Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penelitian yang terjadi di beberapa Negara berkembang mengungkapkan

bahwa stroke telah menjadi masalah kesehatan yang merupakan penyebab utama

kecacatan pada usia dewasa yang disertai dengan konsekuensi yang berdampak

bagi individu dan keluarga. Berdasarkan data World Health Association (WHO,

2013), stroke menduduki urutan kedua penyebab kematian di dunia setelah

penyakit jantung iskemik.Terdapat sekitar 15 juta orang menderita stroke setiap

tahun.Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta

orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. (Ainal Mardhiah,dkk 2015)


Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) tahun 2013 menemukan

prevalensi stroke di Indonesia sebesar 12,1 per 1.000 penduduk. Angka tersebut

naik sebesar 8,3 % dibandingkan Rikesda tahun 2007. (Riset Kesehatan Dasar,

2013)
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (YASTROKI) (2012), jumlah penderita stroke

di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Stroke juga

merupakan penyebab kecacatan serius menetap nomor 1 di seluruh dunia. Angka

kejadian stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia, semakin tinggi usia

seseorang semakin tinggi kemungkinan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2012).

1
2

Perawatan stroke sering membutuhkan waktu yang lama dan sangat

membebankan secara ekonomi, kehidupan sosial, dan emosional. Sekitar 50%

pasien pasca stroke mengalami kehilangan fungsi alat gerak partial maupun

komplit, 30% tidak mampu berjalan tanpa bantuan, 46% mengalami gangguan

kognitif, 26% mengalami ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari,

35% mengalami gejala depresi, dan 19% afasia (Go.et al., 2014).

Dampak psikologis penderita stroke adalah perubahan mental.Hal tersebut

dengan sendirinya mempengaruhi kondisi psikologis penderita.Marah, sedih, dan

tidak berdaya seringkali menurunkan semangat hidupnya sehingga muncul

dampak emosional berupa kecemasan yang lebih berbahaya.Pada umumnya

pasien stroke tidak mampu mandiri lagi, sebagian besar mengalami kesulitan

mengendalikan emosi.Penderita mudah merasa takut, gelisah, marah, dan sedih

atas kekurangan fisik dan mental yang mereka alami. Keadaan tersebut berupa

emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh pasien stroke karena merasa

khawatir berlebihan tentang kemungkinan hal buruk yang akan terjadi. Widarti,L

dkk (2012)
Menurut Wardhana (2011), Cemas merupakan perasaan internal yang

sumbernya seringkali tidak spesifik dan mengancam keamanan seseorang dan

kelompok. Cemas disebabkan oleh karena krisis situasi, tidak terpenuhinya

kebutuhan, perasaan tidak berdaya dan kurang kontrol pada situasi

kehidupan.Apabila kecemasan tidak diatasi akan menjadi maladaptive dimana

klien sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga
3

bisa mengalami gangguan fisik, perilaku, maupun gangguan kognitif. Kondisi

sakit tidak dapat dipishkan dari kehidupan.Klien harus siap menghadapi berbagai

perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang dilaksanakan.

Klien umumnya akan mengalami perubahan perilaku dan emosional, mempunyai

reaksi yang berbeda-beda terhadap kondisi yang dialami. Terutama yang dapat

mengancam kehidupan, dapat menimbulkan perubahan perilaku yang lebih luas,

ansietas, syok, penolakan, marah.Hal tersebut merupakan respon umum yang

disebabkan oleh stress.


Pada tahun 1991 (House et al) dilakukan studi pertama tentang gangguan

ansietas pada penderita dengan stroke.Dari hasil penelitian ditemukan prevalence

dari agoraphobia 3%, gangguan cemas menyeluruh 1 % dan 3 % mengalami

gangguan penyesuaian setelah menderita stroke (Burvill, et al., 1995). Pada

penelitian yang pada tahun 2011 terjadi peningkatan prevalensi gangguan ansietas

pasca stroke 18 % dan 25 % gejala ansietas dan gangguan cemas menyeluruh dan

fobia merupakan gangguan yang terbanyak. Gangguan ansietas prevalensi lebih

rendah pada fase rehabilitasi dan 13 % ditemukan pada fase akut.Semua jenis

gangguan ansietas telah diamati pada penderita stroke dan telah terbukti memiliki

dampak negatif terhadap kualitas hidup (Green, 2011).


RSUD Karel Sadsuitubun Langgur merupakan salah satu rumah sakit rujukan

terbesar di Kabupaten Maluku Tenggara.Data pasien stroke dari 2016 sampai

2018 sebanyak 92 orang.Berdasarkan data tersebut dapat diketahui rata-rata


4

pasien stroke yang dirawat di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur pertahunnya

adalah sebanyak 30 pasien.


Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya penderita stroke yang

mengalami gangguan fisik, gangguan aktivitas atau mobilitas yang dialami

penderita stroke dalam waktu lama dapat mengakibatkan dampak psikologis

terutama bisa meningkatkan kecemasan. Sehingga penulis tertarik untuk

mengambil masalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien Stroke dengan

Kecemasan dalam Pemberian Edukasi di Ruangan Wanita RSUD Karel

Sadsuitubun Langgur”
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien stroke dengan

kecemasan dalam pemberian edukasi di ruangan wanita RSUD Karel Sadsuitubun

Langgur?

1.3 Tujuan Studi Kasus


Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien stroke dengan kecemasan

dalam pemberian edukasi di ruangan wanita RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.


1.4 Manfaat Studi Kasus
Adapun manfaat dari studi kasus ini adalah :
1.4.1 Masyarakat
Meningkatkan pengatahuan, pemahaman masyarakat dalam menangani

masalah kecemasan pada penderita stroke.


1.4.2 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam

asuhan keperawatan tentang kecemasan pada penderita stroke serta

penelitian ini bisa digunakan sebagai dasar untuk peneliti lainnya dengan

metode penelitian yang berbeda.


1.4.3 Penulis
5

Memperdalam pengetahuan serta memperoleh pengalaman dalam

menerapkan hasil penelitian khususunya studi kasus asuhan keperawatan

pada pasien stroke dengan kecemasan dalam pemberian edukasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Stroke

2.1.1 Pengkajian Keperawatan

Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), Pengkajian merupakan

tahap awal dan dasar utama bagi tahap berikutnya dari proses keperawatan.

Isi pengkajian meliputi :

1. Identitas Klien
Identitas klien terdiri dari nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam

MRS, nomor register, diagnose medis.


2. Keluhan utama atau alasan masuk
Menanyakan kepada klien, keluarga atau pihak yang berkaitan dan

menuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang ke rumah sakit,

apa yang sudah dilakukan oleh klien atau keluarga sebelumnya dirumah

untuk mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya. Biasanya

didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak

dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien

sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah

6
7

bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan sebagian

badan atau gangguan fungsi otak yang lain.


4. Riwayat Penyakit Dahulu
Menanyakan kepada klien dan keluarga tentang Adanya riwayat

hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma

kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,

aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.


5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi dan stroke

sehingga sangat berkemungkinan untuk kembali dialami oleh keluarga

yang lain.
6. Pola Istirahat dan Tidur
Mengkaji pola istirahat dan tidur klien, biasanya terdapat gangguan pada

pola istirahat tidur klien sebelum sakit dan saat sakit.


7. Pola perseptual dan kognitif
Saat sakit, klien bisa mengalami beberapa gangguan pada organ tubuh

diantaranya anggota gerak ekstermitas atas atau ekstermitas bawah, wajah,

maupun pada perkataan yang mulai pelo atau tidak jelas,


8. Pemeriksaan Fisik
Melihat keadaan umum klien, mengukur tanda-tanda vital, tinggi badan

dan berat badan, ada atau tidak keluhan fisik, cedera atau lecet yang

mungkin terjadi pada klien.


9. Pengkajian psikososial
a. Genogram
Pembuatan genogram beserta isinya sangat penting dilakukan untuk

mengetahui kemungkinan adanya riwayat genetic yang menyebabkan

menurunkan gangguan jiwa.


b. Konsep Diri
8

Bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuhnya

yang paling atau tidak disukai, persepsi tentang status dan posisi

klien sebelum dirawat, bagaimana harapan klien terhadap

tubuhnya, tugas atau peran dan harapannya dalam keluarga,

kelompok, masyarakat dan bagaimana kemampuan klien dalam

melaksanakan tugas atau peran tersebut. Bagaimana persepsi

kalian terhadap dirinya dalam hubungannya dengan orang lain

sesuai dengan kondisi dan bagaimana penilaian atau penghargaan

orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.

2.1.1.1 Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan menurut Fauzi (2013) adalah keputusan klinis

mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu

proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan

dasar untuk menetapkan tindakan- tindakan dimana perawat bertanggung

jawab untuk melaksanakannya. Masalah keperawatan yang dapat muncul

pada pasien dengan stroke antara lain:

1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan

aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intrakarnial.


2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan otot

facial atau oral.


3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

neuromuscular.
9

4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan.


5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese atau hemiplegi
6. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan menurunnya reflex batuk dan menelan imobilisasi.


7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring

lama.
8. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.

2.1.1.2 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 4. Mengukur tekanan
darah, nadi, saturasi,
jaringan cerebral keperawatan selama 3x24 pernapasan, suhu.
5. Monitor capillary refill time
berhubungan dengan jam, diharapkan perfusi 6. Monitor kemampuan aktivitas klien
7. Anjurkan untuk bed rest
gangguan aliran darah jaringan klien dapat 8. Beri posisi semi fowler
9. Bantu aktivitas klien secara bertahap
ke otak berfungsi secara optimal. 10.Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet
11.Kolaborasi dalam pemasangan O2
Dengan kriteria hasil : 12.Kolaborasi delam pemberian obat.

