Anda di halaman 1dari 16

JOB SAFETY ANALISYS (JSA)

SUBDIT KESELAMATAN PERTAMBANGAN


DIREKTORAT TEKNIK MINERAL DAN BATUBARA
JAKARTA
DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

I. PENDAHULUAN 2

II. IDENTIFIKASI DAN MENGURAI TUGAS YANG KRITIS 3


2.1. Identifikasi Tugas Yang Kritis 3
2.1.1. Faktor keparahan 4
2.1.2. Faktor kekerapan/keberulangan 5
2.1.3. Faktor peluang 5
2.1.4. Faktor Tugas Baru 5
2.2. Mengurai Tugas Menjadi Langkah-Langkah 5

III. IDENTIFIKASI DAN ANALISA POTENSI KERUGIAN 7


3.1. Identifikasi Potensi Kerugian 7
3.2. Metoda Analisa 8
3.2.1. Analisa dengan observasi dan diskusi 8
3.2.2. Analisa dengan diskusi saja 8
3.2.3. Analisa hubungan tujuan manajemen dan faktor tugas 9
3.3. Membuat Pemeriksaan Yang Efisien 10

IV. PENGENDALIAN, PROSEDUR DAN INSTRUKSI KERJA 11


4.1. Pengendalian 11
4.2. Prosedur 11
4.3. Instruksi Kerja 11

V. PENGGUNAAN J S A 13
5.1. Orientasi Pekerja Baru 13
5.2. Pelatihan Pengawas Baru 13
5.3. Instruksi Tugas Yang Benar 13
5.4. Obsevasi Tugas Yang Terencana 13
5.5. Pertemuan Kelompok/Safety Talk 13
5.6. Penyelidikan Kecelakaan 13
5.7. Pelatihan Ketrampilan 13

1
I. P E N D A HU L U A N

Analisa tugas adalah suatu aktifitas program yang kritis tidak saja untuk keselamatan
dan kesehatan pekerja tapi juga untuk keselamatan dan kesehatan perusahaan itu
sendiri.Karena itu analisa ini memberikan tekanan yang sangat besar untuk mengurangi biaya
dan sekaligus meningkatkan mutu .Cara untuk mendapatkannya adalah dengan menganalisa
secara sistimatis pekerjaan yang dikerjakan dan membuat prosedur yang cocok untuk
memastikan bahwa pekerjaan tersebut secara konsisten dilakukan dengan cara yang benar.
Beberapa metoda yang dilakukan sebelumnya kurang berhasil karena teknik studi
yang dilakukan hanya menekankan kepada efisiensi ,bagaimana pekerjaan tersebut dapat
dilakukan dengan lebih cepat.Namun analisa/evaluasi yang hanya menekankan kepada aspek
keselamatan juga tidak akan efektif karena hanya akan menghasilkan pekerjaan yang aman
tapi tidak efisien.Teknik yang dilakukan dalam analisa tugas yang akan dibahas dalam tulisan
ini adalah teknik yang menganalisa secara sistematis suatu pekerjaan untuk aspek
keselamatan dan kesehatan kerja, kualitas dan efisiensi dalam waktu yang sama. Pendekatan
secara terpadu ini pada kenyataannya memberikan jaminan yang lebih besar terhadap aspek
keselamatan. Dalam metoda ini pendekatan yang dilakukan mencakup enam aspek yaitu :
1. Inventarisasi Tugas
2. Identifikasi Tugas Yang Kritis
3. Mengurai Tugas Menjadi Langkah Atau Aktifitas
4. Menganalisa dengan tepat potensi kerugian
5. Menyusun pengendaliannya dan prosedur atau petunjuk kerja
6. Penggunaannya pada pekerjaan
Karena metoda analisa ini juga melibatkan pekerja maka masukan yang didapat
adalah dari pekerja yang secara nyata melakukan pekerjaan tersebut memberi hasil yang
lebih tepat dan lebih terpakai sehingga prosedur yang dibuat sebagai hasil akhir menjadi
prosedur yang lebih berharga,lebih terpakai dan lebih disukai untuk dipakai oleh pekerja
yang membutuhkannya.

