Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TUNTUTAN AGAMA KEPADA ANAK BERDASARKAN AYAT-


AYAT ALQURAN, HADIST DAN SEJARAH NABI

Tugas Mata Kuliah….


Dosen Pembimbing ….

Disusun oleh :

FAKULTAS
UNIVERSITAS
KOTA
2018
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
Rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang berjudul Tuntutan
Agama Kepada Anak Berdasarkan Ayat-Ayat Alquran, Hadist Dan Sejarah Nabi.
.Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih pada pihak – pihak yang telah
membantu proses pembuatan makalah ini. Penulis harapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dari
makalah yang penulis susun kali ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik sebagai
bahan perbaikan untuk penulisan selanjutnya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i


Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II Pembahasan ............................................................................................. 3
2.1 Kajian teoritis .................................................................................................. 3
2.2 Konsep Mendidik Anak Menurut Al Quran Pada Surat Luqman ................. 4
2.3 Mendidik Anak Menurut Rasulullah ............................................................. 11
BAB III Kesimpulan ............................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................ 19
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Biasanya suatu peristiwa yang dikaitkan dengan hukum kausalitas akan
dapat menarik perhatian para pendengar. Apalagi dalam peristiwa itu mengandung
pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu yang telah
musnah, maka rasa ingin tahu untuk menyingkap pesan-pesan dan peristiwanya
merupakan faktor paling kuat yang tertanam dalam hati. Dan suatu nasihat dengan
tutur kata yang disampaikan secara monoton, tidak variatif tidak akan mampu
menarik perhatian akal, bahkan semua isinya pun tidak akan bisa dipahami. Akan
tetapi bila nasihat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan suatu
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, maka akan dapat meraih apa yang dituju.
Orang pun tidak akan bosan mendengarkan dan memperhatikannya, dia akan
merasa rindu dan ingin tahu apa yang dikandungnya. Akhirnya kisah itu akan
menjelma menjadi suatu nasihat yang mampu mempengaruhinya.
Sastra yang memuat suatu kisah, dewasa ini telah menjadi disiplin seni
yang khusus diantara seni- seni lainnya dalam bahasa dan kesustraan. Tetapi kisah-
kisah nyata al- qur’an telah membuktikan bahwa redaksi kearaban yang dimuatnya
secara jelas menggambarkan kisah- kisah yang paling tinggi nilainya.
Misalnya kisah Luqman dalam al-qur’an, begitu mulyanya seorang ayah
dalam mendidik anaknya dengan nasihat-nasihat yang penuh makna. Sehingga
nama Luqman ini menjadi salah satu nama surat dalam al-qur’an. Sebagai orang
tua atau pendidik, kita harus punya pedoman dalam medidik anak agar terciptanya
generasi yang rabbani.
Namun pada kenyataannya, orang tua pada zaman sekarang mendidik
anaknya dengan kekerasan. Padahal kehadiaran anak dalam keluarga itu sebagai
anugerah terindah dalam hidup. Oleh karena itu, mari kita pelajari bersama
bagaimana cara mendidik anak yang baik menurut qur’an surat Luqman.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan anak?
3. Mengapa mendidik anak itu penting?
4. Bagaimana konsep mendidik anak menurut qur’an?

1.3 Tujuan
1. Menjadi pendidik/ orang tua yang berkualitas.
2. Menjadi yang baik.
3. Terciptanya keluarga yang harmonis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian teoritis


Pengertian kisah ( Qashash ) Kisah berasal dari kata al- qshashu yang berarti
mencari atau mengikuti jejak. Dikatakan, “qashashtu atsarahu” artinya, “ saya
mengikuti atau mencari jejaknya “. Kata al- qashashu adalah bentuk masdar.
Qashash berarti berita yang berurutan. Firman Allah swt : “ sesungguhnya ini
adalah berita yang benar. “ ( Qs. Al- Imran : 62 ); sesungguhnya pada berita
mereka itu terdapat pelajaran bagi orang- orang yang berakal.” (Qs. Yusuf: 111 ).
Sedang al- qishash berarti urusan, berita, perkara dan keadaan.
Qashash Al- qur,an adalah pemberitaan al- qur’an tentang hal ihwal umat
yang telah lalu, nubuwat ( kenabian ) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi. Al- qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa
lalu, sejarah bangsa- bangsa, keadaan negeri- negeri dan peninggalan atau jejak
setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan
mempesona.
Jenis- jenis kisah dalam Al- qur’an
1. Kisah para Nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya,
mukjizat-mukjizat yang memperkkuat dakwahnya, sikap-sikap orang- orang
yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta
akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang
mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh As, Nabi Ibrahim As, Nabi Musa As,
Nabi Harun As,Nabi Isa As, Nabi Muhammad Saw, dan nabi- nabi serta rasul
lainnya.
2. Kisah- kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah
orang yang keluar dari kampung halaman, yang beribu- ribu jumlahnya karena
takut mati, kisah talut dan jalut, dua orang putra adam, penghuni gua,

