Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

KISTA OVARIUM

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSD dr. Soebandi

Oleh:
1420111010
Ema Fawziyah Ulfah 29

Pembimbing :
dr. Endang Ma’ruf R, Sp. OG

SMF/LAB. OBSGYN RSD DR. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2019
1

BAB 1. PENDAHULUAN

Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian mana saja
dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista ovarium yang
paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya terbentuk selama siklus menstruasi
normal. Setiap bulan, ovarium seorang wanita tumbuh kista kecil yang menahan sel
telur.Ketika sebuah sel telur matur, kantung membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga
dapat berjalan melewati tuba falopii untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung
pecah.Salah satu tipe dari kista fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini
tidak terbuka untuk mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan
menghilang setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari
kistafungsional, terbentuk apabila kantung kista ini tidak menghilang. Malahan kantung kista
menutup lagi setelah sel telur dikeluarkan.(Wiknjosastro, 2007)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.Kanker ovarium
merupakan pembunuh yang diam-diam (silent killer).Karena, memang seringkali penderita
tidak ada perasaan apa-apa. Kalaupun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut misalnya: sering
kembung, teraba massa atau ada benjolan di perut bagian bawah, gangguan pencernaan,
danlain-lain.Sampai sekarang belum ada cara deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa
adanyakeganasan ovarium itu. Sekarang ini yang bisa dipakai masih menggunakan USG,
tetapi itu agak sulit kalau diterapkan secara massal karena biayanya cukup mahal.Berbeda
halnya dengan kanker serviks yang bisa dideteksi dini dengan papsmear.(Moeloek FA,2006)
Orang yang menggunakan pil KB risiko terjadinya kanker ovarium bisa lebih
kecil.Karena kanker ovarium itu terjadi apabila ovarium aktif mengalami pertumbuhan
folikel.Tapi dengan menggunakan kontrasepsi hormonal terutama pil KB, proses itu pada
ovarium ditekan, sehingga risikonya terjadi keganasan pada ovarium menurun.Kista ovarium
ini bisa juga terjadi pada anak-anak, bahkan ketika masih bayi, pada remaja sampai orang tua.
Tetapi kebanyakan dialami wanita berusia di atas 40 tahun. Bahkan, pada bayi dalam
kandungan bisa ditemukan kista ovarium. Pada ibu hamil yang terdapat kistaneoplasti, bila
menutupi jalan lahir kistanya bisa dioperasi saat hamil. Tetapi jika kistanya tidak menutupi
jalan lahir, kista dapat dioperasi setelah melahirkan.(Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh dimana
saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium
(indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.(Wiknjosastro, 2007)

2.2 Anatomi Ovarium


Ovarium merupakan organ yang kecil berbentuk seperti buah kenari berwarna putih
dan konsistensinya agak padat. Ukuran ovarium 3 cm x 2 cm x 1cm dan beratnya 5-8 gram.
Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di kanan, dekat
pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum
latum. Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Lipatan yang
menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan
mesovarium. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita, hormon merupakan bahan
kimia yang mengontrol jalanya dari sel dan organ tertentu.

2.3 Patofisiologi
Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih mudah atau folikel yang setiap
bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur
matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke
rahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, folikel akan mengecil
dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada
seorang wanita. Namun jika terjadi gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista.
Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tidak mengalami
ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon LH tinggi pada keadaan yang tetap ini
menyebabkan pembentukan andorogen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang
mengakibatkan folikel anovulasi, folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk
kista di dalam ovarium.

