Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TANAMAN PANGAN DAN OBAT

PADA HUTAN LINDUNG DI DUSUN PANATAKANG DESA BUNGIN


KECAMATAN BUNGIN KABUPATEN ENREKANG

RUSMIATY AR
105 9500 547 15

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Potensi Pemanfaatan Tanaman Pangan Dan Obat


Pada Hutan Lindung di Dusun Panatakang Desa Bungin
Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang.
Nama : Rusmiaty AR

Stambuk : 105950054715

Program Studi : Kehutanan

Fakultas : Pertanian

Makassar, Mei 2019

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si., IPM. Ir. M. Daud, S.Hut., M.Si., IPM.
NBM:742921 NIDN.

Diketahui oleh,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Kehutanan

H. Burhanuddin, S.Pi.,MP Husnah Latifah, S.Hut., M.Si


NBM: 853947 NBM:742921
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan mempunyai potesi sebagai keanekaragaman plasma nutfah sebagai

sumber pangan dan obat. Berbagai bahan pangan dan obat teridentifikasi berasal

dari kawasan hutan, baik jenis-jenis yang masih liar maupun yang sudah

dibudidayakan. Keaneragaman hayati tersebut merupakan potensi yang dapat

dimanfaatkan untuk mendukung rediversifikasi pangan dan pengadaan bahan

baku obat. Melalui rediversifikasi pangan diharapkan konsusmsi pangan

masyarakat menjadi bervariasi (Sinta, 2000), sedangkan dalam hal pengadaan

bahan baku obat semakin beragamnya jenis tumbuhan yang digunakan berarti

bertambahnya bahan baku (Pribadi, 2009).

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan rediversifikasi

pangan adalah menggali kembali potensi pangan lokal yang biasa dikonsumsi

oleh masyarakat suatu daerah (Ariani, 2006). Potensi pangan lokal yang dimiliki

tersebut dapat dikembangkan untuk memenuhi keanekaragaman pangan

masyarakat pada daerah yang bersangkutan. Semakin beragamnya sumber

pangan, kedaulatan sekaligus ketahanan pangan nasional diharapkan dapat

terwujud.

Pengadaan baha baku obat selama ini sebagian besar masih dipanen

langsung dari alam, sementara usaha budidaya yang dilakukan masih terbatas

(Kemala et al, 2003). Akibatnya jenis-jenis tumbuhan obat yang biasa digunakan

sebagai bahan baku industry tradisional semakin langkah dan sulit didapatkan.
Semakin beragamnya jenis-jenis tumbuhan yang diketahui berpotensi sebagai

obat, bahan baku juga menjadi semakin bervariasi. Jenis-jenis berpotensi tersebut

dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan baku obat baik untuk usaha

skala kecil, menengah maupun industri.

Setiap daerah/etnis memiliki pola pemanfaatan tumbuhan yang berbeda-

beda. Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat khusunya dalam pemenuhan

keutuhan pangan dan obat-obatan berkembang menjadi pengetahuan yang

diwariskan secara turun temurun. Tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang

digunakan sesuai dengan pengetahuan lokal masyarakat setempat dalam

kehidupan keseharian mereka mengarah pada terciptanya kehidupan yang

berdaulat-madiri. Masalah ketahanan pangan dan kesehatan dapat diatasi melalui

peningkatan pengetahuan dan konsumsi keanekaragaman tumbuhan berguna dari

alam. Banyak spesies tumbuhan yang hidup di hutan yang memiliki kandungan

gizi dan kandunga-kandungan yang merupakan unsur penting bagi kesehatan.

Oleh karena itu perlu dilakukan penlitian tentang analisis potensi pemnfaatan

tanaman pangan dan obat pada hutan lindung di Dusun Panatakang, Desa

Bungin, Kecamatan Bungin, Kabupaten Enrekang.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui jenis-jenis tanaman pangan dan obat pada kawasan hutan

lindung.
2. Mengetahui potensi pemanfaatan tanaman pangan dan obat pada kawasan

hutan lindung.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

1. Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan berupa

ketersediaan informasi tentang keanekragaman tumbuhan pangan dan obat.

2. Menjadi bahan informasi bagi masyarakat tentang potensi pemanfaatan

tanaman pangan dan obat.

1.4. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang perlu diselesaikan dalam penelitian ini adalah :

1. Apa sajakah jenis-jenis tanaman pangan dan obat pada kawasan hutan

lindung yang dimanfaatkan masyarakat Dusun Panatakang, Desa Bungin,

Kecamatan Bungin, Kabupaten Enrekang.

