Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

ABORTUS INKOMPLIT

Oleh :
Yohanes Setyo Widodo
132011101044

Pembimbing:
dr. Zaki Afif, Sp.OG

KSM/LAB OBSGYN RSD DR. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LAPORAN KASUS

ABORTUS INKOMPLIT

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


KSM Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSD dr. Soebandi

Oleh :
Yohanes Setyo Widodo
132011101044

Pembimbing:
dr. Zaki Afif, Sp.OG

KSM/LAB OBSGYN RSD DR. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
2.1 Definisi ...................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi ................................................................................................. 2
2.3 Epidemiologi............................................................................................. 5
2.4 Etiologi ...................................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ............................................................................................ 12
2.6 Gejala dan Tanda .................................................................................. 12
2.7 Diagnosis ................................................................................................. 13
2.8 Diagnosis Banding ................................................................................. 14
2.9 Tatalaksana ............................................................................................ 14
2.10 Komplikasi ............................................................................................. 17
2.11 Prognosis................................................................................................. 19
BAB 3. LAPORAN KASUS ............................................................................... 20
BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 27
BAB 5. KESIMPULAN ...................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31
BAB 1.PENDAHULUAN

Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal, yaitu


pendarahan dalam kehamilan, pre-eklamspsia atau eklampsia, dan
infeksi.Pendarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang
dapat membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian.
Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami pendarahan pada awal kehamilan
dan sebagian mengalami abortus.
Abortus merupakan berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di
dunia luar tanpa mempersoalkan penyebabnya.Anak baru hidup di dunia luar
kalau beratnya telah mencapai lebih dari 500 gram atau umur kehamilan lebih dari
20 minggu. Abotus dibagi kedalam abortus spontan, yaitu abortus yang terjadi
dengan sendirinya, kurang lebih 20% dari semua abortus, sedangkan abortus
buatan (provocatus), yaitu abortus yang terjadi disengaja, digugurkan, dan 80%
dari semua abortus adalah abortus provocatus.
Sebagian besar studi mengatakan kasus abortus spontan antara 15-20 %
dari semua kehamilan.Jika dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa
mendekati 50 %.Kejadian abortus habitualis sekitar 3-5%. Data dari beberapa
studi menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya
risiko 15 % untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali,
risikonya meningkat 25 %. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus
setelah 3 kali abortus berurutan adalah sekita 30-45 %.
Kejadian abortus di Indonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya
terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup. Menurut sensus penduduk
tahun 2000, terdapat 53.783.717 perempuan usia 15 – 49 tahun, dan dari jumlah
tersebut terdapat 23 kasus abortus per 100 kelahiran hidup.
Penyebab abortus sendiri multifaktorial dan masih diperdebatkan,
umumnya terdapat lebih dari satu penyebab.Penyebabnya seperti Faktor genetik,
kelainan kongenital uterus, autoimun, infeksi, defek luteal.
2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman ataupengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan1.Sebagian batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janinkurang dari 500 gram (Williams Obstetric: beberapa negara Eropa
masih menggunakan definisi kurang dari 1000 gram).
Sedangkan pengertian dari abortus inkompletus sendiri adalah keluarnya
sebagian, tetapi tidak seluruh hasil konsepsi, sebelum umur kehamilan lengkap 20
minggu dan sebelum berat janin 500 gram2.Umumnya, abortus inkompletus
ditandai dengan adanya pembukaan serviks diikuti dengan perdarahan hebat.
Berdasarkan penggolongan jenisnya, abortus dapat dibagi dalam 2
kelompok, yaitu aborrtus spontan atau abortus yang terjadi dengan sendirinya dan
abortus provokatus atau abortus yang disengaja.Abortus provokatus dibagikan
lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus therapeutica dan abortus kriminalis.
Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi atas pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Pertimbangan yang
dimaksud harus dilakukan oleh minimal tiga dokter spesialis, yaitu spesialis
Kandungan dan Kebidanan, spesialis Penyakit Dalam dan spesialis Jiwa.
Sedangkan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidakberdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

2.2 Klasifikasi
Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
2.2.1. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi
selamakehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau
minggu serta dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil.

