PENDAHULUAN
cadangan energi fosil dan dampak negatif pada lingkungan akibat penggunaan
energi fosil tersebut. Energi fosil merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui
2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, energi terbarukan adalah energi yang
dihasilkan dari sumber daya energi berkelanjutan yang berasal dari panas bumi,
angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan
sumber energi untuk pembangkitan listrik di Indonesia saat ini meliputi, batubara
43%, gas 25%, minyak bumi 20%, tenaga air 6%, dan panas bumi 6%
lain, pemenuhan kebutuhan listrik bagi daerah terpencil masih belum memadai
karena penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara ataupun solar
(diesel) tidak cukup efisien. Dampak dari kedua bahan bakar tersebut yaitu
menghasilkan emisi gas rumah kaca serta harga BBM yang sangat fluktuatif
bergantung pada harga minyak dunia dan memiliki hambatan dalam hal
mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomasa 50 GW, energi surya 4,80
kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW (DEN, 2010).
Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang dihasilkan dari kayu, limbah
pertanian, kotoran hewan, dan tanaman hidup. Biomassa digunakan sebagai bahan
bakar untuk menghasilkan energi listrik dan dapat digunakan dalam bentuk gas,
kelompok antara lain (Kong, 2010) : biomassa yang berasal dari sisa pemukiman,
sisa pabrik pengolahan kayu, sisa pengolahan hutan, sisa panen diladang
yang luas mulai dari hutan alam, hutan tanaman industri, maupun hutan rakyat.
menghasilkan 90% CO₂ yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar
fosil. Pemanfaatan biomassa juga akan mendorong pemanfaatan lahan kosong dan
Salah satu sumber energi biomassa yang dikembangkan dari hasil hutan
adalah wood pellet (wood biomass energy). Wood pellet cocok digunakan sebagai
bahan bakar kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan industri besar, bahkan untuk
Energi Biomasa Indonesia, nilai kandungan panas wood pellet mencapai 4,880
kilo kalori (kkal) sehingga produk ini mampu menggantikan batu bara.
Kemampuannya mengeluarkan panas yang setara dengan batu bara, wood pellet
akan dapat diterima pasar karena saat ini dunia sedang menuju mekanisme
dampak besar dalam efek gas rumah kaca. Sementara kebutuhan energi listrik
biomassa di suatu daerah sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik, perlu
1.3 Hipotesis
listrik.
1.4 Tujuan
Hutan Rakyat Desa Sinarlaut sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.
1.5 Kegunaan
Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah memberikan data dan informasi
dijelaskan pada bagian berikut (Biomass Energy Europe. 2010 a): (a) Potensi
Teoritis adalah jumlah maksimum keseluruhan biomassa darat yang secara teoritis
tersedia untuk produksi bioenergi dengan batasan biofisika dasar. Potensi teoritis
biasanya dinyatakan dalam Joule energi primer, yaitu energi yang terkandung
dalam bahan mentah biomassa, yang belum diproses. Energi primer diubah
menjadi energi sekunder, seperti listrik, bahan bakar cair, dan bahan bakar gas.
Dalam kasus biomassa dari tanaman dan hutan, potensi teoritis menggambarkan
dan curah hujan. (b) Potensi Teknis adalah bagian dari potensi teoritis yang
(misal untuk produksi pangan, pakan, dan serat) termasuk aspek ekologis (yaitu
teknis biasanya dinyatakan dalan Joule energi primer, tapi terkadang juga
dinyatakan dalam satuan sekunder untuk energy. (c) Potensi Ekonomis adalah
bagian dari potensi teknis yang memenuhi kriteria keuntungan ekonomis dalam
kondisi tertentu. Potensi ekonomi pada umumnya mengacu kepada energi bio
akhir dari penilaian potensi ekonomis adalah dalam bentuk Supply Curve
(Rp./ton). (d) Potensi Implementasi adalah bagian dari potensi ekonomis yang
dapat diterapkan pada periode waktu tertentu dan pada kondisi sosio-politik yang
Berkelanjutan.
Secara teoritis, terdapat jenis potensi kelima dari sumber biomassa, yaitu
dan sosial dari penilaian sumber biomasaa. Hal ini menjelaskan bahwa kriteria
keberlanjutan bertindak seperti filter pada potensi teoritis, teknis, ekonomi dan
tingkatan yang berbeda. Misalnya, untuk mendapatkan potensi teknis, kriteria dan
data dan informasi yang ada sering tidak akurat dan terlalu fokus pada lokasi
tertentu. Hal ini biasanya disebabkan karena biomassa tradisional sering dianggap
sebagai bagian dari ekonomi non-formal sehingga tidak masuk ke dalam kegiatan
pengambil kebijakan dan perencana energi (Calle et al, 2007). Selain itu,
dalam produksi dan penggunaan. Selain itu, pemanfaatan energi biomassa juga
membedakan antara potensi dan suplai aktual, mengukur variasi, dan banyaknya
yang dapat diakses untuk keperluan konversi energi. Di antara faktor penghambat
untuk akses biomassa adalah topografi, hukum atau peraturan setempat, dan
tradisi setempat.
utama, yaitu teknologi geospatial, survei lapangan, dan pemodelan (APEC, 2008).