2. Apa sajakah potensi pemanfaatan tanaman pangan dan obat pada kawasan

hutan lindung di Dusun Panatakang, Dusun Bungin, Kecamatan Bungin,

Kabupaten Enrekang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) telah memberikan kontribusi yang besar bagi

devisa negara Indonesia selama beberapa dekade, oleh karena itu kayu diistilahkan

sebagai “major forest product”. Walau demikian, hasil hutan lainnya yang dikenal

dengan sebutan hasil hutan bukan kayu (HHK), terbukti lebih berniali dari pada kayu

dalam janga panjang (Balick and Mendelsohn 1992, Wollenberg and Nawir 1999).

Gupta dan Guleria (1982) melaporkan bahwa, nilai ekspor HHBK Pemerintah India

mencapai 63 persen dari total ekspor hasil hutan negara tersebut. Sementara itu, nilai

ekspor HHBK Pemerintah Indonesia mencapai US$ 200 juta per tahun (Gillis 1986).

Mengingat pemungutannya tidak memerlukan perizinan yang rumit

sebagaimana dalam pemungutan hasil hutan kayu (timber), masyarakat hutan

(masyarakat yang tinggal di sekitar hutan) umumnya bebas memungut dan

memanfaatkan HHBK dari dalam hutan. Masyarakat tidak dilarang memungut dan

memanfaatkan HHBK dari dalam hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali di

dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (Departemen Kehutanan

1990). Oleh karena it, selain menjadi sumber devisa negara, HHBK seperti rotan,

daging binatang, madu, damar, gaharu, getah, berbagai macam minyak tumbuhan,

bahan obat-obatan, dan lainnya merupakan sumber penghidupan bagi jutaan

masyarakat hutan (Myers 1979; Simpson and Connor-Ogorzaly 1986).

Masyarakat hutan memanfaatkan HHBK baik secara konsumtif (dikonsumsi

langsung) seperti binatang buruan, sagu, umbi-umbian, buah-buahan, sayuran, obat-


obatan, kayu bakar dan lainnya, maupun secara produktif (dipasarkan untuk

memperoleh uang) seperti rotan, damar, gaharu, madu, minyak atsiri, dan lainnya

(Primack 1993).

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memnafaatkan dan

mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan

tidak mengurangi fungsi pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan

Kayu (IUPHHBK) yang tertuang pada Pasal 1 (13) dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007, adalah izin usaha yang diberikan

untuk memnfaatkan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi

melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan, dan

pemasaran.

2.2. Klasifikasi dan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dari ekosistem hutan sangat beragam jenis

sumber penghasil maupun produk serta turunan yang dihasilkannya. Sesuai

Peraturan Menteri Kehuatanan No. P 35/ Menhut-II/ 2007 tentang hasil hutan bukan

kayu, maka dalam rangka pengembangan budidaya maupun pemnfaatannya HHBK

dibedakan dalam HHBK nabati dan HHBK hewani.

1. Kelompok hasil hutan tananman

a. Kelompok resin : agathist, dammar, embalau, kapur barus, kemenyan,

kesambi, rotan jernang, tusam.


b. Kelompok minyak atsiri : akar wangi, cantigi, cendana, ekaliptus, gaharu,

kamper, kayu manis, kayu utih.

c. Keompok minyak lemak : balam, bintaro, buah merah, kroton, kelor, kemiri,

kenari, ketapang, tengkawang.

d. Kelompok karbohidrat : aren, bambu, gadung, ile-iles, jamur, sagu, terubus,

suweng.

e. Kelompok buah-buahan : aren , asam jawa, cempedak, duku, durian,

gandaria, jengkol, kesemek, lengkeng, manggis, matoa, melinjo, pala,

mengkudu, nangka, sawo, sarikaya, sukun.

f. Kelompok tannin : akasia, briguera, gambir, nyiri, kesambi, ketapang,

pinang, rizhopora, pilang.

g. Kelompok pewarna : angsana, alpokat, bulian, jambal, jati kesumba,

mahoni, jernang, nila, secang, soga, suren.

h. Kelompok getah : balam, gemor, getah merah, hangang, jelutung, karet

hutan, ketiau, kiteja, perca, pulai, sundik.

i. Kelompok tumbuhan obat : adhas, ajerar, burahol, cariyu, akar binasa, akar

gambir, akar kuning, cempaka putih, dadap ayam, cereme.

j. Kelompok tanaman hias : anggrek hutan, beringin, bunga bangkai, cemara

gunung, cemara irian, kantong semar, pakis, palem, pinang merah.

k. Kelompok palma dan bamboo : rotan (Calamus sp, Daemonoropus sp,

Korthalsia sp), bambu (Bambusa sp, Giganthosloa sp, Euleptorhampus

viridis, Dendrocalamus sp), agel, lontar, nibung.


l. Kelompok alkohol : kina, dll

2. Kelompok hasil hewan

a. Kelompok hewan buru :

1. Kelas mamalia : babi hutan, bajing kelapa, berut, biawak, kancil, kelinci,

lutung, monyet, musang, rusa.