2
II. IDENTIFIKASI DAN MENGURAI TUGAS YANG KRITIS

2.1 Identifikasi tugas yang kritis


Langkah pertama dalam JSA adalah menyusun atau melakukan inventarisasi tugas
yang kritis yaitu membuat suatu daftar yang sistematis dari semua jabatan. Sebagai contoh di
bawah ini adalah daftar jabatan untuk departemen konsentrator mill yaitu :
1. Grinding operator
2. Stacker
3. Floation operator
4. Asisten floation operator
5. Tin plant operator
6. Filter floor operator
7. Loading sheed operator
8. Reagent operator
9. Bagger
10. Operator sink and float
11. Operator transportasi
Langkah kedua adalah membagi setiap jabatan ke dalam tugas sehingga setiap tugas
dapat diteliti dengan seksama untuk menentukan tugas mana yang kritis.Pengawas dan
pekerja dapat melakukan pekerjaan ini bersama-sama sebagai satu tim yang berfikir tentang
pekerjaan dengan berdasarkan kepada uraian pekerjaan dan uraian posisi..Sumber imformasi
yang lain adalah daftar tugas yang secara normal dilakukan oleh orang dalam bermacam-
macam klasifikasi jabatan.
Suatu pertanyaan awal yang timbul dalam program ini adalah “Tugas yang mana yang
harus diuraikan dan dianalisa sepenuhnya ?”.Beberapa organisasi melakukannya untuk semua
tugas. Namun kebanyakan perusahaan akan mendapat masalah praktis dengan pendekatan ini
karena akan membutuhkan waktu dan upaya yang sangat banyak untuk menganalisa setiap
tugas di suatu perusahaan,sehingga itu hampir mustahil untuk dilakukan. Misalnya dalam
suatu perusahaan mempunyai 50 jabatan yang berbeda dan setiap jabatan memiliki rata-rata
20 tugas yang spesifik pada masing-masing jabatan ,berarti ada 1000 tugas yang akan
dianalisa.Disamping itu, masalah lainnya adalah upaya untuk menjaga agar prosedur itu tetap
praktis dan mutahir akan memerlukan waktu yang cukup banyak Untuk menghemat waktu
dan tenaga maka identifikasi tugas kritis dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
mengkaji kecelakaan yang pernah terjadi , baik yang menyebabkan cidera manusia,
kehilangan properti maupun kerugian produksi. Kecelakaan-kecelakaan tersebut harus
diklasifikasi sesuai dengan tingkat kekritisannya.
Karena program ini lebih bersifat prediksi daripada reaktif, maka sangat penting
untuk juga memasukkan tugas yang mempunyai potensi kerugian yang besar, meskipun

3
belum pernah terjadi pada tugas tersebut. Untuk melakukan ini pertanyaan berikut harus
diajukan :
a. Dapatkah tugas ini apabila tidak dilakukan dengan benar ,bisa mengakibatkan
kerugian besar saat dikerjakan.?
b. Dapatkah tugas ini apabila tidak dilakukan dengan benar bisa berakibat rugi besar
setelah dikerjakan.?
c. Seserius apakah kerugian yang akan timbul ? (bagaimana tingkat keparahan dari
cidera, biaya kerusakan, biaya kerugian kualitas atau produksi) ? Apakah ada
orang lain atau bagian lain yang terpengaruh.?
Dalam menentukan apakah suatu tugas kritis atau tidak ada 4 faktor yang harus
dipertimbangkan yaitu :
1. Faktor Keparahan
2. Faktor Kekerapan
3. Faktor peluang
4. Faktor tugas baru

2.1.1. Faktor keparahan


Keparahan diambil dari biaya kerugian yang paling mungkin timbul akibat
melakukan kesalahan dalam tugas. Dalam beberapa kasus sejumlah tingkat kerugian bisa
terjadi tapi hanya hasil yang paling mungkin yang menjadi pertimbangan, misalnya apabila
sebuah kapal masuk ke dermaga menyalahi prosedur akibatnya akan lebih mungkin serius
daripada tidak sedangkan kesalahan teknik menyekop lebih mungkin mengakibatkan
kerugian kecil daripada kerugian besar. Klasifikasi cidera pada manusia dalam Kepmen
Pertambangan dan Energi No.555 K digolongkan dalam 3 kategori yaitu cidera ringan,
cidera berat dan mati, sedangkan untuk klasifikasi kerugian properti, kerusakan peralatan
dan kerugian produksi belum ada diatur dalam peraturan yang ada di Indonesia, sehingga
beberapa perusahaan menentukan sendiri klasifikasi tingkat keparahan dari suatu kerugian
karena kecelakaan. Sebagai contoh dibawah ini adalah kasifikasi kerugian yang banyak
digunakan yaitu skala keparahan dari nol(0) sam pai 6 seperti berikut :
0 - Tidak ada cidera atau penyakit atau kerugian kerugian kualitas/produksi kura ng dari
$100
2 - Luka ringan atau sakit ringan yang tidak mengakibatkan kehilangan hari kerja dan
tidak mengakibatkan kerusakan properti atau kerugian kualitas/produksi antara $100 -
$1000
4 - Suatu cidera yang mengakibatkan kehilangan hari kerja,namun tidak mengakibatkan
cacart yang permanen atau merusak peralatan/properti atau kerugian kualitas/produksi
antara $1000 - $ 5000
6- Cacat permanen,meninggal, kehilangan bagian dari tubuh, kerusakan yang parah dari
peralatan/properti atau kerugian kualitas/produksi lebih dari $5000.