1. Tekanan systole dan

diastole dalam

rentang normal
2. Klien tidak gelisah
3. Tidak ada keluhan

nyeri kepala 1. Dengarkan setiap ucapan klien


4. Tanda-tanda vital
dengan penuh perhatian
dalam batas normal. 2. Gunakan kata-kata sederhana dan

pendek dalam berkomunikasi dengan


10

Setelah dilakukan tindakan klien


3.Dorong klien untuk mengulang
2 Hambatan komunikasi keperawatan selama 3x24
kembali kata-kata yang telah
verbal berhubungan jam, diharapkan klien
diucapkan perawat atau dokter.
dengan perubahan pada mampu untuk 4.Libatkan keluarga untuk membantu

sistem saraf pusat. berkomunikasi kembali. memahami informasi dari klien atau

Dengan kriteria hasil : ke klien.

1. Klien dapat

menjawab

pertanyaan yang

diajukan.
2. Klien dapat

mengekspresikan
1. Ubah posisi klien setiap 2 jam
perasaannya secara 2. Ajarkan klien untuk melakukan

verbal maupun latihan gerak aktif pada ekstermitas

nonverbal. yang tidak sakit.


3. Lakukan gerak pasif pada ekstermitas

yang sakit.
Setelah dilakukan tindakan 4. Topang ekstrimitas dengan bantal

keperawatan selama 3x24 untuk mencegah atau mengurangi


3 Gangguan mobilitas
jam, diharapkan klien bengkak
fisik berhubungan 5. Ajarkan ambulasi sesuai dengan
mampu melakukan
dengan kerusakan tahapan dan kemampuan klien
aktivitas fisik sesuai 6. Observasi keadaan umum
neuromuscular. 7. Kolaborasi dengan fisioterapi
dengan kemampuannya. 8. Libatkan keluarga untuk membantu
11

Dengan kriteria hasil : klien latihan sendi.

1. Tidak terjadi

kontraktur sendi 1. Kaji adanya alergi makanan


2. Bertambahnya 2. Monitor mual muntah, kalori dan

kekuatan otot intake nutrisi


3. Klien menunjukkan 3. Monitor kadar albumin, total protein,

tindakan untuk Hb, dan kadar Ht


4. Monitor adanya penurunan berat
meningkatkan
badan
mobilitas 5. Berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Setelah dilakukan tindakan
menentukan jumlah kalori dan
keperawatan selama 3x24
nutrisi yang dibutuhkan.
jam, diharapkan tidak

4 Resiko gangguan terjadi kelemahan pada otot

nutrisi kurang dari menelan, klien mampu

kebutuhan tubuh mengunyah makanan

berhubungan dengan dengan baik. Dengan

ketidakmampuan kriteria hasil :

menelan. 1. Menunjukkan

peningkatan fungsi
1. Kaji kemampuan klien untuk
pengecapan dan
perawatan diri
menelan 2. Pantau kebutuhan klien untuk alat-
2. Tidak terjadi
12

penurunan berat alat bantu dalam makan, mandi,

badan berpakaian dan toileting.


3. Mampu 3. Berikan dukungan kepada klien

mengidentifikasi untuk menunjukkan aktivitas

kebutuhan nutrisi. normal sesuai kemampuannya


4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan perawatan klien.


Setelah dilakukan tindakan 5. Evaluasi kemampuan klien dalam

keperawatan selama 3x24 memenuhi kebutuhan sehari-hari

jam, diharapkan kebutuhan

mandiri klien terpenuhi.

Dengan kriteria hasil :


5 Deficit perawatan diri
1. Klien dapat mandi
berhubungan dengan
dengan bantuan 1. Monitor tingkat kesadaran, reflek
hemiparese atau
orang lain atau batuk dan kemampuan menelan
hemiplegi 2. Posisikan klien untuk
mandiri.
2. Klien dapat memaksimalkan ventilasi
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya
berpakaian dengan
suara tambahan
bantuan orang lain 4. Monitar respirasi dan status O2
5. Ajarkan cara batuk efektif untuk
atau mandiri
3. Klien dapat mengelurkan secret
6. Monitor adanya kecemasan klien
toileting dengan
terhadap oksigenasi
bantuan alat 7. Kolaborasi dengan ahli fisoterapi

Setelah dilakukan tindakan


13

keperawatan selama 3x24

jam, diharapkan bersihan

jalan nafas efektif . Dengan

kriteria hasil :

