Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi terbarukan mulai dikembangkan seiring dengan terbatasnya

cadangan energi fosil dan dampak negatif pada lingkungan akibat penggunaan

energi fosil tersebut. Energi fosil merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui

sehingga pemakaiannya harus ditekan. Berdasarkan Perpres Nomor 79 Tahun

2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, energi terbarukan adalah energi yang

dihasilkan dari sumber daya energi berkelanjutan yang berasal dari panas bumi,

angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan

perbedaan suhu lapisan laut. Pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih

sangat rendah jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil. Komposisi

sumber energi untuk pembangkitan listrik di Indonesia saat ini meliputi, batubara

43%, gas 25%, minyak bumi 20%, tenaga air 6%, dan panas bumi 6%

(Coordinating Ministry of Economic Affair, 2013).

Penggunaan energi fosil dalam pembangkit listrik masih terus meningkat

akibat pertumbuhan jumlah penduduk yang membutuhkan energi listrik. Di sisi

lain, pemenuhan kebutuhan listrik bagi daerah terpencil masih belum memadai

karena penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara ataupun solar

(diesel) tidak cukup efisien. Dampak dari kedua bahan bakar tersebut yaitu

menghasilkan emisi gas rumah kaca serta harga BBM yang sangat fluktuatif

bergantung pada harga minyak dunia dan memiliki hambatan dalam hal

mendistribusikan bahan bakar ke daerah pelosok. Pengembangan energy


terbarukan sangat berpeluang dioptimalkan untuk menjadi alternatif solusi energi

listrik yang menggunakan energi fosil.

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar untuk

dikembangkan. Tercatat pada awal tahun 2009 potensi tersebut diantaranya,

mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomasa 50 GW, energi surya 4,80

kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW (DEN, 2010).

Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang dihasilkan dari kayu, limbah

pertanian, kotoran hewan, dan tanaman hidup. Biomassa digunakan sebagai bahan

bakar untuk menghasilkan energi listrik dan dapat digunakan dalam bentuk gas,

cair, dan padat.

Berdasarkan sumber bahan bakunya biomassa dapat dikategorikan dalam 5

kelompok antara lain (Kong, 2010) : biomassa yang berasal dari sisa pemukiman,

sisa pabrik pengolahan kayu, sisa pengolahan hutan, sisa panen diladang

persawahan, dan biomassa berasal dari tumbuh-tumbuhan energi (sengaja

ditanam). Energi biomassa, khususnya biomassa yang berasal dari tumbuhan

energi, memiliki ketersedian yang melimpah terlebih Indonesia memiliki hutan

yang luas mulai dari hutan alam, hutan tanaman industri, maupun hutan rakyat.

Selain itu, biomassa yang dimanfaatkan untuk dikonversikan ke energi listrik

menghasilkan 90% CO₂ yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar

fosil. Pemanfaatan biomassa juga akan mendorong pemanfaatan lahan kosong dan

potensi Hutan Rakyat untuk ditanami tumbuhan energy.

Salah satu sumber energi biomassa yang dikembangkan dari hasil hutan

adalah wood pellet (wood biomass energy). Wood pellet cocok digunakan sebagai
bahan bakar kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan industri besar, bahkan untuk

industri pembangkit tenaga listrik. Menurut Satrio Astungkoro, Direktur PT.

Energi Biomasa Indonesia, nilai kandungan panas wood pellet mencapai 4,880

kilo kalori (kkal) sehingga produk ini mampu menggantikan batu bara.

Kemampuannya mengeluarkan panas yang setara dengan batu bara, wood pellet

akan dapat diterima pasar karena saat ini dunia sedang menuju mekanisme

pembangunan bersih untuk membantu mengurangi efek gas rumah kaca.

1.2 Rumusan Masalah

Energi fosil memiliki keterbatasan dalam jumlah stok dan memiliki

dampak besar dalam efek gas rumah kaca. Sementara kebutuhan energi listrik

semakin tinggi akibat jumlah penduduk yang terus meningkat. Pengembangan

energi terbarukan merupakan solusi untuk mengatasi kebutuhan energi listrik.