geografis (SIG), dan sistem penentuan posisi global (GPS). Gambar penginderaan
jauh, seperti foto udara dan satelit, memberikan cara yang efisien dan dapat
diandalkan untuk memantau sumber daya biomassa dari waktu ke waktu. Gambar
penginderaan jauh memiliki resolusi spasial dan temporal relatif halus, mirip
dengan data yang diperoleh oleh survei lapangan. Teknik ini digunakan untuk
menganalisis penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan pada skala ekonomi
yang luas, regional, dan global. Pola yang dihasilkan dapat dipelajari dengan
membandingkan gambar yang diperoleh pada waktu yang berbeda. Data yang berasal
dari citra penginderaan jauh, seperti penggunaan lahan / tutupan, ketinggian, dan suhu
permukaan, lebih lanjut digunakan dalam sistem informasi geografis (GIS). GIS
adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk membuat,
geografis. Ini adalah alat yang ampuh untuk menilai potensi biomassa:
evaluasi spesifik pada suatu lokasi. Biasanya, sebuah plot lapangan (ukuran dapat
bervariasi) dipilih sebagai wakil dari jenis vegetasi pada suatu wilayah studi, dan
parameter seperti diameter batang, tinggi pohon, atau dimensi mahkota bagi
tanaman yang mudah diukur. Hasil ekstrapolasi lebih lanjut di daerah yang lebih
ketersediaan biomassa. Teknik sampling ini memberikan perkiraan yang paling akurat
dari sumber daya biomassa pada lokasi tertentu, namun tidak praktis untuk skala luas.
Survei adalah prosedur yang memakan waktu panjang, banyak tenaga kerja, dan
karena itu mahal, bahkan dengan teknologi komunikasi satelit hari ini (GPS).
Saat ini, survei lapangan dalam penilaian sumber daya biomassa yang digunakan
ketika metode lain terbukti tidak cukup atau ketika kemampuan untuk menggunakan
metode lain tidak ada. Model adalah kerangka kerja yang disederhanakan dan dirancang
untuk menggambarkan sebuah sistem atau proses yang sering menggunakan teknik
teknik pemodelan tergantung pada kebutuhan ketersediaan penilaian dan data. Model
dapat yang sederhana seperti ekstrapolasi data diukur dengan menggunakan metode
statistik, atau sebagai kompleks sebagai menyeimbangkan berbagai proses (diatur dalam
Misalnya memperkirakan jumlah dan biaya sisa tanaman (jerami padi misalnya)
dengan menetapkan nilai (biasanya rata-rata) untuk beberapa variabel seperti produksi
tanaman, residu yang dihasilkan, biaya tenaga kerja, dan harga (kimia, pupuk, bahan
5-15 Juni 2015. Luas wilayah Desa Sinarlaut mencapai 22,22 km2 dan merupakan
berikut :
a. Utara : Jalan lintas Jawa Barat Selatan dan Desa Bojo Kaso
Data curah hujan di Desa Sinarlaut, menurut BMKG bulan Mei 2015
a. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, meteran
roll, haga meter, tali tambang, kamera, GPS, kompas, voice recorder, tally
sheet.
b. Bahan yang digunakan adalah Hutan Rakyat di Desa Sinarlaut dan data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang langsung dikumpulkan dilapangan. Data primer yang diambil
berupa data analisis vegetasi. Analisis vegetasi digunakan untuk menghitung Indeks
Nilai Penting sebuah vegetasi, kandungan biomassa tegakan, dan perhitungan energi
listrik yang dihasilkan. Pembuatan plot diambil secara acak di lima RW (Rukun
Warga)/dusun. Data yang diambil meliputi nama jenis, diameter setinggi dada
(DBH), tinggi bebas cabang, dan tinggi total disetiap tingkat vegetasi.
penelitian. Data yang diambil meliputi data kondisi umum Desa Sinarlaut,
dengan hasil akhir yaitu Indeks Nilai Penting (INP). Penempatan plot contoh
jenis- jenis vegetasi yang ada dilakukan secara acak di lima RW/dusun yang
ada. Petak contoh yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah plot
hutan yang kondisinya relatif homogen, seperti tanaman atau hutan di daerah
temperate. Plot lingkaran memiliki jari - jari sebesar 17,8 m, dengan data
yang diambil dalam plot yaitu data diameter pohon setinggi dada (DBH),
tinggi total pohon, dan tinggi bebas cabang pohon. Luas satu plot lingkaran
sebesar 0,1 ha. Data diambil di 7 macam hutan tanaman dengan masing –
masing hutan dibuat satu contoh plot lingkaran. Tujuh macam hutan tanaman
tersebut ditanami dengan sengon, jabon, akasia, karet, dan hutan tanaman
campuran.
Biomassa tegakan dapat dihitung dari data Dbh (1,3m), tinggi pohon,
dan nama jenis yang ada didalam masing-masing plot. Potensi biomassa dapat
Data hasil analisis vegetasi diolah untuk mengetahui nilai INP, dan
jenis pohon yang dominan pada daerah tersebut. Indeks Nilai Penting (INP)
(KR), Dominansi Relatif (DR) dan Frekuensi Relatif (FR) (Soerianegara dan
model persamaan alometrik sesuai jenis pohon dan tipe ekosistem. Jika jenis
al. 2012).
pendekatan konversi wood pellet ke kalor dan kalor ke energi listrik. Menurut
pellet adalah sebanyak 1,5 ton atau satu setengah kalinya biomassa jika kadar
memiliki nilai efisiensi sebesar 40% untuk menghasilkan listrik, dapat dilihat
di Tabel 1.
Tabel 1 Konversi biomassa ke energi listrik
Biomass Energy Europe. 2010. Methods & Data Sources for Biomass Resource
Assessments for Energy. BEE: Freiburg-Germany.
Calle, F., Rosillo, P. Groot, S. L. Hemstock, & Wood. 2007. The Biomass Assessment
Handbook: Bioenergy for a Sustainable Environment, London: Earthscan.