Resiko terjadinya 1. Menunjukkan jalan

6 ketidakefektifan nafas paten (tidak

bersihan jalan nafas merasa tercekik,

berhubungan dengan irama ndan 1. Anjurkan klien untuk menggunakan

menurunnya reflex frekuensi nafas pakaian yang longgar


2. Jaga kebersihan kulit agar tetap
batuk dan menelan normal, tidak ada
bersih dan kering
imobilisasi. suara nafas 3. Mobilisasi klien setiap dua jam sekali
4. Monitor kulit akan adanya
tambahan.
2. Mendemonstrasikan kemerahan
5. Oleskan lotion atau minyak baby oil
batuk efektif dan
pada daerah yang tertekan
suara nafas yang 6. Monitor status nutrisi klien
7. Monitor aktifitas dan mobilisasi
bersih, tidak ada
klien.
sianosis dan

dyspnea

Setelah dilakukan tindakan


1. Sediakan lingkungan yang
keperawatan selama 3x24
aman untuk klien
jam, diharapkan klien 2. Memasang side rail tempat tidur
14

mampu mengetahui dan 3. Memberikan penerangan yang

mengontrol resiko cukup


4. Memindahkan barang-barang
Resiko gangguan terjadinya kerusakan kulit.
yang dapat membahayakan
integritas kulit Dengan kriteria hasil : 5. Identifikasi kebutuhan

7 berhubungan dengan 1. Integritas kulit yang keamanan klien, sesuai dengan

tirah baring lama. baik bisa kondisi fisik dan fungsi kognitif

dipertahankan klien
2. Tidak ada luka atau

lesi pada kulit


3. Perfusi jaringan

baik

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24

jam, diharapkan tidak

terjadi trauma pada klien.

Dengan kriteria hasil :

1. Klien terbebas dari


Risiko injury
cedera
2. Klien mampu
berhubungan dengan
menjelaskan cara
penurunan kesadaran.
8
atau metode untuk

mencegah cedera
15

2.1.1.3 Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan.Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang

sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan

keperawatan masih di butuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini

(Kusumawati dan Hartono, 2010).


2.1.1.4 Evaluasi
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), evaluasi keperawatan

merupakan proses yang berkelanjutan dan dilakukan terus menerus untuk

menilai efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi

dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :


1. Evaluasi proses (formatif) dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan
keperawatan.
2. Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan cara membandingkan respons

klien dengan tujuan yang telah di tentukan. Evaluasi dapat dilakukan

dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir.


S : Respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.
O : Respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.
A : Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah
masalah masih ada atau telah teratasi atau muncul masalah baru.
P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons klien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
1. Rencana teruskan jika masalah berubah.
2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap ada dan semua rencana

tindakan sudah
dilakukan, tetapi hasil belum memuaskan.
2.1.2 Konsep Keperawatan Stroke
16

2.1.2.1 Pengertian
Stroke didefinisikan sebagai gangguan suplai darah pada otak yang

biasanya karena pecahnya pembuluh darah atau sumbatan oleh

gumpalan darah.Hal ini menyebabkan gangguan pasokan oksigen dan

nutrisi di otak hingga terjadinya kerosakan pada jaringan otak (World

Health Organization (WHO), 2016).


Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal

maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke

otak.Gangguan peredaran darah otak berupa sumbatnya pembuluh

darah otak atau pecahnya pembuluh darah diotak. Junaidi, (2011)


Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak

terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau

pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak

akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada

sebagian area otak akan mati. Misbach (2011)


Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa stroke merupakan penyakit neurologis yang sering

dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan

kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena

terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa

saja dan kapan saja.


2.1.2.2 Etiologi
Penyebab dari stroke adalah gangguan suplai darah segar yang

mengangkut oksigen yang terjadi secara mendadak. Beberapa

penyebabnya adalah penyumbatan arteri oleh emboli (suatu benda


17

padat yang mengalir dalam plasma darah yang berasal dari bagian lain

tubuh), thrombosis (suatu penyumbatan arteri di dalam otak yang

diakibatkan oleh kerusakan dinding arteri atau yang dinamakan

aterosklerosis), dan pendarahan di dalam otak yang disebabkan oleh

hipertensi, pecahnya aneurisma, maupun tumor otak. Gangguan suplai

darah ke otak ini akan menyebabkan kematian jaringan otak. Dengan

adanya kematian jaringan otak, akan mengakibatkan hilangnya fungsi

yang dikendalikan oleh jaringan itu, seperti kelumpuhan di anggota

badan, hilangnya sebagian ingatan hingga hilangnya kemampuan

bicara (Sayoga: 2013).

Penyebab stroke sangat bervariasi, mulai dari gumpalan darah

pada pembuluh darah di otak, tekanan darah tinggi, hingga pengaruh

obat-obatan pengencer darah.Stroke sangat berisiko dialami penderita

tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, berat badan berlebih, dan

diabetes. Risiko yang sama juga dapat terjadi pada orang yang kurang

olahraga, serta memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol dan

merokok.Faktor resiko terjadinya stroke menurut Misbach (2011), adalah

sebagai berikut :

1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, ras,

riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung coroner.