3
zulkarnain, orang- orang yang menangkap ikan pada hari sabtu, Maryam,
ashabul ukhdud, ashabul fil (pasukan gajah) dan lain- lain.
3. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa Rasulullah Saw., seperti perang badar dan perang uhud dalam surah al-
Imran, perang hunain dan tabuk dalam surah at-taubah, perang ahzab dalam
surah al-ahzab, hijrah, isra mi’ra,j, dan lain-lain.
Pelajaran yang disampaikan dengan metode khutbah dan ceramah akan
menimbulkan kebosanan. Seseorang yang masih muda dan baru berkembang akan
kesulitan menangkapnya. Oleh karena itu, narasi kisah sangat bermanfaat dan
mengandung banyak faedah. Pada umumnya, anak-anak suka mendengarkan
cerita-cerita. Biasanya ingatannya lebih cepat menampung sesuatu yang
diriwayatkan (diceritakan) kepadanya selanjutnya ia dapat menirukan dan
mengisahkannya.
Inilah fenomena fitrah jiwa yang tentunya perlu mendapat perhatian para
pendidik dalam lapangan pendidikan, khususnya pendidikan agama yang
merupakan esensi pengajaran dan rambu- rambu pendidikan.
Dalam kisah-kisah al-qur’an terdapat banyak lahan subur yang dapat
membantu kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya, seperti pola
hidup para nabi, berita-berita tentang umat terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan
masyarakat dan hal ihwal bangsa-bangsa. Semua itu dikatakan dengan benar dan
jujur. Para pendidik hendaknya mampu menyuguhkan kisah- kisah al- qur’an
dengan uslub bahasa yang sesuai dengan tingkat nalar pelajar dalam segala
tingkatan.

2.2 Konsep Mendidik Anak Menurut Al Quran Pada Surat Luqman


Surat Luqman adalah surah ke-31 dalam Al-Quran. Surat ini terdiri dari atas
34 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah. Surah ini diturunkan
sesudah Surah As-Saaffat. Nama Luqman diambil sempena dari kisah Luqman
yang diceritakan dalam surah ini tentang bagaimana ia mendidik anaknya.

4
Luqman Al-Hakim adalah sosok teladan dalam mendidik anak.
Keteladanan Luqman Al-Hakim dalam mendidik anak ini telah diabadikan dalam
Al-Qur’an Al-Karim agar menjadi contoh dan pedoman bagai umat sesudahnya
dalam mendidik anak sebagai amanat sekaligus anugerah dari Allah Swt. Tersebut
dalam Surah Luqman ayat 12-19, Allah SWT. telah berfirman:

Artinya :
12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah),
Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang
tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang

5
yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.16. (Luqman berkata): "Hai
anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Isi kandungan surat Luqman :


Keimanan: Al Qur'an merupakan petunjuk dan rahmat yang dirasakan
benar-benar oleh orang-orang yang beriman; keadaan di langit dan di bumi serta
keajaiban-keajaiban yang terdapat pada keduanya adalah bukti-bukti atas keesaan
dan kekuasaan Allah; manusia tidak akan selamat kecuali dengan taat kepada
perintah-perintah Allah dan berbuat amal-amal yang soleh; lima hal yang ghaib.
yang hanya diketahui oleh Allah sendiri; ilmu Allah meliputi segalanya baik yang
lahir maupun yang batin.
Hukum-hukum: Kewajiban patuh dan berbakti kepada kedua orang tua
selama tidak bertentangan dengan perintah-perintah Allah; perintah supaya
memperhatikan alam dan keajaibannya untuk memperkuat keimanan dan
kepercayaan akan ke-Esaan Tuhan; perintah supaya selalu bertakwa dan takut akan
pembalasan Tuhan pada hari kiamat di waktu seseorang tidak dapat di tolong baik
oleh anak atau bapaknya sekalipun.

