Anda di halaman 1dari 9

HIDROLIKA TERAPAN

REVIEW JURNAL PROFIL MUKA AIR DAN LONCAT AIR


Dosen Pengampu : Dr. Ir. Hj. Eko Neorhayati, M.T

Disusun oleh :

Nadya Aulia Rahma (21801051108)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK SIPIL

2019
REVIEW JURNAL

JUDUL : KAJIAN PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP PROFIL


MUKA AIR SUNGAI AIR HITAM KOTA PEKANBARU

Oleh : Vinka Lyona

Manyuk Fauzi

Sigit Sutikno

Program Studi S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Sungai Air Hitam merupakan salah satu anak sungai Siak yang menjadi pembuangan
utama untuk saluran drainase jalan yang meliputi Soekarno-Hatta, HR. Subrantas, dan S.M.
Amin. lahan vegetasi disekitar sungai Air Hitam dialih fungsikan menjadi daerah pemukiman
dan pergudangan yang menyebabkan terjadinya perubahan kondisi hidrologi pada sungai.
Mengakibatkan kecilnya infiltrasi dan besarnya nilai run off pada daerah aliran sungai (DAS) Air
Hitam. Peningkatan nilai run off tersebut dapat memperbesar nilai debit pada sungai Air Hitam.
Peningkatan nilai run off tersebut dapat memperbesar nilai debit pada sungai Air Hitam. Jika
nilai debit tersebut tidak dapat ditampung oleh sungai Air Hitam, maka permukaan air sungai
akan naik sehingga menyebabkan terjadinya banjir. Untuk menganalisa genangan banjir yang
akan terjadi akibat perubahan tata guna lahan dapat menggunakan software ArcGIS 9.3 dengan
ekstensi HEC-GeoRAS yang dapat menganalisis kondisi sungai Air Hitam.

METODE PENELITIAN

1. Lokasi penelitian
2. Data penelitian
3. Analisis hidrologi
4. Waktu konsentrasi
5. Analisis laju aliran puncak
6. Analisisa permodelan sungai air hitam menggunakan Hec-GeoRAS
DAS Air Hitam terdiri dari beberapa daerah sub DAS yang mengalirkan air hujan menuju sungai
Air Hitam. Berdasarkan konsentrasi hujan tersebut, maka daerah penelitian dibagi menjadi 6 sub
DAS.

Tabel 1. Luas sub DAS Air Hitam

Pada tahun 2010, secara keseluruhan lahan vegetasi masih mendominasi tata guna lahan
pada daerah sekitar sungai Air Hitam. Jika dikaji berdasarkan masing-masing Sub DAS, maka
tata guna lahan yang mendominasi pada Sub DAS Air hitam hulu adalah bangunan dan ruko
dengan luas penggunaan lahan sebesar 242,517 ha.

Pada tahun 2026, lahan vegetasi semakin mengecil sedangkan pemukiman semakin
meluas sebesar 54,406 %. Perubahan fungsi lahan ini berdasarkan asumsi pertambahan jumlah
penduduk Kota Pekanbaru yang membutuhkan lahan untuk berdomisili dan beraktifitas.
Besarnya luas daerah kedap air pada tahun 2026 dapat mengakibatkan bertambahnya beban
sungai Air hitam dalam menampung limpasan air hujan yang terjadi pada kawasan daerah sungai
tersebut.

Pada kondisi ini, diasumsikan bahwa seluruh lahan vegetasi pada tata guna lahan tahun
2026 beralih fungsi menjadi pemukiman atau apartemen. Berdasarkan hal tersebut, maka
didapatkan luas penggunaan lahan pemukiman adalah sebesar 87,376 % sehingga daerah di
kawasan sungai Air hitam merupakan daerah kedap air yang akan memberi nilai limpasan yang
sangat besar terhadap sungai Air hitam.
\