18

2. Faktor resiko yang dapat diubah : hipertensi, diabetes mellitus,

kebiasaan merokok, kenaikan kadar kolesterol, obesitas, stress,

olahraga, hematokrit meningkat, kebiasaan makan makanan sumber

lemak dan natrium.

2.1.2.3 Klasifikasi

Menurut Warlow et al (2007) dalam Putrianti (2015), stroke

diklasifikasikan berdasarkan :

1. Stroke Non Hemoragik (Stroke Iskemik)

Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah

yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan

terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik. Hal ini sesuai dengan

gangguan sementara atau persisten atau penurunan aliran darah di

area fokal otak, biasanya secara parsial atau total dari arteri

serebral. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Stroke trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang

membuat penggumpalan.

2. Stroke embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan

darah.

3. Hipoperfusion sistemik: berkurangnya aliran darah ke seluruh

bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.


19

2. Stroke Hemoragik (Stroke Perdarahan)

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke

hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. . Ini karena pembuluh

darah yang melemah yang pecah dan berdarah di otak disekitarnya

sehingga terjadinya akumulasi darah dan menyebabkan desakan

pada jaringan otak disekitarnya.Dua jenis pembuluh darah yang

lemah yang biasanya menyebabkan stroke hemoragik dalah

aneurisma dan malformasi arteriovenosa (AVMs).Stroke

hemoragik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Hemoragik intraserebral : Pendarahan yang terjadi di dalam

jaringan otak.

2. emoragik sub-araknoid : Pendarahan yang terjadi pada ruang

sub-araknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan

jaringan yang menutupi otak).

2.1.2.4 Tanda dan Gejala

Stroke merupakan defisit neurologik, bergantung pada lokasi

lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang

perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke

akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan


20

membaik sepenuhnya. Tanda dan gejala stroke menurut Junaidi

(2013) :

1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau

hemiplegia)

2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”.

3. Tonus otot lemah atau kaku

4. Menurun atau hilangnya rasa

5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”

6. Gangguan bahasa (Disatria : kesulitan dalam membentuk kata;

afhasia atau disfasia: bicara defeksi atau kehilangan bicara.

7. Gangguan persepsi dan gangguan status mental

2.1.2.5 Manifestasi Klinis

Menurut Misbach (2011) stroke dapat menyebabkan kerusakan

otak hingga dapat mempengaruhi pergerakan, perilaku, kemampuan

bicara atau berbahasa serta perilaku.Kerusakan otak hanya berlaku

pada bagian pembuluh darah yang mengalami stroke sedangkan

bagian otak lainnya bekerja dengan normal. Stroke mempengaruhi

seseorang dengan beberapa faktor seperti bagian otak yang terkena

stroke, usia serta kondisi seseorang sebelum terkena stroke.


21

Komplikasi akibat stroke berdasarkan gangguan neurologi fokal

otak adalah:

1. Gangguan motoris

Defisit motoris setelah stroke ditandai dengan kelemahan otot atau

kelumpuhan, biasanya di satu sisi tubuh.Seringkali orang tersebut

kehilangan gerakan atau perasaan raba di lengan atau kaki di

bagian berlawanan sisi otak yang terkena stroke. Jadi, sekiranya

seseorang itu memiliki stroke di sisi kiri otak, ia mungkin

mengalami kelemahan atau kelumpuhan di lengan dan kaki kanan

nya.

2. Gangguan sensoris

Stroke dapat menyebabkan individu menjadi lebih sensitif

(hyperaesthesia) atau kurang sensitif (hypoesthesia) terhadap

sensasi atau tidak dapat mensintesis sensasi untuk mengidentifikasi

lokasinya sendiri.Kadang-kadang, stroke juga boleh menyebabkan

penglihatan terganggu (gangguan visus).

3. Gangguan bicara

Gangguan bicara ditandai dengan kessulitan dalam memahami atau

memproduksi ucapan dengan benar (afasia), ucapan yang kabur

akibat lemahnya otot (disatria) dan kesulitan dalam memprogram


22

otot mulut untuk produksi bicara (apraxia).Gangguan ini bervariasi

dan tingkat keparahannya bergantung pada luas dan lokasi

kerusakannya.

4. Gangguan kognitif

Gangguan kognitif meliputi kesulitan dalam perhatian, kesedaran,

orientasi, pemecahan masalah, memori dan keterampilan

penalaran.