6
Kisah-kisah: Kisah Luqman, ilmu dan hikmah yang didapatnya. Lain-lain:
Orang-orang yang sesat dari jalan Allah dan selalu memperolok-olokkan ayat-ayat
Allah; celaan terhadap orang-orang musyrik karena tidak menghiraukan seruan
untuk memperhatikan alam dan tidak menyembah Penciptanya; menghibur hati
Rasulullah Saw. terhadap keingkaran orang-orang musyrik, karena hal ini bukanlah
merupakan kelalaiannya; nikmat dan karunia Allah tidak dapat dihitung.
Nasihat Luqman
 Di antara nasihat Luqman yang terdapat dalam surah Luqman ialah:
 Jangan mempersekutukan Allah (Luqman [31]:13).
 Berbuat baik kepada dua orang ibu-bapanya (Luqman [31]:14).
 Sadar akan pengawasan Allah (Luqman [31]:16).
 Dirikan salat (Luqman [31]:17).
 Perbuat kebajikan (Luqman [31]:17).
 Jauhi kemungkaran (Luqman [31]:17).
 Sabar menghadapi cobaan dan ujian (Luqman [31]:17).
 Jangan sombong (Luqman [31]:19).
Keutamaan Luqman adalah beliau menggabungkan hikmah dan syukur
menjadi karakter pendidik yang unggul. Karakter di mana ketika seorang hamba
yang pandai berhikmah maka dia akan menjadi pribadi yang tenang akan setiap
masalah karena tinggi ilmu yang dimiliki sehingga mudah saja memikirkan jalan
keluar yang terbaik, bukan karena melupakannya. Syukur merupakan perilaku yang
senantiasa meningkatkan kapasitas diri ketika nikmat di beri atasnya dan akan terus
meningkatkan kapasitasnya dalam segi ibadah maupun muamalah ketika nikmat itu
di tambah oleh Allah Swt.
Luqman dalam pendidikan anak-anaknya mengutamakan pendidikan
aqidah, di mana itulah penyelamat anak-anaknya ketika suatu tidak dapat
menolongnya selain pertolongan Allah Swt dikarenakan sangat sayang kepada
hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Allah Swt sangatlah pencemburu terhadap

7
hamba-hamba-Nya apabila seorang manusia berbuat zhalim seperti syirik, yaitu
menempatkan sifat ketuhanan Allah bukan pada tempatnya, manusia menyembah
kepada selain Allah. Jangankan berbuat syirik, kita menunda-nunda waktu shalat
pun kita sudah menduakan Allah. Seperti pesan Luqman terhadap anak-anaknya
dalam surat Luqman ayat 13, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezhaliman yang besar”.
Pendidikan akhlak pun tak luput dari pengajaran Luqman terhadap anak-
anaknya, seperti dalam surat Luqman ayat 14, yaitu “Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu”. Pada ayat ini Allah mengisahkan pembelajaran
oleh Luqman terhadap anak-anaknya tentang keutamaan berbaktinya seorang anak
karena kesusahan ayah dan ibunya saat anak masih dalam kandungan, terlebih ibu
yang susah yang bertambah-tambah dan kita diwajibkan bersyukur kepada Allah
dan kedua orang tua dengan berbakti kepada keduanya. Berbakti kepada orang tua
termasuk meminta izin terhadap apa yang ingin kita lakukan dalam skala makro,
seperti ingin menikah, bekerja, maupun pindah ke tempat baru.
Adapun pada ayat setelahnya yaitu Luqman ayat 15 , “Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Poin yang terpenting di ayat ini adalah
jika orang tua mengajak kepada kemaksiatan maka tidak boleh mengikuti, namun
kita tetap berkewajiban bergaul dengan baik terhadap orang tua. Contoh terbaik
untuk menggambarkan aplikasi ayat ini adalah kisah nabi Ibrahim ketika

8
menasihati ayahnya yang pembuat patung untuk disembah oleh masyarakatnya,
beliau tidak mengikuti langkah ayahnya dan tetap memberi nasihat dan berdiskusi
dengan ayahnya mengenai perbuatan maksiat yang ayahnya lakukan. Mungkin kita
sering bertanya, kenapa masih banyak anak yang perilakunya tidak baik.
Pendidikan konsekuensi terhadap tindakan pun menjadi penting agar tidak
sembarangan dalam melakukan suatu tindakan, dalam surat Luqman ayat 16, yaitu
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus
lagi Maha Mengetahui”. Dalam ayat ini terdapat konsep keimanan pada hari akhir.
Dari konsep tersebut butuh dua pemahaman untuk menjalankannya dengan baik.
Pertama adalah Ihsan, yaitu sikap muraqabatullah di mana manusia itu berada,
maka Allah akan mengetahui apa yang dia lakukan maupun niat yang ada dalam
hatinya. Kedua adalah tanggung jawab Ilahiyah, di mana seseorang harus
bertanggung jawab akan tindakannya selama di dunia di hadapan Allah kelak.
Menjadi shalih/shalihah bukanlah hal yang biasa jika dia saja yang menjadi
shalih/shalihah tanpa merubah lingkungan sekitarnya. Terdapat dalam surat
Luqman ayat 17, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. Kewajiban ini merupakan konsep
tanggung jawab secara konstitusi antara Allah dengan hamba-Nya yang bertaqwa.
Konsep pertama yaitu, seorang hamba yang bertaqwa senantiasa melakukan amar
ma’ruf dan nahi munkar, namun melakukan ini pada zaman sekarang butuh
berjamaah karena selain godaan banyak tapi juga fitnah akan deras mengalir ke
orang yang melakukan nahi munkar. Contoh nahi munkar yang paling kongkret
adalah FPI, mereka berani mencegah kemunkaran dengan tangan, di mana saat itu
polisi dan pemerintah yang beridentitas muslim tidak berani mencegah yang
munkar di depan mata. Kedua adalah sabar atas keadaan yang menimpa dirinya,