2.4 Klasifikasi
2.4.1 Kista Ovarium non Neoplasma
a) Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi, namun tumbuh terus
menjadi kista folikel. Kista ini berdiameter 1-1 cm . Kista ini bisa menjadi sebesar jeruk
nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan
tetapi karena tekanan di dalam kista, terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista
jernih dan sering kali mengandung estrogen, oleh sebab itu kista kadang-kadang dapat
menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lama kelamaan mengecil dan dapat menghilang,
atau bisa terjadi ruptur dan kista menghilang.

b) Kista Korpus Luteum


Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3 cm , kadangkadang
diameter kista ini dapat sebesar 10 cm, rata-rata 4 cm (Benson, 2008). Dalam keadaan normal
korpus luteum lama kelamaan mengecil dan menjadi korpus albikans. Perdarahan yang sering
terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, kista ini berisi cairan yang berwarna
merah coklat. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi gambaran yang khas.
Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal
dari sel- sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amonorea
diikuti oleh pendarahan yang tidak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat di
perut bagian bawah. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea
sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis. Penanganan kista luteum ialah menunggu
sampai kista hilang sendiri.

c) Kista Teka Lutein


Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan jarang terjadi dibandingkan kista folikel
atau kista korpus luteum. Kista teka lutein berisi cairan berwarna kekuning-kuningan.
Berhubungan dengan penyakit trofofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa,
koriokarsioma), penyakit ovarium polikistik dan pemberian zat perangsang ovulasi. Gejala
yang timbul biasanya rasa penuh atau menekan pada pelpis (Benson, 2008). Tumbuhnya kista
ini ialah akibat pengaruh hormon koriogononadotropin yang berlebihan, dan hilangnya mola
atau koriokarsinoma, ovarium yang mengecil secara spontan.

d) Kista Inkusi Germinal


Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita usia lanjut, dan besarnya jarang melebihi
diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik
ovarium yang diangkat waktu operasi. kista ini terletak di bawah permukaan ovarium,
dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel, berisi cairan jernih.

e) Kista Endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Endometriosis adalah suatu
keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavun uteri.
Jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Endometriosis
lebih sering ditemukan pada wanita pada umur muda, dan wanita yang tidak mempunyai
banyak anak. Gambaran mikroskopik dari endometriosis yaitu pada ovarium tampak kista-
kista biru kecil sampai kista besar berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau
endometrioma). Gejala klinis endometriosis terjadi karena pengaruh hormonal estrogen dan
progesteron sehingga terjadi siklus menstruasi. Gejala klinis endometriosis dalam bentuk :
dismenorea (nyeri abdomen/perut sesuai dengan waktu menstruasi), disparunia (nyeri saat
hubungan seksual), nyeri saat defekasi (pada endometriosis dinding rektosigmoid),
menoragia (perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea atau hipermenorea), infertilitas
(gangguan saluran tuba falopii sehingga tidak berfungsi sebagai saluran ovum spermatozoa
dan tempat konsepsi). Endometriosis dijumpai secara kebetulan pada pasangan yang
memeriksakan diri karena kemandulan. Penaganan endometriosis terdiri atas pencegahan,
pengawasan, terapi hormonal, pembedahan, dan radiasi.

f) Kista Stein Leventhhal


Pada tahun 1955 Stein dan Leventhal meminta perhatian dengan terhadap segolongan
wanita muda dengan gejala-gejala infertilitas, amenorea. Kista ini disebabkan oleh gangguan
hormonal.

2.4.2 Kista Ovarium Neoplasma


a) Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih dan
berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubungan adanya
tangkai dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejalgejala mendadak. Terapi yang
dilakukan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.
b) Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor musinosum merupakan 15 %- 25% dari semua neeoplasma ovarium dan
menyebabkan 6%-10% kanker ovarium. Sekitar 8%-10% adalah bilateral. Tumor ini bisa
sangat besar (>70 kg) tetapi rata-rata berdiameter 16-17 cm saat didiagnosis dan terutama
ditemukan pada dua kelompok umur (10-30 tahun dan >40 tahun). Biasanya tidak
menimbulkan gejala selain rasa penuh akibat adanya massa dalam perut. Tumor musinosum
berdinding licin halus dan berisi cairan kental, tebal , kecoklatan. Bila terjadi keganasan
terapi yang dilakukan adalah melakukan pembedahan.

c) Kistadenoma Ovarii Serosum


Kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang sangat besar dibandingkan dengan
kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin dan berwarna keabuabuan. Ciri
khas kista ini ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50 % dan
keluar pada permukaan kista sebesar 5 %. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat
karena campuran darah.

d) Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini ditemukan oleh
Sartesson tahun 1969, kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

e) Kista Dermoid
Tidak ada ciri-ciri khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih dan keabu-
abuan, dan agak tipis. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang
menonjol dan padat. Kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai (komplikasi) dengan gejala
nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding
kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan
jarang terjadi, kira-kira 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya terjadi pada wanita
sesudah menopause. Kista dermoid penaganannya dengan pengangkatan seluruh ovarium.