Energi terbarukan, khususnya biomassa perlu dikembangkan di ekosistem Hutan

Rakyat yang memiliki potensi cukup besar. Untuk mengetahui kecukupan

biomassa di suatu daerah sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik, perlu

dilakukan pendugaan potensinya. Sehubungan dengan hal tersebut, permasalahan

yang harus diselesaikan adalah melihat kelestarian potensi biomasssa di Hutan

Rakyat sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.

1.3 Hipotesis

Kebutuhan masyarakat akan sumber energi asal biomassa perlu

dikembangkan di ekosistem Hutan Rakyat yang memiliki potensi cukup besar.

Kecukupan biomassa di suatu daerah sebagai sumber bahan bakar pembangkit

listrik.
1.4 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menduga potensi kandungan biomassa di

Hutan Rakyat Desa Sinarlaut sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.

1.5 Kegunaan

Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah memberikan data dan informasi

dasar mengenai potensi kandungan biomassa di Hutan Rakyat Desa Sinarlaut

untuk dikembangkan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Potensi Energi Biomassa

Menurut Biomass Energy Europe, terdapat lima jenis potensi sumber

energi biomassa: teoritis, teknis, ekonomis, implementasi, dan implementasi

berkelanjutan (sustainable implementation). Karena penelitian ini adalah

penelitian pendahuluan, maka penelitian difokuskan pada potensi teoritis.

Gambar 1 memperlihatkan ilustrasi dari empat potensi pertama dan

dijelaskan pada bagian berikut (Biomass Energy Europe. 2010 a): (a) Potensi

Teoritis adalah jumlah maksimum keseluruhan biomassa darat yang secara teoritis

tersedia untuk produksi bioenergi dengan batasan biofisika dasar. Potensi teoritis

biasanya dinyatakan dalam Joule energi primer, yaitu energi yang terkandung

dalam bahan mentah biomassa, yang belum diproses. Energi primer diubah

menjadi energi sekunder, seperti listrik, bahan bakar cair, dan bahan bakar gas.

Dalam kasus biomassa dari tanaman dan hutan, potensi teoritis menggambarkan

produktivitas maksimum di bawah pengelolaan optimal teoritis dengan

mempertimbangkan batasan-batasan seperti kondisi tanah, suhu, radiasi matahari,

dan curah hujan. (b) Potensi Teknis adalah bagian dari potensi teoritis yang

tersedia di bawah kondisi tekno-struktural dengan teknologi yang tersedia saat

(misalnya teknik panen,infrastruktur dan aksesibilitas, dan teknik pengolahan).

Potensi teknis juga mempertimbangkan kondisi spasial terkait penggunaan lahan

(misal untuk produksi pangan, pakan, dan serat) termasuk aspek ekologis (yaitu

cadangan alami) dan kandala akibat kemungkinan penggunaan non-teknis. Potensi

teknis biasanya dinyatakan dalan Joule energi primer, tapi terkadang juga
dinyatakan dalam satuan sekunder untuk energy. (c) Potensi Ekonomis adalah

bagian dari potensi teknis yang memenuhi kriteria keuntungan ekonomis dalam

kondisi tertentu. Potensi ekonomi pada umumnya mengacu kepada energi bio

sekunder walaupun kadang-kadang energi bio primer juga dipertimbangkan. Hasil

akhir dari penilaian potensi ekonomis adalah dalam bentuk Supply Curve

(Rp./ton). (d) Potensi Implementasi adalah bagian dari potensi ekonomis yang

dapat diterapkan pada periode waktu tertentu dan pada kondisi sosio-politik yang

nyata, mencakup hambatan (dan kebijakan insentif) ekonomi, institutional dan

sosial. Potensi implementasi fokus pada kelayakan atau dampak ekonomi,

lingkungan, dan sosial dari kebijakan bioenergi. (e) Potensi Implementasi

Berkelanjutan.

Secara teoritis, terdapat jenis potensi kelima dari sumber biomassa, yaitu

potensi implementasi berkelanjutan. Sebenarnya ini bukan jenis potensi baru,

namun merupakan gabungan kriteria-kriteria keberlanjutan lingkungan, ekonomi,

dan sosial dari penilaian sumber biomasaa. Hal ini menjelaskan bahwa kriteria

keberlanjutan bertindak seperti filter pada potensi teoritis, teknis, ekonomi dan

implementasi yang ditujukan untuk potensi implementasi berkelanjutan.