9
rasa sabar inilah yang membuat manusia semakin tegar dalam menghadapi cobaan
dalam mengimplementasikan ilmu yang dimiliki.
Bagian terakhir dalam pendidikan akhlak yang diajarkan Luqman kepada
kita terdapat dalam ayat ke 18 dan 19, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. Sikap sombong
di sini adalah merendahkan orang lain dan tidak mau mendengarkan kebenaran,
alangkah kasihan orang tersebut karena Allah akan mengazabnya dengan siksa
yang pedih karena yang patut sombong hanya Allah SWT.
“Perilaku seorang muslim yaitu apabila ia berkata maka kata-kata yang
keluar adalah kata-kata yang baik lagi menyejukkan dan apabila bertindak maka
tindakannya tepat pada sasaran dan tidak terburu-buru”.
Tujuan Pendidikan Anak dalam Surah Luqman Al-Hakim
Dari beberapa tinjauan munasah (keterkaitan) dalam surat luqman ayat 12-
19 dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan luqman pada mulanya adalah
membentuk manusia yang mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan apupun juga. Ketauhidan kepada Allah selanjutnya memiliki beberapa
konsekuensi sebagaimana yang dikemukakan ole K.H Hasyim Asy’ari sebagai
berikut :
Ketauhidan mewajibkan adanya keimanan, maka barang siapa yang tidak
mempunyai keimanan berarti ia tidak mempunyai ketauhidan. Keimanan
mewajibkan pelaksanaan syari’at, maka barang siapa yang tidak melaksanakan
syari’at, berarti dia tidak mempunyai keimanan. Pelaksanaan syari’at mewajibkan
adanya adab (akhlaq) maka barang siapa tidak mempunyai akhlaq, berarti dia tidak
mempunyai syari’at, keimanan dan ketauhidan dalam dirinya .
Berdasarkan keterangan tersebut bahwa tujuan pendidikan menurut luqman
adalah membentuk manusia yang beriman, islam dan berakhlaq, karena ketiga-

10
tiganya merupakan satu-kesatuan yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan antara
yang satu dengan yang lainnya.

2.3 Mendidik Anak Menurut Rasulullah


Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau memberikan contoh yang baik dalam mendidik anak. Beliau
dikenal penyayang dan penyabar. Tidak suka membentak anak. Namun juga tegas
dalam urusan agama.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah Shallallau ‘Alaihi
Wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik
terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap
keluargaku.” (HR.Tirmidzi).
Berikut beberapa cara Rasulullah mendidik anak perempuan dan laki-laki
yang wajib kita contoh :
1. Bersikap Baik Ketika Memanggil Anak
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. yang telah mengatakan bahwa
rasulullah saw. pernah bersabda:
“ Janganlah sekali-kali seseorang diantara kamu mengatakan: Hai laki-lakiku!
Hai budak perempuanku. Karena kamu semua, baik yang laki-laki maupun
yang perempuan, adalah hamba-hamba Allah. Akan tetapi, hendaknya ia
mengatakan: Hai pelayan priaku! Hai pelayan wanitaku ! Hai pesuruh priaku!
Hai pelayan wanitaku!” (Muslim, Kitab Al-Alfazh Minal Adab, dan Ahmad
9585)
Demi Allah, seandainya kebanyakan diantara kita mau menetapi sikap
rendah diri dalam sepak terjangnya, tentulah banyak urusan yang kita hadapi
akan menjadi baik semuanya.
2. Mengajari Anak Dengan Kalimat Tauhid
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. yang telah menceritakan bahwa Nabi
Saw. pernah bersabda: “ Ajarkanlah kepada anak-anak kalian pada permulaan