2
3

Secara keseluruhan, sekitar setengah dari kehamilan ini akan berakhir


dengan abortus.1
Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang
daripada 20 minggu mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan
dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit
nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip
serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan
trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan
perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip,
ulserasi vagina atau karsinomaserviks, sedangkan kelainan lain
membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi

2.2.2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)


Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan
perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai
nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks
sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-
kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang
tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera
dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada
keadaan ini merupakan kontraindikasi

2.2.3. Abortus Inkompletus atau Abortus Kompletus


Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi
telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya
jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan
membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di
dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh
karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan
kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus
insipiens. Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus

3
4

komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus
kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena
dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai.
Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus
masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca
abortus harus dipikirkan

2.2.4. Abortus Tertunda (Missed abortion)


Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada
abortus tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit
yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak
bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks
tertutup dan ada darah sedikit

2.2.5. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)


Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu hamil,
dan kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung pada abortus
habitualis (Jauniaux et al., 2006). Menurut Mochtar (2000), abortus
habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih.
Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana
sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain itu, disfungsi
tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak
sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum
atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.

2.2.6. Abortus Septik (Septic abortion)


Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus

4
5

buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis


dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan abortus septik
adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Proteus vulgaris,
Hemolytic streptococci dan Staphylococci

2.3 Epidemiologi
Abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan kejadian
keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan.Angka kejadian abortus
sangat ditentukan oleh riwayat obstetri sebelumnya, dimana kejadian abortus lebih
tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran dibanding wanita
yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup. Prevalensi abortus juga
meningkat dengan bertambahnya usia, dimana insidensi abortus pada wanita
berusia 20 tahun sebanyak 12% dan wanita diatas 25 tahun sebesar 50%. Usia
kehamilan juga sangat berpengaruh terhadap insidensi abortus. Sebanyak 80%
wanita hamil mengalami abortus pada 12 minggu pertama kehamilan.
Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa angka kejadian
abortus sangat tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total
kejadian abortus di Indonesia berkisar antara 750.000 dan dapat mencapai 1 juta
kasus per tahun dengan rasio 18 kasus abortus per 100 konsepsi. Angka tersbut
mencakup abortus spontan maupun abortus provokatus.Abortus inkomplet sendiri
merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun terapeutikus.
Dalam laporan Riset Dasar Keshatan (Riskesdas) 2010 disebutkan bahwa
presentase abortus dalam periode lima tahun terakhir adalah sebesar 4% pada
perempuan pernah menikah pada usia 10-59 tahun. Dilihat per provinsi, angka ini
bervariasi mulai dari yang terendah 2,4% yang terdapat di Bengkulu sampai
dengan yang tertinggi sebesar 6,9% di Papua Barat. Terdapat 4 Provinsi yang
memiliki angka kejadian lebih dari 6% dengan urutan dari yang paling atas, yaitu
Papuan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan masing-masing 6,3%,
serta Sulawesi Selatan sebesar 6,1%. Di DKI Jakarta angka kejadiannya sebesar
5,5%

5
6

Insiden abortus inkomplet sendiri belum diketahui secara pasti.Namun,


diketahui bahwa sekitar 60% dari wanita hamil yang mengalami abortus
inkomplet memerlukan perawatan di Rumah Sakit akibat perdarahan yang
terjadi.Abortus inkomplet memiliki komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan ibu, karena adanya perdarahan massif yang menyebabkan kematian
akibat adanya syok hipovolemik apabila tidak mendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat.

2.4 Etiologi
2.4.1 Faktor Genetik
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
Faktor genetik berhubungan erat dengan terjadinya abortus.Penyebab
yang paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada
trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi
(abnormalitas komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom yang
menyebabkan lebih dari 50% abortus spontan.Trisomi 16 (30%) penyebab
terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%).3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu
proses impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg
berakibat pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3
Gangguan genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos,
hemosistenuri dan pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan
jaringan ikat yang bisa berakibat abortus.3 Kelainan hematologik seperti
pada penderita sickle cell anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII
mengakibatkan abortus dengan mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3

2.4.2Faktor anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi
obstetrik terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus,

