DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
TEKNIK SIPIL
Email : humas@unisma.ac.id
Selanjutnya dengan rendah hati penulis meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya dapat direvisi kembali. Kami sangat
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak
kekurangan.
Demikian yang dapat kami hanturkan, kami berharap makalah yang telah
ditulis ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
C. TUJUAN ...................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata kepada Allah
agama semua nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang
menjadi petunjuk manusia, mengatur hubungan antara manusia dengan
Rabbnya dan manusia dengan lingkungannya. Agama rahmah bagi semesta
alam, dan merupakan satu-satunya agama yang diridhoi Allah, agama yang
sempurna.1 Dengan beragama Islam, setiap muslim memiliki landasan
tauhidullah, dan menjalankan peran dalam hidup berupa ibadah (pengabdian
vertical) dan khilafah (pengabdian horizontal) dan bertujuan meraih ridha dan
karunia Allah. Islam yang mulia dan utama akan menjadi kenyataan dalam
kehidupan duniawi, apabila benar-benar diimani, dipahami, dihayati, dan
diamalkan oleh seluruh muslimin secara totalitas (Kaffah).2 (QS. Al-Fath : 29,
al-Baqarah : 208).
Dengan pengamalan Islam sepenuh hati dan sungguh-sungguh, akan
melahirkan manusia yang memiliki kepribadian muslim, kepribadian mu’min,
kepribadian muhsin dan muttaqin. Setiap muslim yang memiliki kepribadian
tersebut dituntut untuk memiliki aqidah berdasarkan Al-Tauhid Al-Khalis
(tauhid yang bersih) dan istiqomah terhindar dari kemusyrikan, bid’ah dan
khurafat. Memiliki cara berfikir bayani (paham yang komitmen terhadap nash
al-Qur’an dan al-hadits), burhani (rasional,logis dan ilmiah) dan irfani
(Ketajaman hati nurani stabilitas emosi, dan kekuatan spiritual intuisi), yang
selanjutnya berimplikasi pada ucapan pikiran dan tindakan yang mencerminkan
akhlak karimah dan rahmatan lil alamin.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Muttaqin
2. Manifestasi Muttaqin dalam Kehidupan Sehari-hari Berdasarkan Surat Ali
Imran Ayat 50, 102, 115, dan 120
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Muttaqin
3. Mengetahui Manifestasi Muttaqin dalam Kehidupan Sehari-hari
Berdasarkan Surat Ali Imran Ayat 50, 102, 115, dan 120
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Muttaqin
Takwa (Arab: تقوىtaqwā / taqwá ) adalah istilah dalam Islam yang
merujuk kepada kepercayaan akan adanya Allah, membenarkannya, dan takut
akan Allah. Istilah ini sering ditemukan dalam Al-Quran, Al-Muttaqin (Arab:
َ ِلِّ ْل ُمت َّ ِقينAl-Muttaqin) yang merujuk kepada orang-orang yang bertakwa, atau
dalam perkataan Ibnu Abbas, "orang-orang yang meyakini (Allah) dengan
menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan patuh akan segala perintah-Nya.”
Muttaqin adalah orang mukmin yang telah menjiwai nilai-nilai kebenaran
dan allergi terhadap kebatilan. Seorang muttaqin adalah orang yang setiap
perbuatannya sudah merupakan perwujudan dari komitmen iman dan moralnya
yang tinggi. Menurut Fazlur Rahman, takwa adalah aksi moral yang integral.
adapula Muttaqin adalah orang yang bertaqwa atau orang yang memelihara diri
dengan menjalankan semua perintah-perintah Allah dan menjauhi semua
larangan-larangan-Nya. Pekerjaannya dinamakan taqwa.
3
misalnya aku halalkan bangsa ikan dan burung yang tidak bertulang. Ada
pula yang mengatakan dihalalkan semuanya, hingga 'sebagian' berarti
'semua' (dan aku datang kepada kamu dengan membawa tanda dari
Tuhanmu) diulang-ulangnya untuk menguatkan dan membina kepercayaan
di atasnya. (Maka bertobatlah kepada Allah dan taatlah kepadaku) yakni
mengenai apa-apa yang aku perintahkan kepadamu, yaitu bertauhid kepada
Allah serta taat akan semua perintah-Nya."
