Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK (SNH)


DI RUANG SERUNI RSUD ULIN BANJARMASIN

OLEH:
ARIA KARTA MANGGALA
NPM. 17449001110039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2017/2018
LaporanPendahuluan Stroke Non Hemoragik (SNH)

Definisi

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya
terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun
Etiologi terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin,
1. Emboli
2. Thrombosis 2008)

ManifestasiKlinis PemeriksaanPenunjang Komplikasi Penatalaksanaan Medis


1. Kehilangan motorik 1. Angiografi serebral 1. Immbobilisasi Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan
2. Kehilangan komunikasi 2. Pembidaian ini 2. Kerusakan integritas kulit sebagai berikut:
memperlihatkan secara
3. Gangguan persepsi 3. Hydrocephalus
spesifik letak edema, posisi
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering,
4. Kerusakan fungsi hematoma adanya jaringan
otak yang infark atau oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
kognitif parestesia (terjadi
iskemia 2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
pada sisi yang berlawanan).
3. MRI (Magnetic Imaging memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
5. Pengaruh terhadap status Resonance)
3. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus
mental, fisik, dan 4. EEG
5. Pungsi Lumbal dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
komunikasi
6. Ultrasonografi Dopler 4. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
7. Sinar X Tengkorak
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Lumbal pungsi,
pemeriksaan likuor
2. Pemeriksaan kimia darah,
Gula darah dapat mencapai
250 mg didalam serum.
(Arif Muttaqin, 2008)
PATHWAY

Ketidakseimbangan
Pola nafas
Hambatan mobilitas Resiko injuri Penurunan
perpusi jaringan serebral
tidak efektif Resiko Aspirasi
fisik kesadaran
1. Diagnosa Keperawatan
1. Keidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah
ke otak terhambat.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak.
3. Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
dengan kerusakan neurovaskuler.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler.
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik.
6. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran.
7. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran.
8. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan In
1 Keidakefektifan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitorang neurologis
serebral b.d aliran darah ke otak diharapkan suplai aliran darah keotak lancar 1. Monitor ukuran, kesimetrisa
terhambat. dengan kriteria hasil : 2. Monitor tingkat kesadaran k
 Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai de- 3. Monitor tanda-tanda vital
ngan hilang 4. Monitor keluhan nyeri kepa
 Berfungsinya saraf dengan baik 5. Monitor respon klien terhad
 Tanda-tanda vital stabil 6. Hindari aktivitas jika TIK m
7. Observasi kondisi fisik klie

Terapi oksigen
1. Bersihkan jalan nafas dari s
2. Pertahankan jalan nafas teta
3. Berikan oksigen sesuai intru
4. Monitor aliran oksigen, kan
5. Beri penjelasan kepada klie
oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo
7. Monitor respon klien terhad
8. Anjurkan klien untuk tetap
tidur

2 Kerusakan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Libatkan keluarga untuk m
b.d penurunan sirkulasi ke otak. diharapkan klien mampu untuk berkomunikasi informasi dari / ke klien
lagi dengan kriteria hasil: 2. Dengarkan setiap ucapan kl
 dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 3. Gunakan kata-kata sederh
perawat dengan klien
 dapat mengerti dan memahami pesan-pesan 4. Dorong dengan klien
melalui gambar 5. Programkan speech-languag
 dapat mengekspresikan perasaannya secara 6. Lakukan speech-language t
verbal maupun nonverbal 7. klien untuk mengulang kata
8. Berikan arahan / perintah ya
3 Defisit perawatan diri : makan, Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Kaji kamampuan klien untu
mandi, berpakaian, toileting b.d diharapkan kebutuhan mandiri klien 2. Pantau kebutuhan klien u
kerusakan neurovaskuler. terpenuhi, dengan kriteria hasil : mandi, berpakaian dan toile
 Klien dapat makan dengan bantuan orang 3. Berikan bantuan pada kl
lain / mandiri mandiri
 Klien dapat mandi de-ngan bantuan orang 4. Berikan dukungan pada
lain normal sesuai kemampuann
 Klien dapat memakai pakaian dengan 5. Libatkan keluarga dalam pe
bantuan orang lain / mandiri 6. perawatan diri klien
 Klien dapat toileting dengan bantuan alat
4 Kerusakan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ajarkan klien untuk lati
kerusakan neurovaskuler. selama, diharapkan klien dapat melakukan ekstrimitas yang sehat
pergerakan fisik dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan rentang gerak pas
 Tidak terjadi kontraktur otot dan footdrop plegi dalam toleransi nyeri
 Pasien berpartisipasi dalam program latihan 3. Topang ekstrimitas deng
 Pasien mencapai keseimbangan saat duduk mangurangi bengkak
 Pasien mampu menggunakan sisi tubuh 4. Ajarkan ambulasi sesuai de
yang tidak sakit untuk kompensasi 5. Motivasi klien untuk me
hilangnya fungsi pada sisi yang parese/plegi disarankan
6. Libatkan keluarga untuk me