6
7

ditemukan anomali uterus pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus


kerana kelainan anatomik uterus adalah septum uterus akibat daripada
kelainan duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau uterus
unicornis (10-30%).3 Mioma uteri juga bisa mengakibatkan abortus
berulang dan infertilitas akibat dari gangguan passage dan kontraktilitas
uterus.3 Sindroma Asherman bisa mengakibatkan abortus dengan
mengganggu tempatimpalntasi serta pasokan darah pada permukaan
endometrium.3 Kelainan kongenital arteri uterina yang membahayakan
aliran darah endometrium dapat juga berpengaruh.3 Selain itu, kelainan
yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan
endometriosis mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat
mengakibatkan abortus.6
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah
terbukti dapat meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.1
Pada kelainan ini, dilatasi serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu
gestasi 16-28 minggu.1 Wanita dengan serviks inkompeten selalu memiliki
dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan
memperlihatkan gejala yang minimal.1 Apabila dilatasi mencapai 4 cm
atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya membran
amnion akan terjadi dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.1
faktor-faktor yang mengakibatkan serviks inkompeten adalah kehamilan
berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks, dan
abnormalitas anatomi pada serviks.1
Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak
ada metoda yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan
inkompeten namun, setelah 14-16 minggu, USG baru dapat digunakan
untuk menilai anatomi segmen uterus bahgian bawah dan serviks untuk
melihat pendataran dan pemendekan abnormal serviks yang sesuai dengan
inkompeten serviks.1

7
8

2.4.3 Faktor Endokrin


Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada
koordinasi sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian
langsung pada sistem humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran
hormon setelah konsepsi terutamanya kadar progesteron sangat penting
dalam mengantisipasi abortus.3
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi
pada trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan
malformasi janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3
kali lipat untuk abortus.3
Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas
endometrium terhadap implantasi embrio. Kadar progenteron yang rendah
diketahui dapat mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7
minggu di mana trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk
menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum pada usia 7 minggu
akan berakibat abortus dan jika diberikan progesteron pada pada pasien ini,
maka kehamilan dapat diselamatkan.3
Penelitian pada perempuan yang mengalami abortus berulang,
didapatkan 17% kejadian defek luteal yaitu kurangnya progesteron pada
fase luteal. Namum pada saat ini, masih blum ada metode yang bisa
terpercaya untuk mendiagnosa kelainan ini.3
Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga berperan pada
kelangsungan kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua
mengubah semua sel pada mukosa uterus.3 Perubahan morfologi dan
fungsional ini mendukung proses implantasi, proses migrasi trofoblas, dan
mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara
trofoblas ekstravillus dan infiltrasi leukosit pada mukosa uterus berperan
penting di mana sebahagian besar leukosit adalah large granular cell, dan
makrofag dengan sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai dalam jumlah
yang banyak terutama pada endometrium yang terpapar progesteron.

8
9

Perannya pada trimester 1 adalah akan terjadi peningkatan sel NK untuk


membunuh sel target dengan sedikit atau tiada ekspresi HLA.3 Trofoblast
ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang cepat
menghasilkan HLA1 sehingga terjadinya invasi optimal untuk plasentasi
yang optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini
akan berpengaruh pada kelangsungan kehamilan.
Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik
ovarium dapat merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan
menggangu keseimbangan humoral yang penting pada kelangsungan
kehamilan.6

2.4.4Faktor infeksi
Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat
sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.Infeksi plasenta akan berakibat
insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin. Infeksi kronis
endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan
gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus. Infeki virus pada
kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik
embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie
virus, dan varisella zoster.3
Beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian
abortus diantaranya;3
 Bakteria: Listeria monositogenes, Klamidia trakomatis, Ureaplasma
urealitikum, Mikoplasma hominis, Bakterial vaginosis.
 Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.
 Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.
 Spirokaeta: treponema pallidum.

2.4.5 Faktor imunologi

9
10

Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus.


Antaranya adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). ApA adalah
antibodi spesifik yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE. Peluang
terjadinya pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah
75%. Menurut penelitian, sebagian besar abortus berhubungan dengan
adanya aPA yang merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi
negatif dari phosfolipid. Selain SLE, antiphosfolipid syndrome (APS) dapat
ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan prematuritas.3 Dari international
consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi APS adalah:3
 trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa
atau kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan
histopatologi)
 komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak
jelas, tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih
kematian janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih
persalinan prematur
 dengan gambaran janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia
berat,atau insufisiensi plasenta yang berat)3
 kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau
tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau
sama dengan 6 minggu)
 antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan
CT, kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan
plasma platlet normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan
pertambahan fosfolipid)

2.4.6 Faktor Nutrisi dan Lingkungan


Nutrisi dan lingkungan berperan dalam meningkatkan terjadinya
abortus.Faktor-faktor yang terbukti berhubungan dengan peningkatan
insiden abortus adalah merokok, alkohol dan kafein.