4
2.1.2. Faktor kekerapan/keberulangan
Kekerapan suatu kerugian ditentukan oleh bagaiman seringnya pekerjaan itu
dilakukan dan jumlah pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut.
Tingkat keberulangan (repetiveness) dapat ditaksir dari tabel berikut sesuai dengan skala 1
sampai dengan 3:
Jumlah orang yang Tingkat kekerapan tugas yang dilakukan setiap orang
melakukan tugas
1X setiap hari Beberapa X setiap hari Sering X setiap hari
Sedikit 1 1 2
Cukup/Agak Banyak 1 2 3
Banyak 2 3 3

2.1.3. Faktor peluang


Probabilitas atau peluang terjadinya kerugian setiap waktu pada suatu bagian kerja
dilakukan dipengaruhi oleh faktor di bawah ini :
a. Resiko yaitu bagaimana bahaya yang terkandung dalam tugas tersebut
b. Kesulitan yaitu bagaimana tugas tersebut cenderung untuk mempengaruhi
kualitas, produksi dan masalah lain.
c. Kerumitan dari tugas
d. Kemungkinan kerugian apabila tugas tersebut tidak dilakukan dengan cara yang
tepat.
2.1.4. Faktor Tugas Baru
Apapun jenisnya, suatu tugas yang baru harus dianggap sebagai tugas yang kritis,
dan akan menjadi target dari analisa dengan atau tanpa sejarah dari kerugian apapun,oleh
karena itu tugas yang baru harus diperlakukan sebagai tugas yang kritis sampai dia terjamin
aman dengan suatu cara tertentu.
2.2. Mengurai tugas menjadi langkah-langkah
Setiap tugas dapat diurai menjadi urutan langkah-langkah yang harus dilakukan.
Biasanya suatu perintah yang khusus dari langkah adalah cara yang terbaik untuk melakukan
tugas dengan efektif dan urutan langkah yang secara khusus pada akhirnya akan menjadi
prosedur kerja. Setiap langkah harus diuji untuk menentukan apa saja kerugian yang mungkin
timbul yang mencakup aspek keselamatan, kualitas dan produksi.
Kita dapat mendefinisikan “langkah tugas “ sebagai suatu segmen dari keseluruhan
tugas dimana sesuatu bisa terjadi untuk kelanjutan keterlibatan pekerjaan. Ini bukanlah
berarti bahwa kita hatus membuat daftar dari detil tugas yang sekecil-kecilnyapada uraian
tersebut. Di bawah ini adalah contoh JSA untuk “ lima langkah pertama dalam tugas”
mengoperasikan monitor particle size pada suatu mill concentrator :

5
1. Periksa peralatan
2. Periksa apakah ada pasir yang terakumulasi pada cyclone box
3. Semprotkan udara pembersih
4. Tutup kran pembersih
5. Buka kran air bersih
(Uraian langkah tugas yang lengkap untuk tugas tersebut di atas ada pada lampiran 1)
Seleksi langkah yang tepat dalam melakukan suatu analisa akan sangat menentukan
hasil akhir. Ketika pertama kali suatu tugas diobservasi tuliskan setiap apa yang dilakukan
pekerja tersebut. Setelah seluruh kerugian yang terpapar diidentifikasi anda dapat kembali
untuk mengobservasi pekerja tersebut untuk mengkombinasikan dengan hal-hal lain atau
mengeliminasi detil yang tidak perlu.
Dalam mencoba untuk melakukan observasi tugas dengan baik umumnya Supervisor
cenderung untuk membuat detil yang terlalu lengkap sehingga sulit untuk digunakan dalam
mengajarkannya kepada pekerja. Dibawah ini adalah contoh langkah yang terlalu detil
misalnya untuk dua langkah pertama yang telah dibuat sebelumnya yaitu :
Langkah 1 - periksa peralatan
Langkah 2 - Buka cyclone box
Langkah 3 - Periksa apa ada pasir yang terakumulasi
Langkah 4 - Ambil pasir yang terakumulasi tersebut
Langkah 5 - Tutup Cyclone box
Dengan nyata dapat dilihat bahwa uraian tugas diatas terlalu detil dan juga sulit
untuk dibayangkan bagaimana panjangnya langkah yang akan dibuat apabila cara ini yang
dipakai. Keterbatasan pekerja untuk mengingat detil juga menjadikan penguraian yang terlalu
detil akan menjadi tidak efektif. Namun dilain pihak membuat uraian tugas yang terlalu
umum juga tidaklah baik seperti terlihat pada contoh berikut adalah langkah tugas dalam”
mengoperasikan monitor ukuran partikel” secara keseluruhan.
Langkah 1 - Periksa peralatan
Langkah 2 - Hidupkan monitor
Langkah 3 - Periksa setia jam
Langkah 4 - Ambil contoh setiap jam
Sebagaimana kita lihat uraian ini dapat menjadi pertimbangan yang sangat umum
sehingga banyak langkah yang hilang yang dapat melibatkan aspek keselamatan kerja,
kualitas dan produksi.. Cara yang paling efisien untuk melakukn penguraian tugas harus
memasukkan semua langkah utama yang kritis untuk melakukan tugas dengan benar, tapi
tidak termasuk langkah yang kemungkinan tidak akan menimbulkan masalah besar apabila
tidak disoroti. Keputusan utuk memasukkan atau tidak memasukkan suatu langkah ialah
dengan memulai dengan pertanyaan “: Apakah ini dapat menjadi langkah yang kritis apabila
dilakukan dengan salah ?”
Pengalaman menunjukkan umumnya tugas diuraikan menjadi 10 sampai dengan 15
langkah. Setiap langkah harus dievaluasi dengan langkah itu sendiri, kuncinya adalah untuk

