1. M1 (Man)
Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Rating BxR SCORE
Strength
1. Jenis ketenagaan keperawatan total 15 0,3 4 1,2
dengan
a) S1 Keperawatan : 2 orang (13,4%)
b) DIII Keperawatan :13 orang (76,6%)
Total 1 3,7
42
43
2. M2 (Material)
Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Mempunyai sarana dan prasarana yang 0,2 4 0,8
memadai untuk pasien, tenaga kesehatan
dan keluarga pasien termasuk sarana dan
prasarana universal precaution untuk S-W=
perawat 3,8-3=
2. Terdapat administrasi penunjang (missal 0,3 4 1,2 0,8
: buku TT, buku visite,SOP) yang memadai
3. Tersedianya nurse station 0,2 4 1,2
4. Sudah terdapat tempat terpisah antara 0,2 3 0,6
linen infeksius dan non infeksius
Total 1 3,8
Total 1 3
3. M3 (Method)
a. MAKP
Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Ruangan memiliki visi, misi, dan motto 0,2 3 0,6
sebagai acuan melaksanakan kegiatan
pelayanan.
44
b. Sentralisasi obat
Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Pendokumentasian keluar masuknya obat 0,2 3 0,6
sudah optimal
2. Pembagian obat High Alert sudah optimal 0,3 3 0,9
3. Adanya lembar pendokumentasian obat yang 0,3 3 0,9 S-W
diterima disetiap status pasien (2,4-2,5) = -
Total 1 2,4 0,1
Weakness
1. Pelaksanaan tanda tangan untuk 0,5 2 1,0
pendokumentasian obat belum maksimal
45
c. Supervisi
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Supervisi telah dilaksanakan secara 0,5 4 2,0
rutin
2. Kepala ruangan mendukung dan 0,5 4 2,0 S-W
melaksanakan supervisi (4,0-3,0) =
1,0
Total 1 4,0
Weakness
1. Belum mempunyai format yang 1 3 3
terstruktur dalam pelaksanaan
supervisi
Total 1 3,0
EKTERNAL FAKTOR (EFAS) Bobot Rating BxR
Opportunity
1. Perbaikan dari hasil supervisi bisa 0,4 3 1,2
dijadikan pedoman pembelajaran bagi
praktik keperawatan
2. Adanya teguran dari kepala ruangan 0,3 2 0,6
bagi perawat yang tidak melaksanakan
O-T
tugas dengan baik
(2,7-3,0) = -
3. Hasil supervise bisa digunakan untuk 0,3 3 0,9
0,3
Daftar Penilaian Prestasi Pegawai
(DP3)
Total 1 2,7
Treathened
1. Makin turun tingkat kepedulian 0,5 3 1,5
terhadap pasien 0,5 3 1,5
2. Adanya pengaduan ketidaknyamanan
pasien terhadap mutu pelayanan
Total 3,0
46
d. Timbangterima
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Ada klarifikasi, tanya jawab, dan validasi 0,2 2 0,4
terhadap semua yang ditimbang terimakan
2. Semua perawat tahu hal-hal yang perlu 0,2 3 0,6
dipersiapkan dalam timbang terima
3. Timbang terima merupakan kegiatan rutin 0,3 3 0,9
yang telah dilaksanakan
S-W
4. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang 0,3 4 1,2
(3,1-2,5) =
terima 0,6
Total 1 3,1
Weakness
1. Kurang lengkapnya perawat yang 0,5 3 1,5
mengikuti timbang terima
2. Perawat dan petugas tidak 0,5 2 1
memperkenalkan diri saat timbang
terima
Total 1 2,5
Total 1 3
Treathened
1. Penurunan kualitas dan kuantitas 0,6 2 1,2
pelayanan perawat
2. Adanya penurunan tanggung jawab 0,4 3 1,2
perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
Total 1 2,4
e. Discharge Planning
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Perawat menggunakan bahasa yang mudah 0,3 3 0,9
dipahami saat melakukan discharge
planning
2. Adanya surat kontrol berobat 0,3 3 0,9
3. Perawat memberikan pendidikan 0,4 4 1,6
kesehatan (KIE) kepada pasien atau
S-W
keluarga ketika akan pulang
47
Total 1 3,0
Treathened
1. Makin tinggi risiko kekambuhan 0,5 3 1,5
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat 0,5 2 1,0
tentang tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
Total 1 2,5