10
11

Meminum alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan dapat


meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus.1 Kadar abortus
meningkat 2 kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali
seminggu dan3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan
wanita yang tidak mengkonsumsi alkohol.1Merokok dapat meningkatkan
risiko abortus euploid.1 Pada wanita yang merokok lebih dari 14 batang per
hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat dari risiko pada wanita yang tidak
merokok.1Beberapa studi menunjukkan bahwa resiko abortus spontan
meningkat dengan ayah perokok. Hal ini dikarenakan zat toksik dalam
rokok yaitu nikotin mempunyai sifat vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta.6 Karbon monoksida juga menurukan pasokan
oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.
Konsumsi kafein sedikitnya 5 gelas kopi perhari atau 500 mg caffeine
satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang
meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap
jumlah tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang
mempunyai level paraxantine (metabolit kafine), risiko abortus spontan
adalah 2 kali lipat daripada kontrol.1

2.4.7 Faktor Kontrasepsi Berencana


Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan
jeli kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika pada
kontrasepsi yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk
mencegah kehamilan, risiko aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat
dengan signifikan.1

2.4.8Faktor trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus
yang yang diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi
maternoplasental, dan infeksi. Namun secara statistik, hanya sedikit insiden
abortus yang disebabkan karena trauma.1

11
12

2.5 Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti
dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan. Jika terjadi lebih awal, maka ovum
akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterus yang akan berakir dengan
ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Apabila kandung gestasi
dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus
sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal. Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal. Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga
sebagiankeluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Perdarahan yang banyak terjadi
karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium.6

2.6 Gejala dan Tanda


Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules.1,2,3,4
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon
yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan
keluarnya fetus atau jaringan. Ini penting untuk melihat progress abortus. Pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi

12
13

infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar
dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus
yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-
sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran
kecil dari seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional
yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.6

2.7 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di
perut bagian bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke
punggung,bokong dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang
tidak tinggi.7 Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil
konsepsi yang masih tertingal di dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan
adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT.6
Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi.
Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang
lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram
bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.6

2.6.2 Pemeriksaan Fisik


 Keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat

 Pemeriksaan ginekologi:
 Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidaknya
jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva
 Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium

13
14

 Colok vagina: Portio bisa terbuka/tertutup, teraba/tidak jaringan


dalam cavum uteri, besar uterus (sesuai usia kehamilan/tidak),
nyeri goyang portio (-), nyeri pada perabaan adneksa (-), kavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan darah
b) Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan hingga 2-3
minggu setelah abortus
c) Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
d) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2.8 Diagnosis Banding


a) kehamilan ektopik tertanggu
b) abortus mola hidatidosa

2.9 Tatalaksana
2.8.1 Tatalaksana Umum
 Lakukan penilaian secara cepat mengenai KU dan TTV
 Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan darah
sistolik <90mmHg).
o Jika syok (+)  lakukan tatalaksana awal syok.
o Jika syok (-)  tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
 Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
o Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
o Gentamicin 5 mg/KgBB IV setiap 24 jam
o Metronodazole 500mg IV setiap 8 jam

14
15

 Segera rujuk ibu ke rumahsakit


 Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran
 Lakukan tatalaksana khusus selanjutnya sesuai jenis abortus

2.8.2 Tatalaksana Khusus


2.8.2.1 Abortus Imminens
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah
baring total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan
ataupun hubungan seksual.Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan
antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan jika
perdarahan terjadi lagi. Pada kasus dimana perdarahanterus berlansung,
kondisi janin dinilai dan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain
dilakukan dengan segera. Pada perdarahan berlanjut khususnya pada
uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai kehamilan
ganda atau mola.

2.8.2.2 Abortus insipiens


Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus
dilakukan dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera
dilakukan maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral
dapat diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus dilakukan dengan segera.Jika usia kehamilan lebih dari 16
minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil
konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit oxytoxin dalam 500cc cairan
IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes
per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah
penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.

2.8.3 Abortus inkomplit

15
16

Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16


minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per
oral diberikan.Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia
kehamilan kurang dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan
aspirasi vakum manual. Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak
tersedia aspirasi vakum manual (AVM).Jika evakuasi belum dapat
dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg
per oral dapat diberikan.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit
diberikan dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan
kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika
perlu Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
segera dievakuasi.

2.8.4 Abortus komplit


Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi.Observasi untuk
melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu
setelah penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet
sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat
diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan
pascakeguguran dan pemantauan lanjut jika perlu.

