Anda di halaman 1dari 8

Laporan Pendahuluan Stroke Non Hemoragik (SNH)

Definisi

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya
Etiologi terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun
1. Emboli
2. Thrombosis terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin,
2015)

ManifestasiKlinis PemeriksaanPenunjang Komplikasi Penatalaksanaan Medis


1. Kehilangan motorik 1. Angiografi serebral 1. Immbobilisasi Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan
2. Kehilangan komunikasi 2. Pembidaian ini 2. Kerusakan integritas tindakan sebagai berikut:
memperlihatkan secara
3. Gangguan persepsi kulit
spesifik letak edema, 1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering,
4. Kerusakan fungsi posisi hematoma adanya 3. Hydrocephalus
oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
kognitif parestesia (terjadi jaringan otak yang
infark atau iskemia 2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
pada sisi yang berlawanan).
3. MRI (Magnetic memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
5. Pengaruh terhadap status Imaging Resonance)
3. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
mental, fisik, dan 4. EEG
5. Pungsi Lumbal harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
komunikasi
6. Ultrasonografi Dopler 4. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
7. Sinar X Tengkorak
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Lumbal pungsi,
pemeriksaan likuor
2. Pemeriksaan kimia
darah, Gula darah
dapat mencapai 250
mg didalam serum.
(Arif Muttaqin, 2015)
1. Diagnosa Keperawatan
1. Keidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah
ke otak terhambat.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak.
3. Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
dengan kerusakan neurovaskuler.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler.
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik.
6. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran.
7. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran.
8. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

1 Keidakefektifan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitorang neurologis


serebral b.d aliran darah ke otak diharapkan suplai aliran darah keotak lancar 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
terhambat. dengan kriteria hasil : 2. Monitor tingkat kesadaran klien
 Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai de- 3. Monitor tanda-tanda vital
ngan hilang 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
 Berfungsinya saraf dengan baik 5. Monitor respon klien terhadap pengobatan
 Tanda-tanda vital stabil 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
7. Observasi kondisi fisik klien

Terapi oksigen
1. Bersihkan jalan nafas dari secret
2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7. Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan
tidur

2 Kerusakan komunikasi verbal b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Libatkan keluarga untuk membantu memahami / memahamkan
penurunan sirkulasi ke otak. diharapkan klien mampu untuk berkomunikasi informasi dari / ke klien
lagi dengan kriteria hasil: 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh perhatian
 dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam komunikasi
perawat dengan klien
 dapat mengerti dan memahami pesan-pesan 4. Dorong dengan klien
melalui gambar 5. Programkan speech-language terapi
6. Lakukan speech-language teraphy setiap interaksi dengan klien
 dapat mengekspresikan perasaannya secara 7. klien untuk mengulang kata-kata
verbal maupun nonverbal 8. Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap interaksi
3 Defisit perawatan diri : makan, Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri
mandi, berpakaian, toileting b.d diharapkan kebutuhan mandiri klien terpenuhi, 2. Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam makan, mandi,
kerusakan neurovaskuler. dengan kriteria hasil : berpakaian dan toileting
 Klien dapat makan dengan bantuan orang 3. Berikan bantuan pada klien hingga klien sepenuhnya bisa mandiri
lain / mandiri 4. Berikan dukungan pada klien untuk menunjukkan aktivitas normal
 Klien dapat mandi de-ngan bantuan orang sesuai kemampuannya
lain 5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
 Klien dapat memakai pakaian dengan 6. perawatan diri klien
bantuan orang lain / mandiri
 Klien dapat toileting dengan bantuan alat
4 Kerusakan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi
kerusakan neurovaskuler. selama, diharapkan klien dapat melakukan ekstrimitas yang sehat
pergerakan fisik dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas yang parese /
 Tidak terjadi kontraktur otot dan footdrop plegi dalam toleransi nyeri
 Pasien berpartisipasi dalam program latihan 3. Topang ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah atau
 Pasien mencapai keseimbangan saat duduk mangurangi bengkak
 Pasien mampu menggunakan sisi tubuh yang 4. Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan kemampuan klien
tidak sakit untuk kompensasi hilangnya 5. Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi seperti yang
fungsi pada sisi yang parese/plegi disarankan
6. Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan sendi

5 Resiko kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan perawatan selama, 1. Beri penjelasan pada klien tentang: resiko adanya luka tekan, tanda
b.d immobilisasi fisik. diharapkan pasien mampu mengetahui dan gejala luka tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka
dan mengontrol resiko dengan kriteria hasil : tekan.
 Klien mampu mengenali tanda dan 2. Berikan masase sederhana.
gejala adanya resiko luka tekan a. Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Klien mampu berpartisi-pasi dalam b. Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk pelican
pencegahan resiko luka tekan (masase c. Lakukan masase secara teratur
sederhana, alih ba-ring, manajemen nutrisi, d. Anjurkan klien untuk rileks selama masase
manajemen tekanan). e. Jangan masase pada area kemerahan utk menghindari
kerusakan kapiler
f. Evaluasi respon klien terhadap masase
3. Lakukan alih baring
a. Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
b. Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin untuk mengurangi
kekuatan geseran
c. Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit
d. Observasi area yang tertekan (telinga, mata kaki, sakrum,
skrotum, siku, ischium, skapula)
4. Berikan manajemen nutrisi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
b. Monitor intake nutrisi
c. Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat untuk
memelihara keseimbangan nitrogen positif
5. Berikan manajemen tekanan
a. Monitor kulit adanya kemerahan dan pecah-pecah
b. Beri pelembab pada kulit yang kering dan pecah-pecah
c. Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering
d. Monitor aktivitas dan mobilitas klien
e. Beri bedak atau kamper spritus pada area yang tertekan

6 Resiko aspirasi b.d penurunan Setelah dilakukan tindakan perawatan, Aspiration Control Management :
kesadaran. diharapkan tidak terjadi aspirasi pada pasien 1. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan
dengan kriteria hasil : 2. Pelihara jalan nafas
 Dapat bernafas dengan mudah,frekuensi 3. Lakukan saction bila diperlukan
pernafasan normal 4. Haluskan makanan yang akan diberikan
 Mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi 5. Haluskan obat sebelum pemberian
aspirasi

7 Resiko injuri b.d penurunan Setelah dilakukan tindakan perawatan, Risk Control Injury
kesadaran. diharapkan tidak terjadi trauma pada pasien 1. Menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien
dengan kriteria hasil: 2. Memberikan informasi mengenai cara mencegah cedera
 bebas dari cedera 3. Memberikan penerangan yang cukup
 mampu menjelaskan factor resiko dari 4. Menganjurkan keluarga untuk selalu menemani pasien
lingkungan dan cara untuk mencegah cedera
 menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
8 Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan perawatan, Respiratori Status Management
penurunan kesadaran. diharapkan pola nafas pasien efektif dengan 1. Pertahankan jalan nafas yang paten
kriteria hasil : 2. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
 Menujukkan jalan nafas paten ( tidak merasa 3. Berikan terapi O2
tercekik, irama nafas normal, frekuensi nafas 4. Dengarkan adanya kelainan suara tambahan
normal,tidak ada suara nafas tambahan 5. Monitor vital sign
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M., et all. 2012. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

Mansjoer, A dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Mc Closkey, C.J., et all. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

Muttaqin, Arif. 2015. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Anda mungkin juga menyukai