Anda di halaman 1dari 47

1

Penyebab penyakit darah tinggi atau Hipertensi mempunyai beberapa faktor


resiko. Ada dua faktor resiko yang pertama faktor resiko yang tidak dapat diubah
atau non essensial antara lain gen, jenis kelamin, usia dan ras. sedangkan faktor
resiko yang dapat diubah atau essensial seperti merokok, aktifitas fisik yang
kurang, penggunaan garam, konsumsi alkohol, stres dan konsumsi kafein (Casey
dkk, 2012). Sekitar 95% hipertensi essensial atau yang tidak diketahui
penyebabnya dan bersifat multifaktorial. Penyebab terjadinya hipertensi essensial
adalah interaksi kompleks antara pilihan gaya hidup yang buruk. Faktor gaya
hidup yang telah terlibat termasuk diet yang buruk (yaitu, asupan natrium tinggi,
asupan buah dan sayur yang rendah), merokok, aktivitas fisik, stres, dan obesitas
(Krummel, 2012). Peningkatan tekanan darah juga dapat disebabkan oleh
tingginya asupan natrium dan rendahnya asupan kalium dan kalsium.
Asupan kalium berhubungan dengan penurunan tekanan darah. Kalium
berperan dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
Peningkatan asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
dikarenakan adanya penurunan resistensi vaskular. Resistensi vaskular
diakibatkan oleh dilatasi pembuluh darah dan adanya peningkatan kehilangan air
dan natrium dari tubuh, hasil aktivitas pompa natrium dan kalium. Asupan kalium
idealnya adalah 4,7g/hari dan dapat diperoleh dari buah dan sayur yang
mengandung kalium tinggi. Asupan kalium dari makanan dapat mengatasi
kelebihan natrium karena kalium berfungsi sebagai diuretik dan menghambat
pengeluaran renin sehingga tekanan darah menjadi normal kembali. Selain itu
kalium juga dapat menghambat efek sensitifitas tubuh terhadap natrium.
Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan
intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah (Almatsier, 2009). Hubungan asupan kalium menurut
Rahayu, 20017 diperoleh hasil p= 0,203 artinya, tidak ada hubungan antara
asupan kalium dengan tekanan darah sistolik pada lansia. Penelitian Mulki (2014)
juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan kalium
dengan tekanan darah, penyebab ini kemungkinan diduga dari peran faktor risiko
usia lanjut, jenis kelamin, obesitas dan kurangnya latihan fisik. Hasil penelitian
Adrogue dan Madias (2007) menunjukkan bahwa pasien hipertensi yang
3

mengkonsumsi makanan tinggi kalium disertai natrium yang cukup dapat


menurunkan tekanan darah secara signifikan yakni 3,4 mmHg pada tekanan
sistolik dan 1,9 mmHg pada tekanan diastolik.
Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang
meningkatkan volume darah. Jantung harus memompa keras untuk mendorong
volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit yang akibatnya
adalah hipertensi (Mulyati, Syam, dan Sirajuddin, 2011). Pengaruh asupan
natrium terhadap tekanan darah tinggi terjadi melalui peningkatan volume plasma
dan tekanan darah. Natrium merupakan cairan ekstraseluler yang berperan penting
dalam mempertahankan volume plasma, keseimbangan asam basa dan juga
neuromuskular. Asupan tinggi natrium dapat menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat sehingga untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik keluar dan mengakibatkan meningkatnya volume darah dan
berdampak pada peningkatan tekanan darah (Astawan, 2007). Hasil penelitian
(Rahayu, 2017) menunjukkan bahwa hubungan asupan natrium dengan tekanan
darah sistolik pada pasien lansia menunjukkan hasil bahwa p<0,05 dengan arti ada
hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik pada lansia.
Konsumsi bahan makanan tinggi kalsium, mempotensiasi peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler, yaitu meningkatkan 1, 25-vitamin D3 dan kadar
hormon paratiroid, menyebabkan kalsium influks ke dalam pembuluh darah sel
otot polos dan resistensi pembuluh darah yang lebih besar (Kris-Etherton et al,
2009). Atau, peptida yang berasal dari protein susu, terutama produk susu
fermentasi, dapat berfungsi sebagai ACE, sehingga menurunkan tekanan darah
(Qin et al, 2009). Peningkatan tekanan darah juga dapat disebabkan oleh adanya
gangguan metabolisme kalsium. Gangguan metabolisme kalsium dapat
disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium dalam jangka waktu yang lama
sehingga menimbulkan terjadinya defisiensi kalsium. Asupan kalsium yang
kurang dapat melemahkan kemampuan otot jantung dalam memompa darah,
sehingga berpengaruh terhadap tekanan darah. Untuk menjaga keseimbangan
asupan kalsium dalam darah, hormon paratiroid menstimulasi pengeluaran
kalsium dari tulang dan masuk ke darah. Kalsium yang tersimpan di tulang akan
masuk ke darah dan mengikat asam lemak bebas sehingga pembuluh darah
4

menebal dan mengeras yang mengakibatkan elastisitas jantung berkurang serta


meningkatkan tekanan darah (Jorde,2009). Penelitian tentang hubungan asupan
kalsium dengan tekanan darah menurut Mutumanikam, 2016 Hasil uji analisis
statistik antara variabel asupan kalsium dengan tekanan darah sistolik maupun
tekanan darah diastolik diperoleh p<0.05 yang artinya bahwa ada hubungan antara
asupan kalsium dengan dengan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik.
Dari latar belakang ini saya tertarik untuk melakukan penelitian hubungan
asupan natrium, kalium dan kalsium di RSU Baitul Hikmah Kendal.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan asupan
natrium, kalium dan kalsium dengan penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi di Rumah Sakit Umum Baitul Hikmah Kendal?
1.3 Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara asupan natrium, kalium dan kalsium
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Baitul
Hikmah Kendal.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik sampel (jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan terakhir)
b. Mendeskripsikan tekanan darah sistolik dan diastolik sampel
hipertensi di Rumah Sakit Umum Baitul Hikmah Kendal
c. Mendeskripsikan asupan natrium sampel hipertensi di Rumah Sakit
Umum Baitul Hikmah Kendal
d. Mendeskripsikan asupan kalsium sampel hipertensi di Rumah
Sakit Umum Baitul Hikmah Kendal
e. Mendeskripsikan asupan kalium sampel hipertensi di Rumah Sakit
Umum Baitul Hikmah Kendal
f. Menganalisis hubungan asupan natrium dengan tekanan darah
sistolik sampel hipertensi di Rumah Sakit Umum Baitul Hikmah
Kendal
5

g. Menganalisis hubungan asupan natrium dengan tekanan darah


diastolik sampel hipertensi di Rumah Sakit Umum Baitul Hikmah
Kendal
h. Menganalisis hubungan asupan kalsium dengan tekanan darah
sistolik sampel hipertensi di Rumah Sakit Umum Baitul Hikmah
Kendal
i. Menganalisis hubungan asupan kalsium dengan tekanan darah
diastolik sampel hipertensi di Rumah Sakit Umum Baitul Hikmah
Kendal
j. Menganalisis hubungan asupan kalium dengan tekanan darah
sistolik sampel hipertensi di Rumah Sakit Umum Baitul Hikmah
Kendal
k. Menganalisis hubungan asupan kalium dengan tekanan darah
diastolik sampel hipertensi di Rumah Sakit Umum Baitul Hikmah
Kendal
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi sampel penelitian
Memberikan wawasan dan gambaran bagi sampel mengenai peran
asupan natrium, kalsium dan kalium terhadap tekanan darah pada
sampel hipertensi.
b. Bagi instalasi gizi rumah sakit
Memberikan masukan dalam peningkatan mutu pelayanan
kesehatan pada sampel hipertensi.
6

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1. Keaslian Penelitian
No Nama peneliti Judul penelitian Tahun Variabel Hasil penelitian
penelitian penelitian
1. Imantino Hubungan Asupan 2013 Asupan Ada hubungan asupan
aliffian Natrium, Kalium, Dan natirum, natrium terhadap
Magnesium Terhadap kalium, dan tekanan darah sistolik
Tekanan Darah Pada magnesium dan diastolik pada
Penderita Hipertensi dengan penderita hipertensi,
Rawat Jalan Di tekanan Tidak ada hubungan
Rumah Sakit Pku darah asupan kalium
Muhammadiyah terhadap tekanan
Surakarta darah
pada penderita
hipertensi, Tidak ada
hubungan asupan
magnesium terhadap
tekanan
darah pada penderita
hipertensi.