11
bicaranya ucapan Laa Ilaaha Illallah. dan ajarkanlah pula agar diakhir hayatnya
mengucapkan Laa Ilaaha Illallah. “ ( Baihaqi dalam Syu’abul Iman Juz 4 Hadis
No. 8649. Menurut Penelitinya, Matan Hadis Ini Gharib. Dia tidak menulisnya,
kecuali Hanya dengan Isnad ini)
Makna yang dimaksud ialah tiada lain bila sang anak mulai dapat
berbicara dengan jelas.
3. Bergurau Dengan Anak Dengan Gurauan Lembut
Anas Ibnu Malik ra. mengatakan :” Sesungguhnya Rasulullah Saw.
benar-benar suka mengunjungi kami dan bergaul dengan kami sehingga
saudaraku yang masih kecil yang suka main burung tak luput dari sapaannya:
“ Hai Abu Umair, apakah yang terjadi dengan burung pipitmu?” ( Bukhori,
Kitabul Adab 5664 dan Tirmidzi, Kitabul Birri Wash Shilah 1912 )
Suatu hari ketika Nabi Saw sedang sujud dalam solatnya, tiba-tiba Al-
Hasan dan Al-Husain menaiki punggungnya. Ketika mereka (para ma’mum)
hendak mencegah keduanya, beliau mengisyaratkan kepada mereka agar
membiarkan keduanya. ( Silsilatush Shahihah, hlm.312 )
Demikianlah toleransi islam dan kemudahan ajaran yang dibawanya
sehingga anak-anak kecil pun tak luput dan perhatiannya. Perhatian islam
begitu besar kepada anak-anak tanpa mengindahkan perasaan, kecenerungan,
dan kesenangan mereka. Agar masa mendatang mereka tumbuh menjadi orang-
orang yang baik dan berguna.
4. Memperlakukan Anak Dengan Kasih Sayang
Abu Hurairah ra. telah menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah Saw.
mencium Al-Hasan. Sedang dihadapan beliau saat itu terdapat Al-Aqra’ Ibnu
Haabis yang sedang duduk, lalu Al-Aqra’ berkata: “ Sesungguhnya saya
mempunyai 10 orang anak, tetapi saya belum pernah mencium seorangpun
diantara mereka.” Rasulullah Saw. memandang kearahnya: “ Barang siapa
yang tidak punya rasa belas kasihan, niscaya tidak akan dikasihani.” (

12
Bukhari, Kitabul Adab 5538, Bab Rahmatul Walad Taqbiiluhu
Wamu’aanaqatahu)
Tsabit telah meriwayatkan dari Anas yang telah menceritakan bahwa
Nabi Saw. mengambil putranya, Ibrahim lalu menciumi dan mengendusinya.
Diantara anjuran Nabi Saw. kepada para ayah untuk menyayangi anak-
anak mereka adalah hadis yang diriwayatkan oleh Anas ra. Disebutkan bahwa
pernah ada seorang wanita datang kepada Aisyah ra., lalu Aisyah memberinya
tiga butir kurma. Wanita itu pun memberikan kepada dua anaknya masing-
masing sebiji kurma dan sisanya untuk dirinya sendiri. Buah kurma itu
langsung dimakan oleh kedua anaknya, lalu keduanya memandang kepada
ibunya, maka sang ibu memahami anaknya, lalu membelah sebiji buah kurma
itu manjadi dua bagian dan memberikan kepada masing-masinng dari dua
anaknya itu separoh buah kurma. Tidak lama kemudian Nabi Saw. datang dan
Aisyah menceritakan peristiwa itu kapadanya, maka Nabi Saw. bersabda: “
Mengapa kamu mesti heran dengan sikapnya? Sesungguhnya Allah telah
merahmatinya berkat kasih sayangnya kepada kedua anaknya itu.” ( Bukhari,
Al-Adabul Mufrad, Kitabul Walidaatu Rahiimatun Juz 1 Hadis No.89 )
Dalam sebuah hadis shahih disebutkan bahwa pernah ada seseorang
wanita dengan kedua anak perempuannya… hingga akhir kisah. Ketika Aisyah
ra. menceritakan hal itu kepada Nabi Saw. Maka beliau Saw bersabda: “ Barang
siapa mendapat suatu ujian dari anak-anak perempuan ini, lalu ia tetap
memperlakukan mereka dengan baik, kelak mereka akan menjadi penghalang
baginya dari neraka.” ( Bukhari, Kitabuz Zakat 1329 )
5. Menekankan Anak Agar Berkata Jujur
Diriwayatkanoleh Abdullah Ibnu Amir ra. yang menceritakan masa
kecilnya, bahwa ibunya memanggilnya, sedang saat itu Rasulullah Saw. Sedang
berada di rumah kami. Ibunya berkata: “ Kemarilah, aku akan memberimu
sesuatu!” Nabi Saw. bertanya kepada ibunya: “Apakah yang engkau berikan
kepadanya? Ibunya menjawab: “ aku akan memberinya buah kurma.” Melihat