Tergantung pada jenis potensi, kriteria keberlanjutan dapat diterapkan untuk

tingkatan yang berbeda. Misalnya, untuk mendapatkan potensi teknis, kriteria dan

kendala lingkungan diintegrasikan untuk membatasi wilayah yang tersedia

dan/atau hasil yang bisa dicapai.


Gambar 1 Jenis Potensi Biomassa (Biomass Energy Europe. 2010a)

2.2 Pengukuran Potensi Energi Biomassa

Informasi tentang produksi dan penggunaan energi biomassa biasanya sulit

didapatkan karena minimnya data jangka panjang. Kalaupun tersedia, biasanya

data dan informasi yang ada sering tidak akurat dan terlalu fokus pada lokasi

tertentu. Hal ini biasanya disebabkan karena biomassa tradisional sering dianggap

sebagai bagian dari ekonomi non-formal sehingga tidak masuk ke dalam kegiatan

badan-badan statistik. Pada gilirannya, walaupun biomassa memainkan peran

penting di negara-negara berkembang, namun perencanaan, pengelolaan,

produksi, distribusi, dan penggunaan biomassa jarang mendapat perhatian para

pengambil kebijakan dan perencana energi (Calle et al, 2007). Selain itu,

walaupun biomassa penting, perannya belum sepenuhnya dikenali.

Penentuan potensi energi biomassa melibatkan banyak faktor antara lain

kompleksitas produksi dan konsumsi, kesulitian menentukan ketersediaan sumber


energi biomassa, keberlanjutan produktifitas jangka panjang, dan aspek ekonomi

dalam produksi dan penggunaan. Selain itu, pemanfaatan energi biomassa juga

melibatkan aspek teknologi, ekologi, dan sosial.

Tiga persoalan utama dalam menentukan analisa potensi biomassa adalah:

membedakan antara potensi dan suplai aktual, mengukur variasi, dan banyaknya

satuan yang digunakan dalam pengukuran (Calle et al, 2007).

Biomassa biasanya dikumpulkan dari berbagai jenis tumbuhan. Potensi

biomassa adalah banyaknya sumber biomassa yang dihasilkan oleh suatu

kawasan. Sedangkan suplai aktual biomassa adalah banyaknya sumber biomassa

yang dapat diakses untuk keperluan konversi energi. Di antara faktor penghambat

untuk akses biomassa adalah topografi, hukum atau peraturan setempat, dan

tradisi setempat.

Untuk mengukur potensi biomasa dapat dilakukan dengan tiga metode

utama, yaitu teknologi geospatial, survei lapangan, dan pemodelan (APEC, 2008).

Teknologi Geospatial: Mencakup remote sensing (RS), sistem informasi

geografis (SIG), dan sistem penentuan posisi global (GPS). Gambar penginderaan

jauh, seperti foto udara dan satelit, memberikan cara yang efisien dan dapat

diandalkan untuk memantau sumber daya biomassa dari waktu ke waktu. Gambar

penginderaan jauh memiliki resolusi spasial dan temporal relatif halus, mirip

dengan data yang diperoleh oleh survei lapangan. Teknik ini digunakan untuk

memperkirakan pertumbuhan stok biomassa dan perkiraan produktivitas. RS

menyediakan cara hemat biaya untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan di

daerah yang terpencil dan sulit diakses diakses.


Gambar penginderaan jauh juga satu-satunya pendekatan praktis untuk

menganalisis penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan pada skala ekonomi

yang luas, regional, dan global. Pola yang dihasilkan dapat dipelajari dengan

membandingkan gambar yang diperoleh pada waktu yang berbeda. Data yang berasal

dari citra penginderaan jauh, seperti penggunaan lahan / tutupan, ketinggian, dan suhu

permukaan, lebih lanjut digunakan dalam sistem informasi geografis (GIS). GIS

adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk membuat,

memanipulasi, menganalisis, dan memvisualisasikan informasi yang bereferensi

geografis. Ini adalah alat yang ampuh untuk menilai potensi biomassa:

mengintegrasikan berbagai jenis data dan menyediakan sarana untuk memeriksa

hubungan spasial mereka.