5 Resiko kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan perawatan selama, 1. Beri penjelasan pada klien
b.d immobilisasi fisik. diharapkan pasien mampu mengetahui dan tanda dan gejala luka tek
mengontrol resiko dengan kriteria hasil : terjadi luka tekan.
 Klien mampu mengenali tanda dan gejala 2. Berikan masase sederhana.
adanya resiko luka tekan a. Ciptakan lingkungan y
 Klien mampu berpartisi-pasi dalam b. Gunakan lotion, minya
pencegahan resiko luka tekan (masase c. Lakukan masase secara
sederhana, alih ba-ring, manajemen nutrisi, d. Anjurkan klien untuk r
manajemen tekanan). e. Jangan masase pada ar
kerusakan kapiler
f. Evaluasi respon klien t
3. Lakukan alih baring
a. Ubah posisi klien setia
b. Pertahankan tempat
mengurangi kekuatan g
c. Batasi posisi semi fowl
d. Observasi area yang t
skrotum, siku, ischium
4. Berikan manajemen nutrisi
a. Kolaborasi dengan ahli
b. Monitor intake nutrisi
c. Tingkatkan masukan
memelihara keseimban
5. Berikan manajemen tekanan
a. Monitor kulit adanya k
b. Beri pelembab pada ku
c. Jaga sprei dalam keada
d. Monitor aktivitas dan m
e. Beri bedak atau kampe

6 Resiko aspirasi b.d penurunan Setelah dilakukan tindakan perawatan, Aspiration Control Managemen
kesadaran. diharapkan tidak terjadi aspirasi pada pasien 1. Monitor tingkat kesadaran,
dengan kriteria hasil : menelan
 Dapat bernafas dengan mudah,frekuensi 2. Pelihara jalan nafas
pernafasan normal 3. Lakukan saction bila diperlu
 Mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi 4. Haluskan makanan yang ak
aspirasi 5. Haluskan obat sebelum pem

7 Resiko injuri b.d penurunan Setelah dilakukan tindakan perawatan, Risk Control Injury
kesadaran. diharapkan tidak terjadi trauma pada pasien 1. Menyediakan lingkungan y
dengan kriteria hasil: 2. Memberikan informasi men
 bebas dari cedera 3. Memberikan penerangan ya
 mampu menjelaskan factor resiko dari 4. Menganjurkan keluarga unt
lingkungan dan cara untuk mencegah cedera
 menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
8 Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan perawatan, Respiratori Status Management
penurunan kesadaran. diharapkan pola nafas pasien efektif dengan 1. Pertahankan jalan nafas yan
kriteria hasil : 2. Observasi tanda-tanda hipo
 Menujukkan jalan nafas paten ( tidak 3. Berikan terapi O2
merasa tercekik, irama nafas normal, 4. Dengarkan adanya kelainan
frekuensi nafas normal,tidak ada suara nafas 5. Monitor vital sign
tambahan
 Tanda-tanda vital dalam batas normal

DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Price, A. Sylvia.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.


Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika.

Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
Banjarmasin, ……April 2018

Preseptor Klinik, Preseptor akademik,

(....................................) (.…................................)

Anda mungkin juga menyukai