5. Gangguan emosi

Defisit emosional dapat ditandai dengan tampilan emosi yang tidak

tepat dan fluktuasi suasana hati yang ekstrem.Seorang penderita

stroke mungkin menjadi sangat frustrasi karena ketidakmampuan

untuk berfungsi secara independen - situasi yang dapat

menyebabkan kemarahan dan depresi

2.1.2.6 Patofisologi

Menurut Misbach (2011) patofisiologi stroke berdasarkan

jenisnya sebagai berikut :

1. Stroke Non Hemoragik (Stroke Iskemik)

Iskemik otak dapat bersifat fokal atau global.Pada iskemik

global, aliran otak secara keseluruhan menurun akibat tekanan


23

perfusi, misalnya karena syok irreversible akibat henti jantung,

perdarahan sistemik yang massif, fibrilasi atrial berat dan lain-

lain.Iskemik fokal terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak

regional.Keadaan ini disebabkan oleh adanya sumbatan atau

pecahnya salah satu pembuluh darah otak di daerah sumbatan atau

tertutupnya aliran darah sebagian atau seluruh lumen pembuluh

darah otak. Penyebabnya antara lain terbentuknya trombus,

adanya emboli, dan berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian

tubuh karena adanya gangguan denyut jantung. Karena adanya

penutupan aliran darah pada bagian otak tertentu, maka terjadi

serangkaian proses patologik pada daerah iskemi.

2. Stroke Hemoragik (Stroke Perdarahan)

Pecahnya pembuluh darah di otak dibedakan menurut

anatominya, yaitu perdarahan intracerebal dan perdarahan

subarachnoid.Berdasarkan penyebabnya, perdarahan intracerebral

dibagi atas perdarahan intracerebral primer dan perdarahan

intracerebral sekunder.Pada perdarahan intracerebral, pembuluh

darah yang pecah terdapat di dalam otak atau pada massa otak.

Pada perdarahan subarachnoid, pembuluh darah yang pecah

terdapat di ruang subarachnoid.Pecahnya pembuluh darah

disebabkan karena adanya kerusakan dinding arteri


24

(arteriosklerosis) atau karena kelainan kongenital seperti

malfirmasi arteri-vena, infeksi (sifilis), dan trauma.

2.1.2.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wiwit (2010), pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan antara lain :

1. Serebral Angiografi (Prosedur pemeriksaan dengan menggunakan

sinar X) : untuk menentukan penyebab stroke hemoragik. Seperti

perdarahan atau obstruksi arteri

2. Computerized Tomografi Scanning(CT-Scan) : untuk

memperlihatkan adanya edem, hematom iskemia, dan adanya

infrak.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) : menunjukan daerah yang

mengalami infark hemologi Malvormasi Arterio Vena (MAV)

4. Ultrasonografi Doppler (USG Doppler) : untuk mengidentifikasi

penyakit arteri vena.

5. Elektroensefalogram (electroencephalogramEEG) : untuk

mengidentifikasi masalah berdasarkan pada gelombang otak dan

mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

2.1.2.8 Penatalaksanaan
25

Penatalaksanaan stroke menurut Goldszmidt (2011) antara

lain :

1. Rutin Memeriksakan Tekanan Darah

Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua

jenis stroke.Semakin tinggi tekanan darah, semakin berisiko besar

terkena stroke.

2. Mewaspadai Gangguan Irama Jantung (Atrial Fibrillation)

Detak jantung yang tidak normal menunjukkan adanya darah

yang terkumpul dan menggumpal di dalam jantung.Detak jantung

dapat menggerakkan gumpalan darah tersebut, sehingga masuk

pada aliran darah dan dapat mengakibatkan stroke.Gangguan

irama jantung dapat dideteksi dengan menilai detak nadi.

3. Berhenti Merokok dan Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Rokok dapat meningkatkan risiko stroke sebanyak dua kali lipat.

Selain itu, alkohol juga dapat meningkatkan risiko stroke dan

penyakit lain seperti liver.

4. Memeriksakan Kadar Kolesterol Dalam Tubuh

Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan kewaspadaan

stroke.Kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko stroke.Jika


26

kolesterol tinggi, maka mengkonsumsi makanan rendah kolesterol

untuk menurunkannya.

5. Kontrol Kadar Gula Darah

Diabetes dapat meningkatkan risiko stroke. Pada penderita

diabetes, segera melakukan konsultasi dengan dokter mengenai

makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi untuk menurunkan

kadar gula darah.

6. Olahraga Secara Teratur

Jalan cepat minimal 30 menit sehari dapat menurunkan risiko

stroke.Selain itu, juga bisa melakukan olahraga renang, sepeda,

dansa, golf, tenis, atau lainnya dan lakukan secara teratur tiga kali

seminggu.

7. Konsumsi Garam Rendah Sodium dan Diet Lemak

Mengurangi konsumsi garam bersodium tinggi.Sebaliknya,

mengkonsumsi buah, sayuran, dan gandum untuk mengurangi

risiko stroke.

