2. Nur Yunaida Hubungan Asupan 2015 asupan serat, Tidak ada hubungan
Fauziah Bahan Makanan asupan yang signifikan antara
Sumber Serat, Asupan lemak, asupan serat, Lemak,
Natrium, Asupan asupan natrium dan IMT
Lemak Dan IMT natrium dan terhadap hipertensi.
Dengan Tekanan IMT dengan
Darah Pada Pasien hipertensi
Hipertensi Rawat
Jalan Dirumah Sakit
Tugurejo Semarang
3. Ratri Hubungan Asupan 2016 Asupan asupan kalium
Mutumanikam Kalium, Asupan kalium, berhubungan dengan
Kalsium Dan Rasio kalsium dan tekanan darah sistolik
Lingkar Pinggal rasio lingkar , dan diastolik
Pinggul Dengan pinggal Asupan kalsium
Tekanan Darah Pada pinggul memiliki hubungan
Pasien Hipertensi dengan dengan tekanan darah
Wanita Menopasue tekanan sistolik dan diastolik ,
Rawat Jalan Di darah RLPP juga memiliki
RSUD Sukoharjo hubungan dengan
tekanan darah sistolik
maupun diastolik
4. Mike Rahayu Hubungan Asupan 2017 Tekanan Ada hubungan antara
Susanti Natrium Dan Kalium darah asupan natrium
Dengan Tekanan dengan dengan tekanan darah
Darah Pada Lansia asupan sistolik maupun
Dikelurahan Pajang natrium dan diastolik pada lansia
asupan di Kelurahan Pajang.
kalium Tidak ada
hubungan antara
asupan kalium dengan
tekanan darah sistolik
maupun
diastolik pada lansia.
7
dengan rerata adalah 120 mmHg. Sedangkan Tekanan Darah Diastolik Tekanan
minimal di dalam arteri ketika darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang
lebih kecil di hilir selama periode diastol dengan rerata adalah 80 mmHg. (Potter,
2010). Tekanan dalam suatu pembuluh darah merupakan tekanan yang bekerja
terhadap dinding pembuluh darah (Guyton, 1994, Campbell, et al. 2004). Tekanan
tersebut berusaha melebarkan pembuluh darah karena semua pembuluh darah
memang dapat dilebarkan. Pembuluh vena dapat dilebarkan delapan kali lipat
pembuluh arteri. Selain itu tekanan menyebabkan darah keluar dari pembuluh
melalui setiap lubang, yang berarti tekanan darah normal yang cukup tinggi dalam
arteri akan memaksa darah mengalir dalam arteri kecil, kemudian memalui kapiler
dan akhirnya masuk ke dalam vena. Oleh karena itu tekanan darah penting untuk
mengalirkan darah dalam lingkaran sirkulasi (Guyton, 1994).
Pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekanan darah: (Brunner,
2002)
1) Sistem saraf atau vasomotorik yang terdiri dari pusat- pusat yang
terdapat dibatang otak, misalnya pusat vasomotorik dan diluar susunan
saraf pusat misalnya baroreseptor dan sistemik.
2) Sistem humoral atau kimia yang berlangsung local atau sistemik,
misalnya renin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, asetilkolin, serotonin,
adenosine dan kalsium, magnesium, kalium dan sebagainya. Pengaturan
sirkulasi secara humoral berarti pengaturan oleh zat-zat yang disekresi atau
yang diabsorbsi ke dalam cairan tubuh seperti hormon dan ion. Beberapa
zat ini dibentuk oleh kelenjar khusus dan dibawa di dalam darah ke
seluruh tubuh. Zat lainnya dibentuk di daerah jaringan setempat dan hanya
menimbulkan pengaruh sirkulasi setempat. Faktor-faktor humoral
terpenting yang memengaruhi fungsi sirkulasi di antaranya adalah
(Kaplan, 1998) :
1. Zat Vasokonstriktor
a. Norepinefrin dan Epinefrin
Norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor yang amat kuat
sedangkan epinefrin tidak begitu kuat. Ketika sistem saraf simpatis
dirangsang di sebagian besar atau seluruh tubuh selama terjadi stres atau
12
b. Histamin
Histamin memiliki efek vasodilator kuat terhadap arteriol dan,
seperti bradikinin, memiliki kemampuan untuk meningkatkan
permeabilitas kapiler dengan hebat, sehingga timbul kebocoran cairan dan
protein plasma ke dalam jaringan.