6
mencegah kerugian dari cidera,kualitas dan poduksi adalah merupakan pertimbangan
Supervisor dalam menyeleksi langkah tugas yang dianggap kritis untuk tujuan ini.

III. IDENTIFIKASI DAN ANALISA POTENSI KERUGIAN

Setelah suatu tugas selesai diurai menjadi langkah-langkah yang signifikan ataupun
aktifitas yang kritis maka tahap berikutnya adalah melakukan identifikasi dan analisa untuk
menentukan keterpaparan dari kerugian yang ada pada setiap langkah tersebut pada saat
melakukan tugas. Melibatkan pekerja dalam menganalisa ini merupakan suatu kesempatan
untuk mendapatkan mamfaat dari pengalaman dan pengetahuan mereka.

3.1. Identifikasi Potensi Kerugian


Untuk dapat menunjukkan dengan tepat potensi kerugian dari suatu langkah maka adalah
dengan cara memasukkan 4 faktor yang berhubungan dengan suatu tugas yaitu Manusia,
Peralatan, material dan Lingkungan. Untuk itu kita harus mengajukan pertanyaan sebagai
berikut :
1. Manusia
a. Apakah suatu yang berhubungan dengan pekerjaan yang mungkin dapat menyebabkan
cidera, penyakit, stress atau ketegangan.
b. Apakah pekerja dapat terjepit,terbentur, atau jatuh
c. Apakah tindakannya yang memungkinkan menurunkan tingkat keselamatan, produksi
atau kualitas.
2. Peralatan
a. Apa saja bahaya yang dapat ditimbulkan oleh perkakas, mesin, kendaraan atau
peralatanlainnya.
b. Apa saja kondisi kedaruratan peralatan yang paling mungkin timbul
c. Apakah peralatan akan menyebabkan kerugian keselamatan,kualitas dan produksi.
3. Material/bahan
a. Apa saja bahaya yang terpapar dari bahan kimia pada bahan baku atau hasil produksi
b. Apa masalah yang spesifik dari penanganan material
c. Bagaimana kemungkinan material dapat menyebabkan kerugian keselamatan,kualitas
dan produktivitas.
4. Lingkungan
a. Apa potensi masalah dari housekeeping atau tata tertib
b. Apa potensi masalah dari kebisingan, penerangan, panas, dingin, ventilasi dan radiasi
c. Bagaimana kemungkinan faktor lingkungan menyebabkan kerugian pada
keselamatan.kualitas dan produktifitas.

7
Apabila suatu tugas dilakukan dengan cara yang salah maka hasilnya adalah kerugian
oleh karena itu identifikasi dan analisa potensi kerugian yang spesifik adalah langkah kunci
dalam pencegahan dan pengendalian kerugian.

3.2. Metoda Analisa


Dalam melakukan analisa tugas ada dua dasar pendekatan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Analisa dengan observasi dan diskusi
2. Analisa dengan hanya menggunakan diskusi.
Namun apabila memungkinkan yang harus dilakukan adalah teknik observasi dan
diskusi karena secara nyata kita dapat melihat orang, perlatan, bahan , lingkungannya dan
prosesnya sehingga hasil yang diperoleh akan lebih akurat dan terpakai.