2.5 Faktor Resiko


Penyebab kista ovarium dan beberapa faktor resiko berkembangnya ovarium adalah
wanita yang biasanya memiliki:(Wiknjosastro, 2007).
 Riwayat kista ovarium terdahulu
 Siklus haid tidak teratur
 Perut buncit
 Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
 Sulit hamil
 Penderita Hipotiroid
 Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi

2.6 Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap gonadotropin
(Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004).
 Gestational tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan khoriokarsinoma)
 Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel permukaan
ovarium mengalami perubahan neoplastik.
 Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon polikistik
 Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi
induksiovulasi melalui manipulasi hormonal.

2.5 Gejala Klinis


Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang
tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri
yang tajam. Pemastian penyakit tidak biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin
gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan
ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan
setiap gejala atau perubahan ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.
(Wiknjosastro , 2007)
Gejala-gejala berikut yang muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
 Perut terasa penuh, berat, kembung.
 Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).
 Haid tak teratur.
 Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar kepanggul
bawah dan paha.
 Nyeri senggama.
 Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil.

2.6 Diagnosis
a) Anamnesa
Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa
penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman, gangguan miksi dan defekasi.Dapat terjadi penekanan terhadap kandung kemih
sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.
b) Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah abnormal jika
terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadisulit pada pasien yang gemuk. Teraba
massa yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan uterus dapat
terdorong pada satu sisi.Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul
padaligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis. Padaperkusi
mungkin didapatkan ascites yang pasif.(Wiknjosastro, 2007).
c) Pemeriksaan Penunjang
 USG
Merupakan alat terpenting dalam menggambarkan kista
ovarium.Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah
tumor berasal dariuterus, atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid dan
dapat dibedakan pulaantara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
tidak.Dapat membantumengidentifikasi karakteristik kista ovarium.
 Foto Roentgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Pemeriksaan pielogram inravena dan pemasukan bubur barium
pada kolon dapat untuk menentukan apakah tumor bearasal dari ovarium atau
tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah pelvis
seperti tumor kolon sigmoid.
 Pengukuran serum CA-125
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125,
CA125diasosiasikan dengan kanker ovarium. Dengan ini diketahui apakah
massa ini jinak atau ganas.
 Laparoskopi
Perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan
laparoskop.Melalui laparoskopi dapat diidentifikasi dan mengambil sedikit
contoh kista untuk pemeriksaan PA.
2.7 Penatalaksanaan
Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan
tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak melebihi 5 cm.
Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah pengangkatan
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Tetapi jika
tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan
pengangkatan tuba.
Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi untuk
diperikasa. Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan terapi.
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista yang berukuran kurang
dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk tidak dilakukan terapi, namun
harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause,
kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi. Terapi bedah
diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium
kompleks. Laparoskopi digunakan pada pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau
simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan resiko
keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan
laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang
menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang.Pengangkatan
ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita post menopause, perimenopause,
dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak lagi
serta yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium.Diperlukan konsultasi dengan ahli
endokrin reproduksi dan infertilitas untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik.
Konsultasi dengan onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan
serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada
keluarga.Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan
yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat
kepastian tumor ganas atau tidak.
Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama. Prosedurnya
adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingoooforektomi,dan appendiktomi
(optional). Tindakan hanya mengangkat tumornya saja (ooforektomi atau ooforokistektomi)
masih dapat dibenarkan jika stadiumnya iamasih muda, belum mempunyai anak, derajat
keganasan tumor rendah seperti pada fow potential malignancy (borderline). Radioterapi
hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi, disgerminoma dan tumor sel
granulosa. Kemoterapi menggunakan obat sitostatika seperti agens alkylating
(cyclophosphamide, chlorambucyl) dan antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas
sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6
bulan sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun sekali