2. Nur Yunaida Hubungan Asupan 2015 asupan serat, Tidak ada hubungan
Fauziah Bahan Makanan asupan yang signifikan antara
Sumber Serat, Asupan lemak, asupan serat, Lemak,
Natrium, Asupan asupan natrium dan IMT
Lemak Dan IMT natrium dan terhadap hipertensi.
Dengan Tekanan IMT dengan
Darah Pada Pasien hipertensi
Hipertensi Rawat
Jalan Dirumah Sakit
Tugurejo Semarang
3. Ratri Hubungan Asupan 2016 Asupan asupan kalium
Mutumanikam Kalium, Asupan kalium, berhubungan dengan
Kalsium Dan Rasio kalsium dan tekanan darah sistolik
Lingkar Pinggal rasio lingkar , dan diastolik
Pinggul Dengan pinggal Asupan kalsium
Tekanan Darah Pada pinggul memiliki hubungan
Pasien Hipertensi dengan dengan tekanan darah
Wanita Menopasue tekanan sistolik dan diastolik ,
Rawat Jalan Di darah RLPP juga memiliki
RSUD Sukoharjo hubungan dengan
tekanan darah sistolik
maupun diastolik
4. Mike Rahayu Hubungan Asupan 2017 Tekanan Ada hubungan antara
Susanti Natrium Dan Kalium darah asupan natrium
Dengan Tekanan dengan dengan tekanan darah
Darah Pada Lansia asupan sistolik maupun
Dikelurahan Pajang natrium dan diastolik pada lansia
asupan di Kelurahan Pajang.
kalium Tidak ada
hubungan antara
asupan kalium dengan
tekanan darah sistolik
maupun
diastolik pada lansia.
7

Beberapa hal yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian


diatas yang sudah ada adalah sebagai berikut:
1. Variabel dalam penelitian ini adalah asupan natrium, kalium dan kalsium.
Perbedaan dengan penelitian lain adalah asupan natrium dan asupan
kalium dengan tekanan darah, asupan kalium dan kalsium dengan tekanan
darah, asupan natrium, kalium dan magnesium dengan tekanan darah, dan
hubungan asupan serat, asupan lemak, asupan natrium dan IMT dengan
hipertensi.
2. Metode penelitian dengan jenis rancangan penelitian cross sectional
dengan menggunakan purposive sampling. Perbedaan dengan penelitian
lain adalah dengan menggunakan jenis rancangan penelitian cross
sectional dengan menggunakan multistage sampling, jenis rancangan
penelitian cross sectional dengan menggunakan consequtive sampling,
jenis rancangan penelitian cross sectional dengan menggunakan metode
simple random sampling.
8
9

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik


terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60
mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80
mmHg (Smeltzer dan bare,2012). Aliran darah yang mengalir di sirkulasi dalam
periode waktu tertentu, secara keseluruhan adalah 5000 ml/menit pada sirkulasi
total orang dewasa dalam keadaan istirahat. Aliran darah ini disebut curah jantung
karena merupakan jumlah darah yang dipompa ke aorta oleh jantung setiap
menitnya.
Kecepatan aliran darah yang melalui seluruh sistem sirkulasi sama dengan
kecepatan pompa darah oleh jantung yakni, sama dengan curah jantung. Isi
sekuncup jantung dipengaruhi oleh tekanan pengisian (preload), kekuatan yang
dihasilkan oleh otot jantung, dan tekanan yang harus dilawan oleh jantung saat
memompa (afterload). Normalnya, afterload berhubungan dengan tekanan aorta
untuk ventrikel kiri, dan tekanan arteri untuk ventrikel kanan. Afterload
meningkat bila tekanan darah meningkat, atau bila terdapat stenosis
(penyempitan) katup arteri keluar. Peningkatan afterload akan menurunkan curah
jantung jika kekuatan jantung tidak meningkat. Baik laju denyut jantung maupun
pembentukan kekuatan, diatur oleh sistem saraf otonom (SSO/autonomic nervous
system, ANS) (Aaronson, 2008) .
Hubungan antara tekanan, resistensi, dan aliran darah dalam sistem
kardiovaskular dikenal dengan hemodinamika. Sifat aliran ini sangat kompleks,
namun secara garis besar dapat diperoleh dari hukum fisika untuk sistem
kardiovaskular :
CO = (MABP ─ CVP)
TPR
Dengan CO adalah curah jantung (cardiac output), MABP adalah tekanan
darah arteri rata-rata (mean arterial blood pressure), TPR adalah resistensi perifer
total (total peripheral resistance), dan CVP adalah tekanan vena sentral (central
venous pressure). Karena CVP biasanya mendekati nol, maka MABP sama
dengan CO x TPR (Aaronson, 2008).
MABP adalah nilai rata-rata dari tekanan arteri yang diukur milidetik per
milidetik selama periode waktu tertentu (Guyton, 2007). Secara konstan MABP
10

dipantau oleh baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi


jantung serta pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi
perifer total sebagai usaha memulihkan tekanan darah ke normal. Reseptor
terpenting yang berperan dalam pengaturan terus-menerus yaitu sinus karotikus
dan baroreseptor lengkung aorta (Yusman, 2011).
Tekanan darah rata-rata menurun secara progresif di sepanjang sistem arteri.
Penurunan biasanya tajam pada arteri terkecil dan arteriol (diameter <100 μm),
karena pembuluh memberikan resistensi terbesar terhadap aliran. Peranan arteriol
dalam mengatur resistensi vaskular memiliki beberapa implikasi penting, yaitu :
(1) Konstriksi atau dilatasi semua atau sebagian besar arteriol dalam tubuh akan
memengaruhi TPR dan tekanan darah (2) Konstriksi arteriol pada satu organ atau
regio tersebut, sementara itu dilatasi memiliki efek yang berlawanan (3)
Perubahan resistensi arteriolar pada suatu regio memengaruhi tekanan hidrostatik
‘downstream’ dalam landas kapiler (capillary bed) dan vena pada regio tersebut
(Aaronson, 2008).
Jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga tekanan
rata-rata di aorta menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga,
karena pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, sebagai akibat pengosongan
ritmik ventrikel kiri, tekanan arteri berganti-ganti antara nilai tekanan sistolik 120
mmHg dan nilai tekanan diastolik 80 mmHg (Aaronson, 2008). Pada orang
dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap pulsasi, yang disebut tekanan sistolik,
adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah setiap pulsasi, yang disebut tekanan
diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai antara kedua tekanan ini
sekitar 40 mmHg, yang disebut tekanan nadi (Guyton, 2007).
Dua faktor utama yang memengaruhi tekanan nadi : (1) curah isi sekuncup
dari jantung, dan (2) komplians (distensibilitas total) dari percabangan arteri.
Tekanan nadi pada orang lanjut usia kadang-kadang meningkat sampai dua kali
nilai normal, karena arteri menjadi lebih kaku akibat arteriosklerosis dan
karenanya, arteri relatif tidak lentur (Guyton, 2007).
Tekanan darah dibagi menjadi 2 yaitu, tekanan darah sistolik dan tekanan
diastolik. Tekanan darah sistolik adalah Tekanan maksimal yang ditimbulkan
pada arteri sewaktu darah disemprotkan ke dalam pembuluh selama periode sistol
11

dengan rerata adalah 120 mmHg. Sedangkan Tekanan Darah Diastolik Tekanan
minimal di dalam arteri ketika darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang
lebih kecil di hilir selama periode diastol dengan rerata adalah 80 mmHg. (Potter,
2010). Tekanan dalam suatu pembuluh darah merupakan tekanan yang bekerja
terhadap dinding pembuluh darah (Guyton, 1994, Campbell, et al. 2004). Tekanan
tersebut berusaha melebarkan pembuluh darah karena semua pembuluh darah
memang dapat dilebarkan. Pembuluh vena dapat dilebarkan delapan kali lipat
pembuluh arteri. Selain itu tekanan menyebabkan darah keluar dari pembuluh
melalui setiap lubang, yang berarti tekanan darah normal yang cukup tinggi dalam
arteri akan memaksa darah mengalir dalam arteri kecil, kemudian memalui kapiler
dan akhirnya masuk ke dalam vena. Oleh karena itu tekanan darah penting untuk
mengalirkan darah dalam lingkaran sirkulasi (Guyton, 1994).
Pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekanan darah: (Brunner,
2002)
1) Sistem saraf atau vasomotorik yang terdiri dari pusat- pusat yang
terdapat dibatang otak, misalnya pusat vasomotorik dan diluar susunan
saraf pusat misalnya baroreseptor dan sistemik.
2) Sistem humoral atau kimia yang berlangsung local atau sistemik,
misalnya renin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, asetilkolin, serotonin,
adenosine dan kalsium, magnesium, kalium dan sebagainya. Pengaturan
sirkulasi secara humoral berarti pengaturan oleh zat-zat yang disekresi atau
yang diabsorbsi ke dalam cairan tubuh seperti hormon dan ion. Beberapa
zat ini dibentuk oleh kelenjar khusus dan dibawa di dalam darah ke
seluruh tubuh. Zat lainnya dibentuk di daerah jaringan setempat dan hanya
menimbulkan pengaruh sirkulasi setempat. Faktor-faktor humoral
terpenting yang memengaruhi fungsi sirkulasi di antaranya adalah
(Kaplan, 1998) :
1. Zat Vasokonstriktor
a. Norepinefrin dan Epinefrin
Norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor yang amat kuat
sedangkan epinefrin tidak begitu kuat. Ketika sistem saraf simpatis
dirangsang di sebagian besar atau seluruh tubuh selama terjadi stres atau
12