3.2.1. Analisa dengan observasi dan diskusi


Disini ada 6 langkah yang dilibatkan dalam analisa dengan observasi :
1. Seleksi beberapa pekerja baik yang ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan.
2. Dapatkan kerjasama dengan menjelaskan apa yang akan mereka kerjakan dan
pastikan bahwa yang dievaluasi adalah pekerjaan, bukan pekerja.
3. Observasi tugas yang sedang dilakukan pekerja yang dipilih dan periksa setiap
langkah yang dilakukan pekerja serta catat dalam uraian awal.
4. Periksa uraian ini dengan pekerja untuk keakuratan, dan juga untuk mendorong
pekerja untuk membagi pngetahuan dan pengalaman mereka.
5. Ulangi langkah langkah 2-4 dengan pekerja yang lain jika perlu catat langkah dasar
dari uraian tugas.Ini biasanya membantu untuk memulai setiap pernyataan dengan
kata kerja tindakan seperti ; mengeset, menyetel, memulai, mengerakkan dsb.
6 Identifikasi kerugian yang terpapar untuk setiap langkah spesifik atau aktifitas yang
ktitis.

3.2.2. Analisa dengan diskusi saja


Analisa dengan diskusi saja dilakukan apabila suatu pekerjaan tidak memungkinkan
untuk diiobservasi secara langsung .Ini bisanya untuk tugas baru yang belum pernah
dikerjakan,untuk suatu pekerjaan yang lokasinya terpencil sehingga tidak praktis untuk
dikunjungi ataupun untuk tugas yang jarang dikerjakan tapi tugas tersebut adalah kritis.
Untuk kasus seperti ini maka yang dilakukan adalah :
- Cari beberapa orang yang paling mempunyai pengalaman tentang pekerjaan
tersebut
- Lakukan satukali atau lebih pertemuan dengan beberapa atau semua orang ini
selayaknya.
- Jelaskan penggunaan dan cara pendekatannya
- Tentukan langkah yang signifikan dan aktifitas yang kritis

8
- Identifikasi kerugian yg terpapar untuk setiap langkah spesifik atau aktifitas yg
kritis.
Dari hasil riset dan statistik menunjukkn bahwa perobahan yang tidak dikenal (tak
teridentifikasi) adalah salah satu faktor yang banyak menyebabkan kecelakaan Perobahan
tempat kerja mungkin termasuk satu atau lebih hal berikut : urutan aktifitas, jadwal, personil,
metoda, alat, bahan baku, mesin, spesifikasi, prioritas dan lain-lain.
Umumnya perobahan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan suatu mamfaat atau
diharapkan bermamfaat, tapi apabila perobahan tidak diketahui atau tidak diimbangi dengan
antisipasi maka dia akan meningkatkan kemungkinan kecelakaan. Atau dengan kata lain
kebutuhan merobah kadang-kadang tidak dibuat sama cepatnya dengan metoda atau bahan
yang baru atau menyederhanakan dengan cara yang lebih baik. Untuk itu setiap ada rencana
perobahan harus selalu dilakukan analisa dengan metoda diskusi terlebih dulu.

3.2.3. Analisa hubungan tujuan manajemen dan faktor tugas


Pekerjaan juga dapat dianalisa dalam terminologi 4 tujuan utama dari manajemen
(biaya, produksi, kualitas dan keselamatan)Kombinasi dari ke empat sub sistem ini dalam
terminologi 4 tujuan utama manajemen memberikan 16 area pertanyaan berikut untuk suatu
pemeriksaan efisien yang teliti sebagai bahan untuk analisa yaitu :
1. Biaya - Orang
Apakah kita dapat mengendalikan biaya dengan mempunyai orang yang pelatihannya
lebih baik? Dengan menggunakan orang yang lebih baik? Melalui motivasi yang lebih baik?
2. Biaya - Alat
Dapatkah kita mengendalikan biaya dengan mempunyai alat, mesin atau perkakas
yang berbeda.? Atau dengan menggunakan alat yang ada dengan lebih efektif.
3. Biaya - Bahan
Dapatkah bahan yang lebih murah digunakan? Bagaimana cara kita untuk mengurangi
bahan yang terbuang
4. Biaya - Lingkungan
Dapatkah kita menghemat uang melalui housekeeping, penerangan, penataan,
ventilasi yang lebih baik.
5. Produktifitas - Orang
Bagaimana kita mengurangi kehilangan jam kerja, meningkatkan efisiensi tenaga
kerja? Bagaimana membuat pekerjaan lebih mudah agar pekerja lebih produktif.
6. Produksi - Peralatan
Bagaimana kita dapat mengurangi kerusakan alat dan atau tidak beroperasinya alat?
Peralatan, mesin, perkakas apa yang kita harus sediakan untuk meningkatkan produktifitas ?
7. Peralatan - Lingkungan
Dapatkah kita meningkatkan produksi dengan melalui penataan, penerangan,
pembersihan yang lebih baik? Melalui iklim kerja atau kondisi yang lebih baik ?