2.8 Diagnosis Banding


 Kehamilan
 Mioma uteri
 Tumor kolon sigmoid
 Ginjal ektopik
 Limpa bertangkai
 Ascites

2.9 Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsurangsur
menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal.
Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
b. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 5 cm atau lebih.
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat
total.
c. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut dan dapat
menekan vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih secara sempurna.
d. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar kemungkinan
untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan
pelvic menjadi penting.

2.10 Prognosis
Prognosis untuk kista jinak baik.Walaupun penanganan dan pengobatan kanker
ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai
sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat
kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun (“5 Years survival
rate”) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan sebagian
besar penderita 60- 70% ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga penyakit ini
disebut juga dengan “silent killer”.(Wiknjosastro, 2007).
BAB III. LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. NE
No. RM : 249595
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl.lahir/ Umur : 1-1-1983/ 36tahun
Status Nikah : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Petung Arjasa, Sukowono
MRS : 8-4-2019

3.2 Anamnesa
Keluhan utama
Nyeri pada perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli kandungan untuk kontrol post marsupialisasi kista bartolini hari
ke 4. Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Nyeri bertambah setelah
dilakukan marsupialisasi kista bartolini. Pasien juga merasa sering BAK tetapi hanya
sedikit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Kista bartolin
Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal.
Riwayat Menstruasi
Menarche usia 13 tahun, siklus haid teratur setiap 28 hari, durasi selama 8 hari, dan
tidak ada keluhan pasien saat haid (disminore -).
Riwayat Marital
Pasien menikah 1 kali selama 11 tahun
Riwayat Hamil
1. Laki-laki/10 tahun/SPT/3400 gram
Riwayat Kontrasespi
Suntik 3 bulan (1 tahun)
IUD (5 tahun)
Riwayat Sosio Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pola makan pasien sehari-hari baik dan
teratur. Pasien mengaku tidak memiliki kecenderungan mengonsumsi jenis makanan
tertentu. Pasien tidak memiliki kebiasaan minum alkohol dan merokok. Hubungan
pasien dengan keluarga serta lingkungan sekitar baik (riwayat social ekonomi:
sedang)
1
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
TD :130/80 mmHg RR : 20X/m
Nadi : 90x/m TB/BB 156CM/48 kg
O
Suhu : 36.5 C
Keadaan umum : Cukup
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-
Thorax
Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru : Vesikuler +/+ , rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : ~ St.Obstetri
Ekstremitas : Edema -/- Hangat +/+
-/- +/+
Status Obstetri
Abdomen :
Inspeksi : flat
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi : Sonor
Palpasi : soepel
Status Ginekologi
Genetalia Eksterna
Vulva : fluxus (-), Flek (-), Massa (-), Ulkus (-)
Inspekulo : tidak dilakukan
VT
Vulva : POMP tertutup, licin
CUAF dbn
AP S : teraba massa kistik ukuran diameter 5cm, mobile, permukaan rata,
berbatas tegas, tidak nyeri
AP D : massa (-), nyeri (-)
Cavum Douglasi dbn

Pemeriksaan USG:
VU : kosong
Adenksa sinistra: massa uk. 8,8 x 8,4 x 7,5
Kesimpulan: Susp. Dermatoid cyst
A : kistoma ovarii sinistra