2. Kelas reptile : buaya, bunglon, cicak, kadal, londok, tokek, jenis ular.

3. Kelas anfibi : berbagai jenis katak.

4. Kelas aves : alap-alap, beo, betet, kakatua, kasuari, kuntul merak, nuri,

perkici, serindit.

b. Kelompok hasil penangkaran : arwana irian, buaya, kupu-kupu, rusa.

c. Kelompok hasil hewan : burung wallet, kutu lak, lebah, ulat sutera.

2.3. Hutan Sebagai Sumber Pangan dan Obat

Wujud kontribusi hutan terhadap ketersediaan pangan secara langsung adalah

optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai penyedia pangan (Forest for

Food Production). Ketersediaan pangan yang bersumber dari hutan diperoleh melalui

pemanfaatan langsung plasma nutfah flora dan fauna untuk memenuhi kebutuhan

pangan hingga papan (Menhut, 2010).

Tumbuhan berkhasiat obat adalah jenis tumbuhan yang pada bagian-bagian

tertentu baik akar, batang, kulit, daun amupun hasil eksresinya dipercaya dapat

menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit. Saat ini, upaya pegobatan dengan bahan-

bahan alam berkembang pesat. Perkembangan pemanfaatan tumbuhan obat sangat


prospektif ditinjau dari berbagai factor pendukung, seperti tersedianya sumerdaya

hayati yang kaya dan beranekaragam di Indonesia (Heru Prihantoro, 2004).

Kuswiyati et al dalam Suhardi at al (2002) menyatakan bahwa sedikitnya dari

hutan terdapat 77 jenis bahan pangan sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan,

389 jenis biji-bijian dan buah-buahan, 288 jenis sayur-sayuran, 110 jenis rempah-

rempah dan bumbu-bumbuan, 75 jenis minyak dan lemak, 40 jenis bahan minuman

serta 1.260 jenis tanaman obat. Hal ini menunjukkan bahwa hutan memiliki potensi

yang besar dalam memberikan kontribusi penyediaan pangan dan obat bagi

masyarakat.

2.4. Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,

mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah

(UU RI Nomor 41 Tahun 1999). Berdasarkan Master plan Kehutanan (1975 dalam

Manan, 1976) hutan lindung diagi menjadi dua, yakni sebagai berikut :

1. Hutan lindung mutlak, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya sama sekali

tidak dapat atau tidak diperbolehkan melakukan pemungutan berupa kayu, tetapi

hasil hutan nirkayu boleh dipungut.

2. Hutan lindung terbatas, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya dapat atau

diperbolehkan diadakan pemungutan hasil berupa kayu secara terbatas tanpa

mengurangi fungsi lindungnya.


Pengelolaan hutan lindung diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008. Pengelolaan hutan lindung

dimaksudkan meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

lindung, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan lindung, rehabilitasi dan

reklamasi hutan lindung dan perlindungan hutan dan konservasi alam di hutan

lindung. Pentingnya dilakukan penelolaan kawasan lindung karena upaya

pengelolaan ini bertujuan untuk :

a. Meningkatkan fungsi hutan lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan

satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa.

b. Mempertahankan keanekaragam tumbuhan, satwa, tipe ekonomi dan keunikan

alam.

Sebagai kawasan yang dilindungi, pemerintah mengatur kriteria penetapan

suatu kawasan sebagai kawasan lindung yakni melalui Peratura Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2004 tentang perencanaan kehutanan, dimana kriteria

penetapan hutan lindung adalah dengan mememnuhi salah satu persyaratan sebagai

berikut :

1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan itensitas hujan

setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah

nilai 175 atau lebih.

2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih.

3. Kawasan hutan yang berada pada ketinggian 200 meter atau lebih di atas

permukaan laut.
4. Kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap erosi dengan lereng

lapangan lebih dari 15 %.

5. Kawasan hutan yang merupakan daerah resapan air.

6. Kawasan hutan yang merupakan daerah perlindungan pantai.


III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 2 (dua) bulan, yaitu pada bulan ….

sampai bulan …. 2019. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Panatakang, Desa

Bungin, Kecamatan Bungin, Kabupaten Enrekang.