f. Ronde Keperawatan
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Ada SOP tentang ronde keperawatan 0,4 3 1,2
2. Perawat menggunakan bahasa yang dapat 0,3 2 0,6
dipahami
3. Adanya pembagian tugas yang jelas 0,3 2 0,6
dalam melakukan ronde keperawatan S-W
Total 1 2,4 (2,4-2,8) = -
Weakness 0,4
1. Kurangnya tenaga dan penyamaan waktu 0,3 3 0,9
dengan tenaga professional lainnya
2. Banyaknya kasus yang memerlukan 0,2 3 0,6
perhatian khusus
3. Ronde keperawatan belum dilakukan 0,2 2 0,4
secara optimal. Dilakukan kecuali
ketika ada praktikan manajemen
4. Ronde keperawatan tidak dilaksanakn 0,3 3 0,9
tiap 3 bulan
Total 1 2,8
48
Total 1 2,0
4.M4 (Machine)
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Sudah adanya peraturan pemerintah pusat 0,3 3 0,9
maupun daerah
2. Sudah adanya kebijakan pimpinan RS 0,2 3 0,6
3. Sudah tersedianya SPO yang cukup lengkap 0,5 3 1,5 S-W
sebanyak 99 SPO (3-1,4) =2,6
Total 1 3
Weakness
1. Tercantumnya SPO di tempat tindakan 0,2 2 0,4
2. adanya aturan pemisahan linen infeksius 0,3 1 0,3
dan non infeksius di ruangan
3. adanya aturan penataan pispot 0,2 2 0,4
4. Keluarga pasien menggunakan kalung 0,3 1 0,3
penunggu
Total 1 1,4
Total 1 4 O-T
Treathened 0,5 2 1 (4-2) =2
1. Pelayanan lebih maksimal
Total 1 2
5. M5 (Money)
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Strength (Kekuatan)
1. Adanya dana dari pemerintah pusat maupun 0,4 4 1,6
daerah serta restribusi RS sesuai Perda
2. Ada penggajian yang sesuai UMR 0,3 4 1,2 S-W
3. Adanya pengadaan sesuai RBA 0,3 4 1,2 4-3= 1
Total 1 4
Opportunity (O/Peluang)
Pengeluaran sebagian dibiayai oleh institusi 0,5 4 2
Adanya kesempatan untuk menggunakan alat 0,5 4 2
instrument medis dengan sterilisasi sehingga
menghemat pengeluaran
Total 1 4 O-T
4-3= 1
Threat (T/Ancaman)
Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 1 3 3
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih professional sehingga
membutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk
mendanai sarana prasarana.
Total 1 3
6. M6 (Mutu)
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Strength (Kekuatan)
BOR di Ruang imam bonjol sebanyak 80,2% 0,2 3 0,6
ALOS di Ruang imam bonjol sebanyak 5,9 hari 0,2 3 0,6
TOI di Ruang imam bonjol sebanyak 1,49 hari 0,1 3 0,3
Kepuasan di ruang imam bonjol didapatkan 17 0,2 4 0,8
dari 33 pasien puas dalam pelayanan
Tidak ditemukan data kesalahan pemberian 0,3 4 1,2 S-W
obat (0%) pada pasien di Ruang Imam Bonjol. 3,5-3,5= 0
Total 1 3,5
50
51
Dari hasil post intervensi yang sudah disimpulkan di diagram layang diatas
didapatkan hasil setelah dilakukan intervensi didapatkan pergeseran nilai pada
prioritas masalah yang sudah dipaparkan saat pengkajian, sebelum intervensi timbang
terima dan ronde keperawatan berada disebelah kuadran kiri atas (Turn Around) dimana
Turn Around adalah kelemahan yang masih bisa diperbaiki karena masih ada peluang
untuk meminimalisir masalah yang terjadi diruangan. Sedangkan yang berada disebelah
kuadran kiri bawah (Defensif) adalah aspek sarana prasarana.
d. Ronde keperawatan berada di kuadran kiri atas setelah post intervensi tidak
bergeser ke kuadran kanan atas (Agresif) dengan nilai SW-OT (-0,3 ;
0,4) karena setelah dilakukan intervensi tidak terjadi perubahan dimana
ronde keperawatan belum optimal dilakukan karena kegiatan ini sangat sulit
52
untuk menyamakan waktu ronde dengan tenaga medis lainnya dan juga
keterbatasan tenaga perawat yang ada, yang dilakukan selama intervensi
tanggal 12-17 Februari 2018.