Survei lapangan digunakan untuk mengumpulkan data sebagai bagian dari

evaluasi spesifik pada suatu lokasi. Biasanya, sebuah plot lapangan (ukuran dapat

bervariasi) dipilih sebagai wakil dari jenis vegetasi pada suatu wilayah studi, dan

parameter seperti diameter batang, tinggi pohon, atau dimensi mahkota bagi

sumberdaya hutan dan kepadatan, ketinggian, dan pengembangan fenologi untuk

tanaman yang mudah diukur. Hasil ekstrapolasi lebih lanjut di daerah yang lebih

besar dan digunakan untuk mengembangkan persamaan yang memprediksi

ketersediaan biomassa. Teknik sampling ini memberikan perkiraan yang paling akurat

dari sumber daya biomassa pada lokasi tertentu, namun tidak praktis untuk skala luas.

Survei adalah prosedur yang memakan waktu panjang, banyak tenaga kerja, dan

karena itu mahal, bahkan dengan teknologi komunikasi satelit hari ini (GPS).

Saat ini, survei lapangan dalam penilaian sumber daya biomassa yang digunakan

ketika metode lain terbukti tidak cukup atau ketika kemampuan untuk menggunakan
metode lain tidak ada. Model adalah kerangka kerja yang disederhanakan dan dirancang

untuk menggambarkan sebuah sistem atau proses yang sering menggunakan teknik

matematika untuk memfasilitasi perhitungan atau prediksi. Kompleksitas model dan

teknik pemodelan tergantung pada kebutuhan ketersediaan penilaian dan data. Model

dapat yang sederhana seperti ekstrapolasi data diukur dengan menggunakan metode

statistik, atau sebagai kompleks sebagai menyeimbangkan berbagai proses (diatur dalam

modul terpisah) untuk mendapatkan karakteristik sumber daya.

Model statis (analitis) dan dinamis (simulasi), keduanya digunakan dalam

penilaian sumber daya biomassa.Model statis menggambarkan sebuah sistem

matematis, dalam bentuk persamaan, dan dapat dibangun dalam spreadsheet.

Misalnya memperkirakan jumlah dan biaya sisa tanaman (jerami padi misalnya)

dengan menetapkan nilai (biasanya rata-rata) untuk beberapa variabel seperti produksi

tanaman, residu yang dihasilkan, biaya tenaga kerja, dan harga (kimia, pupuk, bahan

bakar, dan penanaman).


III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Rakyat Desa Sinarlaut, Kecamatan

Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada tanggal

5-15 Juni 2015. Luas wilayah Desa Sinarlaut mencapai 22,22 km2 dan merupakan

desa terluas ke empat (8,97% luas Kecamatan Agrabinta) dari 11 desa di

Kecamatan Agrabinta. Desa Sinarlaut memiliki batas-batas wilayah sebagai

berikut :

a. Utara : Jalan lintas Jawa Barat Selatan dan Desa Bojo Kaso

b. Selatan : Samudera Indonesia

c. Timur : Kali Cisokan dan Desa Mekarsari

d. Barat : Desa Wamgun Jaya

Data curah hujan di Desa Sinarlaut, menurut BMKG bulan Mei 2015

mencapai 101-150 mm atau dalam kategori curah hujan menengah.

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, meteran

roll, haga meter, tali tambang, kamera, GPS, kompas, voice recorder, tally

sheet.

b. Bahan yang digunakan adalah Hutan Rakyat di Desa Sinarlaut dan data

deskripsi umum mengenai Desa Sinarlaut.


3.3 Jenis Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer

merupakan data yang langsung dikumpulkan dilapangan. Data primer yang diambil

berupa data analisis vegetasi. Analisis vegetasi digunakan untuk menghitung Indeks

Nilai Penting sebuah vegetasi, kandungan biomassa tegakan, dan perhitungan energi

listrik yang dihasilkan. Pembuatan plot diambil secara acak di lima RW (Rukun

Warga)/dusun. Data yang diambil meliputi nama jenis, diameter setinggi dada

(DBH), tinggi bebas cabang, dan tinggi total disetiap tingkat vegetasi.

Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk menunjang hasil

penelitian. Data yang diambil meliputi data kondisi umum Desa Sinarlaut,

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

3.4 Metode Pengambilan Data

a. Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi


IV.
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis)

dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis

vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis vegetasi suatu tegakan

dengan hasil akhir yaitu Indeks Nilai Penting (INP). Penempatan plot contoh

jenis- jenis vegetasi yang ada dilakukan secara acak di lima RW/dusun yang

ada. Petak contoh yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah plot

lingkaran. Menurut Rusolono et al. (2015), plot lingkaran umum digunakan

untuk survei vegetasi (termasuk biomassa dan cadangan karbon) di hutan-

hutan yang kondisinya relatif homogen, seperti tanaman atau hutan di daerah

temperate. Plot lingkaran memiliki jari - jari sebesar 17,8 m, dengan data

yang diambil dalam plot yaitu data diameter pohon setinggi dada (DBH),
tinggi total pohon, dan tinggi bebas cabang pohon. Luas satu plot lingkaran

sebesar 0,1 ha. Data diambil di 7 macam hutan tanaman dengan masing –

masing hutan dibuat satu contoh plot lingkaran. Tujuh macam hutan tanaman

tersebut ditanami dengan sengon, jabon, akasia, karet, dan hutan tanaman

campuran.

b. Metode Pengambilan Contoh Biomassa Tegakan

Biomassa tegakan dapat dihitung dari data Dbh (1,3m), tinggi pohon,

dan nama jenis yang ada didalam masing-masing plot. Potensi biomassa dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan alometrik.

3.5 Metode Analisis Data

a. Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP)

Data hasil analisis vegetasi diolah untuk mengetahui nilai INP, dan

jenis pohon yang dominan pada daerah tersebut. Indeks Nilai Penting (INP)

digunakan untuk menentukan dominansi suatu jenis terhadap jenis lain.

Indeks Nilai Penting (INP) merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif

(KR), Dominansi Relatif (DR) dan Frekuensi Relatif (FR) (Soerianegara dan

Indrawan 1988). INP = KR + FR (untuk semai, pancang, tumbuhan bawah)

INP = KR + FR + DR (untuk tiang dan pohon)

Jumlah Individu Sutu Jenis


1. Kerapatan Mutlak =
Luas Contoh

Kerapatan relatif (KR)= Kerapatan Suatu Jenis x 100 %


Kerapatan Seluruh Jenis

2. Frekuensi Mutlak =Jumlah petak contoh ditemukan suatu jenis


Jumlah seluruh petak contoh

Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi Suatu Jenis x 100 %


Jumlah Seluruh Frekuensi Suatu Jenis

3. Luas Bidang datar = ¼ .π. d2

4. Dominasi Murlak = Luas Bidang Datar Suatu Jenis


Luas Seluruh Petak Contoh

Dominasi Mutlak Suatu Jenis


Dominasi Relatif (DR) = x 100 %
Dominasi Seluruh Jenis

b.Perhitungan Kandungan Biomassa

Pendugaan kandungan biomassa menggunakan pendekatan model-

model persamaan alometrik sesuai jenis pohon dan tipe ekosistem. Jika jenis

pohon yang ditemukan tidak memiliki persamaan alometrik biomassa,

pendugaan biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan rumus alometrik

volume jenis yang bersangkutan. Pendekatan volume menggunakan data

tinggi dan diameter (DBH) pengukuran pohon dalam tegakan (Krisnawati et

al. 2012).

c. Perthitungan Potensi Energi Listrik

Pendugaan potensi energi listrik dilakukan dengan menggunakan

pendekatan konversi wood pellet ke kalor dan kalor ke energi listrik. Menurut

hasil penelitian, biomassa yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 ton wood

pellet adalah sebanyak 1,5 ton atau satu setengah kalinya biomassa jika kadar

airnya sebesar 40%. Perhitungan konversi kalor menggunakan rumus 1 ton

wood pellet = 19,8 GJ (Payne 1980), Menurut Ramsey (1982), mesin

memiliki nilai efisiensi sebesar 40% untuk menghasilkan listrik, dapat dilihat

di Tabel 1.
Tabel 1 Konversi biomassa ke energi listrik

Biomassa : WP Kalor (GJ/ton) Lisrtik (GWh) Efisiensi mesin (40%)


1,5 : 1 1 ton WP = 19,8 GJ 1 GJ = 1 x 2,7-5 GWh 1 GJ = 1 x 1,1-4 GWh
Daftar Pustaka

APEC, 2008. Survey of Biomass Resource Assessments and Assessment Capabilities


in APEC Economies. Tersedia di: http://www.nrel.gov/docs/fy09osti/43710.pdf.