13
gelagatnya, Nabi Saw. pun bersabda: “Ingatlah, jika engkau tidak memberinya
suatu apapun, niscaya akan dicatatkan sekali dusta terhadapmu.” (Abu
Dawud, Kitabul Adab 4339, dan Ahmad, Musnadul Makkiyyin 15147)
Sesungguhnya anak-anak itu senantiasa mengawasi sepak terjang
orang-orang dewasa dan meniru perbuatan mereka. Oleh karena itu, janganlah
sekali-kali kedua orang tua berbohong terhadap anaknya dengan cara apapun.
6. Tidak Banyak Mencela Dan Menegur Anak
Sehubungsn dengsn hal ini, dalam ungkapan yang bijak disebutkan
bahwa sesungguhnya banyak melakukan celaan akan mengakibatkan
penyesalan. Teguran dan celaan yang berlebihan akan berakibat makin
beraninya tindakan keburukan dan hal-hal yang tercela.
Rasulullah saw. adalah orang yang palling menghindari hal tersebut.
Beliau tidak pernah banyak melakukan teguran terhadap anak dan tidak pula
banyak mencela sikap apapunyang dilakukan oleh anak. Tidaklah sekali-kali
Nabi Saw mengambil sikap ini, melainkan untuk menanamkan dalam jiwa anak
perasaan punya malu serta menumbuhkan keutamaan sikap mawas diri dan
ketelitian yang berkaitan erat dengan akhlak yang mulia. Semuanya itu
dirasakan adanya sentuhan pendidikannya yang begitu tinggi oleh Anas ra.
yang pernah melayani Rasulullah Saw. Lalu diungkapkannya melalui hadis
berikut: “ Aku telah melayani Rasulullah Saw selama 10 tahun. Demi Allah,
beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan kepadaku, tidak pernah
menanyakan: mengapa engkau lakukan?” (Bukhari, Kitabul Adab 5578,
Muslim, Kitabul Fadhail 4269, Dan Selain Keduanya)
Nasihat Al-GhazaliAl-Imam Al-Ghazali sehubungan dengan hal ini
mempunyai nasihat yang sangt berharga untuk para murabbi. Ia mengatakan
dalam nasihatnya: “Jangan anda banyak mengarahkan anak didik anda dengan
celaan setiap saat, karena sesungguhnya yang bersangkutan akan menjadi
terbiasa dengan celaan. Akhirnya, ia akan bertambah berani melakukan
keburukan dan nasihat pun tidak dapat mempengaruhi hatinya lagi. Hendaklah

14
seorang pendidik selalu bersikap menjaga wibawa dalam berbicara dengan anak
didiknya. Untuk itu, janganlah ia sering mencelanya, kecuali hanya sesekali
saja, dan hendaknya sang ibu mempertakuti anaknya dengann ayahnya serta
membantu sang ayah mencegah anak dari melakukan keburukan.” (Ihya
‘Ulumuddin Juz 3)
7. Membimbing Anak Kepada Akhlak Mulia
Diriwayatkan dari Anas ra. yang telah menceritakan bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda kepadanya:”Wahai anakku, jika engkau mampu
membersihkan hatimu dari kecurangan terhadap seseorang, baik pagi hari
maupun petang hari, maka lakukanlah! “selanjutnya, beliau melanjutkan:
Wahai anakku, yang demikian itu termasuk tuntunanku. Barang siapa yang
menghidupkan tuntunanku, berarti ia mencintaiku; dan barang siapa yang
mencintaiku, niscaya akan bersamaku di dalam surga.” (Tirmidzi, Kitabul Ilmi
2602)

Nasihat Al-Ghazali agar membiasakan anak-anak melakukan akhlaq mulia


Al-Ghazali telah mengatakan bahwa dianjurkan agar anak tidak
dibiasakan meludah dimajelisnya, mengeluarkan ingus, menguap dihadapan
orang lain, membelakangi orang lain, bertumpang kaki, bertopang dagu, dan
menyandarkan kepala ke lengan, karena sesungguhnya sikap ini menunjukan
yang bersangkutan sebagai seorang pemalas. Sebaiknya ia harus diajari cara
duduk yang baik dan tidak boleh banyak bicara. Kepadanya harus diterangkan
bahwa banyak bicara itu termasuk perebuatan tercela dan hanya pantas
dilakukan oleh anak-anak yang tercela. Hendaknya dia dilarang berisyarat
dengan memakai kepala, baik membenarkan maupun mendustakan, agar tidak
terbiasa melakukannya sejak kecil.
Hendaknya dia dilarang memulai pembicaraan dan dibiasakan untuk
tidak berbicara, selain untuk menjawab sesuai dengan kadar pertanyaan.
Hendaklah dia dibiasakan untuk mendengar dengan baik jika orang lain yang