Peningkatan curah jantung dan tahanan perifer dapat terjadi akibat
dari berbagai faktor seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, asupan garam,
dan metabolisme natrium dalam ginjal dan faktor endotel mempunyai
peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi (Agrina dkk,
2010). Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah
(Adiwibowo,2009). Tekanan darah tinggi merupakan kondisi degeneratif
yang disebabkan oleh diet beradab dan cara hidup yang berbudaya. Risiko
relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor
risiko yang dapat dikontrol seperti stres, obesitas, nutrisi serta gaya hidup;
serta faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia, jenis
kelamin dan etnis. Faktor lain yang ikut berperan, yaitu sistem renin
angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf
simpatis. Renin berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang
mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan
pada timbulnya hipertensi (Adiwibowo,2009).
3) Sistem hemodinamik lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
susunan kapiler, perubahan tekanan isotonic dan hidrostatik bagian luar
dan sistem vaskuler.
B. Penggolongan Tekanan Darah (Doengoes, 2000)
Tekanan darah dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi) Hipotensi merupakan penurunan
tekanan darah sistol lebih dari 20-30% dibandingkan dengan pengukuran
dasar atau tekanan darah sistol < 100 mmHg. Sehingga setiap organ dari
14
C. Patofisiologi Hipertensi
Asupan garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan volume cairan
yang berakibat tekanan darah meningkat. Ginjal akan menahan natrium saat tubuh
kekurangan natrium dan sebaliknya ginjal akan mengeluarkan natrium melalui
urin pada saat kadar natrium meningkat didalam tubuh. Apabila kadar natrium
terus-menerus meningkat didalam tubuh, ginjal akan bekerja keras untuk
mengeluarkan natrium melalui urin dan dapat mengakibatkan fungsi ginjal
terganggu. Apabila fungsi ginjal tidak normal, kelebihan natrium tidak bisa
dibuang dan menumpuk didalam darah. Volume cairan dalam tubuh meningkat
dan membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa
darah dan mengalirkannya keseluruh tubuh, tekanan darah pun akhirnya
meningkat (Suprayogi,2004 ).
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia didalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraselular (cairan didalam sel) yang komposisinya paling
cocok untuk sel tersebut dan berada didalam cairan ekstraselular (cairan diluar sel)
yang cocok pula. Cairan ekstraselular terdiri dari cairan interstisial atau
interselular (sebagian besar) yang terdapat di sela-sela sel dan cairan intra
vaskular berupa plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan
mengalami penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap
kompartemen dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostasis/ tetap.
Keseimbangan cairan ditiap kompartemen menentukan volume dan tekanan darah
(Almatsier, 2009).
Cairan interselular memasok bahan-bahan yang diperlukan tiap sel dan
membawa keluar produk akhir hasil-hasil reaksi kimia yang terjadi didalam sel.
Setiap kompartemen cairan dipisahkan satu sama lain oleh membran
semipermiabel yang dapat dilewati secara bebas oleh air dan oleh beberapa
elektrolit (Almatsier, 2009).
D. Komplikasi Hipertensi
Beberapa komplikasi dari hipertensi dapat terjadi seperti :
a. Jantung
Jantung dapat dirusakan oleh tekanan darah tinggi yang lama tidak
diobati. Pada awalnya jantung mengatasi ketegangan karena harus
20
larut dalam darah supaya jangan mengendap pada dinding pembuluh darah
(Almatsier, 2009).
3. Sumber natrium
Sumber natrium adalah garam dapur, mono sodium glutamat (MSG), kecap
dan makanan yan diawetkan dengan garam dapur. Diantara makanan yang belum
diolah, sayuran dan buah mengandung paling sedikit natrium (Almatsier, 2009).
Tabel 3. Kandungan natrium beberapa bahan makanan (mg/100 gram)
Bahan Makanan mg Bahan makanan Mg
Daging sapi 93 Margarine 950
Hati sapi 110 Susu kacang kedelai 15
Ginjal sapi 200 Roti cokelat 500
Telur Bebek 191 Roti putih 530
Telur Ayam 158 Kacang merah 19
Sarden 131 Kacang mede 26
Udang segar 185 Selada 14
Teri kering 885 Pisang 18
Susu sapi 36 Teh 50
Yogurt 40 Cokelat manis 33
Mentega 780 Ragi 610
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Almatsier 2009
4. Kebutuhan natrium
Tabel 4. Kebutuhan Natrium Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur Kalium (mg)
10-12 tahun 1500
13-15 tahun 1500
16-18 tahun 1500
19- 29 tahun 1500
30- 49 tahun 1500
50- 64 tahun 1300
65- 80 tahun 1200
80+ tahun 1200
Sumber: AKG 2013
WHO 1990 menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6
gram/hari (ekuivalen dengan 2400 mg natrium). Pembatasan ini dilakukan
mengingat peranan potensial natrium dalam menimbulkan tekanan darah tinggi
(hipertensi).
