RUSMIATY AR
105 9500 547 15
Stambuk : 105950054715
Fakultas : Pertanian
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si., IPM. Ir. M. Daud, S.Hut., M.Si., IPM.
NBM:742921 NIDN.
Diketahui oleh,
sumber pangan dan obat. Berbagai bahan pangan dan obat teridentifikasi berasal
dari kawasan hutan, baik jenis-jenis yang masih liar maupun yang sudah
bahan baku obat semakin beragamnya jenis tumbuhan yang digunakan berarti
pangan adalah menggali kembali potensi pangan lokal yang biasa dikonsumsi
oleh masyarakat suatu daerah (Ariani, 2006). Potensi pangan lokal yang dimiliki
terwujud.
Pengadaan baha baku obat selama ini sebagian besar masih dipanen
langsung dari alam, sementara usaha budidaya yang dilakukan masih terbatas
(Kemala et al, 2003). Akibatnya jenis-jenis tumbuhan obat yang biasa digunakan
sebagai bahan baku industry tradisional semakin langkah dan sulit didapatkan.
Semakin beragamnya jenis-jenis tumbuhan yang diketahui berpotensi sebagai
obat, bahan baku juga menjadi semakin bervariasi. Jenis-jenis berpotensi tersebut
dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan baku obat baik untuk usaha
diwariskan secara turun temurun. Tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang
alam. Banyak spesies tumbuhan yang hidup di hutan yang memiliki kandungan
Oleh karena itu perlu dilakukan penlitian tentang analisis potensi pemnfaatan
tanaman pangan dan obat pada hutan lindung di Dusun Panatakang, Desa
lindung.
2. Mengetahui potensi pemanfaatan tanaman pangan dan obat pada kawasan
hutan lindung.
1. Apa sajakah jenis-jenis tanaman pangan dan obat pada kawasan hutan
2. Apa sajakah potensi pemanfaatan tanaman pangan dan obat pada kawasan
Kabupaten Enrekang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) telah memberikan kontribusi yang besar bagi
devisa negara Indonesia selama beberapa dekade, oleh karena itu kayu diistilahkan
sebagai “major forest product”. Walau demikian, hasil hutan lainnya yang dikenal
dengan sebutan hasil hutan bukan kayu (HHK), terbukti lebih berniali dari pada kayu
dalam janga panjang (Balick and Mendelsohn 1992, Wollenberg and Nawir 1999).
Gupta dan Guleria (1982) melaporkan bahwa, nilai ekspor HHBK Pemerintah India
mencapai 63 persen dari total ekspor hasil hutan negara tersebut. Sementara itu, nilai
ekspor HHBK Pemerintah Indonesia mencapai US$ 200 juta per tahun (Gillis 1986).
memanfaatkan HHBK dari dalam hutan. Masyarakat tidak dilarang memungut dan
memanfaatkan HHBK dari dalam hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali di
dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (Departemen Kehutanan
1990). Oleh karena it, selain menjadi sumber devisa negara, HHBK seperti rotan,
daging binatang, madu, damar, gaharu, getah, berbagai macam minyak tumbuhan,
memperoleh uang) seperti rotan, damar, gaharu, madu, minyak atsiri, dan lainnya
(Primack 1993).
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memnafaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan
tidak mengurangi fungsi pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu (IUPHHBK) yang tertuang pada Pasal 1 (13) dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007, adalah izin usaha yang diberikan
untuk memnfaatkan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi
pemasaran.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dari ekosistem hutan sangat beragam jenis
Peraturan Menteri Kehuatanan No. P 35/ Menhut-II/ 2007 tentang hasil hutan bukan
c. Keompok minyak lemak : balam, bintaro, buah merah, kroton, kelor, kemiri,
suweng.
i. Kelompok tumbuhan obat : adhas, ajerar, burahol, cariyu, akar binasa, akar
1. Kelas mamalia : babi hutan, bajing kelapa, berut, biawak, kancil, kelinci,
2. Kelas reptile : buaya, bunglon, cicak, kadal, londok, tokek, jenis ular.
4. Kelas aves : alap-alap, beo, betet, kakatua, kasuari, kuntul merak, nuri,
perkici, serindit.
c. Kelompok hasil hewan : burung wallet, kutu lak, lebah, ulat sutera.