9
8. Produksi - Bahan
Bagaimana bahan dapat ditangani atau diangkut dengan lebih efisien ? Bahan apa
yang akan membantu produktifitas.
9. Kualitas - Orang
Pengetahuan dan ketrampilan apa yang kritis untuk menghasilkan yang berkualitas?
Dapatkah kita meningkatkan kualitas dengan seleksi, penempatan, pelatihan dan petunjuk
yang lebih baik.
10. Kualitas - Peralatan
Alat, mesin dan perkakas apa yang kita harus sediakan untuk memastikan kualitas
yang optimum? Dapatkah kita meningkatkan operasi pemeliharaan untuk jam kerja yang
lebih panjang dan kualitas yang lebih baik dari suatu peralatan.
11. Kualitas - Bahan
Apa ada bahan lain yang dapat meningkatkan kualitas ? Apakah akan membantu
untuk membuat pemeriksaan kualitas bahan lebih cepat atau lebih sering ?
12. Kualitas - Lingkungan
Apakah kualitas dipengaruhi oleh kotoran, debu, asap,pelarut, cahaya atau suhu ?
13. Keselamatan - Orang
Apa potensi bahaya yang dapat membahayakan orang? Apa kebutuhan yang kritis
untuk peraturan, instruksi tugas dan observasi tugas.
14. Keselamatan - Peralatan
Apa potensi bahaya yang dapat mengakibatkan peralatan rusak,terbakar atau
meledak? Bagaimana kita dapat membuat penggunaan peralatan keselamatan, alat pelindung
diri, pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan peralatan sebelum digunakan yang lebih
baik?
15. Keselamatan - Bahan
Bagaimana kita dapat mengurangi atau mengendalikan keterpaparan terhadap bahan
berbahaya? Bagaimana kita dapat memperbaiki pelatihan cara penanganan yang aman?
Bagaimana kita dapat lakukan yang terbaik untuk mencegah pembuangan dan kerusakan
bahan baku produksi.
16. Keselamatan - Lingkungan
Bagaimana kita dapat meningkatkan housekeeping untuk mengendalikan kerugian
kecelakaan? Apa yang dapat kita robah pada lingkungan kerja untuk meningkatkan
keselamatan.
3.3. Membuat pemeriksaan yang efisien
Pada prinsipnya membuat pemeriksaan yang efisien adalah suatu hal menanyakan
dengan pertanyaan yang benar untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan. Pertanyaan
:siapa, dimana, kapan, apa, mengapa dan bagaimana dapat menjadi permulaan yng baik.
Untuk itu dapat diajukan pertanyaanseperti berikut tentang tiap langkah yang kritis :
- Siapa yang paling pantas untuk melakukannya
- Dimana tempat yang terbaik untuk melakukan itu
10
- Kapan itu harus dikerjakan
- Apa tujuan dari langkah ini
- Mengapa langkah ini diperlukan
- Bagaimana cara terbaik untuk melakukannya
Dari hasil pemeriksaan yang efisien ini akan diperoleh bahan untuk membuat suatu prosedur
tugas atau instruksi kerja.

11
IV. PENGENDALIAN, PROSEDUR, DAN INSTRUKSI KERJA

4.1. Pengendalian
Setelah menganalisa pekerjaan dan masalah yang potensial dan membuat
pemeriksaan yang efisien , maka anda telah mempunyai apa yang anda butuhkan untuk
membuat rekomendasi pengendalian. Pengendalian adalah tindakan dan pencegahan yang
akan mencegah terjadinya potensi kerugian dan akan memastikan bahwa pekerjaan dilakukan
dengan efisiensi yang maksimal. Pengendalian harus diperintahkan kepada orang yang
melakukan tugas dengan cara memberitahu mereka apa yang harus mereka lakukan untuk
menghindari atau mengurangi keterpaparan kerugian. Ide untuk pengendalian akan secara
alamiah dibangkitkan seluruhnya oleh pemeriksaan yang efisien dan diskusi yang berkaitan.
Dalam membuat rekomendasi pengendalian harus diupayakan sedapat mungkin merupakan
suatu kalimat penjelasan positif yang memberitahu apa yang harus dilakukan untuk
mengurangi atau menghindarkan keterpaparan terhadap kerugian dan bagaimana untuk
mengerjakan pekerjaan dengan cara yang paling efisien.
Dari rekomendasi pengendalian yang telah selesai kemudian dapat dibuat Prosedur
kerja maupun Instruksi Kerja