Tabel 5. kecukupan mineral mikro menurut Gibson, :
Kecukupan asupan (%) Kategori
> 77% Cukup
<77% Kurang
23
protein. Kalium berperan dalam pertumbuhan sel. Taraf kalium dalam otot
berhubungan dengan massa otot dan simpanan glikogen, oleh karena itu bila otot
berada dalam pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan
darah normal memerlukan antara natrium dan kalium yang sesuai didalam tubuh
(Almatsier, 2009).
3. Sumber kalium
Tabel 6. Kandungan Kalium Beberapa Bahan Makanan (mg/100 gram)
Bahan Makanan Mg Bahan Makanan Mg
Beras giling 241 Pepaya 221
Singkong 394 Mangga 214
Kentang 396 Durian 601
Kacang tanah 421 Anggur 111
Kacang hijau 1132 Jeruk manis 162
Kacang kedelai 1504 Semangka 102
Kelapa 555 Bayam 461
Alpukat 278 Tomat 235
Pisang 435 Wortel 245
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Almatsier 2009.
4. Kebutuhan kalium
Tabel 7. Kebutuhan Kalium Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur Kalium (mg)
Laki-laki
10-12 tahun 4500
13-15 tahun 4700
16-18 tahun 4700
19- 29 tahun 4700
30- 49 tahun 4700
50- 64 tahun 4700
65- 80 tahun 4700
80+ tahun 4700
Perempuan
10-12 tahun 4500
13-15 tahun 4500
16-18 tahun 4700
19- 29 tahun 4700
30- 49 tahun 4700
50- 64 tahun 4700
65- 80 tahun 4700
80+ tahun 4700
Sumber: AKG 2013
25
3. Kebutuhan Kalsium
Tabel 9. Kebutuhan kalsium menurut kelompok umur
Kelompok umur Kalsium (mg)
10-12 tahun 1200
13-15 tahun 1200
16-18 tahun 1200
19- 29 tahun 1100
30- 49 tahun 1000
50- 64 tahun 1000
65- 80 tahun 1000
80+ tahun 1000
Sumber: AKG 2013
4. Sumber kalsium
Sumber kalsium adalah sayuran hijau, wortel, kol, kacangkacangan, susu,
telur dan mentega. Bila tubuh kekurangan kalsium akan mengakibatkan
kekejangan dan kelainan tulang serta dapat mengakibatkan darah sukar membeku
(almatsier, 2009).
Tabel 10. Sumber Kalsium Pada Beberapa Bahan Makanan
Bahan Makanan Mg Bahan Makanan Mg
Pola makan:
Asupan natrium
Asupan kalium Tahanan perifer
Asupan kalsium
Tekanan Darah
Asupan natrium
Asupan kalsium sistolik
Asupan kalium Tekanan Darah
diastolik
29
2.8 Hipotesis
1. Ada hubungan asupan natrium dengan tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi
2. Ada hubungan asupan natrium dengan tekanan darah diastolik pada
penderita hipertensi
3. Ada hubungan asupan kalsium dengan tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi
4. Ada hubungan asupan kalsium dengan tekanan darah diastolik pada
penderita hipertensi
5. Ada hubungan asupan kalium dengan tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi
6. Ada hubungan asupan kalium dengan tekanan darah diastolik pada
penderita hipertensi.
30
31
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar asupan
bahan makanan sumber kalium, kalsium dan natrium dengan
tekanan darah menggunakan uji statistik.
Uji kenormalan data asupan makanan kalium, kalsium dan
natrium dengan tekanan darah menggunakan uji saphiro wilk
(karena subjek kurang dari 50 orang). Data tidak berdistribusi
normal maka menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan
hasil apabila nilai p< 0.05 maka artinya, bahwa ada hubungan yang
signifikan.
35
36
Cukup > 77 0 0
Kurang <77 48 100
Jumlah 48 100
Sumber: data primer terolah 2019
Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa asupan kalsium
sampel dengan persentase terbesar 100% adalah pada asupan kurang
(<77%), rata-rata asupan sebesar 513,185 mg perhari dengan asupan
minumum perhari 123,7 mg dan maksimum 1.187,3 mg/hari.