4
3. Q.S. Ali Imran : 115
ّللاُ ع ِليم بِ ْال ُمت َ ِقين
َ وما ي ْفعلُوا ِم ْن خيْر فل ْن يُ ْكف ُروهُۗ و
Artinya : Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-
kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala)nya, dan Allah Maha
Mengetahui orang-orang yang bertakwa.
Tafsir Jalalain : "(Apa-apa yang mereka kerjakan) yang dikerjakan oleh
umat yang lurus tadi, dengan ya atau yang kamu kerjakan, wahai umat
dengan ta (berupa kebaikan, maka tidaklah akan tertutup) menurut dua
versi tadi artinya tidaklah akan terhalang untuk mendapatkan pahalanya
tetapi akan tetap diberi balasannya. (Dan Allah Maha Mengetahui akan
orang-orang yang bertakwa.)"
Maksud dari umat yang lurus ialah umat yang beriman pada hari akhir,
menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar dan
berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan. Mereka akan mendapatkan
balasan atas apa yang mereka kerjakan. Dari penggalan suarh Ali Imran
ayat 115, Allah mengetahui apa yang diperbuat oleh muttaqin, maka dari
itu muttaqin harus selalu bersikap ihsan yaitu merasa bahwa Allah selalu
melihat atas apa yang diperbuatnya.
5
keduanya interupsi atau kalimat sela. Makna ayat, bahwa mereka mati-
matian dalam memusuhi kamu, maka kenapa kamu mempercayai mereka,
jauhilah mereka itu! (Jika kamu bersabar) terhadap gangguan mereka (dan
bertakwa) kepada Allah hingga tidak mempercayai mereka dan sebagainya
(maka tidaklah akan mendatangkan kemudaratan) bacaannya 'laa
yadhirkum' atau 'laa yadhurrukum' (tipu daya mereka sedikit pun.
Sesungguhnya Allah terhadap apa yang mereka lakukan) dengan 'ya' dan
'ta' (meliputi) mengetahui dan akan memberikan balasan"
Ayat ini menggambarkan jahatnya hati orang-orang kafir dan hebatnya
sifat-dengki (iri) yang bersemi dalam dada mereka. Berkata Qatadah dalam
menjelaskan firman Allah ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir :
"Apabila orang-orang kafir itu melihat persatuan yang kokoh di kalangan
kaum muslimin dan mereka memperoleh kemenangan atas musuh-musuh
Islam, mereka merasa dengki dan marah. Tetapi bila terdapat perpecahan
dan perselisihan di kalangan kaum muslimin dan mereka mendapat
kelemahan dalam suatu pertempuran, mereka merasa senang dan bahagia.
Memang sudah menjadi sunatullah baik pada masa dahulu sampai masa
sekarang maupun pada masa yang akan datang sampai hari kiamat, bila
timbul di kalangan orang kafir seorang cendekiawan sebagai penantang
agama Islam, Allah tetap akan membukakan kebohongannya.
melumpuhkan hujahnya dan memperlihatkan cela dan `aibnya".
Karena itu Allah memerintahkan kepada umat Islam dalam menghadapi
kelicikan dan niat jahat kaum kafir itu agar selalu bersifat sabar dan takwa
serta penuh tawakal kepada Nya. Dengan demikian kelicikan mereka itu
tidak akan membahayakan sedikitpun. Allah Maha Mengetahui segala
tindak tanduk mereka.
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Muttaqin hendaknya selalu mentaati Allah dan rasul-Nya, selalu bersyukur
atas segala nikmat yang diperoleh, dan selalu bersikap ihsan yaitu selalu
merasa bahwa Allah sedang melihat segala hal yang diperbuatnya.
B. SARAN
iii
DAFTAR PUSTAKA
iv