Anda di halaman 1dari 2

Dasar Peraturan Ventilasi Tambang

Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih minimum didasarkan kepada Surat
Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pertambangan Umum. Teori Jurani (1992) dan Mark (1991) serta patokan kebiasaan
(Rules of Thumb) juga sering digunakan dalam perhitungan ventilasi tambang.

1. Menurut Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 Pasal 369


Mengenai Ketentuan Umum pada tambang bawah tanah yaitu : “Bahwa Kepala
Teknik Tambang harus menjamin tersedianya aliran udara bersih yang cukup untuk
semua tempat kerja dengan ketentuan volume oksigennya tidak kurang dari 19.5
persen dan volume karbon dioksidanya tidak lebih dari 0,5 persen”.
2. Pekerja/Orang >> Dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70,63 cfm) per orang,
sedangkan menurut tempat kerja yang ada asap dan debu nya sesuai standar OSHA
(Occupational Safety and Health Administration) manusia memerlukan udara segar
0,1 m3/s per orang atau 211 cfm, PT. Antam, Tbk UBPE Pongkor menggunakan
standart 200 cfm/orang.
3. Peralatan >> Menurut SK Mentamben, dibutuhkan minimal 3 m3/menit (106
cfm) untuk setiap HP diesel yang dioperasikan, sedangkan menurut patokan kebiasaan
dibutuhkan antara 100 s.d 200 cfm untuk setiap BHP mesin diesel yang dioperasikan.
4. Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan antara
18 derajat celcius sampai dengan 24 derajat Celcius dengan kelembaban relatif
maksimum 85 persen.
5. Kondisi ventilasi ditempat kerja harus: Untuk Rata-rata 8
jam 1) Karbon moniksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005
persen;
2) Hidrogen sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 persen dan
3) Dalam tenggang waktu 15 menit CO tidak boleh lebih dari 0,04 persen
6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-
kurangnya 7 meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
dan setelah peledakan kecepatan
7. Menurut MSHA (Mine Safety and Health Administration), kehilangan udara
dari sistem ventilasi yang diijinkan adalah maksimal 10%. Kebutuhan minimum udara
segar yang diperlukan seseorang untuk pernafasan, dapat dihitung dengan
memperhatikan pembatasan pada jumlah O2 minimum yang diperkenankan dan
berdasarkan jumlah CO2 maksimum yang diijinkan dalam udara.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.13/MEN/X/2011 Tahun


2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, memutuskan:
1. Bab I (Ketentuan Umum) pasal 1Butir ke 8 , Nilai Ambang Batas yang selanjutnya
disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
2. Butir ke 9, Kadar Tertinggi Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD adalah
kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu
sekejap selama tenaga kerja melakukan pekerjaan.
3. Butir ke 10, Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisik yang
dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra
ungu, dan medan magnet.
4. Butir ke 11, Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia
yang dalam keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap
yang berasal dari bahan-bahan kimia.
5. Butir ke 12, Faktor kimia mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan,
kabut, uap logam, dan asap; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap.
6. Butir ke 14, Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh
termometer suhu kering.
7. Butir ke 15, Suhu basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer) adalah suhu yang
ditunjukkan oleh oleh thermometer bola basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer).

Anda mungkin juga menyukai