4.2. Prosedur Kerja.


Karena prosedur adalah sebagai alat untuk belajar dan mengasjar maka suatu
prosedur harus jelas, ringkas, benar dan lengkap,selain itu prosedur kerja harus :
1. Dimulai dengan suatu pernyataan guna dan perlunya tugas ini termasuk untuk
mamfaat memotivasi dan juga untuk meningkatkan pemahaman .
2. Menghadirkan langkah demi langkah uraian dari bagaimana prosenya berlangsung
3. Mengungkapkan langkah yang positif”cara apa yang dilakukan” daripada “daftar
panjang apa yang tidak boleh dilakukan”.
4. Dibuat dalam format yang sederhana dan fungsi yang sederhana.

4.3. Instruksi Kerja


Sebagaimana telah disinggung sebelumnya tidak semua tugas dapat atau harus dibuat
prosedurnya misalnya pada pekerjaan pemeliharaan, penanganan material yang mungkin
dikerjakan dengan suatu perbedaan yang sedikit tapi setiap kali mereka dikerjakan.Demikian
juga untuk tugas dimana hasil akhir adalah apa yang penting dan bagaimana orang
mendapatkan suatu yang sangat baik. Untuk tugas yang alami ini, petunjuk kerja adalah
lebih berfungsi dan berguna.
Pedoman untuk mempersiapkan Instruksi kerja yang fungsional adalah :
1. Hadirkan pedoman positif untuk hasil yang benar ditambah aturan yang berkaitan

12
2. Kadang-kadang tidak terbatas untuk tugas yang spesifik tapi berhubungan dengan banyak
sekali macam-macam aktifitas kerja, misalnya menggunakan gergaji mesin,memasuki
ruang yang sempit, penggembokan peralatan dan lain-lain.
3. Scara khusus berguna untuk tugas dimana pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja dalam
jumlah besar dan tugas yang jarang dilakukan atau dimana tugas yang spesifik adalah
sulit untuk dibuat prosedurnya karena cara mereka dikerjakan sangat bervariasi dengan
situasi yang spesifik.
4. Penekanan yang disarankan dalam Instruksi kerja adalah :
a. Moti vasi
Jelaskan mengapa pekerja harus melakukannya dengan petunjuk kerja yang standar
(berhubungan dengan kesejahteraan mereka sendiri, Membentuk sedikit kebangaan)
b. Sumber masalah khusus
Tunjukkan sumber masalah khsus yang paling mungkin; hal yang menjadi perhatian
khusus harus diberikan.
c. Pakaian dan alat pengaman diri
Tentukan peralatan pengaman dan pakaian yang diperlukan, kondisi dimana dia
diperlukan dan alasan untuk menggunakannya.
d. Prosedur keadaan darurat
Menunjuk kepada prosedur untuk kasus kebakaran, peledakan,banjir dan bencana
lainnya.Tentukan petunjuk dan peralatan pertolongan pertama dalam keadaan darurat,
prosedur menghentikan operasi dalam keadaan darurat dan pelaporan yang
diperlukan.
e. Peralatan dan perkakas yang khusus
Penekanan penggunaan pengaman khusus, barier, saklar, gembok dan peralatan
darurat.
f. Peraturan dan aturan yang penting
Perkuat aturan yang paling penting dengan memasukkan mereka kedalam petunjuk
kerja, Buat mereka sesingkat dan sesederhana mungkin, beri alasan untuk aturan dan
fokuskan pada yang kritis.
g. Pedoman yang positif dan benar
Soroti hal yang pekerja dapat lakukan untuk memastikan hasil yang efisien,aman dan
produktif.
Harus diingat kembali bahwa kebanyakan perusahaan menyebut baik petunjuk kerja
maupun prosedur kerja dengan satu nama atau dengan sebutan “metoda kerja” dan “SOP”
atau terminologi yang lain. Apapun sebutannya itu tidaklah penting ,yang penting adalah
untuk dipahami adalah bahwa banyak tugas yang dapat dan harus dibuat
prosedurnya.Kegunaannya adalah dapat memberikan kepada pekerja pedoman tertulis untuk
mengerjakan tugas yang kritis dengan cara yang paling efisien.