8. Mewaspadai Gangguan Sirkulasi Darah

Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri, dan vena.Tiga

bagian ini penting bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh termasuk


27

dari jantung ke otak. Ketika terdapat tumpukan lemak yang

menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat

2.1.3 Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak

nyaman, khawatir, gelisah, takut, dan tidak tentram disertai berbagai

keluhan fisik, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak

berdaya.Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari pasti pernah mengalami

kecemasan.Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal alamiah yang

pernah dialami oleh setiap manusia.Kecemasan sudah dianggap sebagai

bagian dari kehidupan sehari-hari.Faktor yang dapat menyebabkan

kecemasan misalnya masalah kondisi kesehatan, ekonomi, keluarga,

pekerjaan, pendidikan dan lain-lain.(Kusumawati, 2010).

Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena

kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang

mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi terus-menerus, tidak

rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu

aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (Gunarsah,

2010).

Kecemasan dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Semakin muda umur

seseorang dalam menghadapi masalah maka akan sangat mempengaruhi


28

konsep dirinya. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi

dasar kematangan dan perkembangan seseorang. Kematangan individu

dapat dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, sehingga

berbagai proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian

terkait sejalan dengan bertambahnya umur individu. Umur yang jauh lebih

tua, akan cenderung memiliki pengalaman yang lebih dalam menghadapi

masalah kecemasan. Umumnya umur yang lebih tua akan lebih baik dalam

menangani masalah kecemasan, mekanisme koping yang baik akan

mempermudah mengatasi masalah kecemasan. Furwanti (2014)

Pengalaman pertama klien dalam pengobatan merupakan

pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang terjadi pada klien

terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini

sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi

mental klien di kemudian hari. Apabila pengalaman klien tentang

fisioterapi kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan

kecemasan saat menghadapi tindakan yang akan dilakukan tim kesehatan.

Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun yang

negatif dapat mempengaruhi perkembangan dalam menggunakan koping.

Keberhasilan seseorang pada masa lalu dapat membantu klien

mengembangkan mekanisme koping yang akan digunakan, sebaliknya


29

kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan

koping yang maladaptif terhadap stresor tertentu. Furwanti (2014)

2.1.4 Edukasi

Edukasi dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau

materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna

mencapai perubahan perilaku (tujuan). Edukasi kesehatan sangat penting

untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Pemilihan

metode edukasi harus memperhatikan subjek edukasi apakah itu

merupakan individu, kelompok, masyarakat atau masa, serta harus

mempertimbangkan pendidikan formal.Cara Belajar Insan Aktif (CBIA)

dan ceramah merupakan metode edukasi yang diberikan untuk kelompok

besar (lebih dari 15 orang), metode ini sesuai untuk sasaran atau subjek

yang berpendidikan tinggi atau rendah. Notoadmojo (2003) dalam

Octaviana (2010)

Bentuk pendekatan atau edukasi yang digunakan antara lain :

1. Bimbingan dan penyuluhan

Kontak antara subjek penelitian dan peneliti dengan cara ini menjadi

lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi subjek penelitian dapat

diteliti oleh peneliti sehingga dapat dibantu dalam

penyelesaiannya.Pada akhirnya subjek penelitian dapat menangkap


30

dan menerimanya, kemudian berdasarkan kesadaran dapat mengubah

perilaku sehatnya. Notoadmojo (2003) dalam Octaviana (2010)

2. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara peneliti dengan subjek penelitian

bertujuan untuk menggali informasi mengapa ia tidat atau belum

menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap

perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau akan

diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat,

dan apabila belum, maka perlu adanya penyuluhan yang lebih

mendalam lagi. Notoadmojo (2003) dalam Octaviana (2010)

3. Ceramah

Metode yang baik untuk subjek penelitian yang berpendidikan tinggi

maupun rendah dan untuk kelompok besar.Kelompok besar adalah

apabila subjek penelitian lebih dari 15 orang. Notoadmojo (2003)

dalam Octaviana
31

BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Desain Studi Kasus

Desain studi kasus yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan studi kasus, dimana penelitian ini diarahkan

untuk mendeskripsikan dan menggambarkan bagaimana gambaran asuhan

keperawatan pada pasien stroke dengan kecemasan dalam pemberian

edukasi di ruangan wanita RSUD Karel Sadsuitubun Langgur. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh klien penderita stroke yang dirawat di

ruangan wanita RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.Intervensi dalam

penelitian ini adalah pemberian edukasi dalam menangani kecemasan

berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal.

3.2 Subjek Studi Kasus

Subjek dalam studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada

pasien stroke dengan pemberian edukasi dalam meminimalkan kecemasan

yang ada. Adapun cara memilih sampel berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut :

3.2.1 Kriteria Inklusi


32

1. Klien penderita stroke di ruangan wanita RSUD Karel

Sadsuitubun Langgur

2. Klien yang berada ditempat saat dilakukan penelitian

3. Klien yang kooperatif dan bersedia untuk mengisi formulir data

penelitian.