olahraga, ujung saraf simpatis pada masing-masing jaringan akan


melepaskan norepinefrin yang merangsang jantung dan mengkonstriksi
vena serta arteriol. Selain itu, saraf simpatis untuk medula adrenal juga
menyebabkan kelenjar ini menyekresi norepinefrin dan epinefrin ke dalam
darah. Hormon-hormon tersebut kemudian bersirkulasi ke seluruh tubuh
dan menyebabkan efek perangsangan yang hampir sama dengan
perangsangan simpatis langsung terhadap sirkulasi dengan efek tidak
langsung di dalam darah yang bersirkulasi.
b. Angiotensin II
Pengaruh angiotensin II adalah untuk mengkonstriksi arteri kecil
dengan kuat, yang dapat sangat mengurangi aliran darah di suatu area
jaringan yang terisolasi. Kepentingan nyata dari angiotensin II adalah
bahwa angiotensin secara normal bekerja secara bersamaan pada banyak
arteriol tubuh untuk meningkatkan tahanan perifer total yang akan
meningkatkan tekanan arteri (Kartikasari, 2012).
c. Vasopressin
Disebut juga hormon antidiuretik karena vasopressin memiliki fungsi
utama meningkatkan reabsorbsi air dari tubulus renal kembali ke dalam
darah, dan karena itu akan membantu mengatur volume cairan tubuh.
Vasopressin lebih kuat daripada angiotensin II sebagai vasokonstriktor,
sehingga menjadikannya salah satu zat vasokonstriktor terkuat tubuh.
d. Endotelin
Endotelin berupa peptida besar yang terdiri atas 21 asam amino. Zat ini
terdapat di sel-sel endotel di seluruh atau sebagian besar pembuluh darah.
Rangsangan yang akan melepaskan zat ini, pada umumnya adalah adanya
kerusakan pada endotel, misalnya kerusakan yang disebabkan oleh cedera
jaringan, atau dengan menyuntikkan zat kimia yang menimbulkan trauma
ke dalam pembuluh darah.
2. Zat Vasodilator
a. Bradikinin
Bradikinin menyebabkan dilatasi kuat arteriol dan peningkatan
permeabilitas kapiler.
13

b. Histamin
Histamin memiliki efek vasodilator kuat terhadap arteriol dan,
seperti bradikinin, memiliki kemampuan untuk meningkatkan
permeabilitas kapiler dengan hebat, sehingga timbul kebocoran cairan dan
protein plasma ke dalam jaringan.
Peningkatan curah jantung dan tahanan perifer dapat terjadi akibat
dari berbagai faktor seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, asupan garam,
dan metabolisme natrium dalam ginjal dan faktor endotel mempunyai
peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi (Agrina dkk,
2010). Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah
(Adiwibowo,2009). Tekanan darah tinggi merupakan kondisi degeneratif
yang disebabkan oleh diet beradab dan cara hidup yang berbudaya. Risiko
relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor
risiko yang dapat dikontrol seperti stres, obesitas, nutrisi serta gaya hidup;
serta faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia, jenis
kelamin dan etnis. Faktor lain yang ikut berperan, yaitu sistem renin
angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf
simpatis. Renin berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang
mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan
pada timbulnya hipertensi (Adiwibowo,2009).
3) Sistem hemodinamik lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
susunan kapiler, perubahan tekanan isotonic dan hidrostatik bagian luar
dan sistem vaskuler.
B. Penggolongan Tekanan Darah (Doengoes, 2000)
Tekanan darah dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi) Hipotensi merupakan penurunan
tekanan darah sistol lebih dari 20-30% dibandingkan dengan pengukuran
dasar atau tekanan darah sistol < 100 mmHg. Sehingga setiap organ dari
14

badan tidak mendapat aliran darah yang cukup dan menyebabkan


timbulnya hipotensi.
b. Tekanan darah normal (Normotensi)
Ukuran tekanan darah normal orang dewasa berkisar 120/80
mmHg. Tekanan darah dalam kehidupan bervariasi secara alami, seperti
pada bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang
jauh lebih rendah dibanding dnegan orang dewasa.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastolinya diatas 90 mmHg. Menurut WHO,
penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastolik sama atau lebih besar
95 mmHg.
2.2 Hipertensi
A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. (Kathleen L. M,
2017).
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <130 <85
Hipertensi >140 90
Hipertensi ringan 140-159 90-99
Hipertensi sedang 160-179 100-109
Hipertensi berat 180-209 110-119
Sumber: WHO (World Health Organization)
B. Etiologi atau Penyebab
Etiologi hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) didefinisikan
15

sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi


primer, untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena
sebab-sebab yang diketahui. Menurut Yusman, 2011 Hipertensi primer memiliki
proporsi 95% dari seluruh kasus hipertensi, sedangkan hipertensi sekunder
terdapat pada sebagian kecil pengidap hipertensi, penyebab peningkatan tekanan
darah telah diketahui. Umumnya, hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan
penatalaksanaan penyebabnya yang tepat. Hampir semua hipertensi sekunder
berhubungan dengan gangguan pada sekresi hormon dan/atau fungsi ginjal
(Guyton, 2007). Meskipun sebagian besar penyebab dari hipertensi primer belum
diketahui, namun faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perjalanan
hipertensi telah berhasil diidentifikasi. Faktor-faktor tersebut antara lain asupan
garam, obesitas, pekerjaan, konsumsi alkohol, ukuran keluarga, aktivitas fisik, dan
stres emosional
Tekanan darah dapat meningkat dipengaruhi pada beberapa mekanisme
kimiawi yang berhubungan, namun perubahan yang menyebabkan masalah
tekanan darah pada setiap individu sulit untuk dilacak dan masih belum diketahui
secara signifikan. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi penyakit
hipertensi,yaitu : faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat
dikontrol.
a. Faktor yang tidak dapat dikontrol. Beberapa faktor yang tidak dapat
dikontrol diantaranya, (Lovastatin, 2005) :
1) Keturunan
Dari penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai
orang tua yang menderita hipertensi, maka orang tersebut mempunyai
resiko lebih besar untuk terkena hipertensi, daripada seseorang yang
mempunyai orang tua dengan tekanan darah normal
2) Usia
Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan
meningkat masa anak-anak. Tingkat tekanan darah anak-anak atau remaja
dapat dikaji dengan cara memperhitungkan ukuran tubuh maupun usia.
Tekanan darah dewasa cenderung meningkat dengan berjalannya usia.
16

Lansia tekanan sistoliknya meningkat sehubungan dengan penurunan


elastisitas pembuluh darah didalam tubuhnya
3) Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara klinis antara tekanan
darah laki-laki dan perempuan. Setelah pubertas, laki-laki cenderung
memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah
menopause,wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tingi
daripada laki-laki.
b. Faktor Yang Dapat Dikontrol
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya
berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor – faktor tersebut
antara lain, (Lovastatin, 2005). :
1) Konsumsi Alkohol dan Merokok
Alkohol sesungguhnya dapat membantu menurunkan tekanan
darah. manfaatnya berasal dari kerja alkohol untuk membuka pembuluh
darah halus di kulit, oleh karena itu dapat menurunkan tekanan terhadap
aliran darah, dan menurunkan tekanan diastolik. Fakta otentik
menunjukkan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin
2) Stress
Hubungan stress dengan hipertensi adalah melalui aktivitas saraf
simpatis. Saraf simpatis merupakan saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas. Peningkatan saraf simpatis dapat meningkatan tekanan darah
secara tidak menentu. Apabila stress berkepanjangan dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi.
3) Kebiasaan minum kopi
Minum banyak kopi dapat meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah untuk sementara waktu. Menurut penelitian. James 1997
mengungkapkan bahwa kopi dapat meningkatkan tekanan darah baik
sistolik maupun distolik, 5-15 mmHg selama beberapa jam sampai 12 jam
setelah minum kopi.
4) Pola Makan
17