2.8.5 Abortus septik/infeksius


Pengelolaan pasien pada abortus septik harus mempertimbangkan
keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang
mencukupi sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil
dari darah dan cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama
dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x 1gram ditambah

16
17

gentamisin 2x80mg dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya, antibiotik


dilanjutkan dengan hasil kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat
tindakan, uterus harus dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan
komplikasi.Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan
bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus
diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai dah kuat.Apabila ditakutkan
terjadi tetanus, injeksi ATS harus diberikan dan irigasi kanalis
vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2.Histerektomi harus
dibuat secepatnya jika indikasi.

2.10 Komplikasi
2.9.1 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan
yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni
uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga
koagulopati.6

2.9.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya
abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan
luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
Pasien biasanya datang dengan syok hemoragik.6

2.9.3 Syok

17
18

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)


dan infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan
segera.6

2.9.4 Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas
vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci,
staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,Bacteroides sp,
Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas
padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab
terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non
hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus
hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang
dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium
tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat
membentuk gas.6

2.9.5 Efek anesthesia


Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa
terjadi yang berakibatkan perdarahan. Pada kasus therapeutic abortus,
paracervical blok sering digunakan sebagai metode anestesia. Sering
suntikan intravaskular yang tidak disengaja pada paraservikal blok akan

18
19

mengakibatkan komplikasi fatal seperti konvulsi, cardiopulmonary arrest


dan kematian.7

2.9.6 Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC)


Pasien dengan postabortus yang berat terutamanya setelah
midtrimester perlu curiga DIC. Insidens adalah lebih dari 200 kasus per
100,000 aborsi.7

2.11 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya.Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.Pada wanita keguguran
dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan
sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2
atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

19
20

BAB 3. LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Ny. IHN
Tanggal Lahir : 27-07-1989
Usia : 30tahun
Alamat : dsn. Jalian, Pakusari
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 02-01-2019

3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Keluar darah dari jalan lahir.

Riwayat perjalanan penyakit


Pasien merasa hamil 4 bulan dan mengaku mengalami perdarahan dari
jalan lahir dalam jumlah banyak sejak 28 Desember 2018.Awalnya, pasien
hanya merasa sedang haid, namun perdarahan yang keluar disertai dengna
gumpalan-gumpalan dan tidak seperti perdarahan saat haid sebelumnya.Saat ini
pasien juga mengeluh nyeri perut di perut bagian bawah.Keluhan nyeri perut
dirasakan secara mendadak dan disertai dengan rasa nyeri ketika buang air
kecil dan anyang-anyangen setelahnya.

Riwayat penyakit dahulu


Pasien menyangkal adanya riwayat kencing manis, darah tinggi dan
perdarahan yang sulit berhenti. Pasien juga menyangkal adanya kebiasaan
merokok, minum alkohol dan mengonsumsi obat-obatan tertentu.Pasien belum
pernah menjalani operasi apapun.

20
21

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sehubungan
dengan keluhan yang dialami pasien.

Riwayat Sosio Ekonomi


Pasien adalah seorang karyawan swasta. Suami pasien juga bekerja
sebagai karyawan swasta di tempat yang sama.

Riwayat Obstetri
Riwayat menarche : 13 tahun
Riwayat menstruasi : teratur, berlangsung 7 hari, nyeri (-)
Riwayat marital : 1. 5 tahun
2. 1 tahun
Riwayat obstetric : 1. Perempuan/5,5thn/spontan/3000gr
2. Laki-laki/2thn/spontan/2600gr
3. Hamil ini
Riwayat ANC :rutin, posyandu
HPHT : 19 – 9 – 2018

HPL : 26 – 6 - 2019

Riwayat Kontrasepsi
Pasien sebelumnya tidak pernah menggunakan kontrasepsi baik berupa
KB suntik ataupun pil.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak kesakitan, lemah
Kesadaran : Kompos mentis
Anemis : +/+
Ikterik :-

21
22

Sianosis :-
Berat badan : 52 kg
Tinggi badan : 158 cm

Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,50C

Pemeriksaan luar
Konjungtiva anemis : (+/+)
Sklera ikterik : (-/-)
Hati dan limpa : tidak teraba
Edema -/-, varises -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
Payudara hiperpigmentasi -/-.
Jantung : gallop (-), murmur (-).
Paru-paru : bising nafas vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing
-/-
I. Pemeriksaan luar :
Abdomen :
Inspeksi : Flat
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Palpasi : nyeri tekan (+) suprapubis. Tinggi fundus uteri teraba 2
jari di atas simfisis.
Perkusi : timpani
Genitalia eksterna : perdarahan(+)