Gambar 1. Genangan Banjir Pada Tiga Kondisi Land Use Yang Berbeda (Sumber :
Analisis, 2013)

visualisasi model hidraulika genangan banjir dengan cara spasial menggunakan Hec-GeoRAS,
namun karena keterbatasan data maka visualisasi genangan banjir diwakilkan dengan
menggunakan metode cut/fill antara peta elevasi muka air masing-masing profil dengan peta
elevasi muka tanah. Pada tahun 2010 dengan luas lahan vegetasi sebesar 56,78% terjadi
genangan banjir seluas 4,5 ha seperti pada gambar 4.13 Peta genangan banjir sungai Air hitam
tahun 2010. Pada tahun 2026 dengan luas lahan vegetasi sebesar 21,641 % terjadi genangan
banjir seluas 322,338 ha seperti pada gambar 4.15 Peta genangan banjir sungai Air hitam tahun
2026. Dan Pada kondisi ekstrim dengan luas lahan pemukiman sebesar 87,376% terjadi
genangan banjir seluas 372,645 ha.
Gambar 2. Genangan Banjir pada STA 6556,208 Kondisi Sesuai RTRW Kota Pekanbaru 2007-
2026 (Sumber : Analisis, 2013)
JUDUL : ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR
BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN

Oleh : R.A Dita Nurjanah

Jurusan TeknikSipil, UniversitasSriwijaya

Loncat air merupakan perubahan aliran dari aliran superkritis menjadi aliran subkritis hal
ini yang menyebabkan terjadinya loncatan air. Dalam saluran terbuka loncat air dapat diamati
ketika air melewati bangunan ukur. loncat air terjadi akibat pengaruh kecepatan aliran yang
mempengaruhi panjang loncat air serta tinggi loncat air. Triatmodjo (1993) menyebutkan bahwa
Saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir dengan muka air bebas. Pada semua titik di
sepanjang saluran, tekanan di permukaan air adalah sama, yang biasanya adalah tekanan
atmosfir. aliran ini biasanya berhubungan dengan zat cair dan umumnya adalah air.

Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena kecepatan
aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka akan turbulen apabila
angka Reynolds Re > 1000, dan laminer apabila Re < 500. Klasifikasi aliran dapat dilakukan
dengan mengacu pada bilangan Fraude (Fr) tak berdimensi, dimana acuan dengan bilangan
Fraude yang ada dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu Fr < 1,00 adalah aliran subkritis,
Fr = 1,00 adalah aliran kritis, dan Fr > 1,00 adalah aliran superkritis.

Perhitungan Debit Q = V . A

dimana : Q = Debit aliran (l/s)

V = Kecepatan aliran (m/s)

A = Luas penampang basah (m2 )


h = tinggi muka air (m)

d = diameter (m)

Cd = Koefisien debit

Perhitungan angka froude meliputi bagian hulu, hilir dan pada saat loncatan.

dimana : Fr = Ankga Froude

g = gravitasi (9,81 m/s2 )

h = ketinggian (m)

Perhitungan panjang loncatan menggunakan persamaan meliputi persamaan (2.4) sampai


persamaan (2.7), rekapitulasi perhitungannya :
Perhitungan tinggi menggunakan persamaan (II.1) meliputi sebagai berikut :

Perhitungan kehilangan energi ini menggunakan persamaan II.3

Hasil dari penelitian di lapangan panjang loncatan pada kecepatan ketiga hasil yang
paling mendekati adalah pada penampang 15 cm, dimana Llapangan = 0,14 m sedangkan pada
perhitungan secara teori L = 0,105811 m. sedangkan untuk tinggi ada perbedaan pada kecepatan
kedua, pada kecepatan kedua hasil dari tinggi loncatan ada perbedaan pada penampang 20 cm
dimana hasil dari teori lebih besar di bandingkan di lapangan yteori = 0,058475 m dan ylapangan
= 0,055 m. Hal ini menunjukan adanya perbedaan antara penilitian dilapangan dan Perhitungan
secara teori. Kecepatan aliran air sangat mempengaruhi proses terjadinya loncatan hidrolik,
dimana untuk menghasilkan loncatan hidrolik aliran harus berubah dari sub kritis ke superkritis
dan berubah kembali menjadi aliran sub kritis. Pengaruh debit pada panjang loncatan dan tinggi
loncatan pada saat penelitian dapat disimpulkan bahwa kecil besar penampang mempengaruhi
hasil panjang dan tinggi loncatanya, dimana semakin kecil penampang semakin panjang dan
tinggi loncatan hidrolik yang terjadi, sebaliknya jika penampang semakin besar maka panjang
dan tinggi loncatan hidrolik semakin mengecil.

Sumber : Nurjannah,R.A.D. 2014. Analisis Tinggi dan Panjang Loncatan Air pada Bangunan Ukur
Berbentuk Setengah Lingkaran. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol.2.No.3

Anda mungkin juga menyukai