Biomass Energy Europe. 2010. Harmonization of biomass resource assessments,


Volume I: Best Practices and Methods Handbook. BEE: Freiburg-Germany.

Biomass Energy Europe. 2010. Methods & Data Sources for Biomass Resource
Assessments for Energy. BEE: Freiburg-Germany.

Calle, F., Rosillo, P. Groot, S. L. Hemstock, & Wood. 2007. The Biomass Assessment
Handbook: Bioenergy for a Sustainable Environment, London: Earthscan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen8 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • SKRIPSI
    SKRIPSI
    Dokumen44 halaman
    SKRIPSI
    Sabila Anagh Blangsinga
    Belum ada peringkat
  • 132 188 1 SM PDF
    132 188 1 SM PDF
    Dokumen4 halaman
    132 188 1 SM PDF
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • 132 188 1 SM PDF
    132 188 1 SM PDF
    Dokumen4 halaman
    132 188 1 SM PDF
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Chat_Obrolan_Santai
    Chat_Obrolan_Santai
    Dokumen106 halaman
    Chat_Obrolan_Santai
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Attachment
    Attachment
    Dokumen19 halaman
    Attachment
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • 4.mody Lempang
    4.mody Lempang
    Dokumen18 halaman
    4.mody Lempang
    a3pelawi
    Belum ada peringkat
  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen8 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Surat Magang PT Industrial
    Surat Magang PT Industrial
    Dokumen3 halaman
    Surat Magang PT Industrial
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
    Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
    Dokumen39 halaman
    Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
    BentengHSihombing
    100% (1)
  • Bab 3 Iddha
    Bab 3 Iddha
    Dokumen9 halaman
    Bab 3 Iddha
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Bab I PDF
    Bab I PDF
    Dokumen4 halaman
    Bab I PDF
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • 132 188 1 SM PDF
    132 188 1 SM PDF
    Dokumen4 halaman
    132 188 1 SM PDF
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen1 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen8 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Proposal Magang
    Proposal Magang
    Dokumen8 halaman
    Proposal Magang
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Attachment
    Attachment
    Dokumen1 halaman
    Attachment
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Aslam
    Aslam
    Dokumen15 halaman
    Aslam
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Klipping Dika
    Klipping Dika
    Dokumen6 halaman
    Klipping Dika
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Aslam
    Aslam
    Dokumen15 halaman
    Aslam
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Hasil Dan Pembahasan
    Bab Iv Hasil Dan Pembahasan
    Dokumen10 halaman
    Bab Iv Hasil Dan Pembahasan
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • PROSES PRODUKSI BUTSUDAN
    PROSES PRODUKSI BUTSUDAN
    Dokumen6 halaman
    PROSES PRODUKSI BUTSUDAN
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • PKM Simok
    PKM Simok
    Dokumen20 halaman
    PKM Simok
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Adzan
    Jadwal Adzan
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Adzan
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Suryani Sulaeman
    Suryani Sulaeman
    Dokumen2 halaman
    Suryani Sulaeman
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Metode Ilmiah
    Jurnal Metode Ilmiah
    Dokumen1 halaman
    Jurnal Metode Ilmiah
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Klipping Dika
    Klipping Dika
    Dokumen6 halaman
    Klipping Dika
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Sketsa
    Sketsa
    Dokumen2 halaman
    Sketsa
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • Proposal Metil
    Proposal Metil
    Dokumen16 halaman
    Proposal Metil
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat
  • SILVIKULTUR
    SILVIKULTUR
    Dokumen29 halaman
    SILVIKULTUR
    Andhika Andhika
    Belum ada peringkat