P:
Pro laparotomi explorasi
Persiapan operasi:
- Puasa
- IVFD RL 1000cc
- Injeksi Ceftriaxone 1gr IV (skin test)
- Injeksi metoclopramide 1amp IV
- Inj Ranitidin 1 amp IV
Cek DL, FH, RFT, GDA konsul anestesi
Hasil laboratorium 8-4-2019
Darah lengkap Nilai Nilai rujukan
Hemoglobin 12,3 12,0 – 16,0
Leukosit 7,6 4,5 – 11,0
Hematokrit 36,0 36 – 46
Trombosit 339 150 - 450
PPT
PPT penderita 10,3
PPT control 11,2
aPPT
aPPT penderita 28,6
aPPT control 27,0
Faal Hepar
SGOT/SGPT 17/16 10-31/9-36
Faal Ginjal
Serum 0,8 0,5-1,1
Kreatinin
BUN 14 6-20
Urea 29 12-43
GDS 105 <200
ECG konsul jantung

Observasi vital sign dan keluhan


KIE:
- Menjelaskan tentang operasi yang akan dilakukan beserta komplikasi yang bias
terjadi
- Pasien disuruh banyak istirahat dan menghindari pekerjaan yang berat-berat
setelah operasi
- Menjelaskan kapan pasien harus control lagi dan sampai berapa lama.

SOAP (9-4-2019)
S/ tidak ada keluhan
O/ Kes: CM HR: 80 T: 36,7
TD : 120/80 RR: 20
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho: C/P dbn
Abdomen :
Inspeksi : flat
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi : Sonor
Palpasi : soepel
Genetalia Eksterna
Vulva : fluxus (-), Flek (-), Massa (-), Ulkus (-)
Inspekulo : tidak dilakukan
VT
Vulva : POMP tertutup, licin
CUAF dbn
AP S : teraba massa kistik ukuran diameter 5cm, mobile, permukaan rata,
berbatas tegas, tidak nyeri
AP D : massa (-), nyeri (-)
Cavum Douglasi dbn

A/ kistoma ovarii sinistra


P/ Pro laparatomi eksplorasi
Laporan Operasi
1. Eksplorasi kista pecah – cairan coklat, SOS
2. Kistektomi sinistra
3. Adhesiolisis
4. Kedua tuba baik
5. Operasi selesai

Intruksi post operasi


1. Observasi sampai pasien stabil
2. Puasa sampai bising usus + atau flatus – mss
3. Infus RL : D5 2:1
4. Inj ceftriaxone 3x1
5. Inj antrain 3x1
6. Inj asam tranexamat 3x1

SOAP (10-4-2019)
S/ nyeri pada luka operasi. Flatus (+), Kembung (-), BAK (+), BAB (-)
O/ Kes: CM HR: 80 T: 36,7
TD : 120/80 RR: 20
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho: C/P dbn
Abdomen :
Inspeksi : flat, dressing post op (+), rembesan (-)
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi : Sonor
Palpasi : soepel
A/ kistoma ovarii sinistra post kistektormi H1
P/ Inf RL 20 tpm
Inj ceftriaxone 3x1
Inj antrain 3x1
Inj asam tranexamat 3x1
Inj vit C 3x1
Mobilisasi
Pro rawat luka besok, jika luka baik KRS

SOAP (11-4-2019)
S/ tidak ada keluhan. Flatus (+), Kembung (-), BAK (+), BAB (-)
O/ Kes: CM HR: 80 T: 36,7
TD : 120/80 RR: 20
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho: C/P dbn
Abdomen :
Inspeksi : flat, dressing post op (+), rembesan (-)
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi : Sonor
Palpasi : soepel
A/ kistoma ovarii sinistra post kistektormi H2
P/ Inf RL 20 tpm
Inj ceftriaxone 3x1
Inj antrain 3x1
Inj asam tranexamat 3x1
Inj vit C 3x1
Rawat luka, jika luka baik pro KRS
Terapi pulang
Asam mefenamat 3z500mg
Cefadroxil 3x500mg
Control poli kandungan 1 minggu post KRS
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor Ovarium Neoplastik


Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta :Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 388-9.

Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan GinekologiIndonesia; 2006. p.130.

Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi.Edisi 2.


Jakarta: EGC hal :104.

Wiknjosastro H. Tumor Jinak Pada Alat Genital Dalam Buku Ilmu KandunganEdisi 2.,
editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo.2005:
345-346.

Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Edisi 2.Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 346 – 362

Anda mungkin juga menyukai