4. Klien yang mau mengikuti edukasi secara personal oleh peneliti.

3.2.2 Kriteria Eksklusi

1. Klien yang bukan penderita stroke

2. Klien yang tidak berada di tempat saat dilakukan penelitian

3. Klien yang tidak bersedia untuk mengisi formulir data penelitian.

4. Klien yang tidak mau mengikuti edukasi secara personal oleh

peneliti

3.3 Fokus Studi

Fokus dalam studi kasus ini adalah klien dengan masalah keperawatan dan

diagnose medis yang sama, yaitu klien stroke dengan kecemasan dalam

pemberian edukasi di ruangan wanita RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.

3.4 Instrumen Studi Kasus


33

Instrument atau alat pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah dengan

menggunakan format pengkajian sampai dengan evaluasi asuhan

keperawatan.

3.5 Metode Studi Kasus


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 2 jenis data yaitu :
3.5.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan peneliti langsung dari klien

dan keluarga klien.

3.5.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang didapatkan oleh peneliti dari status

klien.
3.6 Tempat dan Waktu
Studi kasus ini akan dilakukan di ruangan wanita RSUD Karel Sadsuitubun

Langgur pada bulan April sampai Mei 2019


3.7 Data yang peneliti temukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis

berdasarkan data subjektif dan objektif dan membuat analisis data. Setelah

membuat analisis data, peneliti langsung merumuskan diagnose keperawatan

dan melakukan prioritas masalah untuk menyusun dan menentukan diagnose

yang diutamakan. Setelah itu peneliti melakukan implementasi sesuai dengan

intervensi yang telah direncanakan dan dilanjutkan dengan melakukan dan

evaluasi keperawatan, dan peneliti melakukan dokumentasi keperawatan.

Selanjutnya data dianalisis dan dipresentasikan dalam bentuk narasi dan

tertulis.
3.8 Etika Studi Kasus
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :
1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
34

Memberikan bentuk persetujuan antara responden studi kasus dengan

memberikan lembar persetujuan.Tujuannya adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan studi kasus.


2. Tanpa Nama
Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian, pada dasarnya

penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu

termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti

memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Semua informasi yang

telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti studi kasus.


3. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan.
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

penelitian dan dapat digeneralisasikan ditingkat populasi.Peneliti

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.

DAFTAR PUSTAKA

Ainal Mardhiah,dkk, 2015. Persepsi Pasien Stroke Tentang Dukungan Pasangan di

Banda Aceh.. Diakses tgl 12 april 2019. Pkl 22.34 WIT

Furwanti,Elan (2014). Gambaran tingkat kecemasan pasien di Instalasi Gawat

Darurat (IGD) RSUD Panembahan Senopati Bantul.


35

Go, A. S., Mozaffarian, D., Roger, V. L., Benjamin, E. J., Berry, J. D., Blaha, M. J., ...

Turner,

M. B. (2013). Heart Disease and Stroke Statistics-2014. Diakses tgl 12 april

2019. Pkl 19.03 WIT

Goldszmidt, Adrian J dan Louis R Caplan. 2011. Stroke Esensial. Terjemahan Oleh

Retna Neary

Elseria Sihombing. Jakarta : EGC

Green, A. (2011). Anxiety is common negative psychological outcome after stroke.

How does this impact on the patient? The Mental Elf Research.

Gunarsa, Singgih D. 2010.Psikologi keperawatan. Jakarta: PP BPK Gunung Mulia.

Junaidi, 2013. Stroke Waspada Ancamannya. Penerbit Andi, Yogjakarta

Kusumawati, F. Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba

Medika

Misbach, Jusuf. 2011. Stroke : Aspek Diagnosis, patofisiologi, Manajemen. Jakarta :

Badan

Penerbit FKUI

Nanda Nic-Noc.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

dan Nanda,

Jilid 1.Jakarta:MediaActionPublishing
36

Octavianna,V (2010). Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Faktor Risiko Stroke

Pada

Populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan

Putrianti, Indah.2015. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kejadian Stroke Usia

Dewasa Muda. Semarang : Badan Penerbit UNNES

RISKESDA,2013.Riset Kesehatan Dasar. Jurnal : Ainal Mardhiah

S, Wiwit. 2010. Stroke dan Penanganannya : Memahami, Mencegah, dan Mengobati

Stroke. Yogyakarta : Kata Hati

Sayoga.2013. Mencegah Stroke dan Serangan Jantung. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Wardhana,W.A.(2011). Strategi Mengatasi dan Bangkit dari Stroke .Yogyakarta :

Penerbit Pustaka Pelajar

Widarti,L dkk.,2012. Respon Psikologis (kecemasan dan depresi) dan Respon

Biologis pada Pasien Stroke.Journal Ners Vol. 7 No. 1 Diakses tgl 14 april

2019

Anda mungkin juga menyukai