15
lebih besar daripadanya berbicara, berdiri menghormat oaring yang lebih atas
daripadanya, meluaskan tempat duduk baginya, duduk dihadapannya dengan
sopan, tidak mengeluarkan kutukan dan makian, serta tidak bergaul dengan
orang yang mulutnya biasa mengeluarkan sesuatu dari kata-kata tersebut.
Demikian itu karena sesungguhnya hal itu pasti karena pengaruh dari teman-
teman yang buruk. Padahal pokok pendidikan bagi anak-anak adalah
menghindarkannya dari teman-teman yang buruk (jahat). (Al-Ihya Juz 3/62)
8. Mengajari Adzan Dan Shalat
Abu Mahdzurah menceritakan hadis berikut: “Aku termasuk salah
seorang diantara spuluh orang remaja yang sebaya usiaku berangkat bersama
dengan Nabi Saw. dan rombongannya, padahal saat itu Nabi Saw. adalah orang
yang paling tidak kami sukai. Mereka kemudian menyerukan adzan dan kami
yang sepuluh orang remaja ikut pula mnyerukan adzan dengan maksud
memperolok-olok mereka. Nabi Saw. bersabda: Datangkanlah sepuluh orang
remaja itu kepadaku! Beliau saw memerintahkan: adzanlah kalian! Mereka pun
menyerukan suara adzan, sedang aku adalah salah seorang diantara mereka.
Nabi Saw. bersabda : Alangkah baiknya suara anak remaja yang baru
kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu dan jadilah juru adzan buat
penduduk makkah! Nabi Saw. Bersabda demikian seraya mengusap ubun-ubun
Abu Mahdzurah, kemudian beliau mengajarinya adzan dan bersabda
kepadanya: “ tentulah engkau sudah hafal bukan? “ perawi hadis ini
menceritakan bahwa sesudah peristiwa irtu abu mahdzurah tidak pernah lagi
merapikan rambut ubun-ubunnya dan tidak pula membelahnya setelah
Rasulullah Saw mengusapnya. (Ahmad, Masnadul Makkiyin 14833)
Adapun mengenai solat, maka sesungguhnya Rasulullah Saw telah
memerintahkan kepada para ayah agar mengajarkannya kepada anak-anaknya
sejak mereka berusia tujuh tahun dan memukul mereka bila meninggalkannya
saat mereka berusia sepuluh tahun. Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah Saw
telah bersabda:” Ajarilah anak solat oleh kalian sejak usia tujuh tahun dan

16
pukullah dia karena meninggalkannya bila telah berusia sepuluh tahun.”
(Tirmidzi, Kitabusha Shalat 372, Abu Dawud, Kitabush Shalat 418 Dan Ad-
Darimi, Kitabush Shalat 1395)

9. Mengajari Anak Sopan-Santun Dan Keberanian


Kami telah menerangkan sikap anak yang berada dalam majelis Nabi
Saw. Dan duduk disebelah kanannya, sedang orang- orang dewasa duduk
disebelah kirinya. Selanjutnya, nabi saw meminta ijin kepada anak itu untuk
member minum terlebih dahulu tamu-tamu beliau yang dewasa sebelum dia,
tetapi dia menolak dan tetap memegang haknya, karena dia berada disebelah
kanan nabi saw, namun terhadap anak itu nabi saw tidak bersikap kasar dan
tidak pula menegurnya. Dapat kita bayangkan seandainya keadaan seperti ini
terjadi pada masa sekarang, sudah barang tentu ada sebagian para pendidik
yang menuduh orang yang berbuat demikian sebagai seorang yang tidak punya
rasa malu atrau kurang sopan dan kurang hormat. Akan tetrapi, tidakkah cukup
bagi kita nabisaw, sebagai mu’alliim (pengajar) dan murrobbi (pendidik)?
Sesungguhnya beliau mengajari mereka (anak-anak) keberanian yang beraneka
selama hal yang dilakukan tidakl melanggaar hak-hak orang lain.
Ketika amirul mukminin ‘umar ra bersua dengan sejumlah anak-anak
yang sedang bermain di jalan raya kota madinah, diantara mereka terdapat
‘Abdullah bin Zubair. Ketika mereka mellihat kedatangan ‘Umar mereka lari,
kecuali ‘Abdullah, dan ketika ‘Umar menanyainya: “ Mengapa engkau tidak
lari bersama dengan anak-anak yang lain?, “ Abdullah bin Zubair menjawab
dengan berani tanpa ragu-ragu: “ Aku tidak bersalah, mengapa harus lari dari
engkau, dan jalan ini pun tidak sempit sehingga aku harus memberikan
kelapangan bagimu?” (Tarbiyyatul Aulad, Karya ‘Abdullah Nashi ‘Ulwan
Hlm.304)

