitian akan hal-hal yang berkaitan dengan umur bumi. Pentarikhan untuk
menentukan umur bumi telah dilakukan dengan berbagai cara. Penentuan umur
batuan secara Radiometrik, sekarang merupakan cara yang umum digunakan dalam
studi stratigrafi dan geologi sejarah. Untuk menentukan waktu absolut, para peneliti
mengkolerasikan denga sifat radioaktif suatu unsur, yaitu waktu paruhnya. Dari sifat
inilah dapat ditentukan umur material berdasarkan aktifitas radioaktifnya. Sehingga
para peniliti menyimpulkan bahwa material yang mengandung unsur radioaktif dapat
digunakan untuk menetukan umur suatu kejadian geologi dengan menetukan umur
fosil, batuan atau material yang lainnya dalam satuan waktu absolut. Penarikhan
dibedakan dalam :
6
lain : mineral Apatit dan Zirkon yang umumnya terdapat dalam batuan beku asam
sampai menengah (granit-diorit) dan batuan vulkanik jenis Tuf Primer. Mineral apatit
umunya digunakan untuk menentukan umur batuan yang cukup tua , sedangkan
Zirkon umumnya digunakan untuk menentukan batuan yang relatif muda.
Jumlah jejak pada area tertentu merupakan fungsi dari umur mineral tersebut
dan kandungan uraniumnya. Metode pentarikhan jejak belah antara lain digunakan
untuk menentukan umur mineral apati dan zirkon, yang terkandung dalam batuan
beku seperti granit. Metode ini memberikan informasi tentang berbagai peristiwa
geologi yang ada hubunganya dengan umur mutlak suatu batuan, khususnya tentang
sejarah perubahan suhu di masa lampau. Metode penelitian Dalam penelitan ini,
penentuan umur batuan dengan metode pentarikhan jejak belah dilakukan dengan
metode EDM (External Detector Method), yaitu penghitungan jejak spontan (Ns)
dilakukan pada kristal, sedangkan jejak induksi (Ni) dilakukan pada detektor mika
(Galbraith, 1984). pengasahanDengan tahapan sebagai berikut: Pengikatan butir
(mounting) iradiasi pengetsaan (etching) dan pemolesan Pengetesan pengetsaan
adalah “pengikisan” logam dengan menggunakan obat-obat etsa (etching solution)
Pengetsan ini bertujuan untuk memperbesar ukuran jejak spontan (Ns) yang
terbentuk dalam mineral zirkon. Zirkon (ZrSiO4) adalah oksida zirkonium, ZrO2 dan
oksida silkat, SiO2 sehingga digunakan larutan pengetsa berupa senyawa alkali
seperti campuran KOH dan NaOH. Penentuan umur batuan Penghitungan umur
dilakukan dengan metode detektor eksternal. Dalam metode ini jejak induksi
dihitung pada mika dan jejak spontan dihitung pada kristalnya sendiri. Adupun
Aplikasi lain atau contoh nyata yang dapat dilihat dari geokimia salah satunya adalah
metode yang digunakan oleh sedimentologist dalam mengumpulkan data dan bukti
pada sifat dan kondisi depositional batuan sedimen, yaitu analisis kimia dari batu,
melingkupi geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk
menentukan usia batu, dan kemiripan dengan daerah sumber. Metode ini pertama
kali dipakai pada tahun 1970an dimana penelitian sedimentologi mulai beralih dari
makroskopis dan fisik ke arah mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik
analisa dan penggunaan katadoluminisen dan mikroskop elektron memungkinkan
7
para ahli sedimentologi mengetahui lebih baik tentang geokimia. Perkembangan
yang pesat ini memacu kita untuk mengetahui hubungan antara diagenesa, pori-pori
dan pengaruhnya terhadap evolusi porositas dengan kelulusan batupasir dan
batugamping. Saat ini berkembang perbedaan antara makrosedimentologi dan
mikrosedimentologi. Makrosedimentologi berkisar studi fasies sedimen sampai ke
struktur sedimen. Di lain fihak, mikrosedimentologi meliputi studi batuan sedimen di
bawah mikroskop.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan
nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14 pada tabel periodik,
karbon merupakan unsur non-logam dan bervalensi 4 (tetravalen), yang berarti
bahwa terdapat empat elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen.
Karbon-14, 14C, atau radiokarbon, adalah isotop radioaktif karbon dengan inti
yang mengandung 6 proton dan 8 neutron. Keberadaannya dalam bahan organik
adalah dasar dari metode penanggalan radiokarbon untuk memperkirakan umur pada
sampel-sampel arkeologi, geologi, dan hidrogeologi.
3.2 Saran
Mengetahui Carbon 14 dan jejak belah melalui makalah ini, diharapkan dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan kita agar lebih takjub atas ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa dan lebih arif dalam memahami alam semesta.
9
DAFTAR PUSTAKA
de Vries, H. (1958) Kon. Ned. Acad. Wetensch. Proc. Ser. B Phys. Sci. 61, 94; and in
Researches in Geochemistry, P. H. Abelson (Ed.) (1959) Wiley, New York, p. 180.