Anda di halaman 1dari 8

A.

PENGERTIAN

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin

absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism

karbohidrat,protein,lemak (Billota,2011).

Sedangkan menurut Arisman dan soegondo (2009) Diabetes mellitus adalah

suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya

peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun

relative.

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.Diabetes

Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang membutuhkan perawatan medis

berkelanjutan pada pasien sehingga dibutuhkan pengelolaan diri, pendidikan dan

dukungan untuk mencegah komplikasi akut dan untuk mengurangi risiko komplikasi

jangka panjang (ADA, 2012).

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang membutuhkan perawatan

medis berkelanjutan pada pasien sehingga dibutuhkan pengelolaan diri, pendidikan dan

dukungan untuk mencegah komplikasi akut dan untuk mengurangi risiko komplikasi

jangka panjang (ADA, 2012).

B. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh

hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial

(sesudah makan). (Arisman,2011).

C. FAKTOR RESIKO

1. Keturunan

Faktor risiko kejadian DM pada keturunan selanjutnya lebih besar

apabila ibu dinyatakan menderita DM dikarenakan adanya penurunan gen

sewaktu dalam kandungan.8 Hasil penelitian lain oleh Frankilawati (2013)

menyatakan bahwa pada responden yang memiliki riwayat genetik DM

dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya

DM tipe 2.

2. Pola makan

Menurut penelitian Fatikhah (2013), seharusnya para partisipan

bertindak untuk menjaga pola makan dan gaya hidup apabila mereka

sudah diketahui ada anggota keluarga yang menderita DM.

3. Obesitas

Penelitian Sujaya (2015) menemukan bahwa seseorang yang

mengalami obesitas beresiko terkena DM 2,7 kali lebih besar

dibandingkan yang tidak obesitas.


4. Usia

Penelitian Sujaya (2015) menemukan bahwa seseorang yang

mengalami obesitas beresiko terkena DM 2,7 kali lebih besar

dibandingkan yang tidak obesitas.

D. NILAI NORMAL

 Nilai Gula Darah Sewaktu(GDS) <200 mg/dl

 Nilai Gula Darah Puasa(GDP) <126 mg/dl

E. JENIS GANGGUAN YANG MUNGKIN MUNCUL

 Meningkatnya resiko jantung dam stroke

 Neuropati di kaki yang menyebabkan ulkus,infeksi bahkan amputasi

 Retinopati diabetikum

F. PENGKAJIAN

Dalam pengkajian perlu di data biodata pasiennya dan data-data lain untuk

menunjang diagnosa. Data-data tersebut harus yang seakurat-akuratnya, agar dapat di

gunakan dalam tahp berikutnya. Misalnya meliputi nama pasien, umur, keluhan utama,

dan masih banyak lainnya.

 Riwayat kesehatan sekarang :

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada

ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,

disorientasi, letargi, koma dan bingung.

 Riwayat kesehatan lalu

Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung

seperti Infart miokard

 Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM

 Pemeriksaan fisik

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat

badan dan tanda tanda vital.

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,

telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering

terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak

dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

Sistem integumen Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna

kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan

gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada

penderita DM mudah terjadi infeksi.

Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau

berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.


Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,

konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,

obesitas.

Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau

sakit saat berkemih.

Sistem muskuloskeletal Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,

perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di

ekstrimitas.

Sistem neurologis Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,

letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan

keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani.

 Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang pengetahuan tenatang

manajemen diabetes

 Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

H. INTERVENSI KEPERAWATAN(NOC DAN NIC)


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan

insulin, makanan dan aktivitas jasmani.

NOC:

 Asupan cairan dari skala 2(banyak menyimpang dari rentang normal)

ditingkatkan menjadi skala 4

 Memilih makanan dan minuman dari diet yang di tentuka skala:2 menjadi skala

4
 Intake nutrisi yang sesuai dari individu skala:2 menjadi skala 4

NIC :

 Instruksikan pada pasien mengenai kebutuhan nutrisi

 Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi

 Ciptakan lingkungan yang optimal dalam konsumsi makanan

 Monitor kalori dan asupan makanan pasien

Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang pengetahuan tenatang manajemen.

Diabetes

NOC:

 Glukosa darah dari skala 2 menjadi skala 4

 Peningkatan glukosa darah dari skala 2 menjadi skala 4

 Memantau glukosa darah dari skala 2 menjadi skala 4

NIC:

 Monitor kadar gula darah sesuai indikasi

 Monitor ketourin sesuai indikasi

 Berikan insulin sesuai resep

 Dorong asupan cairan oral

 Batasi aktivitas ketika glukosa darah lebih dari 250 gr/dl

 Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya termasuk makanan kesukaan

 Sediakan contoh menu makanan sesuai

Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

NOC :
 Tidak dapat beristirahat dari skala 2 menjadi skala 4

 Perasaan gelisah dari skala 2 menjadi skala 4

 Gangguan tidur dari skala 2 menjadi skala 4

NIC :

 Gunakan pendekatan yang tenang dan neyakinkan

 Nyatakan dengan jelas harapan untuk perilaku klien

 Berikan informasi faktual terkait diagnosa keperawatan

 Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman

 Dorong keluarga untuk mendampingi klien

 Puji perilaku yang baik secara tepat


I. DAFTAR PUSTAKA
 Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
 American Diabetes Association, 2010, Standards of Medical Care in Diabetes-
2010. Diabetes Care, Vol. 37 (1): S14.
 American Diabetes Association, 2012, Standards of Medical Care in Diabetes-
2012. Diabetes Care, Vol. 38.
 PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia, PERKENI, Jakarta.
 Sujaya,, I.Ny. (2015). Pola konsumsi makanan tradisional Bali sebagai
faktor resiko diabetes mellitus tipe 2 di Tabanan Bali. Jurnal Skala Husada.
Vol. 6 No.1: 75-81

Anda mungkin juga menyukai