Food Production). Ketersediaan pangan yang bersumber dari hutan diperoleh melalui
pemanfaatan langsung plasma nutfah flora dan fauna untuk memenuhi kebutuhan
tertentu baik akar, batang, kulit, daun amupun hasil eksresinya dipercaya dapat
menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit. Saat ini, upaya pegobatan dengan bahan-
389 jenis biji-bijian dan buah-buahan, 288 jenis sayur-sayuran, 110 jenis rempah-
rempah dan bumbu-bumbuan, 75 jenis minyak dan lemak, 40 jenis bahan minuman
serta 1.260 jenis tanaman obat. Hal ini menunjukkan bahwa hutan memiliki potensi
yang besar dalam memberikan kontribusi penyediaan pangan dan obat bagi
masyarakat.
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah
(UU RI Nomor 41 Tahun 1999). Berdasarkan Master plan Kehutanan (1975 dalam
Manan, 1976) hutan lindung diagi menjadi dua, yakni sebagai berikut :
1. Hutan lindung mutlak, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya sama sekali
tidak dapat atau tidak diperbolehkan melakukan pemungutan berupa kayu, tetapi
2. Hutan lindung terbatas, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya dapat atau
2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008. Pengelolaan hutan lindung
dimaksudkan meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
reklamasi hutan lindung dan perlindungan hutan dan konservasi alam di hutan
a. Meningkatkan fungsi hutan lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan
alam.
suatu kawasan sebagai kawasan lindung yakni melalui Peratura Pemerintah Republik
penetapan hutan lindung adalah dengan mememnuhi salah satu persyaratan sebagai
berikut :
1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan itensitas hujan
3. Kawasan hutan yang berada pada ketinggian 200 meter atau lebih di atas
permukaan laut.
4. Kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap erosi dengan lereng
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 2 (dua) bulan, yaitu pada bulan ….
a. Objek penelitian
Kabupaten Enrekang.
b. Alat penelitian
1. Tali rafiah
2. Tally sheet
3. Daftar pertanyaan.
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan atau wawancara
yang telah disampaikan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung melalui
observasi dan wawancara langsung dengan responden pada objek yang diteliti.
b. Data sekunder, yaitu data diperoleh dari Kantor Desa berupa dokumen-dokumen
yaitu meninjau dan mengamati langsung di lapangan. Selain itu digunakan juga
Desa Mattaulu.
10 plot pada lahan hutan lindung di Dusun Panatakang, Desa Bungin, Kecamatan
Bungin, Kabupaten Enrekang. Adapaun cara pembuatan plot dapat dilihat pada
gambar.
50 m
20 m
Gambar 1. Petak contoh yang dibuat pada hal hutan lindung di Dusun Panatakang,
Desa Bungin, Kecamatan Bungin, Kabupaten Enrekang.
Data kerapatan pohon mengenai jumlah dan jenis tanaman yang diperoleh
beberapa istilah :
Kabupaten Bungin.
3. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kesuburan tanah.
4. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun
hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yng berasal dari
hutan.
dipahami.
6. Potensi adalah kemampuan untuk mengembangkan tanaman pangan dan obat
Departemen Kehutanan. 1990. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekonominya. WWF Indonesia Programes. Jakarta.
Gupta, T. A. and A. Guleria. 1982. Non-wood Forets Products from India. IBH
Publishing Co. New Delhi.
Prihantoro Heru, 2004. Tumbuhan Khas Berkhasiat Obat. Penebar swadaya. Jakarta.
Myers, N. 1979. The Sinking Ark: A New Look at the Problem of Disappearing Species.
Program Press. New York.
Sinta. 2000. Saatnya Menggali Potensi Pangan dari Hutan. Sinar Tani 31(2858):6-12.
Suhardi, S. A., Sudjoko dan Minamingsih. 2002. Hutan dan Kebun Sebagai Sumber
Pangan Nasional. Kanisius. Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusutan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusutan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta.
Pribadi ER. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia serta Arah
Penelitian dan Pengembangannya. Perspektif 8(1):52-64.