22
23

II. Pemeriksaan Dalam :


Vulva : perdarahan pervaginam (+), jaringan hasil konsepsi (+),
tercium bau busuk dari vulva (-)
Vagina : introitus vagina luas, tidak teraba polip maupun massa
Inspekulo : tampak portio (+), fluxus (+), jaringan konsepsi (+)
VT : teraba portio terbuka 2 jari dan teraba
jaringan,nyeri pada perabaan adneksa (-), nyeri goyang /
slinger pain (-),Cavum Douglas menonjol (-)
3.4 Pemeriksaan Penunjang
I. Pemeriksaan laboratorium
Hematologi lengkap (02-01-2019)
Hb : 10,1 g/dl (12,0 – 16,0 g/dl)
Leukosit : 11,4 x 109/L (4,5 - 11 x 109/L)
Trombosit : 313 x 109/L (150 – 450 x 109/L)
Hct : 29,7 % (36,0-46,0 %)
Kesimpulan : anemia, leukositosis

Plano test (02-01-2019)


βHCG urin : positif

23
24

II. Pemeriksaan USG

Kesimpulan :
- Uterus membesar
- Tampak fetus (jaringan) di luar servix
- Abortus inkomplit
3.5 Diagnosis
Abortus inkomplit

3.6 Diagnosis Banding


KET

3.7 Tatalaksana
 IVFD RL 20 tpm (tangan kiri)
 Injeksi Cefotaxim 3x1 gr
 Pro kuretase

3.8 Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

3.9 Follow UP
02 Januari 2019, pukul 14.00 WIB, dilakukan tindakan operasi:
 Diagnosis pre operasi : Abortus inkomplit

24
25

 Laporan Operasi :
- Pasien berbaring posisi terlentang (litotomi) di atas meja operasi
dengan anestesi
- Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis menggunakan betadine dan
alcohol pada lapangan operasi
- Pasang spekulum sims anterior posterior
- Identifikasi portio, jepit portio arah jam 1
- Sondase uterus kesan antefleksi, 10cm
- Evakuasi jaringan dengan abortic tang + 40 cc
- Lakukan kuretase tumpul
- Ijeksi methylergometrin 1 ampul IM
- Lakukan kuretase tajam hingga kesan bersih
- Vaginal toilet
- Kuret selesai
 Diagnosis Post operasi :
- Post kuretase dengan RA H-0 a/i Abortus inkomplit
 Terapi post operasi :
Puasa
Drip oxytocin 20 IU 28 tpm s/d 12 jam post kuretase
p/o Cefadroxyl 3x500mg
p/o Asam Mefenamat 3x 500 mg
p/o Methylergometrin 3x 0,125 mg

03Januari 2019pukul 08.00 (ROI)


S : Perdarahan dari jalan lahir (+), pusing (-), flatus (-).
O : keadaan umum : cukup
tekanan darah : 110/70 mmHg
nadi : 86 x/menit, teratur, kuat angkat
pernapasan : 18 x/menit, teratur
suhu : 36,60C
A :Post Kuretase dg RA a/i abortus incomplete H-1

25
26

P : Drip oxytocin 20 IU 28 tpm s/d 12 jam post kuretase


p/o Cefadroxyl 3x1 g
p/o Asam Mefenamat 3x1 g
p/o Methylergometrin 3x1 g

04 Januari 2019pukul 08.00(Nifas)


S : Pasien merasa tidak ada keluhan, flatus (+), BAB (-), BAK (+)
O : keadaan umum : cukup
tekanan darah : 120/80 mmHg
nadi : 88 x/menit, teratur, kuat angkat
pernapasan : 20 x/menit, teratur
suhu : 36,70C
A : Post Kuretase dg RA a/iabortus incomplete H-2
P :- MSS

- Drip oxytocin 20 IU 28 tpm s/d 12 jam post kuretase


(Stop-> Pukul 16.00)
- p/o Cefadroxyl 3x1 g
- p/o Asam Mefenamat 3x1 g
- p/o Methylergometrin 3x1 g
- BLPL