1. Ronde Keperawatan
Tabel Pelaksanaan dan Evaluasi Ronde Keperawatan oleh Kelompok Manajemen
Keperawatan UMM 2016
Skor
Pelaksanaan
Kegiatan Uraian
Ronde
Ya Tidak
Total 83,3 %
100 %
Melakukan penutup
√
54
75 %
2. Timbang Terima
No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan
1 Apakah timbang terima telah
dilaksanakan tepat waktu ?
2 Apakah timbang terima dihadiri Kurang lengkapnya
oleh semua perawat yang akan anggota perawat
bertugas ? ketika timbang
terima/operan
3 Siapa yang memimpin kegiatan
timbang terima ?
a. Kepala ruangan
b. Kepala tim
4 Menyampaikan kondisi atau keadaan
umum klien
5 Menyampaikan hal-hal penting yang
perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya
6 Tersusunnya rencana kerja untuk
dinas berikutnya
7 Apakah ada buku khusus untuk
mencatat hasil laporan timbang
terima ?
8 Apakah ada interaksi dengan
pasien saat timbang terima
berlangsung ?
9 Meningkatkan kemampuan komunikasi
antar perawat.
55
Total 11 1
Presentase 91,7 % 8,3 %
3. SENTRALISASI OBAT
Berdasarkan hasil observasi di ruang Imam Bonjol, identifikasi
pasien saat pemberian injeksi obat maupun oral tanpa identitas lengkap
seperti nomor register. Sehingga berisiko terjadi kesalahan dalam
pemberian obat akibat tidak sesuai tindakan dengan SPO yang ada. Setelah
role play dilakukan selama seminggu pemberian obat di identifikasi
menggunakan label identitas pasien yang lengkap seperti nomor urut, nama,
dan no register. Hal ini mempermudah untuk pemberian obat tanpa adanya
risiko kesalahan pemberian obat.
memadai untuk setiap jenis tindakan. Hanya saja penempatan SPO yang tidak
mudah dijangkau oleh perawat ketika tindakan akan dilakukan. Sehingga SPO
tidak mudah dibaca oleh perawat yang akan melakukan tindakan ke pasien
karena penempatan SPO berada dilemari.
Selain itu, untuk peraturan penggunaan kalung penunggu bagi keluarga
pasien yang kurang ditaati. Kalung penunggu untuk setiap pasien maksimal
terdapat 2 buah kalung. Kalung penunggu tersebut kadang diletakkan
keluarga diatas meja pasien atau berada diruangan. Sehingga ketika
keluarga mengambil obat atau beraktivias selama di RS kalung tidak
digunakan.
Kepatuhan dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai SPO harus
dilaksanakan dengan daftar SPO yang mudah dijangkau. Sehingga penempatan
SPO harus diletakkan ditempat yang terjangkau oleh tangan perawat dan
mudah dibaca ketika akan melakukan tindakan keperawatan. Penggunaan
kalung penunggu diberlakukan maksimal 2 kalung penunggu untuk 2 orang.
Kepatuhan penggunaan kalung penunggu bagi keluarga pasien harus
informasikan. Keluarga diberikan KIE melalui penyuluhan mengenai
kepatuhan menggunakan kalung penunggu selama berada di Rumah Sakit.
Penyuluhan ini mengumpulkan seluruh keluarga pasien dan dilakukan selama
1 hari dengan membahas mengenai kepentingan dan tujuan kalung penunggu.