Pola makan adalah gambaran tentang jenis, sumber dan jumlah


bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari yang sudah merupakan
kebiasaan. Tanpa disadari seseorang itu telah terbiasa menyantap makanan
yang asin secara berlebihan maka lama kelamaan, akan merasakan
tubuhnya berubah, seperti cepat merasa pusing, berkurang keseimbangan
tubuhnya dan sering merasakan aneka gejala yang tidak enak. Pola
konsumsi natrium yang berlebihan merupakan ancaman bagi kesehatan,
diantara dipengaruhi oleh :
a) Batas Ambang Rasa
Indra perasa kita sejak kanak – kanak telah terbiasa untuk
memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit
menerima makanan yang agak tawar.
b) Penggunanan Penyedap Masakan
Budaya penggunaan MSG sudah sampai taraf yang
menghawatirkan. Hampir semua menggunakannya tanpa takaran yang
jelas. Sehingga kebiasaan makan dari sumber natrium yang berlebihan
berdampak pada timbulnya hipertensi. Penyedap masakan lain yang
masih lazim digunakan masyarakat untuk menambah cita rasa masakan
yaitu kecap, terasi, petis, saos tomat ( Astawan, 2005 ).
c) Gaya Hidup
Gaya hidup masyarakat pada saat ini mengalami berbagai
perubahan, termasuk dalam hal pola makan. Banyak dan padatnya
aktifitas dengan waktu yang terbatas, telah membuat masyarakat
cenderung memilih makanan cepat saji. Hal ini yang perlu diwaspadai,
makanan cepat saji ini tinggi kandungan lemak jenuh, kurang serat,
kurang vitamin dan tinggi natrium. Produk-produk fast food tersebut
seperti sosis, hambuger, fried chicken, pizza, dan lain-lain (Astawan,
2005)
d) Asupan natrium
Pengaruh asupan natrium terhadap tekanan darah tinggi terjadi
melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Natrium
merupakan cairan ekstraseluler yang berperan penting dalam
18

mempertahankan volume plasma, keseimbangan asam basa dan juga


neuromuskular. Asupan tinggi natrium dapat menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat sehingga untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar dan mengakibatkan
meningkatnya volume darah dan berdampak pada peningkatan tekanan
darah (Astawan, 2007).
e) Asupan kalsium
Kadar kalsium di dalam darah penting karena kalsium juga
memiliki peranan penting dalam pengaturan tekanan darah dengan cara
membantu kontraksi otot-otot pada dinding pembuluh darah serta
memberi sinyal untuk pelepasan hormon-hormon yang berperan dalam
pengaturan tekanan darah. Kerja duet dari magnesium dan kalsium
inilah yang berguna untuk mempertahankan irama jantung tetap
normal dengan relaksasi dan kontraksi otot jantung.Asupan
Magnesium dan kalsium dapat juga berpengaruh terhadap tekanan
darah, namun pengaruhnya akan terlihat jika digabung antara asupan
magnesium dan kalsium (Astawan, 2007).
f) Asupan kalium
Asupan kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan
darah. Kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Mekanisme bagaimana kalium dapat
menurunkan tekanan darah adalah kalium dapat menurunkan tekanan
darah dengan vasodilatasi sehingga menyebabkan penurunan retensi
perifer total dan meningkatkan output jantung, kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan berkhasiat sebagai diuretika,
kalium dapat mengubah aktivitas sistem renin-angiotensin, kalium
dapat mengatur saraf perifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan
darah. Kalium (potassium) merupakan ion utama didalam cairan
intraseluler. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya didalam cairan intraseluler sehingga cenderung
menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan
darah (Almatsier, 2009)
19

C. Patofisiologi Hipertensi
Asupan garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan volume cairan
yang berakibat tekanan darah meningkat. Ginjal akan menahan natrium saat tubuh
kekurangan natrium dan sebaliknya ginjal akan mengeluarkan natrium melalui
urin pada saat kadar natrium meningkat didalam tubuh. Apabila kadar natrium
terus-menerus meningkat didalam tubuh, ginjal akan bekerja keras untuk
mengeluarkan natrium melalui urin dan dapat mengakibatkan fungsi ginjal
terganggu. Apabila fungsi ginjal tidak normal, kelebihan natrium tidak bisa
dibuang dan menumpuk didalam darah. Volume cairan dalam tubuh meningkat
dan membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa
darah dan mengalirkannya keseluruh tubuh, tekanan darah pun akhirnya
meningkat (Suprayogi,2004 ).
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia didalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraselular (cairan didalam sel) yang komposisinya paling
cocok untuk sel tersebut dan berada didalam cairan ekstraselular (cairan diluar sel)
yang cocok pula. Cairan ekstraselular terdiri dari cairan interstisial atau
interselular (sebagian besar) yang terdapat di sela-sela sel dan cairan intra
vaskular berupa plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan
mengalami penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap
kompartemen dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostasis/ tetap.
Keseimbangan cairan ditiap kompartemen menentukan volume dan tekanan darah
(Almatsier, 2009).
Cairan interselular memasok bahan-bahan yang diperlukan tiap sel dan
membawa keluar produk akhir hasil-hasil reaksi kimia yang terjadi didalam sel.
Setiap kompartemen cairan dipisahkan satu sama lain oleh membran
semipermiabel yang dapat dilewati secara bebas oleh air dan oleh beberapa
elektrolit (Almatsier, 2009).
D. Komplikasi Hipertensi
Beberapa komplikasi dari hipertensi dapat terjadi seperti :
a. Jantung
Jantung dapat dirusakan oleh tekanan darah tinggi yang lama tidak
diobati. Pada awalnya jantung mengatasi ketegangan karena harus
20

menghadapi tekanan darah tinggi dengan meningkatnya kerja otot


sehingga membesar agar dapat memompa lebih kuat. Pompa jantung
mulai macet, tidak dapat lagi mendorong darah untuk beredar ke
seluruh tubuh, sebagian darah menumpuk pada jaringan. Zat gizi dan
oksigen diangkut oleh darah melalui pembuluh darah. Persoalan akan
timbul bila terdapat halangan atau kelainan dipembuluh darah, yang
berarti kurangnya suplai oksigen dan zat gizi untuk menggerakan
jantung secara normal ( Maulana, 2008).
b. Ginjal
Hipertensi yang berkelanjutan menebalkan pembuluh darah pada
ginjal sehingga menganggu mekanisme yang sangat halus yang
menghasilkan urin. Salah satu gejala utama kerusakan ginjal yang
disebabkan oleh tekanan darah tinggi adalah : berkurangnya
kemampuan untuk menyaring darah ( Tom Smith, 1998 ).
c. Stroke
Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding
pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan
pembuluh darah akan mudah pecah. Pada kasus seperti itu, biasanya
pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan darah yang terjadi
secara tiba-tiba. Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan
sel-sel otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan zat gizi
yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan zat
gizi dan akhirnya mati (Auryn, 2007).
2.3 Peranan Natrium pada Hipertensi
1. Pengertian Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular. 35-40% natrium
berada didalam kerangka tubuh. Sumber utama natrium adalah garam dapur atau
NaCl. Garam dapur didalam makanan sehari-hari berperan penting sebagai bumbu
dan sebagai bahan pengawet. Pengaruh asupan natrium terhadap tekanan darah
tinggi terjadi melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Natrium
merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler yang berperan penting dalam
mempertahankan volume plasma dan ekstraseluler, keseimbangan asam basa dan
21

juga neuromuskular. Asupan tinggi natrium dapat menyebabkan konsentrasi


natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat sehingga untuk menormalkannya
cairan intraseluler ditarik keluar dan mengakibatkan meningkatnya volume darah
dan berdampak pada peningkatan tekanan darah (Astawan, 2007)
Natrium diabsorpsi secara aktif dibawa oleh aliran darah dalam jumlah
yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium
hingga 90-99% dari yang dibutuhkan didalam tubuh akan dikeluarkan melalui
urine. Pengeluaran ini diatur oleh hormon aldosteron, yang dikeluarkan kelenjar
adrenal bila kadar natrium darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk
mengabsorpsi kembali natrium. Dalam keadaan normal, natrium yang dikeluarkan
melalui urine sejajar dengan jumlah natrium yang dikonsumsi. Jumlah natrium
dalam urin tinggi maka konsumsi natrium tinggi, dan sebaliknya (Almatsier,
2009).
2. Fungsi Natrium
Natrium berperan sebagian besar mengatur tekanan osmosis yang menjaga
cairan tidak keluar dari darah dan masuk kedalam sel-sel. Didalam sel tekanan
osmosis diatur oleh kalium guna menjaga cairan agar tidak keluar dari sel.
Apabila seseorang memakan terlalu banyak garam, maka kadar natrium dalam
darah akan meningkat. Rasa haus yang ditimbulkan akan menyebabkan minum
semakin banyak sehingga konsentrasi natrium darah kembali normal. Ginjal
kemudian akan mengeluarkan kelebihan cairan dan natrium tersebut dari tubuh
melalui urine (Almatsier, 2009).
Bila jumlah natrium dalam sel meningkat secara berlebihan, air akan masuk
kedalam sel, akibatnya sel akan membengkak. Inilah yang menyebabkan
terjadinya pembengkakan atau oedema dalam jaringan tubuh. Keseimbangan
cairan juga akan terganggu bila seseorang kehilangan natrium. Air akan
memasuki sel untuk mengencerkan natrium dalam sel. Cairan ekstraselular akan
menurun. Perubahan ini dapat menurunkan tekanan darah dalam tubuh
(Almatsier, 2009).
Natrium dan kalium mengatur keseimbangan asam basa darah,
mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh, mengatur kontraksi otot-otot, dan
merangsang fungsi syaraf. Natrium juga mengatur agar garam-garam mineral lain
22

larut dalam darah supaya jangan mengendap pada dinding pembuluh darah
(Almatsier, 2009).
3. Sumber natrium
Sumber natrium adalah garam dapur, mono sodium glutamat (MSG), kecap
dan makanan yan diawetkan dengan garam dapur. Diantara makanan yang belum
diolah, sayuran dan buah mengandung paling sedikit natrium (Almatsier, 2009).
Tabel 3. Kandungan natrium beberapa bahan makanan (mg/100 gram)
Bahan Makanan mg Bahan makanan Mg
Daging sapi 93 Margarine 950
Hati sapi 110 Susu kacang kedelai 15
Ginjal sapi 200 Roti cokelat 500
Telur Bebek 191 Roti putih 530
Telur Ayam 158 Kacang merah 19
Sarden 131 Kacang mede 26
Udang segar 185 Selada 14
Teri kering 885 Pisang 18
Susu sapi 36 Teh 50
Yogurt 40 Cokelat manis 33
Mentega 780 Ragi 610
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Almatsier 2009
4. Kebutuhan natrium
Tabel 4. Kebutuhan Natrium Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur Kalium (mg)
10-12 tahun 1500
13-15 tahun 1500
16-18 tahun 1500
19- 29 tahun 1500
30- 49 tahun 1500
50- 64 tahun 1300
65- 80 tahun 1200
80+ tahun 1200
Sumber: AKG 2013
WHO 1990 menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6
gram/hari (ekuivalen dengan 2400 mg natrium). Pembatasan ini dilakukan
mengingat peranan potensial natrium dalam menimbulkan tekanan darah tinggi
(hipertensi).
Tabel 5. kecukupan mineral mikro menurut Gibson, :
Kecukupan asupan (%) Kategori
> 77% Cukup
<77% Kurang
23