13
V. PENGGUNAAN J S A

JSA akan menjadi suatu yang bermamfaat apabila ditempatkan dalam beberapa
program keselamatan kerja atau tugas lainnya disamping itu JSA merupakan alat
pengawasan dari manajemen yang praktis untuk meamstikan apakah suatu pekerjaan telah
dilakukan sesuai dengan yang telah ditentukan.
Camkanlah bahwa waktu yang diambil dalam dalam membuat petunjuk kerja atau
prosedur kerja untuk suatu tugas yang kritis di area anda, bukanlah suatu waktu yang sia-sia
tapi akan merupakan suatu penghematan waktu yang sangat besar dalam priode yang
panjang, karena waktu tersebut digunakan untuk menyiapkan dengan teliti prosedur kerja
yang telah dipikirkan masak-masak, berdasarkan pengetahuan yang terbaik yang tersedia dari
cara yang benar untuk melakukan tugas yang kritis dalam cara yang paling efisien.
Penggunaan JSA akan sangat bermamfaat untuk program K3 berikut : Orientasi
pekerja/Penugasan baru; Pelatihan Pengawas Baru; Instruksi Tugas Yang benar; Observasi
Tugas Yang terencana; Safety Talk/Pertemuan kelompok; Penyelidikan Kecelakaan/Insiden
dan Pelatihan Keterampilan

5.1. Orientasi Pekerja Baru /Penugasan Baru


Satu hal pertama yang seorang pekerja baru ingin tahu adalah apa pekerjaan yang
akan mereka lakukan, dan bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Demikian juga halnya pekerja
lama yang mendapat penugasan untuk tugas yang baru tentu belum memahami sepenuhnya
tugas baru tersebut. Untuk itu JSA adalah merupakan bahan yang sangat membantu mereka
untuk dapat memahami bagaimana melakukan pekerjaan tersebut dengan aman dan efisien.
Secara umum JSA harus terlebih dulu diberikan kepada mereka untuk dipelajari sebelum
mulai memberikan instruksi tugas.

5.2. Pelatihan Pengawas Baru


Secara umum yang paling ideal menjadi pengawas adalah orang yang paling
memahami pekerjaan pada area tersebut, namun kenyataan di lapangan kadang-kadang
tidaklah selalu demikian . Mungkin dengan alasan kekurangan personil yang memenuhi
kualifikasi pada bagian kerja tersebut sehingga terpaksa harus mengambil pengawas dari
bagian lain dan bahkan dari perusahaan yang lain. Untuk itu mereka harus mendapat
pelatihan untuk tugasnya tersebut dan prosedur/petunjuk kertja akan sangat membantu
dalam pelatihan ini.

5.3. Instruksi tugas yang benar


Pedoman dan petunjuk kerja tertulis adalah mempunyai nilai yang sangat besar dalam
membantu pengawas menemukan tanggung jawab dasar mereka untuk mengajar yang lain,
bagaimana meeka melakukan tugasnya secara benar (benar, cepat, sungguh-sunguh dan
aman)

14
5.4. Observasi tugas yang terencana
Petunjuk dan perosedur kerja tertulis memungkinkan supervisor secara sistematis
dapat menganalisa sebaik apa performance dari pekerja untuk mengikuti standar yang
diperlukan.

5.5. Pertemuan Kelompok /Safety Talk


Dalam pelaksanaan pertemuan kelompok ataupun safety talk prosedur kerja dapat
digunakan sebagai bahan (topik) diskusi khususnya apabila peserta dari pertemuan
kelompok tersebut merupakan orang-orang yang terlibat dengan prosedur kerja tersebut serta
orang yang terpengaruh dengan pekerjaan tersebut

5.6. Penyelidikan kecelakaan/insiden


Uraian tertulis dari pekerjaan membantu Supervisor melakukan penyelidikan
kecelakaan/insiden dengan teliti dengan menganalisa apakah pekerjaan telah dilakukan
sebagaimana mestinya, pada tahapan proses mana terjadi kesalahan, dan apa jenis perobahan
yang dapat membawa ke pengendalian yang lebih baik.

5.7. Pelatihan Ketrampilan


JSA atau prosedur tugas tertulis akan membantu efisiensi dan keefektifan dari
program pelatihan untuk operator peralatan dan pekerja trampil lainnya, karena dengan JSA
dapat ditunjukkan secara khusus dan sistematis apa pekerjaan itu dan bagaiman dia
dikerjakan.
Untuk mempersiapkan petunjuk dan prosedur kerja memerlukan waktu dan upaya yang tidak
kecil, namun ketika anda telah menempatkan mereka dalam pekerjaan maka akan
memperoleh keuntungan yang tinggi dalam hal :
- Efisiensi, safety dan produktifitas yang lebih tinggi
- Hasil yang lebih baik dari instruksi tugas, observasi tugas, Pengajaran, pembimbingan,
pelatihan ketrampilan dan penyelidikan kecelakaan.
- Proteksi yang optimal umtuk orang, properti, proses, produktifitas dan kemampuan
untuk mendapatkan untung..

15

Anda mungkin juga menyukai