26
27

BAB 4. PEMBAHASAN

Diagnosis abortus dalam kehamilan dapat ditegakkan berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat.Berikut adalah perbandingan antara
teori dan temuan klinis yang dijumpai pada pasien yang mendukung diagnosa
terjadinya abortus inkomplit.
No. Teori Pasien
1. Anamnesis Anamnesis
- Amenorea - Riwayat telat haid (+) dengan
- Nyeri perut HPHT (19 – 9 – 2018)
- Perdarahan pervaginam - Pasienmengeluh keluar darah dari
sedang-banyak dengan atau jalan lahir diseratai nyeri perut dan
tanpa disertai pengeluaran keluarnya jaringan (28-12-2018)
hasil konsepsi
2. Pemeriksaan Fisik KU : lemah
1. Tanda-tanda vital: Tekanan darah :120/90 mmHg
- Keadaan umum tampak lemah Nadi : 92 x/menit
- tekanan darah normal atau Pernapasan : 20 x/menit
menurun Suhu : 36,60C
- denyut nadi normal atau cepat
dan kecil Tanda-tanda syok (-)
- suhu badan normal atau
meningkat

2. Pemeriksaan ginekologi
- Inspeksi Vulva: perdarahan - Inspeksi Vulva: perdarahan
pervaginam ada atau tidaknya pervaginam ada atau tidaknya
jaringan hasil konsepsi, jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk tercium atau tidak bau busuk
dari vulva dari vulva
- Inspekulo: perdarahan dari - Inspekulo : Tampak portio
cavum uteri, ada atau tidaknya (+), fluxus (+), jaringan
cairan atau jaringan berbau konsepsi (+)
busuk dari ostium - Colok Vagina :Teraba portio
- Colok vagina: Portio bisa terbuka 1 jari dan teraba
terbuka/tertutup, teraba/tidak jaringan,nyeri pada perabaan
jaringan dalam cavum uteri, adneksa (-), nyeri goyang /
nyeri goyang portio (-), nyeri slinger pain (-), Cavum
pada perabaan adneksa (-), Douglas menonjol (-)
kavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri

27
28

Untuk menegakkan diagnosis abortus jenis inkomplit, dapat digunakan


tabel perbandingan jenis-jenis abortus sebagai berikut:

Dengan demikian diagnosis abortus inkomplit dapat ditegakkan. Sedangkan


pemeriksaan penunjang hanya bersifat alternatif saja. Tatalaksana yang bisa
diberikan pada abortus inkomplit, adalah sebagai berikut:
• Lakukan konseling.
• Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan berat:
o Evakuasi isi uterus. Metode yang dianjurkan adalah aspirasi vakum
manual (AVM). Kuret tajam dapat dilakukan bila AVM tidak
tersedia.
o Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
• Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan ringan-sedang:
o Keluarkan hasil konsepsi yang tampak muncul dari ostium uteri
eksterna dengan jari atau forsep cincin.

28
29

o Rekomendasi FIGO: Misoprostol 600μg per oral dosis tunggal atau


400μg sublingual dosis tunggal.
• Jika usia kehamilan ≥16 minggu:
o Berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.

29
30

BAB 5. KESIMPULAN

1. Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang


sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan digunakan
usia kehamilan yang kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
2. Etiologi abortus sebagian besar diakibatkan oleh kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Selain itu juga bisa disebabkan oleh hipertensi menahun, faktor maternal
seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, toksoplasmosis, kelainan
traktus genitalia seperti mioma uteri.
3. Kecepatan dan ketepatan diagnosis serta terapinya dapat menentukan
prognosa pasien abortus

30
31

DAFTAR PUSTAKA

1.F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics,


22nd edition. Mc-Graw Hill, 2005

2. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and


treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill, 2008

3. Sarwono prawiroharhdjo.Perdarahan pada kehamilan muda dalam Ilmu


Kandungan, edisi 2008

4. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17

5. Standard Pelayanan Medis Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RS Efarina


Etaham, 2008, ms 33-35

6. Abortus Incomplete. Available at http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-


inkomplit , accessed on July 29, 2014

7. Gaufberg F, Abortion Treatened, Available at


http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview ,accessed on July
29, 2014

8. Gaufberg F, Abortion Septic, Available at


http://emedicine.medscape.com/article/795439-overview ,accessed on July
29, 2014

9. Kontroversi Seputar Aborsi, available at http :


//www.kesrepro.info.gendervaw/Mei/ 2003/gendervaw 02. htm, accessed on
July 29, 2014

10. Aborsi dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan, available at http :


//www.theceli.com/opik/Aborsi.htm, accessed on July 29, 2014

31

Anda mungkin juga menyukai