4.3.1 Penyediaan stiker dan tong pemilahan linen infeksius dan non infeksius
di Ruang Imam Bonjol
a. Rencana kegiatan
Stiker pemilahan linen infeksius dan non infeksius di ruang Imam Bonjol
sebelumnya sudah tersedia hanya tidak dibedakan antara yang infeksi dan
non infeksi. Selain itu, keterbatasan tong linen juga menjadi kendala
pemilahan linen. Penyediaan tong dan stiker pemilahan linen infeksius
dan non infeksius diberlakukan di ruang Imam Bonjol bertujuan untuk
mempermudah pemilahan linen antara yang infeksi (linen yang
terkontaminasi cairan darah, feses, urine, dan muntahan) dan yang non
infeksi (tidak terkontaminasi cairan darah, feses, urine, dan muntahan)
sehingga tidak bercampur menjadi satu dan dapat mencegah terjadinya
infeksi nosokomial.
b. Evaluasi
Evaluasi hasil implementasi berdasarkan prioritas masalah dilakukan
selama 6 hari, yaitu mulai tanggal 12 s.d 17 Februari 2018 didapatkan
hasil yaitu stiker tulisan linen infeksius hanya ada satu yang menempel
di dinding dan terdapat satu tong yang tidak ditempeli tulisan. Selama
melakukan implementasi manajemen di ruang Imam Bonjol, kami bekerjasama
dengan kepala ruangan untuk menyediakan stiker berupa tulisan linen
infeksius, linen non infeksius dan tong untuk linen sehingga pemilahan
linen dapat dibedakan berdasarkan tulisan yang sudah tersedia di masing-
masing tong linen.
c. Tindak lanjut
58
b. Evaluasi
Evaluasi hasil implementasi dilakukan antara tanggal 12 s.d 17 Februari
2018 yaitu penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan di ruang Imam
Bonjol yang berisi materi kebersihan lingkungan pasien, larangan
merokok, anjuran cuci tangan 6 langkah. Keluarga pasien antusias dengan
penyuluhan yang diberikan karena membahas tentang kebersihan yang
menyangkut pasien.
d. Tindak lanjut
Pelaksanaan penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan Rumah Sakit
dilakukan 1 hari dengan mengumpulkan keluarga pasien diruangan Imam
Bonjol Tim 1 sebagai peserta penyuluhan. Dipaparkan materi mengenai
kebersihan lingkungan mengenai cara cuci tangan 6 langkah, penempatan
pispot yang baik dan larangan merokok area RS
4.4 Evaluasi (Proses, Struktur, Hasil) dari Kegiatan Role Play (Timbang Terima
dan Ronde Keperawatan)
1) Timbang terima
a. Struktur
Pada timbang terima, sarana prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain: Lembar timbang terima, status klien, work sheet
dan alat tulis, serta kedua kelompok shift timbang terima. Kepala
ruangan seharusnya memimpin timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu malam ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan timbang
terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat pelaksana yang
bertugas saat itu.
b. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh Karu dan diikuti oleh
seluruh perawat yang bertugas sebelumnya maupun yang akan ganti dinas.
Perawat pelaksana mengoperkan kepada Perawat pelaksana berikutnya yang
akan mengganti dinas. Timbang terima pertama dilakukan di Nurse Station
kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke Nurse Station. Isi timbang
terima mencakup identitas klien, diagnosis keperawatan, intervensi
yang sudah dilakukan, intervensi yang belum dilakukan dan pesan khusus.
Setiap klien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
c. Hasil
1. Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.
2. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada masing - masing pasien
3. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
2) Ronde Keperawatan
1. Struktur
a. Sudah ada organisasi ronde sesuai tupoksi.
b. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Imam Bonjol.
62
Kendala
a. Draft dan undangan tertulis tidak diberikan H-1, namun undangan
lisan sudah disampaikan.
b. Tidak tepatnya waktu mulai pelaksanaan ronde.
c. Tidak ada presensi.
d. Wakaru tidak dapat hadir karena sedang mengikuti workshop
SENAR.
e. Apoteker tidak dapat hadir karena anaknya sakit.
f. Dosen dari kampus tidak dapat hadir karena ada acara di Batu.
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir, namun
Psikolog datang terlambat oleh karena kesibukan menangani
pasien di klinik.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran masing-masing.
3. Hasil
a. Pasien dan keluarga
Pasien puas dengan hasil kegiatan dengan indikasi :
Pasien banyak bertanya pada profesional.
Pasien dan keluarga sudah memahami apa yang disampaikan.
Kesanggupan pasien dan keluarga untuk mentaati apa yang
disampaikan.
Pasien dan keluarga merasa dapat pencerahan dan sangat
berterimakasih.
63