3.2. Objek dan Alat Penelitian

a. Objek penelitian

Adapun objek penelitian ini adalah :

1. Masyarakat sekitar Dusun Panatakang, Desa Bungin, Kecamatan Bungin,

Kabupaten Enrekang.

b. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tali rafiah

2. Tally sheet

3. Daftar pertanyaan.

4. Alat tulis untuk mencatat setiap informasi responden.

5. Kuisioner, dipergunakan untuk mengisi daftar pertanyaan.

6. Buku yang digunakan untuk mengisi daftar pertanyaan.

7. Kamera untuk dokumentasi.


3.3. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan atau wawancara

langsung di kelurahan tempat penelitian dan berpedoman pada daftar pertanyaan

yang telah disampaikan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh

peneliti yang terkait dengan penelitian ini.

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung melalui

observasi dan wawancara langsung dengan responden pada objek yang diteliti.

b. Data sekunder, yaitu data diperoleh dari Kantor Desa berupa dokumen-dokumen

dan literature yang relevan serta dari data statistik.

c. Dokumentasi tanaman pangan dan obat terhadap objek yang diteliti.

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode observasi

yaitu meninjau dan mengamati langsung di lapangan. Selain itu digunakan juga

metode kuisioner yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan masyarakat

Desa Mattaulu.

a. Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan pertanyaan langsung terhadapobjek yang akan diteliti.

b. Kuisioner adalah tekhnik pegumpulan dat dengan cara menyusun daftar

pertanyaan yang akan dijawab responden, atau tekhnik pengumpulan data

dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada setiap


responden untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sehingga penelitian

dapat lebih terstruktur.

3.5. Petak Ukur

Analisis vegetasi dilakukan dengan membuat plot ukuran 20×50 m sebanyak

10 plot pada lahan hutan lindung di Dusun Panatakang, Desa Bungin, Kecamatan

Bungin, Kabupaten Enrekang. Adapaun cara pembuatan plot dapat dilihat pada

gambar.

50 m

20 m

Gambar 1. Petak contoh yang dibuat pada hal hutan lindung di Dusun Panatakang,
Desa Bungin, Kecamatan Bungin, Kabupaten Enrekang.

3.6. Analisis dan Penyajian Data

3.6.1. Analisis Data

Data kerapatan pohon mengenai jumlah dan jenis tanaman yang diperoleh

dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus kerapatan pohon yang

didasarkan pada perhitungan nilai kerapatan serta dideskripsikan. Kerapatan

dirumuskan sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝐾) =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ (ℎ𝑎)
3.6.2. Penyajian Data

Data jenis tanaman, kerapatan (K), dan data tetntang pemeliharaan

disajikan dalam bentuk tabel

3.7. Definisi Operasional

Batasan-batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini mencakup

beberapa istilah :

1. Responden adalah pendapat, tanggapan, pandangan dan penerimaan responden

terhadap potensi pemanfaatan tanaman pangan dan obat berdasarkan

pengalaman dan pengetahuan.

2. Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang terlibat langsung pada

pemanfaatan tumbuhan di Dusun Panatakang, Desa Bungin, Kecamatan Bungin,

Kabupaten Bungin.

3. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sisem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara

kesuburan tanah.

4. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun

hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yng berasal dari

hutan.

5. Analisis adalah membedakan, memecahkan atau menguraikan informasi

mengenai pemanfaatan tanaman pangan dan obat sehingga lebih mudah

dipahami.
6. Potensi adalah kemampuan untuk mengembangkan tanaman pangan dan obat

berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan berfikir.


DAFTAR PUSTAKA

Ariani M. 2006. Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia : antara harapan dan


kenyataan. Monograph 27 (7) : 118-131.

Balick, M. J. and R. Mendelsohn. 1992. Assessing The Economic Value of Traditional


Medicines from Tropical Rain Forest. Conservation Biology 6:128-30.

Departemen Kehutanan. 1990. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekonominya. WWF Indonesia Programes. Jakarta.

Gillis, M. 1986. Non-wood Forest Product in Indonesia. Departemen of Forestry,


University of North Carolina, Chapel Hill, NC.

Gupta, T. A. and A. Guleria. 1982. Non-wood Forets Products from India. IBH
Publishing Co. New Delhi.

Prihantoro Heru, 2004. Tumbuhan Khas Berkhasiat Obat. Penebar swadaya. Jakarta.