2.4 Peranan Kalium pada Hipertensi


1. Pengertian Kalium
Kalium merupakan ion bermuatan positif yang terdapat didalam sel, dan
sebanyak 95% kalium tubuh berada didalam cairan intraselular. Kalium
diabsorbsi dengan mudah didalam usus halus. Sebanyak 80-90% kalium yang
dimakan dieksresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit
melalui keringat dan cairan lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh
ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengabsorbsi kembali dan
mengeluarkan kalium dibawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam
bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran
didalam tubula ginjal (Almatsier, 2009).
Asupan kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah.
Menurut Amran 2010 tekanan darah yang berhubungan dengan kalium adalah
tekanan darah sistolik dengan hasil penelitian bahwa perlakuan berupa
peningkatan asupan kalium melalui konsumsi buah-buahan memberikan efek
terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebesar ±7,67 mmHg. Kalium
berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
Mekanisme bagaimana kalium dapat menurunkan tekanan darah adalah kalium
dapat menurunkan tekanan darah dengan vasodilatasi sehingga menyebabkan
penurunan retensi perifer total dan meningkatkan output jantung, kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan berkhasiat sebagai diuretika, kalium dapat
mengubah aktivitas sistem renin-angiotensin, kalium dapat mengatur saraf perifer
dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah. Kalium (potassium) merupakan
ion utama didalam cairan intraseluler. Konsumsi kalium yang banyak akan
meningkatkan konsentrasinya didalam cairan intraseluler sehingga cenderung
menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah
(Almatsier, 2009).
2. Fungsi kalium
Memelihara keseimbangan cairan dan elektolit serta keseimbangan asam
basa. Kalium bekerjasama dengan kalsium berperan dalam transmisi saraf dan
relaksasi otot. Didalam sel kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak
reaksi biologik, terutama dalam metabolisme energi dan sinergis glikogen dan
24

protein. Kalium berperan dalam pertumbuhan sel. Taraf kalium dalam otot
berhubungan dengan massa otot dan simpanan glikogen, oleh karena itu bila otot
berada dalam pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan
darah normal memerlukan antara natrium dan kalium yang sesuai didalam tubuh
(Almatsier, 2009).
3. Sumber kalium
Tabel 6. Kandungan Kalium Beberapa Bahan Makanan (mg/100 gram)
Bahan Makanan Mg Bahan Makanan Mg
Beras giling 241 Pepaya 221
Singkong 394 Mangga 214
Kentang 396 Durian 601
Kacang tanah 421 Anggur 111
Kacang hijau 1132 Jeruk manis 162
Kacang kedelai 1504 Semangka 102
Kelapa 555 Bayam 461
Alpukat 278 Tomat 235
Pisang 435 Wortel 245
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Almatsier 2009.
4. Kebutuhan kalium
Tabel 7. Kebutuhan Kalium Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur Kalium (mg)
Laki-laki
10-12 tahun 4500
13-15 tahun 4700
16-18 tahun 4700
19- 29 tahun 4700
30- 49 tahun 4700
50- 64 tahun 4700
65- 80 tahun 4700
80+ tahun 4700
Perempuan
10-12 tahun 4500
13-15 tahun 4500
16-18 tahun 4700
19- 29 tahun 4700
30- 49 tahun 4700
50- 64 tahun 4700
65- 80 tahun 4700
80+ tahun 4700
Sumber: AKG 2013
25

Tabel 8 kecukupan mineral mikro menurut Gibson, :


Kecukupan asupan (%) Kategori
> 77% Cukup
<77% Kurang

2.5 Peranan Kalsium Pada Tekanan Darah


1. Pengertian kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh,
yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg.
Didalam cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang peranan penting
dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot,
penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Asupan kalsium
yang kurang dapat melemahkan kemampuan otot jantung dalam memompa darah,
sehingga berpengaruh terhadap tekanan darah. Untuk menjaga keseimbangan
asupan kalsium dalam darah, hormon paratiroid menstimulasi pengeluaran
kalsium dari tulang dan masuk ke darah. Kalsium yang tersimpan di tulang akan
masuk ke darah dan mengikat asam lemak bebas sehingga pembuluh darah
menebal dan mengeras yang mengakibatkan elastisitas jantung berkurang serta
meningkatkan tekanan darah (Jorde,2009).
2. Mekanisme kalsium
Kalsium dapat meningkatkan konsentrasi cairan intraseluler dengan
adanya bantuan dari vitamin D3 dan hormon paratiroid sehingga menyebabkan
kalsium berfluks menjadi sel-sel otot polos pembuluh darah dan resintensi
pembuluh darah yang lebih besar (Kathleen L. M,2017). Konsumsi bahan
makanan tinggi kalsium, mempotensiasi peningkatan konsentrasi kalsium
intraseluler, yaitu meningkatkan 1, 25-vitamin D3 dan kadar hormon paratiroid,
menyebabkan kalsium influks ke dalam pembuluh darah sel otot polos dan
resistensi pembuluh darah yang lebih besar (Kris-Etherton et al, 2009). Atau,
peptida yang berasal dari protein susu, terutama produk susu fermentasi, dapat
berfungsi sebagai ACE, sehingga menurunkan tekanan darah (Qin et al, 2009).
Peningkatan tekanan darah juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan
metabolisme kalsium. Gangguan metabolisme kalsium dapat disebabkan oleh
kurangnya asupan kalsium dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan
26

terjadinya defisiensi kalsium. Asupan kalsium yang kurang dapat melemahkan


kemampuan otot jantung dalam memompa darah, sehingga berpengaruh terhadap
tekanan darah. Untuk menjaga keseimbangan asupan kalsium dalam darah,
hormon paratiroid menstimulasi pengeluaran kalsium dari tulang dan masuk ke
darah. Kalsium yang tersimpan di tulang akan masuk ke darah dan mengikat asam
lemak bebas sehingga pembuluh darah menebal dan mengeras yang
mengakibatkan elastisitas jantung berkurang serta meningkatkan tekanan darah
(Jorde,2009). Kalsium memiliki efek netriuretik, dan berpengaruh dalam
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi sensitif NaCl. Bila asupan NaCl
berlebih meningkatkan eksresi kalsium urine, kadar hormon paratiroid, dan
konsentrasi 1,25dihydroxivitamin D Hormon para tiroid menyebabkan
vasokonstriksi dengan cara mempengaruhi aktifitas neural dan atau hormon
vasoaktif (Alifiana, 2014).
Kadar kalsium di dalam darah penting karena kalsium juga memiliki
peranan penting dalam pengaturan tekanan darah dengan cara membantu
kontraksi otot-otot pada dinding pembuluh darah serta memberi sinyal untuk
pelepasan hormon-hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan darah. Kerja
duet dari magnesium dan kalsium inilah yang berguna untuk mempertahankan
irama jantung tetap normal dengan relaksasi dan kontraksi otot jantung.Asupan
Magnesium dan kalsium dapat juga berpengaruh terhadap tekanan darah, namun
pengaruhnya akan terlihat jika digabung antara asupan magnesium dan kalsium
(Almatsier, 2009).
Susu mempunyai peran lebih tinggi untuk penurunan tekanan darah
dibandingkan dengan kalsium tambahan atau suplemen (van Mierlo et al, 2008).
Khususnya, asupan susu rendah lemak mengurangi risiko hipertensi sebesar 13%,
sedangkan asupan kalsium tambahan dan sumber susu tinggi lemak tidak
berpengaruh. Setidaknya 2,5 porsi susu rendah lemak per hari adalah diperlukan
untuk peningkatan tekanan darah (Rice et al, 2013).
27

3. Kebutuhan Kalsium
Tabel 9. Kebutuhan kalsium menurut kelompok umur
Kelompok umur Kalsium (mg)
10-12 tahun 1200
13-15 tahun 1200
16-18 tahun 1200
19- 29 tahun 1100
30- 49 tahun 1000
50- 64 tahun 1000
65- 80 tahun 1000
80+ tahun 1000
Sumber: AKG 2013
4. Sumber kalsium
Sumber kalsium adalah sayuran hijau, wortel, kol, kacangkacangan, susu,
telur dan mentega. Bila tubuh kekurangan kalsium akan mengakibatkan
kekejangan dan kelainan tulang serta dapat mengakibatkan darah sukar membeku
(almatsier, 2009).
Tabel 10. Sumber Kalsium Pada Beberapa Bahan Makanan
Bahan Makanan Mg Bahan Makanan Mg

Susu bubuk 904 Kacang tanah 58


Keju 777 Bayam 265
Susu sapi segar 143 Sawi 220
Udang kering 1209 Daun melinjo 219
Teri kering 1200 Daun singkong 165
Sardines 354 Daun katuk 204
Telur bebek 56 Daging sapi 11
Telur ayam 54 Susu kental manis 275
Ayam 14 Kacang kedelai kering 227
Tahu 124 Tempe kedelai 129
Sumber: Almatsier, 2009
Tabel 11 kecukupan mineral mikro menurut Gibson, :
Kecukupan asupan (%) Kategori
> 77% Cukup
<77% Kurang
28

2.6 Kerangka Teori

Faktor yang Jenis kelamin


tidak dapat
dikontrol atau Genetik Tekanan
tidak dapat darah
Kelompok Umur sistolik
diubah
Sistem
Tingkat Stress Tekanan
Vasomotor
darah
Faktor yang Jumlah Rokok diastolik
dapat dikontrol Sistem
atau dapat Hemodinamik
Tingkat Konsumsi
diubah Alkohol
Sistem
Tingkat Konsumsi Humoral
kopi

Pola makan:
 Asupan natrium
 Asupan kalium Tahanan perifer
 Asupan kalsium

2.7 Kerangka Konsep

Tekanan Darah
 Asupan natrium
 Asupan kalsium sistolik
 Asupan kalium Tekanan Darah
diastolik
29

2.8 Hipotesis
1. Ada hubungan asupan natrium dengan tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi
2. Ada hubungan asupan natrium dengan tekanan darah diastolik pada
penderita hipertensi
3. Ada hubungan asupan kalsium dengan tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi
4. Ada hubungan asupan kalsium dengan tekanan darah diastolik pada
penderita hipertensi
5. Ada hubungan asupan kalium dengan tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi
6. Ada hubungan asupan kalium dengan tekanan darah diastolik pada
penderita hipertensi.
30
31

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:


 Tekanan darah sudah normal
3.3 Variabel Penelitian
 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan kalium, kalsium
dan natrium.
 Variabel terikatnya adalah tekanan darah.
3.4 Definisi Operasional
Tabel 12. Definisi operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skor Skala
Asupan Merupakan jumlah asupan Semi quantitatif Miligram Rasio
kalium kalium dari makanan dan Food Frequency
miuman maupun suplemen Questioner
yang dihitung dengan FFQ
pada pasien hipertensi
dengan menggunakan analisa
Nutrisurvey

Asupan Merupakan jumlah asupan Semi quantitatif Miligram Rasio


Kalsium kalsium dari makanan dan Food Frequency
miuman maupun suplemen Questioner
yang dihitung dengan FFQ
pada pasien hipertensi
dengan menggunakan analisa
Nutrisurvey

Asupan Merupakan jumlah asupan Semi quantitatif Miligram Rasio


Natrium natrium dari makanan dan Food Frequency
miuman maupun suplemen Questioner
yang dihitung dengan FFQ
pada pasien hipertensi
dengan menggunakan analisa
Nutrisurvey

Tekanan Merupakan tekanan darah Sphygmomanometer mmHg Rasio


Darah pada saat terjadi kontraksi
sistolik otot jantung. Dengan melihat
data saat pemeriksaan ke poli

Tekanan Merupakan tekanan darah Sphygmomanometer mmHg Rasio


darah pada saat berelaksasi atau
diastolik istirahat. Dengan melihat
data Saat pemeriksaan ke
poli
32

3.5 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data primer meliputi: data primer merupakan data yang diambil
meliputi data tentang bahan makanan sumber kalium, kalsium, natrium
yang dikonsumsi dengan menggunakan metode wawancara langsung
dengan pasien menggunakan form Semi Quantitatif Food Frequency
Qualitatif (SQFFQ)
b. Data sekunder meliputi: riwayat pasien diambil dengan cara mengutip
dari catatan medik berupa : identitas pasien dan pemeriksaan tekanan
darah.
2. Cara pengumpulan data
a. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan pasien dan
keluarga pasien yang dianggap mampu memberikan informasi tentang
data-data yang diperlukan meliputi:
 Makanan apa saja yang sering dikonsumsi
 Berapa berat ukuran bahan makanan sesuai dengan URT
(Ukuran Rumah Tangga)
 Diukur dalam gram
b. Instrumen penelitian
Instrumen untuk memperoleh data asupan bahan makanan kalium,
kalsium dan natrium.
 Semi Quantitatif Food Frequency Questioner (SQFFQ) dengan
menggunakan aplikasi nutri survey untuk menghitung asupan
kalium, kalsium dan natrium
 Alat tulis
 Form identitas pasien
 Form persetujuan
3.6 Pengolahan data dan analisis data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data primer dan data sekunder
terkumpul dan selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui beberapa
tahap yaitu:
33

a. Data yang telah terkumpul kemudian diedit dan dikoding.


b. Data hasil tekanan darah diperoleh dari mengutip di catatan medik.
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis. Pengolahan
data melalui tahapan sebagai berikut:
a. Koding
Semua data yang diperoleh dari data rekam medik pasien,
kemudian dikumpulkan menjadi satu.
b. Tabulating
Proses pengolahan data dengan tujuan untuk membuat tabel-
tabel yang dapat memberikan gambaran statistik.
c. Editing
Pada tahap ini dilakukan pengecekan ulang terhadap data yang
telah didapat dari sampel, apabila ada hal-hal yang meragukan
dilakukan pengecekan ulang langsung kepada sampel yang
bersangkutan.
d. Analisis Data
 Menggali data (asupan natrium, kalsium dan kalium yang
dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dengan
form SQFFQ), selanjutnya dihitung jumlah asupan perhari
setiap individu per bahan makanan yaitu dengan cara:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛(𝑈𝑅𝑇)𝑥𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖
Diketahui = asupan bahan makanan perhari (gram)
 Data dimasukkan kedalam nutrisurvey untuk mengetahui kadar
natrium, kalium, dan kalsium perhari.
 Selanjutnya dimasukkan kedalam program SPSS windows
17.0
Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variabel
usia, jenis kelamin. Data yang sudah didapat dimasukkan kedalam
tabel distribusi frekuensi.
34

2. Analisis bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar asupan
bahan makanan sumber kalium, kalsium dan natrium dengan
tekanan darah menggunakan uji statistik.
Uji kenormalan data asupan makanan kalium, kalsium dan
natrium dengan tekanan darah menggunakan uji saphiro wilk
(karena subjek kurang dari 50 orang). Data tidak berdistribusi
normal maka menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan
hasil apabila nilai p< 0.05 maka artinya, bahwa ada hubungan yang
signifikan.
35
36

dengan laki-laki. Menurut Anggraini (2012) mengatakan bahwa wanita


yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause.
4.1.2 Umur Sampel
Tabel 14. Distribusi sampel berdasarkan umur
Umur N Persentase (%)
31- 40 6 12,6
41- 50 7 14,7
51- 60 19 39,8
61- 70 12 25,2
71-80 1 2,1
81-90 3 6,3
Jumlah 48 100
Sumber: Data Primer Terolah 2019
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa kisaran umur
sampel adalah 31- 90 tahun. Pada tabel 14 dapat diketahui bahwa kejadian
hipertensi sebagian besar pada umur 51- 60 tahun sebesar 39,8%. Tekanan
darah lansia cenderung meningkat dengan berjalannya usia. Pada Lansia
tekanan darah sistolik meningkat sehubungan dengan penurunan elastisitas
pembuluh darah didalam tubuhnya (Imantino, 2013).
Diketahui apabila usia seseorang semakin bertambah, maka
pembuluh arteri akan kehilangan keelastisitasnya atau kelenturannya dan
peningkatan tekanan darah dengan seiringnya pertambahan usia,
kebanyakan orang menderita hipertensi ketika mereka sudah berumur lima
puluh dan enam puluhan (Imantino, 2013).
4.1.3 Pekerjaan Sampel
Tabel 15. Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan N Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga 10 20,8


Petani 19 39,6
Wirausaha 7 14,6
PNS 3 6,3
37

Karyawan swasta 7 14,6


Lainnya (pensiunan, tidak 2 4,2
bekerja)
Jumlah 48 100
Sumber: Data Primer Terolah 2019
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa pekerjaan sampel
dengan persentase terbesar adalah petani yaitu 19 sampel (39,6%).
Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur menyebabkan perubahan
misalnya jantung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga daya
tampung besar dan kontruksi atau denyutannya kuat dan teratur, selain itu
selastisitas pembuluh darah akan bertambah karena adanya relaksasi dan
vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan berkurang dan meningkatkan
kontraksi otot dinding pembuluh darah (Hasanudin, 2018).
4.1.4 Pendidikan Sampel
Tabel 16. Distribusi sampel berdasarkan pendidikan
Pendidikan N Persentase (%)
Tamat SD 22 45,8
Tamat SMP 14 29,2
Tamat SMA 10 20,8
Tamat Perguruan Tinggi 2 4,2
Jumlah 48 100
Sumber: data primer terolah 2019
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa pendidikan sampel
dengan persentase terbesar adalah tamat SD yaitu 22 sampel (45,8%).
4.2 Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Sampel
Tabel 17. Distribusi sampel berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik
Tekanan darah sistolik (mmHg) N Persentase (%)
Hipertensi stage I (140-159) 29 60,4
Hipertensi stage II (160-179) 18 37,5
Hipertensi stage III (180-209) 1 2,1
Jumlah 48 100
Tekanan darah diastolik (mmHg) N Persentase (%)
Hipertensi stage I (90-99) 22 45,8
Hipertensi stage II (100-109) 20 41,7
Hipertensi stage III (110-119) 6 12,5
Jumlah 48 100
Sumber: data primer terolah 2019
Berdasarkan tabel 17 dapat dilihat bahwa tekanan darah sistolik
yang mempunyai persentase terbesar adalah hipertensi stage I (140-159
38

mmHg) sebanyak 29 sampel dengan persentase 60,4%. Sedangkan tekanan


darah diastolik dengan persentase terbanyak pada hipertensi stage I (90-99
mmHg) dengan jumlah 22 sampel (45,8%).
Tekanan darah sistolik akan meningkat seiring dengan berjalannya
usia, semakin banyak usia maka akan semakin tinggi tekanan darah
sistolik, sedangkan nilai diastolik meningkat mulai pada usia lanjut dan
mengalami penurunan setelahnya. (Imantino, 2013).
4.3 Asupan Natrium Sampel
Tabel 18. Distribusi sampel berdasarkan asupan natrium
Kecukupan asupan N Persentase (%)
(%)

Cukup >77 33 68,8


Kurang <77 15 31,2
Jumlah 48 100
Sumber: data primer terolah 2019
Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa asupan Natrium dengan
persentase terbesar adalah cukup (> 77%) dengan persentase 68,8%
dengan rata-rata asupan sebanyak 1325,2 mg perhari, dan hasil minimum
asupan natrium perhari 158,8 mg dan maksimum 2603,9 mg perhari.
Berdasarkan hasil wawancara semi quantitative food frequency
diketahui bahwa asupan tinggi natrium dari bahan makanan antara lain:
garam, ikan asin, telur asin, makanan kaleng, bumbu mie instant dan
makanan siap saji (sosis, nugget), biskuit, keju, kecap, margarin.
4.4 Asupan Kalsium Sampel
Tabel 19. Distribusi sampel berdasarkan asupan kalsium
Kecukupan asupan N Persentase (%)
(%)

Cukup > 77 0 0
Kurang <77 48 100
Jumlah 48 100
Sumber: data primer terolah 2019
Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa asupan kalsium
sampel dengan persentase terbesar 100% adalah pada asupan kurang
(<77%), rata-rata asupan sebesar 513,185 mg perhari dengan asupan
minumum perhari 123,7 mg dan maksimum 1.187,3 mg/hari.
39

Berdasarkan hasil wawancara semi quantitative food frequency


diketahui bahwa asupan tinggi kalsium dari bahan makanan antara lain:
adalah keju, telur ayam, susu, tahu, ikan, kacang tanah, bayam.
4.5 Asupan Kalium Sampel
Tabel 20. Distribusi sampel berdasarkan asupan kalium
Asupan kalium (%) N Persentase (%)

Cukup > 77 42 87,5


Kurang <77 6 12,5
Jumlah 48 100
Sumber: data primer terolah 2019
Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa asupan kalium dengan
persentase terbanyak 87,5% adalah pada asupan kalium cukup (>77%)
rata-rata asupan sebesar 1.522,52 mg perhari dengan asupan minumum
perhari 531 mg dan maksimum 2.748,6 mg/hari.
Berdasarkan hasil wawancara semi quantitative food frequency
diketahui bahwa asupan tinggi kalium dari bahan makanan antara lain:
pisang, alpukat, pepaya, apel merah, jeruk, bayam, daun pepaya, kapri,
kembang kol, kacang tanah, wortel, kecap, susu kental manis, ketimun,
kacang hijau, ikan, singkong, kacang kedelai.
4.6 Hubungan Asupan Natrium Dengan Tekanan Darah Sistolik Sampel
Berdasarkan uji kenormalan data menggunakan Uji Saphiro Wilk
diketahui bahwa data asupan natrium dengan tekanan darah sistolik tidak
berdistribusi normal. Menggunakan Uji Rank Spearman diperoleh hasil
p-value= 0,000 dengan nilai r= 0,455 yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik dengan
arah korelasi positif, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
asupan natrium akan semakin tinggi pula tekanan darah sistolik sampel.
Hal ini sependapat dengan Rahayu (2017) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik pada
lansia. Asupan tinggi natrium dapat menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat sehingga untuk menormalkannya
cairan intraseluler ditarik keluar dan mengakibatkan meningkatnya volume
darah dan berdampak pada peningkatan tekanan darah (Astawan, 2007).
40

Natrium berhubungan dengan kejadian tekanan darah tinggi karena


konsumsi natrium dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan diameter
dari arteri, sehingga jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong
volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit dan
akan menyebabkan tekanan darah meningkat (Brunner dan Suddarth,
2002). Pengaruh asupan natrium terhadap tekanan darah tinggi terjadi
melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Natrium
merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler yang berperan penting
dalam mempertahankan volume plasma dan ekstraseluler, keseimbangan
asam basa dan juga neuromuskular. Asupan tinggi natrium dapat
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat
sehingga untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar dan
mengakibatkan meningkatnya volume darah dan berdampak pada
peningkatan tekanan darah (Astawan, 2007).
Berdasarkan hasil wawancara semi quantitative food frequency
diketahui bahwa asupan tinggi natrium dari bahan makanan antara lain:
garam, ikan asin, telur asin, makanan kaleng, bumbu mie instant dan
makanan siap saji (sosis, nugget), biskuit, keju, kecap, margarin.
4.7 Hubungan Asupan Natrium Dengan Tekanan Darah Diastolik Sampel
Berdasarkan uji kenormalan data menggunakan Uji Saphiro Wilk
diketahui bahwa data asupan natrium dengan tekanan darah diastolik tidak
berdistribusi normal, maka untuk menguji hubungan asupan natrium
dengan tekanan darah sistolik digunakan Uji Rank Spearman. Hasil uji
statistik menunjukkan p-value= 0,160, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah diastolik.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Abdurrachim, Hariyawati dan Suryani (2016) yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan natrium terhadap
tekanan darah diastolik pada lansia. Namun, sejalan dengan penelitian
Lestari (2010) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara
asupan natrium dengan tekanan darah sistolik dan diastolik.
41

Natrium berhubungan dengan kejadian tekanan darah tinggi karena


konsumsi natrium dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan diameter
dari arteri, sehingga jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong
volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit dan
akan menyebabkan tekanan darah meningkat (Brunner dan Suddarth,
2002). Pengaruh asupan natrium terhadap tekanan darah tinggi terjadi
melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Natrium
merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler yang berperan penting
dalam mempertahankan volume plasma dan ekstraseluler, keseimbangan
asam basa dan juga neuromuskular. Asupan tinggi natrium dapat
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat
sehingga untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar dan
mengakibatkan meningkatnya volume darah dan berdampak pada
peningkatan tekanan darah (Astawan, 2007).
Tidak adanya hubungan natrium dengan tekanan darah diastolik
kemungkinan karena adanya keterbatasan dalam penelitian ini yaitu pada
rerata asupan natrium pada responden merupakan asupan natrium yang
hanya berasal dari bahan makanan dan natrium yang ditambahkan saat
pengolahan tanpa memasukkan jumlah natrium yang digunakan responden
sebelum mengkonsumsi makanan.
Berdasarkan hasil wawancara semi quantitative food frequency
diketahui bahwa asupan tinggi natrium dari bahan makanan antara lain:
garam, ikan asin, telur asin, makanan kaleng, bumbu mie instant dan
makanan siap saji (sosis, nugget), biskuit, keju, kecap, margarin.
4.9 Hubungan Asupan Kalsium Dengan Tekanan Darah Sistolik Sampel
Berdasarkan uji kenormalan data menggunakan Uji Saphiro Wilk
diketahui bahwa data asupan kalsium dengan tekanan darah sistolik
diperoleh data tidak berdistribusi normal. Hasil Uji Rank Spearman
diperoleh p-value=0,719 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara
asupan kalsium dengan tekanan darah sistolik.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Mutumanikam (2016),
bahwa ada hubungan antara asupan kalsium dengan dengan tekanan darah
42