17
10. Menyeru Anak Untuk Segera Tidur Sesudah Solat Isa
Nabi Saw dan para sahabatnya mengakhirkan solat isa, tetapi Umar ra
memerintahkan kepada anak-anak dan wanitanya untuk menyegerakannya agar
mereka segera tidur setelahnya. Apabila mereka tidur, umar pergi menemui
rasulullah saw lalu berkata: “ Wahai Rasulullah Saw marilah kita solat. Kaum
wanita dan anak-anak sudah tidur!” Rasulullah Saw pun keluar dari rumahnya
sedang dari rambutnya menetes bekas air wudhunya, lalu beliau bersabda:”
Seandainya aku tidak khawatir memberatkan umatku atau manusia, niscaya
akan ku perintahkan kepada mereka untuk solat pada saat sekarang ini.”
(Bukhari, Kitabuth Tamanni 6698).
Termasuk petunjuk Nabi Saw dalam solat isa disebutkan oleh Abu
Barjah Al-Aslami ra yang telah menceritakan:” Rasulullah Saw mengajukan
untuk mengakhirkan solat isa yang kalian sebut dengan solat ‘atamah dan beliau
tidak menyukai tidur sebelumnya dan berbincang-bincang sesudahnya.”
(Bukhari, Kitab Mawaqitush Shalat 514, Muslim, Kitabul Masajid Wamawadhi
‘Ush Shalat 1026, Ash-Habus Sunan, Ahmad Dalm Awwalumusnadil
Bashriyyin 18959)
Akan tetapi, pada masa sekarang banyak orang-orang yang begadang
sesudah solat isa dan banyak para pemuda yang menghabiskan waktu malam
harrinya dengan begadang, tiada yang mrengetahuinya selain allah, kemudian
mereka tidurr sebelum subuh seperti bangkai dan tidak bangun kecuali pada
waktu duhur. Hanya kepada allah meminta pertolongan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa paparan diatas, kita memperoleh beberapa
kesimpulan terkait dengan pendidikan anak menurut Alquran sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan luqman adalah membentuk pribadi yang mempunyai aqidah
dan imam yang kokoh, islam yang benar dengan bukti gemar beribadah serta
ihsan yang konprehensif, yaitu berakhlaq terpuji kepada Allah SWT, kedua
orang tua, orang lain dan diri sendiri. Sehingga menjadi insan kamil, yaitu
shalih secara spiritual dan sosial sekaligus.
2. Materi pendidikan luqman mencakup dasar-dasar aqidah dan keimanan
(menjauhi syiruk, iman pada hari akhir dan mengetahui nama-nama Allah),
dasar-dasar ibadah (shalat dan berbuat ma’ruf), serta dasar-dasar akhlak terpuji,
baik kepada Allah SWT (bersyukur dengan cara bertaqwa kepada-Nya), kepada
orang tua (berbakti dan mempergauli mereka dengan baik), kepada diri sendiri
(bersikap sabar dan sederhana), kepada orang lain (amar ma’ruf nahi mungkar
dan bersikap tawadhu’ serta tidak angkuh dan sombong).
3. Metode yang digunakan luqman mencakup beberapa metode yang terbukti
sukses hingga saat ini, yaitu metode keteladanan melalui keyakinan, perkataan
dan perbuatan, metode mau’idzah yang diberikan secara lemah lembut dan
disertai dengan peringatan serta terus-menerus, metode diskusi (hiwar) melaui
argumentasi yang benar dan meyakinkan, dan metode amtsal (perumpamaan)
dengan mendatangkan contoh-contoh yang mudah difahami.

3.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, para pendidik tergugah hatinya
untuk berubah menjadi pendidik yang berkualitas, dengan artian mendidik anak
sesuai dengan al- qur’an dan hadis. Salah satunya dengan cara mengaplikasikannya

19
dalam kehidupan sehari-hari, mendidik anak dengan baik dan benar, agar
terciptanya seorang anak yang berakhlak mulia dan pendidik yang berkualitas.
‘Mendidik Anak Adalah Kewajibanku’.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://khalifahindonesia.wordpress.com/2010/06/02/beberapa-hadits-rasulullah-saw-
tentang-pendidikan-anak/ (di unduh pd tgl 3-6-2018, pkl. 16.35)

http://pondok-muslim.blogspot.com/2013/04/tarbiyah-relevan-dalam-surah-
luqman.html (di unduh pd tgl 3--2018, pkl. 16.25)

http://raflengerungan.wordpress.com/korupsi-dan-pendidikan/pengertian-pendidikan/
(diunduh pd tgl 2-6-2018, pkl. 16.40)

http://smp-dharmakartini.siap-sekolah.com/2013/03/01/pendidikan-menurut-tiga-
ulama-islam/#.U4beF9n8dH0 (diunduh pd tgl 2-6-2018, pkl. 16.45)

21

Anda mungkin juga menyukai