39
baik sistolik maupun diastolik. Asupan kalsium yang kurang dan hasil
analisis bivariat menunjukkan penelitian ini tidak berhasil membuktikan
adanya hubungan antara asupan kalsium dengan kejadian hipertensi.
Namun secara teoritis, kekurangan kalsium akan melemahkan kemampuan
otot jantung untuk memompa darah, hal ini akan berpengaruh terhadap
tekanan darah. Jika asupan kalsium kurang dari kebutuhan tubuh maka
untuk menjaga keseimbangan kalsium didalam darah, hormon paratiroid
menstimulasi pengeluaran kalsium dari tulang dan masuk ke darah.
Kalsium dalam darah akan mengikat asam lemak bebas sehingga
pembuluh darah menjadi menebal dan mengeras sehingga dapat
mengurangi elastisitas jantung yang akan meningkatkan tekanan darah.
Penelitian ini tidak berhasil menemukan hubungan asupan kalsium
dengan kejadian hipertensi mungkin dikaitkan dengan faktor lain seperti
halnya faktor genetik individu yang bervariasi. Faktor genetik setiap
individu juga mempengaruhi kemampuan tubuh menggunakan kalsium
secara optimal untuk menurunkan tekanan darah dan adanya faktor –
faktor yang menghambat absorbsi kalsium di usus halus seperti fosfor,
oksalat dan serat yang masing – masing banyak terdapat dalam makanan
berprotein tinggi, sayuran hijau, dan buah – buahan segar sehingga dapat
menjadi penyebab tidak optimalnya fungsi kalsium dalam menurunkan
tekanan darah (Etika, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara semi quantitative food frequency
diketahui bahwa asupan tinggi kalsium dari bahan makanan antara lain:
adalah keju, telur ayam, susu, tahu, ikan, kacang tanah, bayam.
4.10 Hubungan Asupan Kalsium Dengan Tekanan Darah Diastolik Sampel
Berdasarkan uji kenormalan data menggunakan Uji Saphiro Wilk
diketahui bahwa data asupan kalsium dengan tekanan darah sistolik data
berdistribusi tidak normal, untuk menguji hubungan asupan kalsium
dengan tekanan darah diastolik digunakan Uji Rank Spearman. Hasil uji
statistik menunjukkan p-value= 0,068, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah diastolik.
43
usia lanjut, jenis kelamin, obesitas dan kurangnya latihan fisik atau dari
faktor yang tidak dapat diubah (Mulki, 2014).
4.12 Hubungan Asupan Kalium Dengan Tekanan Darah Diastolik Sampel
Berdasarkan uji kenormalan data menggunakan Uji Saphiro Wilk
diketahui bahwa data asupan kalium dengan tekanan darah diastolik
berdistribusi tidak normal, untuk menguji hubungan asupan kalium dengan
tekanan darah diastolik digunakan Uji Rank Spearman. Hasil uji statistik
menunjukkan p-value= 0,245, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara asupan kalium dengan tekanan darah diastolik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Dian (2010), secara statistik tidak
ditemukan adanya hubungan antara asupan kalium dengan kejadian
hipertensi karena penelitian ini hanya melihat asupan kalium tanpa melihat
rasio natrium dan kalium. Rasio natrium dan kalium mempunyai hubungan
yang lebih kuat terhadap tekanan darah dibandingkan dengan asupan
kalium atau natrium sendiri. Menurut Geleijnse (1994) Rasio natrium dan
kalium agar tekanan darah tetap normal adalah 1:1. Penelitian ini tidak
berhasil menemukan hubungan asupan kalium dengan kejadian hipertensi
kemungkinan dikaitkan penelitian ini hanya melihat asupan kalium saja
tanpa melihat rasio natrium kalium di dalam urin (Appel,2006). Asupan
kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah.
Pengaruh kalium terhadap tekanan darah terjadi jika natrium di
dalam tubuh juga tinggi, tetapi jika asupan natrium normal ataupun kurang
maka pengaruh tersebut tidak akan terlihat. Rasio natrium kalium pada
urin mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan tekanan darah
dibandingkan dengan natrium atau kalium sendiri.
Pola makan tinggi sumber kalium pisang, alpukat, pepaya, apel
merah, jeruk, bayam, daun pepaya, kapri, kembang kol, kacang tanah,
wortel, kecap, susu kental manis, ketimun, kacang hijau, ikan, singkong,
kacang kedelai.
46
47