baik sistolik maupun diastolik. Asupan kalsium yang kurang dan hasil
analisis bivariat menunjukkan penelitian ini tidak berhasil membuktikan
adanya hubungan antara asupan kalsium dengan kejadian hipertensi.
Namun secara teoritis, kekurangan kalsium akan melemahkan kemampuan
otot jantung untuk memompa darah, hal ini akan berpengaruh terhadap
tekanan darah. Jika asupan kalsium kurang dari kebutuhan tubuh maka
untuk menjaga keseimbangan kalsium didalam darah, hormon paratiroid
menstimulasi pengeluaran kalsium dari tulang dan masuk ke darah.
Kalsium dalam darah akan mengikat asam lemak bebas sehingga
pembuluh darah menjadi menebal dan mengeras sehingga dapat
mengurangi elastisitas jantung yang akan meningkatkan tekanan darah.
Penelitian ini tidak berhasil menemukan hubungan asupan kalsium
dengan kejadian hipertensi mungkin dikaitkan dengan faktor lain seperti
halnya faktor genetik individu yang bervariasi. Faktor genetik setiap
individu juga mempengaruhi kemampuan tubuh menggunakan kalsium
secara optimal untuk menurunkan tekanan darah dan adanya faktor –
faktor yang menghambat absorbsi kalsium di usus halus seperti fosfor,
oksalat dan serat yang masing – masing banyak terdapat dalam makanan
berprotein tinggi, sayuran hijau, dan buah – buahan segar sehingga dapat
menjadi penyebab tidak optimalnya fungsi kalsium dalam menurunkan
tekanan darah (Etika, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara semi quantitative food frequency
diketahui bahwa asupan tinggi kalsium dari bahan makanan antara lain:
adalah keju, telur ayam, susu, tahu, ikan, kacang tanah, bayam.
4.10 Hubungan Asupan Kalsium Dengan Tekanan Darah Diastolik Sampel
Berdasarkan uji kenormalan data menggunakan Uji Saphiro Wilk
diketahui bahwa data asupan kalsium dengan tekanan darah sistolik data
berdistribusi tidak normal, untuk menguji hubungan asupan kalsium
dengan tekanan darah diastolik digunakan Uji Rank Spearman. Hasil uji
statistik menunjukkan p-value= 0,068, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah diastolik.
43

Kalsium memiliki efek netriuretik, dan berpengaruh terhadap


menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi sensitif NaCl. Bila
asupan NaCl berlebih meningkatkan ekskresi kalsium urine, kadar hormon
paratiroid, dan konsentrasi 1.25 dihydroxivitamin D. Hormon paratiroid
menyebabkan vasokontriksi dengan cara mempengaruhi aktofotas neural
dan hormon vasoaktif (Alfiana, 2014). Asupan kalsium yang kurang dapat
melemahkan kemampuan otot jantung dalam memompa darah, sehingga
berpengaruh terhadap tekanan darah. Untuk menjaga keseimbangan
asupan kalsium dalam darah, hormon paratiroid menstimulasi pengeluaran
kalsium dari tulang dan masuk ke darah.
Konsumsi susu mempunyai peran lebih tinggi untuk penurunan
tekanan darah dibandingkan dengan kalsium tambahan atau suplemen
(van Mierlo et al, 2008). Khususnya, asupan susu rendah lemak
mengurangi risiko hipertensi sebesar 13%, sedangkan asupan kalsium
tambahan dan sumber susu tinggi lemak tidak berpengaruh. Setidaknya 2,5
porsi susu rendah lemak per hari adalah diperlukan untuk peningkatan
tekanan darah (Rice et al, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara semi quantitative food frequency
diketahui bahwa asupan tinggi kalsium dari bahan makanan antara lain:
adalah keju, telur ayam, susu, tahu, ikan, kacang tanah, bayam.
4.11 Hubungan Asupan Kalium Dengan Tekanan Darah Sistolik Sampel
Berdasarkan uji kenormalan data menggunakan Uji Saphiro Wilk
diketahui bahwa data asupan kalium dengan tekanan darah sistolik
berdistribusi tidak normal, untuk menguji hubungan digunakan Uji Rank
Spearman. Hasil uji statistik menunjukkan p-value= 0,416, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan kalium dengan
tekanan darah sistolik. Hal ini sependapat dengan Rahayu (2017) bahwa
tidak ada hubungan antara asupan kalium dengan tekanan darah sistolik
pada lansia.
Mekanisme kalium menurunkan tekanan darah antara lain
menurunkan produksi vasokonstriktor thromboxane dan meningkatkan
produksi vasodilator kalidin sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh
44

darah. Vasodilatasi ini menyebabkan penurunan resistensi perifer dan


meningkatkan curah jantung. Kalium sebagai salah satu mineral yang
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit mempunyai efek natriuretik
dan diuretik yang meningkatkan pengeluaran natrium dan cairan dari
dalam tubuh. Kalium juga menghambat pelepasan renin sehingga
mengubah aktifitas sistem renin angiotensin dan mengatur saraf perifer
dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah (Dian, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara semi quantitative food frequency
diketahui bahwa sebagian besar subyek kurang mengkonsumsi buah –
buahan segar yang merupakan sumber makanan tinggi kalium. Namun
secara teoritis asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Kalium dan natrium adalah pasangan mineral yang bekerja
sama dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa
sehingga dua mineral tersebut berpengaruh terhadap regulasi tekanan
darah. Kalium banyak terdapat dalam bahan makanan mentah atau segar.
Proses pemasakan makanan dapat menyebabkan hilangnya kalium dalam
bahan makanan dan penambahan garam ke dalam proses pemasakan
makanan dapat menyebabkan kandungan natrium dalam makanan tersebut
semakin meningkat sehingga dapat terjadi perubahan keseimbangan rasio
natrium dan kalium dalam makanan tersebut. Pengaruh kalium terhadap
tekanan darah terjadi jika natrium di dalam tubuh juga tinggi, tetapi jika
asupan natrium normal ataupun kurang maka pengaruh tersebut tidak akan
terlihat. Rasio natrium kalium pada urin mempunyai hubungan yang lebih
kuat dengan tekanan darah dibandingkan dengan natrium atau kalium
sendiri.
Menurut Amran 2010 tekanan darah yang berhubungan dengan
kalium adalah tekanan darah sistolik dengan hasil penelitian bahwa
perlakuan berupa peningkatan asupan kalium melalui konsumsi buah-
buahan memberikan efek terhadap penurunan tekanan darah sistolik
sebesar ±7,67 mmHg. Penyebab tidak ada hubungan antara asupan kalium
dengan tekanan darah ini, kemungkinan diduga dari peran faktor risiko
45

usia lanjut, jenis kelamin, obesitas dan kurangnya latihan fisik atau dari
faktor yang tidak dapat diubah (Mulki, 2014).
4.12 Hubungan Asupan Kalium Dengan Tekanan Darah Diastolik Sampel
Berdasarkan uji kenormalan data menggunakan Uji Saphiro Wilk
diketahui bahwa data asupan kalium dengan tekanan darah diastolik
berdistribusi tidak normal, untuk menguji hubungan asupan kalium dengan
tekanan darah diastolik digunakan Uji Rank Spearman. Hasil uji statistik
menunjukkan p-value= 0,245, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara asupan kalium dengan tekanan darah diastolik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Dian (2010), secara statistik tidak
ditemukan adanya hubungan antara asupan kalium dengan kejadian
hipertensi karena penelitian ini hanya melihat asupan kalium tanpa melihat
rasio natrium dan kalium. Rasio natrium dan kalium mempunyai hubungan
yang lebih kuat terhadap tekanan darah dibandingkan dengan asupan
kalium atau natrium sendiri. Menurut Geleijnse (1994) Rasio natrium dan
kalium agar tekanan darah tetap normal adalah 1:1. Penelitian ini tidak
berhasil menemukan hubungan asupan kalium dengan kejadian hipertensi
kemungkinan dikaitkan penelitian ini hanya melihat asupan kalium saja
tanpa melihat rasio natrium kalium di dalam urin (Appel,2006). Asupan
kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah.
Pengaruh kalium terhadap tekanan darah terjadi jika natrium di
dalam tubuh juga tinggi, tetapi jika asupan natrium normal ataupun kurang
maka pengaruh tersebut tidak akan terlihat. Rasio natrium kalium pada
urin mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan tekanan darah
dibandingkan dengan natrium atau kalium sendiri.
Pola makan tinggi sumber kalium pisang, alpukat, pepaya, apel
merah, jeruk, bayam, daun pepaya, kapri, kembang kol, kacang tanah,
wortel, kecap, susu kental manis, ketimun, kacang hijau, ikan, singkong,
kacang kedelai.
46
47

9. Tidak ada hubungan antara asupan kalsium dengan tekanan darah


diastolik.
10. Tidak ada hubungan antara asupan kalium dengan tekanan darah
sistolik
11. Tidak ada hubungan antara asupan kalium dengan tekanan darah
diastolik.
5.2 Saran
Ahli gizi diharapkan memberikan konseling pada pasien hipertensi
mengenai pola makan atau diet tentang pemenuhan maupun pembatasan
asupan sumber natrium, kalium, serta kalsium dengan diberikan contoh
bahan makanan yang sering dijumpai disekitar lingkungan pasien.

Anda mungkin juga menyukai