Kemala S, Sudiarto, Pribadi ER, Yuhono JT, Yusron M, Mauludi L, Raharjo M,


Waskito B, Nurhayati H. 2003. Studi Serapan, Pasokan dan Pemanfaatan
Tanaman Obat di Indonesia. Jakarta (ID) : Laporan Teknis Penelitian Bagian
Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat APBN 2003. 61 hlm.

Manan, S. 1976. Silvikultur. Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan. Institut


Pertanian Bogor. Bogor.

Menteri kehutanan. 2010. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan untuk


Mendukung Peningkatan Produksi Pangan. Disampaikan Pada Seminar
Nasional Ketahanan Pangan Menuju “Feed TheWorld”, 28 Januari 2010. Jakarta.

Myers, N. 1979. The Sinking Ark: A New Look at the Problem of Disappearing Species.
Program Press. New York.

Sinta. 2000. Saatnya Menggali Potensi Pangan dari Hutan. Sinar Tani 31(2858):6-12.

Suhardi, S. A., Sudjoko dan Minamingsih. 2002. Hutan dan Kebun Sebagai Sumber
Pangan Nasional. Kanisius. Jakarta

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999. Pasal 69 dan 70 tentang Kehutanan.


Kementrian Kehutanan. Jakarta.

Primack, R. B. 1993. Essential of Conservation Biology. Sinauer Associates Inc.


Massachusetts USA.
Peraturan Menteri Kehutanan No. 35/Menhut-II/2007, Tentang Hasil Hutan Bukan
Kayu. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusutan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusutan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahu 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.

Pribadi ER. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia serta Arah
Penelitian dan Pengembangannya. Perspektif 8(1):52-64.

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen8 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • SKRIPSI
    SKRIPSI
    Dokumen44 halaman
    SKRIPSI
    Sabila Anagh Blangsinga
    Belum ada peringkat
  • 132 188 1 SM PDF
    132 188 1 SM PDF
    Dokumen4 halaman
    132 188 1 SM PDF
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • 132 188 1 SM PDF
    132 188 1 SM PDF
    Dokumen4 halaman
    132 188 1 SM PDF
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Surat Magang PT Industrial
    Surat Magang PT Industrial
    Dokumen3 halaman
    Surat Magang PT Industrial
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen8 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • 4.mody Lempang
    4.mody Lempang
    Dokumen18 halaman
    4.mody Lempang
    a3pelawi
    Belum ada peringkat
  • Chat_Obrolan_Santai
    Chat_Obrolan_Santai
    Dokumen106 halaman
    Chat_Obrolan_Santai
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Iddha
    Bab 3 Iddha
    Dokumen9 halaman
    Bab 3 Iddha
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
    Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
    Dokumen39 halaman
    Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
    BentengHSihombing
    100% (1)
  • 132 188 1 SM PDF
    132 188 1 SM PDF
    Dokumen4 halaman
    132 188 1 SM PDF
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Aslam
    Aslam
    Dokumen15 halaman
    Aslam
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen1 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen8 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen8 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Hasil Dan Pembahasan
    Bab Iv Hasil Dan Pembahasan
    Dokumen10 halaman
    Bab Iv Hasil Dan Pembahasan
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • PROSES PRODUKSI BUTSUDAN
    PROSES PRODUKSI BUTSUDAN
    Dokumen6 halaman
    PROSES PRODUKSI BUTSUDAN
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Aslam
    Aslam
    Dokumen15 halaman
    Aslam
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Adzan
    Jadwal Adzan
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Adzan
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • PKM Simok
    PKM Simok
    Dokumen20 halaman
    PKM Simok
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Bab I PDF
    Bab I PDF
    Dokumen4 halaman
    Bab I PDF
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Attachment
    Attachment
    Dokumen1 halaman
    Attachment
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Sketsa
    Sketsa
    Dokumen2 halaman
    Sketsa
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Metode Ilmiah
    Jurnal Metode Ilmiah
    Dokumen1 halaman
    Jurnal Metode Ilmiah
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Proposal Metil
    Proposal Metil
    Dokumen16 halaman
    Proposal Metil
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • SILVIKULTUR
    SILVIKULTUR
    Dokumen29 halaman
    SILVIKULTUR
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Klipping Dika
    Klipping Dika
    Dokumen6 halaman
    Klipping Dika
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Klipping Dika
    Klipping Dika
    Dokumen6 halaman
    Klipping Dika
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Suryani Sulaeman
    Suryani Sulaeman
    Dokumen2 halaman
    Suryani Sulaeman
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat