Anda di halaman 1dari 174

maharijal.

com

WAWASAN
KEBANGSAAN
MATERI SOAL TES SELEKSI CPNS / CASN 2017
PETA KONSEP

KEDUDUKAN HUKUM PANCASILA FUNGSI PANCASILA

Sumber dari segala hukum Dasar yang fundamental

Sebagai dasar Negara Cita-cita dan tujuan Bangsa

Menjiwai Pembukaan dan Pasal-pasal UUD Ikatan yang mempersatukan

Dasar Negara

Sosiologi, Etis, Filosofis (pedoman


Perilaku masyarakat, bangsa & Negara)

PANCASILA

Hakikat Nilai-nilai Pancasila Pengamalan Pancasila

Sila 1 : menjiwai alinea ke 3 Pendekatan Peranan Pancasila dalam


menjiwai pasal 29 Kehidupan Bangsa
Sila 2 : menjiwai alinea ke 1 Historis Jiwa Bangsa
menjiwai pasal, 27,28,29,30,31 Yuridis Konstitusional Kepribadian Bangsa
Sila 3 : menjiwai alinea ke 4a Filosofis Sumber hukum
menjiwai pasal 32, 35, & 36 Cita-cita Bangsa
Sila 4 : menjiwai alinea ke 4b Filsafah Hidup
menjiwai pasal 2(3),7b(7),28,37 Perjanjian luhur Bangsa

Sila 5 : menjiwai alinea ke 2


Menjiwai pasal 23a, 27,28,29,31,33 & 34

PANDANGAN HIDUP DASAR NEGARA


BANGSA

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 2


PANCASILA

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-
undang Dasar 1945.

Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam
beberapa tahap selama masaperumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati
sebagai hari lahirnya Pancasila.

A. Sejarah Singkat

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yaitu:

Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan
lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan,
dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada
sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.
Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.

Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya
yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno mengemukakan dasar-dasar
sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar
permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam
pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan


ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar,
dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah:

 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945


 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember
1949
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950
 Rumusan Kelima: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit
Presiden 5 Juli 1959)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 3


B. Hari Kesaktian Pancasila

Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S).
Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa
penggiatnya dan apa motif dibelakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan kelompok reliji terbesar
saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur
Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia dan
membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.

Pada hari itu, enam Jendral dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-
oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S
sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru
kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan
tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

C. Butir-butir pengamalan Pancasila

Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam
Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

I. Ketuhanan Yang Maha Esa


Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan
yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

II. Kemanusiaan yang adil dan beradab


Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
Saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

III. Persatuan Indonesia


Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Cinta Tanah Air dan Bangsa.
Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 4


IV. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan

Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.

V. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan gotong-royong.
Bersikap adil.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak-hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
Tidak bersifat boros.
Tidak bergaya hidup mewah.
Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
Suka bekerja keras.
Menghargai hasil karya orang lain.
Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 5


KETERANGAN PADA LAMBANG PRISAI PANCASILA

Sila pertama

Bintang.

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.

Sila kedua

Rantai.

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna
kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 6
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Sila ketiga

Pohon Beringin.

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila keempat

Kepala Banteng

Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 7


Sila kelima

Padi Dan Kapas.

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Suka bekerja keras.
Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.

Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berarti berani
dan putih berarti suci. Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai melambangkan
wilayah Indonesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa.

Makna Jumlah Bulu pada Burung Garuda

Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945),
antara lain:

• Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17

• Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8

• Jumlah bulu dibawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19

• Jumlah bulu pada leher berjumlah 45

Pita yg dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia,

yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti "walaupun berbeda beda, tetapi tetap satu".

Semboyang ini terdapat dalam Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 8


PENGERTIAN DAN FUNGSI PANCSILA

Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit dimana nilai-nilai yang
terkandung didalam Pancasila sudah diterapkan dalam kehidupan

kemasyarakatan maupun kenegaraan meskipun sila-silanya belum dirumuskan secara konkrit.


Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit sebagaimana tertulis

dalam buku NegaraKertagama karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu
Tantular. Dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular, istilah Pancasila mempunyai arti berbatu
sendi yang lima, pelaksanaan kesusilaan yang lima. Istilah

Pancasila sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca berarti lima dan Sila berarti dasar
atau asas.

Jadi Pancasila sebagai Dasar Negara terdiri dari lima asas atau lima sila. Ibarat suatu bangunan
Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan diatas suatu pondasi

atau dasar yang dinamakan Pancasila yang terdiri dari lima dasar atau lima asas.

Istilah nama Pancasila sebagai dasar Negara lahir pada tanggal 1 Juni 1945, sebagaimana diusulkan
Ir. Soekarno dalam sidang pertama BPUPKI, yang mana usulan agar nama Dasar Negara yang
terdiri dari lima asas atau lima sila dinamakan Pancasila disetujui dalam sidang BPUPKI pada
tanggal 1 Juni 1945 Pancasila sebagai Dasar Negara dirumuskan oleh Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan disahkan sebagai Dasar Negara oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945.

Rumusan sila-sila Pancasila yang sah yang wajib diamalkan bangsa Indonesia adalah rumusan sila-
sila Pancasila yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Selanjutnya
pemahaman terhadap Pancasila pada hakikatnya dikembalikan kepada dua pengertian pokok yaitu
pengertian Pancasila sebagai pandangan hidup dan sebagai Dasar Negara. Selanjutnya berdasarkan
pengertian pokok Pancasila tersebut,

Pancasila berfungsi sebagai dasar yang statis dan fundamental, tuntunan yang dinamis dan ikatan
yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila juga memiliki fungsi yuridis
ketatanegaraan yang merupakan fungsi pokok dan fungsi utama sebagai dasar negara, fungsi
sosiologis dan fungsi etis dan filosofis.

Kedudukan hukum Pancasila selain sebagai dasar negara juga sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2004. Dalam hubungannya dengan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945),
Pancasila menjiwai Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 9


A. PENGERTIAN PANCASILA

Kata atau istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca berarti Lima dan Sila berarti
Dasar atau Asas.

Jadi istilah Pancasila yang berasal dari bahasa Sansekerta berarti lima dasar atau lima sila adalah
nama Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), pada tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan pada saat disahkan
UUD 1945 oleh PPKI karena Pancasila sebagai Dasar Negara merupakan bagian dari UUD 1945
yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

Berdasarkan catatan peninggalan sejarah Pancasila telah dikenal sejak zaman Sriwijaya dan
Majapahit. Pada zaman Majapahit (abad XIV), istilah Pancasila terdapat dalam buku Negara
Kertagama karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular.

Dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular istilah Pancasila berarti :

1. Berbatu sendi yang lima

2. Pelaksanaan kesusilaan yang lima

Istilah Pancasila sebagai Dasar Negara yang terdiri dari lima asas atau lima dasar tersebut
diusulkan oleh Ir. Soekarno sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei s/d1 Juni
1945, yang mana usulan Ir. Soekarno tersebut

diterima dalam sidang. Karena usulan Ir. Soekarno disetujui dalam sidang maka pada tanggal 1
Juni 1945 dianggap sebagai lahirnya nama Pancasila sebagai Dasar

Negara Indonesia Merdeka Sebagai dasar Negara Pancasila berarti lima dasar atau lima asas yang
menjadi dasar dari suatu bangunan Negara R.I. yang diproklamirkan pada tanggl 17 Agustus 1945.
Ibarat suatu bangunan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didirikan diatas suatu pondasi
atau dasar yang terdiri dari lima asas yang dinamakan Pancasila.

Adapun dasar Negara Pancasila dirumuskan BPUPKI yang diketuai Dr. Rajiman Wedyadiningrat
dan Ketua muda R.P. Soeroso. Selanjutnya Pancasila sebagai Dasar Negara, disahkan oleh PPKI ,
yang merupakan penjelmaan atau mewakili seluruh rakyat Indonesia dalam sidang PPKI yang
diketuai Ir. Soekarno dan wakil ketua Drs. Moehammad Hatta pada tanggal 18 Agustus 1945 yaitu
sehari setelah Indonesia memproklamirkan hari kemerdekaannya. Dasar Negara Pancasila di
sahkan oleh PPKI bersamaan saatnya dengan pengesahan UUD 1945. Istilah Pancasila itu sendiri
tidak terdapat dalam Pembukaan maupun dalam pasal-pasal UUD 1945, namun telah cukup jelas
bahwa Pancasila yang kita maksud sebagai

Dasar Negara adalah rumusan sila-sila Pancasila yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 yang berbunyi sbb :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 10


4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Jadi rumusan sila-sila Pancasila yang kita amalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara adalah rumusan sila-sila Pancasila yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan
UUD 1945

Sebagai suatu paham filosofis, pemahaman terhadap Pancasila pada hakikatnya dapat
dikembalikan kepada dua pengertian pokok, yaitu pengertian Pancasila sebagai pandangan hidup
dan sebagai Dasar Negara.

Adapun pengertian Pancasila sebagai Pandangan Hidup dan sebagai Dasar Negara adalah sbb :

1. Pancasila sebagai pandangan hidup.

Pancasila adalah suatu paham filsafat (philosophical way of thinking) oleh karena itu harus dapat
dipertanggungjawabkan secara logis dan dapat diterima oleh akal sehat.

Dalam pengertian tersebut, Pancasila disebut juga sebagai way of life, weltanschaung, pegangan
hidup, petunjuk hidup, dan sebagainya.

Dalam hal ini Pancasila adalah sebagai petunjuk arah kegiatan di segala bidang kehidupan,
sehingga seluruh tingkah laku dan perbuatan manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan
pancaran dari sila-sila Pancasila yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain.

Sebagai pandangan hidup yang merupakan penjelmaan falsafah hidup bangsa, Pancasila dalam
pelaksanaannya sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama, norma-norma
kesusilaan, norma-norma sopan santun, serta norma-norma hukum yang berlaku.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara

Sebagai dasar negara, Pancasila harus dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis konstitusional
(menurut hukum ketatanegaraan), oleh karena itu setiap orang tidak boleh atau tidak bebas
memberikan pengertian/penafsiran manurut pendapatnya sendiri. Pancasila dalam pengertian ini
sering disebut pula sebagai dasar falsafah negara (philosofische grondslag) atau ideologi negara
(staatsidee).

Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara
atau mengatur pemerintahan negara.

Hal tersebut nampak dari amanat alinea keempat pembukaan UUD 1945, yang berbunyi antara
lain: “….., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang
dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.

-CPN | Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 11


Selanjutnya menurut Prof. Drs. Notonegoro, SH, sebagai unsur pokok kaidah negara yang
fundamental, asas kerohanian Pancasila mempunyai kedudukan istimewa dalam kehidupan
ketatanegaraan bangsa Indonesia.

Ditegaskan pula bahwa Pancasila sebagai pokok kaidah fundamental dari suatu negara itu dalam
hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat dan tak berubah bagi negara yang
dibentuk.

Dari penegasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kedudukan Pancasila sebagai pokok kaidah
negara (dasar negara) adalah sangat fundamental.

B. FUNGSI PANCASILA

Berdasarkan pengertian pokok Pancasila, maupun berdasarkan peranannya dalam tata kehidupan
bangsa Indonesia sebagaimana diuraikan di atas, maka Pancasila dalam bentuknya yang sekarang
ini berfungsi sebagai:

1. Dasar yang statis / fundamental, di mana di atasnya didirikan bangunan negara Indonesia yang
kekal. Inilah fungsi pokok Pancasila, yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

2. Tuntunan yang dinamis, yaitu ke arah mana / negara Indonesia akan digerakkan, atau dengan
perkataan lain sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

3. Ikatan yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia, di mana Pancasila menjamin hak hidup
secara layak bagi semua warga negara dan semua golongan tanpa ada perbedaan.

Di samping itu, apabila dilihat lingkup jangkauan sasarannya, fungsi-fungsi Pancasila dapat
dibedakan sebagai berikut:

1. Fungsi yuridis ketatanegaraan yang merupakan fungsi pokok atau fungsi utama dari Pancasila
sebagai Dasar Negara.

2. Fungsi sosiologis, yaitu apabila dilihat sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya
.
3. Fungsi etis dan filosofis, yaitu apabila fungsinya sebagai pengatur tingkah laku pribadi, dalam
hal ini Pancasila berfungsi sebagai philosophical way of thinking atau philosophical system.

C. KEDUDUKAN HUKUM PANCASILA

Dalam kaitan dengan fungsi pokoknya sebagai dasar Negara, Pancasila sebagai bagian dari
Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan hukum yang kuat. Dalam hubungannya dengan
UUD 1945, Pancasila menjiwai pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945.

Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang tidak lain adalah Pancasila yang
merupakan cita-cita hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum dasar, baik hukum dasar tertulis
maupun hukum dasar tidak tertulis (konvensi).

Pembukaan UUD 1945 terdiri dan 4 alinea, yang memuat hal-hal sebagai berikut :

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 12


1. Pernyataan hak kemerdekaan bagi setiap bangsa
2. Pernyataan tentang hasil perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia
3. Pernyataan merdeka
4. Tentang dasar kerohanian (falsafah) Pancasila sebagai dasar negara.

Tiga pernyataan pertama adalah mengenai keadaan-keadaan atau peristiwa-peristiwa yang


mendahului terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketiga pernyataan itu tidak mempunyai hubungan organis dengan pasal-pasal UUD 1945, namun
pernyataan ke empat yaitu tentang dasar kerohanian (falsafah). Pancasila sebagai dasar negara
mengandung pokok pikiran yang di dalamnya tersimpul ajaran Pancasila, sehingga dengan
demikian mempunyai hubungan kausal dan organis dengan Pasal-pasal UUD 1945.

Butir keempat tersebut sangat penting karena merupakan semangat kejiwaan dari UUD 1945,
sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Dr. Soepomo SH, bahwa untuk memahami hukum dasar suatu
negara tidak cukup hanya memahami pasal-pasalnya saja, melainkan harus dipahami pula suasana
kebatinan (semangat kejiwaan) dari hukum dasar itu. Pokok-pokok pikiran yang merupakan
suasana kebatinan dari UUD 1945 tersebut terdiri dari:

 Pertama, negara melindungi segenap bangsa Indonesia dengan berdasarkan persatuan


(sila ketiga).
 Kedua, negara Indonesia mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (sila
kelima).
 Ketiga, negara berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan (sila keempat).
 Keempat, negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab (sila kesatu dan kedua).

Pokok-pokok pikiran itu yaitu Pancasila merupakan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar
baik hukum dasar yang tertulis maupun hukum dasar yang tidak tertulis. Pokok-pokok pikiran
dalam Pembukaan UUD 1945 dijelmakan dalam pasal-pasal UUD 1945.

Jadi pasal-pasal dalam UUD 1945 dijiwai oleh pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945, yaitu Pancasila. Menurut Prof. DR. Dardji Darmodihardjo SH dalam
kaitannya dengan fungsi pokok atau fungsi utama Pancasila sebagai Dasar Negara yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi sebagai cita-cita dan
pandangan hidup bangsa.

Selanjutnya kedudukan hukum Pancasila sebagai Dasar Negara yang tercantum dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 yang disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dipertegas
kembali dengan Ketetapan MPR Nomor XVIII / MPR / 1998.

Adapun materi yang tertuang dalam Ketetapan MPR Nomor XVIII / MPR / 1998 adalah sebagai
berikut:

1. Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4) yang tercantum dalam Ketetapan MPR Nomor II / MPR / 1978 yang ditetapkan dalam masa
Orde Baru.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 13


2. Menegaskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara yang tercantum dalam Alinea keempat
UUD 1945 yang disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.

3. Selanjutnya kedudukan hukum Pancasila selain sebagai Dasar Negara juga sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara, sebagaimana ditegaskan dalam UU Nomor 10 Tahun 2004.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan hukum Pancasila adalah
sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai Dasar Negara yang tercantum dalam Alinea keempat Pembukaan UUD 1945
yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dipertegas kembali dengan ketetapan MPR
no XVIII / MPR / 1998

2. Pancasila menjiwai Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945. Menurut Prof. R. Soepomo pokok-
pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu sila-sila Pancasila merupakan suasana kebatinan
atau semangat kejiwaan dari pasal-pasal UUD 1945.

3. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum Negara sebagaimana ditegaskan dalam UU
no. 10 Tahun 2004. Hal ini berarti bahwa semua peraturan perundang-undangan di Indonesia
harus dijiwai Pancasila atau harus mengacu pada Pancasila atau tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan hukum Pancasila selain
sebagai Dasar Negara, juga menjiwai Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945, dan sebagai sumber
dari segala sumber hukum negara.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 14


SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA

Sejarah perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara merupakan bagian dari sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, karena untuk membentuk Negara Indonesia yang merdeka antara lain
diperlukan UUD termasuk didalamnya Dasar Negara sebagai acuan dasar penyelenggaraan Negara
untuk mewujudkan cita-cita bangsa sesuai tujuan Nasional.

Pancasila sebagai paham filosofi, telah dikenal dan diterapkan dalam kehidupan bernegara
maupun kehidupan bermasyarakat sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit, meskipun sila-sila
Pancasila belum dirumuskan secara konkrit. Sejak dahulu kala Bangsa Indonesia berjuang untuk
membebaskan diri dari penjajahan Barat maupun penjajahan Jepang sebagai implikasi nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila yang anti penjajahan. Adapun proses perumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara dimulai sejak penjajahan Jepang hingga zaman kemerdekaan.

Pancasila sebagai Dasar Negara dirumuskan oleh BPUPKI yang diketuai oleh Dr. Radjiman
Wediodiningrat dan ketua muda R. P. Soeroso, dan disahkan oleh PPKI sebagai Badan Nasional
yang mewakili seluruh rakyat Indonesia yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakil ketua Drs. Moh.
Hatta dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pancasila sebagai Dasar Negara yang tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945
berasal dari rumusan Pancasila yang terdapat dalam Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia
Sembilan dengan menghapuskan tujuh kata setelah Sila Pertama Pancasila yaitu sila Ketuhanan.

Dengan demikian rumusan Pancasila yang sah dan wajib dilaksanakan dan diamalkan adalah
rumusan Pancasila yang terdapat dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, karena mempunyai
kedudukan yuridis konstitusional yaitu merupakan bagian dari UUD 1945, yang disahkan oleh
PPKI tersebut diatas.

Dengan disahkannya Dasar Negara Pancasila yang bersamaan dengan disahkannya UUD 1945
karena Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan perjuangan para pendiri
negara yaitu para anggota BPUPKI dan PPKI dalam rangka membentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang Merdeka.

A. ZAMAN SRIWIJAYA DAN MAJAPAHIT (abad VII – XVI)

Sejak berabad-abad lampau, bangsa Indonesia berjuang dan berupaya dengan berbagai cara untuk
mencapai cita-cita Indonesia merdeka, yaitu untuk membentuk pemerintahan yang berdaulat yang
meliputi seluruh wilayah Nusantara.

Pada zamannya, kedua kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tersebut telah merupakan negara yang
berdaulat, bersatu serta mempunyai wilayah yang meliputi seluruh nusantara. Pada zaman itu,
unsur-unsur atau sila-sila dari Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah
dan Keadilan sosial telah dihayati dan dijadikan asas dalam tata kehidupan pemerintahan dan
kemasyarakatan, walaupun sila-silanya belum dirumuskan secara konkrit.

Kenyataan itu dapat dibuktikan berdasarkan dokumen-dokumen tertulis yang ada seperti Telaga
Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi, Talang Tua dan Kota Kapur.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 15


Dalam buku Nagarakertagama karangan Mpu Prapanca juga diuraikan susunan pemerintahan
Majapahit yang menunjukkan adanya unsur musyawarah, hubungan antar negara tetangga dan
sebagainya. Di samping itu, dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular dilukiskan pula adanya
toleransi kehidupan beragama, khususnya antara agama Budha dan Hindu.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa bangsa Indonesia telah mengalami kejayaan pada
zaman Sriwijaya dan zaman Majapahit dimana nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sudah
diterapkan dalam tata kehidupan bernegara dan bermasyarakat, namun dengan datangnya
penjajahan Barat maka kehidupan bangsa Indonesia berubah menjadi penderitaan, karena
penjajah bertindak tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

B. ZAMAN PENJAJAHAN BARAT

Dalam perkembangan selanjutnya yaitu antara abad XVII – XX, Indonesia mengalami masa
penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Barat dan Jepang.

Dalam periode penjajahan Barat, bangsa Indonesia terlibat dalam perjuangan fisik untuk mengusir
penjajah, sehingga melahirkan pahlawan-pahlawan dan pejuang-pejuang bangsa yang tak terbilang
jumlahnya, seperti Sultan Agung,

Sultan Hasanudin, Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nya Dien, Sisingamangaraja XII dan
sebagainya.

Perlawanan terhadap penjajahan Barat tersebut terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia,
namun belum terkoordinasikan dengan baik dimana perjuangan

masih bersifat kedaerahan, sehingga belum berhasil mengusir penjajah. Sementara itu bangsa
Indonesia mulai menyadari bahwa disamping perjuangan fisik, harus dipikirkan pula mengenai
perlawanan dalam bentuk lain, yaitu perjuangan non pisik untuk menyadarkan bangsa Indonesia
mengenai pentingnya hidup bernegara dan berbangsa. Maka muncullah berbagai bentuk organisasi
yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial yang dipelopori oleh berdirinya Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908. Karena Budi Utomo merupakan pelopor gerakan Nasional, maka pada
tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Selanjutnya lahirlah perintis-perintis
pergerakan nasional, seperti HOS Tjokroaminoto, Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantoro, Dr. Tjipto
Mangunkusumo dan lain-lainnya.

Para perintis kemerdekaan mulai merintis jalan untuk menuju cita-cita perjuangan yaitu Indonesia
merdeka, melalui organisasi-organisasi yang didirikannya. Perjuangan pergerakan mereka mulai
menampakkan hasilnya dengan diselenggarakannya kongres pemuda yang menghasilkan Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada waktu itu pemuda-pemuda Indonesia yang dipelopori
antara lain oleh Mr. Muh. Yamin, Kuntjoro Purbopranoto, Wongsonagoro dan lain-lain;
mengumandangkan Sumpah Pemuda yang berisi ikrar dan pengakuan adanya satu bangsa, satu
tanah air dan bahasa yang satu, Indonesia.

Dengan sumpah pemuda itu tegaslah apa yang diinginkan oleh bangsa Indonesia, yaitu
kemerdekaan tanah air dan bangsa.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 16


Adapun perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah Barat merupakan implementasi nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.

C. ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG

Sampai dengan periode tersebut di atas ternyata perjuangan bangsa Indonesia belum berhasil
mengusir penjajah Barat dari bumi Indonesia, sampai akhirnya meletus Perang Pasifik pada
tanggal 7 Desember 1941, yaitu perang antara Jepang di satu pihak, melawan sekutu (Inggris,
Amerika Serikat, Belanda) di lain pihak. Dalam Perang Pasifik Jepang melakukan pemboman
terhadap kekuatan armada Amerika Serikat di Pearl Harbour.

Pada tanggal 9 maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang dan
mulai saat itu mulailah penjajahan Jepang di Indonesia.

Tidak berbeda dengan penjajah-penjajah lain, Jepang pun melakukan penindasan dan kekejaman
yang mengakibatkan penderitaan rakyat. Maka mulailah timbul perlawanan-perlawanan terhadap
Jepang baik secara legal maupun ilegal, misalnya pemberontakan PETA di Blitar. Mulai tahun 1943-
1944 Jepang mengalami kekalahan disemua medan pertempuran, dan dalam perkembangan
selanjutnya, menunjukkan adanya tanda-tanda akan segera berakhir perang Pasifik dengan
kekalahan Jepang di mana-mana. Dalam kondisi seperti itu, untuk dapat mempertahankan dirinya,
Jepang berusaha untuk menarik simpati bangsa Indonesia, yaitu pada tanggal 7 september 1944
Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia dikemudian hari, apabila Indonesia membantu Jepang
memenangkan perang. Sebagai tindak lanjut dari janji tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang
mengulangi janji kemerdekaan Indonesia namun tanpa syarat, dan Jepang mengumumkan akan
dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi
Choosakai) yang dikenal sebagai BPUPKI.

Pada tanggal 29 April 1945, Jepang membentuk BPUPKI yang diketuai Dr.K.R.T. Radjiman
Wediodiningrat, dengan dua orang Ketua Muda (Fuku Kaityo).

Ketua Muda I Itibangase dan Ketua Muda II, Raden Pandji Soeroso beranggotakan 60 orang anggota
biasa, dan 7 (tujuh) orang anggota Istimewa ( Toku Betsu) berkebangsaan Jepang yang tidak
mempunyai hak suara. Keberadaan mereka di dalam BPUPKI, karena pada tanggal tersebut adalah
HUT Tenno Heika (Kaisar), atau Tenco – Setsu (Hari Mulia). Adapun ke tujuh orang anggota
istimewa tersebut adalah: Tokonomi Tokuzi, Miyano Syoozo, Itagaki Masamitu, Matuura Mitokiyo,
Tanaka Minoru, Masuda Toyohiko, dan Idee Toitiroe. Kemudian jumlah anggota BPUPKI ditambah
6 ( enam) orang anggota yang berasal dari Indonesia.

Dengan demikian jumlah keseluruhan anggota BPUPKI adalah 76 orang (termasuk Ketua dan Ketua
Muda).

Pada tanggal 28 Mei 1945 Jepang melantik BPUPKI dan keesokan harinya BPUPKI melakukan
persidangan yaitu sidang pertama dari tanggal 29 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945 dan sidang kedua
dari tanggal 10 Juli 1945 hingga tanggal 16 Juli 1945.

Dengan terbentuknya badan tersebut bangsa Indonesia dapat secara sah mempersiapkan
kemerdekaannya, antara lain merumuskan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai negara yang

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 17


merdeka, di samping itu juga dasar-dasar atau asas-asas, di atas mana akan didirikan negara
Republik Indonesia.

Periode inilah yang diwarnai dengan kegiatan perumusan Pancasila sebagai dasar negara, yaitu
dengan diskusi dan perdebatan-perdebatan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Pada hari pertama sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 ketua BPUPKI meminta para
anggota BPUPKI untuk mengemukakan dasar Indonesia merdeka. Pada tanggal 29 Mei, 31 Mei dan
1 Juni 1945 para anggota BPUPKI yaitu Mr. Moh. Yamin, Prof, R, Soepomo dan Ir. Soekarno masing-
masing mengemukakan pendapatnya tentang lima asas atau lima dasar Negara Indonesia merdeka.

Adapun rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara yang dikemukakan para anggota BPUPKI
tersebut adalah sebagai berikut:

Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Moh. Yamin menyampaikan dalam pidatonya lima asas atau dasar
Negara Indonesia merdeka, yaitu:

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat.

Di samping pidato tersebut Mr. Muh. Yamin menyampaikan pula secara tertulis rancangan UUD
Republik Indonesia yang di dalam pembukaannya tercantum lima asas dasar negara. Lima asas
tersebut rumusannya berbeda dengan yang diucapkannya dalam pidatonya , yaitu sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada tanggal 31 Mei 1945, dalam pidatonya Prof. R. Soepomo mengemukakan pendapatnya tentang
lima asas atau lima dasar Negara Indonesia merdeka dengan rumusan sebagai berikut :

1. Persatuan

2. Kekeluargaan

3. Keseimbangan lahir dan batin

4. Musyawarah

5. Keadilan Rakyat
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 18
Pada tanggal 1 Juni 1945 tibalah giliran Ir. Soekarno untuk menyampaikan pidatonya pada sidang
BPUPKI. Dalam pidato itu Ir. Soekarno mengusulkan pula lima asas untuk menjadi dasar negara
Indonesia Merdeka yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau perikemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Pada tanggal 1 Juni 1945 untuk lima asas atau lima dasar sebagai dasar Negara Indonesia merdeka
oleh Ir. Soekarno diusulkan untuk diberi nama Pancasila yang mana istilah itu diperolehnya dari
seorang temannya yang ahli bahasa. Adapun usul Ir. Soekarno agar Dasar Negara Indonesia yang
terdiri dari lima asas atau lima dasar dinamakan Pancasila, disetujui peserta sidang BPUPKI.

Dalam perkembangannya kemudian yaitu tahun 1947 pidato Ir. Soekarno tersebut dipublikasikan
dalam bentuk sebuah buku yang berjudul lahirnya Pancasila dan oleh karena itulah muncul
anggapan umum bahwa lahirnya Pancasila adalah tanggal 1 Juni 1945 pada saat peserta sidang
pertama BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 menyetujui usulan Ir. Soekarno agar nama Dasar Negara
yang terdiri dari lima sila dinamakan Pancasila.

Menurut Prof. Dardji Darmodihardjo, SH dinyatakan bahwa pada tanggal 1 Juni 1945 adalah “hari
lahir” istilah Pancasila sebagai nama Dasar Negara Indonesia. Jadi Dasar Negara kita Pancasila
bukan lahir pada tanggal 1 Juni 1945, karena pada tanggal 1 Juni 1945 yang lahir adalah nama
Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia yang diusulkan Ir. Soekarno yang mana usulan tersebut
diterima dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 tersebut.

Perumusan dasar negara Pancasila oleh Ir. Soekarno tersebut tidak didasarkan kepada pola berfikir
filosofis/religius, melainkan kepada pola berfikir dialektis atau historis materialisme. Atas dasar
hal tersebut maka sila kebangsaan dihadapkan dengan Internasionalisme/Perikemanusiaan
menjadi “Sosio Nasionalisme”. Disamping itu sila Mufakat/Demokrasi dihadapkan dengan sila
kesejahteraan Sosial, menjadi “Sosio Demokrasi”. Jadi lima dasar tadi menjadi tiga, yang disebut
“Trisila” yaitu:

1. Sosio Nasionalisme

2. Sosio Demokrasi

3. Ketuhanan.

Selanjutnya “Trisila” itu diperas menjadi “Ekasila”, yaitu “Gotong-Royong”.

Pada akhir sidang pertama, ketua sidang membentuk suatu panitia, yang dikenal sebagai panitia
delapan yang diketuai Ir. Soekarno yang ditugasi antara lain mengumpulkan dan menggolong-
golongkan usul-usul yang diajukan peserta sidang.

Sidang pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945. Pada tanggal 22 Juni 1945, ketua
panitia delapan telah mengadakan pertemuan dengan anggota BPUPKI yang ada di Jakarta dan
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 19
anggota BPUPKI yang kebetulan berada di Jakarta. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan
antara golongan / paham kebangsaan dan golongan / paham agama. Dalam rapat tersebut
dibentuk panitia sembilan yang anggotanya terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. A.A.
Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, Mr. Achmad Soebardjo,
Wachid Hasjim, dan Mr. Muhammad Yamin.

Panitia sembilan telah mencapai hasil baik yang menghasilkan persetujuan dari golongan / paham
agama (Islam) dan golongan / paham kebangsaan.

Persetujuan tersebut termaktub dalam satu naskah yang oleh panitia delapan ditetapkan sebagai
Rancangan Preambule Hukum Dasar. Adapun hasil panitia sembilan tersebut sebagai hasil
persetujuan golongan agama dan kebangsaan oleh Mr. Moh. Yamin disebut sebagai Jakarta Charter
atau Piagam Jakarta.

Didalam Rancangan Preambule Hukum Dasar yang disusun oleh Panitia Sembilan yang kemudian
menjadi rancangan Pembukaan UUD 1945 terdapat rancangan dasar Negara Pancasila.

Adapun rancangan dasar Negara Pancasila yang terdapat dalam Piagam Jakarta adalah sebagai
berikut :

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rancangan Dasar Negara Pancasila yang tercantum dalam Piagam Jakarta tersebut yang tertuang
dalam Rancangan Preambule Hukum Dasar dilaporkan dalam sidang kedua BPUPKI. Rancangan
Preambule Hukum Dasar dan hal-hal lainnya oleh panitia delapan dilaporkan dalam sidang kedua
BPUPKI, dan dalam sidang kedua keanggotaan BPUPKI. Selanjutnya pada tanggal 11 Juli 1945
ketua BPUPKI membentuk tiga panitia yaitu :

1. Panitia Perancang UUD diketuai Ir. Soekarno

2. Panitia Pembelaan Tanah Air diketuai Abikoesno Tjokrosoejoso

3. Panitia soal keuangan dan perekonomian diketuai Dr. Moh. Hatta

Panitia Perancang UUD bekerja selama 3 hari membentuk panitia kecil yang diketuai Prof. R.
Soepomo. Pada tanggal 14 Juli 1945 Ketua Perancang UUD Ir. Soekarno melaporkan hasil tugasnya
kepada sidang kedua BPUPKI. Adapun hasil panitia perancang UUD yang disampaikan sidang kedua
BPUPKI terdiri dari naskah:

1. Rancangan teks proklamasi yang diambil dari alinea 1, 2 dan 3 rancangan Preambule hukum
dasar (Piagam Jakarta) ditambah dengan yang lain sehingga merupakan teks proklamasi yang
panjang.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 20


2. Rancangan Pembukaan UUD 1945 diambil dari alinea 4 Rancangan Preambule Hukum dasar
(Piagam Jakarta).

3. Rancangan Batang Tubuh UUD.

Pada tanggal 14 Juli 1945 setelah melalui perdebatan dan perubahan maka teks Indonesia Merdeka
dan teks Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terdapat rancangan dasar Negara Pancasila
diterima sidang.

Pada tanggal 16 Juli 1945 rancangan Preambule hukum dasar yang selanjutnya dikenal sebagai
rancangan Pembukaan, UUD dan rancangan Batang Tubuh UUD diterima dalam sidang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 dirumuskan dalam sidang-sidang BPUPKI.

Setelah menyelesaikan tugasnya BPUPKI dibubarkan, dan pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) oleh Jepang yang bertugas menyelenggarakan
Kemerdekaan Indonesia. PPKI yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakil ketua Drs. Moh. Hatta
yang beranggotakan 21 orang.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Ketua dan wakil ketua PPKI
dan mantan ketua BPUPKI Drs. Rajiman Wedyadiningrat dipanggil oleh Jenderal Besar Terauchi di
Dalat, yang menyatakan bahwa Jepang telah menyetujui kemerdekaan Indonesia, dan kapan
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, diserahkan sepenuhnya kepada PPKI.

Namun pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang meminta damai pada sekutu dan pada tanggal 15
Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai ketua dan wakil ketua PPKI
dipanggil Jepang dan ditegaskan bahwa PPKI dilarang untuk mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa Jepang telah mencabut semua janjinya akan memberikan
kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia, sehingga berkat semangat para pendiri Negara dan
seluruh rakyat Indonesia maka pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkan kemerdekaan
Indonesia.

D. ZAMAN KEMERDEKAAN

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indoensia. Setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, datanglah utusan yang mewakili rakyat Indonesia Bagian Timur menghadap
Drs. Moh. Hatta yang merasa keberatan terhadap bagian kalimat yang terdapat dalam sila pertama
Pancasila yang terdiri dari tujuh kata yaitu “kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”. Karena pada saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945 tersebut, UUD yang didalamnya terdapat rancangan dasar Negara Pancasila belum
disahkan, disamping itu juga belum terpilih Presiden dan Wakil Presiden, maka keesokan harinya
dengan semangat persatuan dan kesatuan diadakan sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Sebelum sidang PPKI dimulai, Drs. Moh. Hatta membicarakan usul penghapusan tujuh kata dalam

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 21


sila pertama Pancasila yang berasal dari Piagam Jakarta kepada K.H. Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Mr Kasman Singadimedjo dan Mr. Teuku M. Hasan. Dengan mengkedepankan
persatuan dan kesatuan, mereka setuju dan mufakat untuk menghapus tujuh kata tersebut dalam
Sila Pertama Pancasila, yaitu Sila Ketuhanan yang semula tertulis ”Ketuhanan Dengan Kewajiban
Menjalankan Syariat Islam Bagi pemeluk-pemeluknya”, setelah dihapus tujuh kata tersebut, Sila
Pertama Pancasila menjadi ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Perlu dipahami pada saat PPKI dilantik Jepang beranggotakan 21 orang, dan pada saat PPKI
melaksanakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 keanggotaannya ditambah 6 orang sehingga
seluruh anggota PPKI berjumlah 27 orang. Adapun PPKI yang bersidang pada tanggal 18 Agustus
yang beranggotakan 27 orang tersebut merupakan Badan nasional yang mewakili seluruh rakyat
Indonesia.

Dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan:

1. Mengesahkan UUD 1945 yang didalamnya terdapat dasar Negara Pancasila yang dalam sila
pertama Pancasila telah dihapuskan tujuh kata tersebut

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden pertama NKRI yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta

Untuk lebih kemahami perbedaan rumusan Pancasila yang terdapat dalam Piagam Jakarta dan
alinea Pembukaan UUD 1945, maka dibawah ini tertulis Rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
yang tercantum dalam Piagam Jakarta dan alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yaitu sebagai
berikut:

i. Rumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara Yang Tercantum Dalam Piagam Jakarta

1. Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan / perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

ii. Rumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara Yang Tercantum Dalam Alinea Keempat Pembukaan
UUD 1945

1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indoensia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 22


Bahwa Pancasila sebagai Dasar Negara yang terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD
1945 adalah berasal dari Piagam Jakarta setelah dihapuskan “tujuh kata” dalam sila pertama
Pancasila.

Adapun rumusan sah dari Pancasila yang wajib kita laksanakan dan diamalkan dalam tata
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah rumusan sila-sila yang terdapat dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945 karena :

1. Mempunyai kedudukan yuridis konstitusional yaitu tercantum atau merupakan bagian dari
konstitusi (UUD).

2. Disahkan oleh lembaga atau badan yang mewakili seluruh bangsa Indonesia (PPKI) yang berarti
disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia.

Demikianlah, Pancasila yang dari awalnya sudah merupakan kepribadian, pandangan hidup,
maupun jiwa bangsa, setelah melalui jalan yang panjang akhirnya ditetapkan sebagai dasar negara
atau dasar falsafah negara sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

Adalah menjadi tugas dan kewajiban setiap warga negara untuk menghayati dan menghayati
secara utuh nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila agar dapat mengamalkan secara
konsisten dan bertanggung jawab dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 23


PERANAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Pancasila yang terdiri dari lima sila merupakan satu kesatuan yang organis, satu kesatuan yang
utuh dan bulat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tiap-tiap sila Pancasila
mempunyai tempatnya sendiri, tidak dapat dipindahkan tata urutannnya karena sila-sila Pancasila
merupakan satu rangkaian kesatuan yang utuh dan bulat artinya sila-sila Pancasila tidak dapat
digeser-geser atau dibolak balik.

Rumusan sila-sila Pancasila sebagai acuan dasar bagi bangsa Indonesia untuk melaksanakan
kehidupannya sehari-hari maupun dalam kehidupan ketatanegaraan adalah rumusan yang
tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Menurut Prof. DR. Dardji Darmodiharjo,
Pancasila merupakan nilai kerohanian yang didalamnya terkandung nilai-nilai yang lain, secara
lengkap dan harmonis baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran/kenyataan, nilai aestetis, nilai
etis/moral dan nilai religius.

Demikian pula halnya Prof. DR. Notonegoro memberikan pengertian tentang nilai yang terdiri dari
nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian, selanjutnya nilai kerohanian terdiri dari nilai
kebenaran, keindahan, kebaikan dan nilai religius. Dengan demikian nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila mampu membentuk sikap dan perilaku yang positif bagi manusia Indonesia baik
dalam kehidupan bermasyarakat maupun hidup ketatanegaraan. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila sebagai dasar untuk melaksanakan kehidupan bangsa menjiwai Pembukaan dan pasal-
pasal UUD 1945. Karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sudah membumi di Indonesia
sejak nenek moyang kita, hingga saat ini dan seterusnya maka peranan Pancasila dalam kehidupan
bangsa adalah sebagai jiwa bangsa, kepribadian bangsa, sumber dari segala sumber hukum negara,
cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia, falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia dan
sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia waktu mendirikan negara.

A. HAKIKAT PENGERTIAN SILA-SILA PANCASILA

Pancasila terdiri dari lima sila, masing-masing silanya merupakan rangkaian kesatuan yang utuh
dan bulat yang tidak dapat dipisahkan satu sila dengan yang lainnya. Pancasila merupakan satu
kesatuan, satu rangkaian yang

utuh dan bulat, dimana sila yang satu tidak dapat dipisahkan dari sila yang lain.

Adapun susunan sila-sila Pancasila adalah sistimatis hierarkhis artinya kelima Pancasila
menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat (hirarkhis).

Tiap-tiap sila Pancasila mempunyai tempat sendiri tidak dapat dipindahkan tata urutannya, tidak
dapat digeser-geser atau dibolak-balik. Adapun urutan sila-sila Pancasila yang sah dan benar
adalah urutan sila-sila Pancasila yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
Adanya urutan sila-sila Pancasila tersebut tidak menunjukkan bahwa sila pertama lebih tinggi
kedudukannya atau lebih penting dari sila kedua, demikian pula sila kedua tidak lebih tinggi atau
lebih penting dari sila ketiga dan seterusnya karena pengamalan Pancasila harus secara utuh dan
bulat.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 24


Masing-masing sila Pancasila menjiwai sila lainnya, karena keseluruhan sila dalam Pancasila
merupakan satu kesatuan yang organis, utuh dan bulat dan hal ini dapat diijelaskan sebagai
berikut:

1. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa meliputi dan menjiwai sila kedua, ketiga, keempat dan
kelima.

2. Sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab meliputi dan menjiwai sila kesatu, ketiga,
keempat, kelima.

3. Sila ketiga Persatuan Indonesia meliputi dan menjiwai sila pertama, kedua, sila keempat, dan sila
kelima

4. Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /


perwakilan meliputi dan menjiwai sila kesatu, kedua, ketiga dan kelima

5. Sila kelima Keadilan sosial meliputi dan menjiwai sila pertama, kedua, ketiga dan sila keempat.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing sila meliputi dan
menjiwai sila lainnya. Meskipun sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh tidak
dapat dipisahkan satu dan yang lainnya, namun dalam memahami hakikat pengertian Pancasila
diperlukan uraian sila demi sila dan uraian tersebut harus berdasarkan Pembukaan dan pasal-
pasal UUD 1945. Selanjutnya uraian sila demi sila dari hakikat pengertian Pancasila yang
berdasarkan pada Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan / perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Adapun hakikat pengertian Pancasila yang terdiri dari 5 (lima) sila adalah sebagai berikut :

1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa

Sebagai sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi sumber pokok nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan
kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan Persatuan Indonesia yang telah membentuk
Negara Republik Indonesia yang berdaulat, yang bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, guna mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Hakikat pengertian sila pertama Pancasila menjiwai :

a. Alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi antara lain:


“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…”
b. Pasal 29 UUD 1945:
1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 25


2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Di dalam sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” telah tersimpul cita-cita kemanusiaan
yang lengkap, yang adil dan beradab memenuhi seluruh hahekat manusia. Sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran
budi manusia (Indonesia). Dengan kemanusiaan yang adil dan beradab, maka setiap warga negara
mempunyai kewajiban dan hak-hak yang sama; setiap warga negara dijamin haknya serta
kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan orang seorang, dengan
negara, dengan masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sebagaimana dijelaskan terdahulu
maka sila kedua ini diliputi dan dijiwai pula oleh sila pertama. Hal ini berarti bahwa kemanusiaan
yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa, yaitu
manusia sebagai makhluk pribadi, sebagai anggota masyarakat dan sekaligus hamba Tuhan.

Hakikat pengertian sila kedua Pancasila menjiwai :

a. Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 “Bahwa Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus

dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

b. Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 UUD 1945 Mengenai kemanusiaan ini lebih lanjut dijabarkan dalam
Bab X A UUD 1945 tentang Hak Asasi Manusia (Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J).

3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia Persatuan Indonesia berasal dari kata satu, yang berarti utuh
tidak terpecah-pecah, Persatuan mengandung pengertian bersatunya

bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.

Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik,
ekonomi sosial budaya dan keamanan (Ipoleksosbud dan Hankamnas).

Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia, yang bersatu
karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaaan yang bebas dalam wadah negara
kesatuan yang merdeka dan berdaulat. Oleh karena itu perbedaan merupakan kodrat manusia dan
juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk Negara. Perbedaan bukan untuk
menimbulkan konflik atau permusuhan, tapi diarahkan pada pengertian yang saling memberikan
manfaat yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai
bangsa. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia,
karena bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia
yang abadi.

Perwujudan sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan
Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab.
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 26
Karena itu paham kebangsaan Indonesia tidaklah sempit (chauvinistis), tetapi dalam arti
menghargai bangsa lain sesuai dengan sifat kehidupan bangsa itu sendiri. Nasionalisme Indonesia
mengatasi paham golongan, suku bangsa dalam upaya membina tumbuhnya persatuan dan
kesatuan sebagai satu bangsa yang bersatu padu, tidak terpecah-pecah.

Hakikat pengertian sila ketiga Pancasila menjiwai:

a. Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia ………..”

b. Pasal 32, 35 dan 36, 36 A, 36 B dan 36 C. UUD 1945

4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan Sila keempat berbunyi: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.

Ini berarti bahwa Indonesia menganut kedua macam demokrasi tersebut, yaitu demokrasi
langsung dan tidak langsung (demokrasi perwakilan).

Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan (melalui atau perantaraan wakil-wakil)
sangat penting dalam suatu negara yang mempunyai daerah luas dan warga negara yang banyak,
seperti negara-negara di zaman modern dewasa ini. Pelaksanaan demokrasi langsung dalam
tingkat negara secara rutin hampir tidak dapat dilakukan lagi sekarang ini, karena jumlah warga
negara dan luas negara umumnya adalah besar.

Sesuai dengan perkembangan dinamika rakyat Indonesia saat ini yang didukung oleh kemajuan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam menentukan siapa pemimpinnya telah
disepakati, misalnya bahwa pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan melalui pemilihan
umum oleh rakyat secara langsung, tidak lagi oleh majelis Permusyawaratan Rakyat. Hal ini di atur
dalam Pasal 6 A ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat”.

Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan
sabar, jujur dan bertanggungjawab serta didorong oleh itikad baik sesuai dengan hati nurani.

Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan atau
memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga tercapai keputusan yang berdasarkan
kebulatan pendapat atau mufakat.

Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya
rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui
badan-badan perwakilan.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan


berarti, rakyat dalam melaksanakan tugas kekuasaannya baik secara langsung maupun melalui

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 27


perwakilan ikut dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam musyawarah yang dipimpin oleh
pikiran yang sehat secara penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun
kepada rakyat yang diwakilinya.

Sila keempat ini merupakan sendi yang penting dari asas kekeluargaan masyarakat kita. Sila
keempat ini juga merupakan suatu asas, bahwa tata Pemerintahan Republik Indonesia didasarkan
atas kedaulatan rakyat.

Hakikat pengertian sila keempat Pancasila menjiwai :

a. Alinea keempat Pembukaan UUD yang antara lain berbunyi: maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat
….. dan seterusnya.

b. Pasal 2 ayat (3), Pasal 7 B ayat (7), Pasal 28, 28 A s.d. Pasal 28 J, dan Pasal 37.

5. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia berarti, bahwa setiap warganegara Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam
bidang hukum, politik sosial, ekonomi dan kebudayaan. Keadilan sosial mencakup pula pengertian
adil dan makmur.

Keadilan sosial yang dimaksud tidak sama dengan pengertian sosialistis atau komunalistis karena
yang dimaksud dengan keadilan sosial dalam sila kelima bertolak dari pengertian bahwa antara
pribadi dan masyarakat satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Masyarakat tempat hidup dan
berkembangnya pribadi, sedangkan pribadi adalah komponennya masyarakat. Tidak dibenarkan
terjadi praktek dalam masyarakat sosialistis/komunalistis yang hanya mementingkan masyarakat
dan juga sebaliknya seperti yang berlaku dalam negara liberal yang segala sesuatu dipandang titik
beratnya pada kepentingan pribadi/individu.

Keadilan sosial mengandung arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan
kehidupan masyarakat. Oleh karena kehidupan manusia itu meliputi kehidupan jasmani dan
kehidupan rohani, maka keadilan itu pun meliputi keadilan di dalam pemenuhan tuntutan hakiki
kehidupan jasmani serta keadilan di dalam pemenuhan tuntutan hakiki kehidupan rohani secara
seimbang, di bidang material dan di bidang spiritual. Pengertian ini mencakup pula pengertian adil
dan makmur yang dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia secara merata, dengan
berdasarkan asas kekeluargaan. Sila keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang
mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah
tata masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila.

Hakikat pengertian di atas sesuai dengan alinea kedua Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan:

a. Alinea kedua Pembukaan UUD 1945 antara lain menegaskan “Dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.”

b. Pasal-pasal UUD 1945 : yaitu pasal 23 A, 27, 28, 29, 31, 33 dan 34 UUD 1945

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 28


Dengan uraian tersebut di atas, anda dapat mengetahui tentang hakikat pengertian Pancasila.
Selanjutnya hakikat pengertian Pancasila itu hendaknya anda hayati untuk seterusnya diamalkan
dalam segala kegiatan kehidupan.

B. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA

Dalam hubungannya dengan pengertian Pancasila sebagaimana tersebut di atas, Pancasila


tergolong nilai kerohanian, tetapi nilai kerohanian yang meyakini adanya nilai material dan nilai
vital. Pancasila tergolong nilai kerohanian yang didalamnya terkandung nilai-nilai yang lain secara
lengkap, dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran/kenyataan, nilai aestetis,
maupun nilai religius.

Prof. Dr. Notonegoro, membagi nilai menjadi 3 yakni :

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

2. Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan dan
aktivitas.

3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas 4 macam yakni :

a. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal manusia

b. Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa indah manusia

c. Nillai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kodrat manusia (manusia dalam
segala dimensinya).

d. Nilai religius yang merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak. Nilai religius
ini bersumber pada kepercayaan/keyakinan manusia.

Selanjutnya nilai –nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila adalah :

1. Dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius

2. Dalam sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab terkandung nilai kemanusiaan

3. Dalam sila ketiga Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa

4.Dalam sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
pemusyawaratan / perwakilan terkandung nilai kerakyatan

5. Dalam sila kelima Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial

Meskipun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai
kerohanian yang mengakui pentingnya nilai material dan nilai vital secara seimbang, sebagaimana
dibuktikan dengan susunan sila-sila yang sistematis hirarkhis yang dimulai sila pertama Ketuhanan

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 29


Yang Maha esa, sampai dengan sila kelima yaitu Keasilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Jadi
yang mempunyai nilai itu tidak hanya sesuatu yang berwujud benda material saja, akan tetapi juga
benda yang tidak berwujud yang bukan benda material.

Bahkan sesuatu yang bukan benda material itu dapat menjadi nilai yang sangat tinggi dan mutlak
bagi manusia.

Nilai material secara relatif lebih mudah diukur dengan alat-alat pengukur, misalnya dengan alat
pengukur berat (gram), alat pengukur panjang (meter), alat pengukur luas (meter persegi) alat
pengukur isi (liter), dan sebagainya.

Sedangkan nilai rohani tidak dapat diukur dengan menggunakan alat-alat pengukur tersebut di
atas, tetapi diukur dengan “budi nurani manusia”, karena itu lebih sulit dilakukan, karena
permasalahannya adalah apakah ada perwujudan budi nurani manusia yang bersifat universal.

Manusia yang mengadakan penilaian terhadap sesuatu yang bersifat kerohanian menggunakan
budi nurani dengan dibantu indera, akal, perasaan, kehendak dan oleh keyakinan. Sampai sejauh
mana kemampuan dan alat-alat bantu ini bagi manusia dalam memberikan penilaian tidak sama
bagi manusia yang satu dengan yang lain, dipengaruhi situasi dan keadaan manusia yang
bersangkutan.

Bagi manusia nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalam segala perbuatannya. Dalam
pelaksanaannya, nilai-nilai dijabarkan dalam bentuk norma (normatif), sehingga merupakan suatu
perintah/keharusan, anjuran atau merupakan larangan atas sesuatu yang tidak diinginkan atau
celaan. Nilai kebenaran harus dilaksanakan dan segala sesuatu yang tidak benar, tidak indah, tidak
baik, dan sebagainya dilarang atau dicela. Dari uraian yang dikemukakan di atas nampak jelas
bahwa nilai berperan sebagai dasar pedoman yang menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai
berada dalam hati nurani, suara hati atau kata hati dan pikiran sebagai suatu
keyakinan/kepercayaan yang bersumber dari berbagai aspek atau sumber.

Selanjutnya untuk lebih memahami nilai - nilai yang terkandung dalam Pancasila, akan diberi
pemahaman tentang pengertian moral, nilai, norma, dan sanksi sebagai berikut :

1. Pengertian Moral

Moral adalah ajaran baik buruk perbuatan atau tingkah laku manusia berdasarkan kodratnya.
Moral berasal dari kata mos (mores) yang berarti kesusilaan, tabiat, kelakuan.

Moral sebagai ajaran tentang baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Seseorang
individu yang tingkah lakunya sesuai dengan harkatnya sebagai manusia disebut baik secara moral
dan jika sebaliknya disebut buruk secara moral atau imoral. Akan tetapi tidak semua nilai
merupakan nilai moral.

Ada bermacam-macam nilai seperti telah disebutkan di atas. Kalau seorang siswa salah menjawab
suatu pertanyaan guru di kelas ia tidaklah buruk dalam arti moral. Begitu juga kalau lagu tidak
merdu didengar, tidak dapat kita nilai bahwa lagu itu buruk dalam arti moral. Dalam Pancasila
terdapat suatu rangkaian nilai-nilai yang merupakan nilai-nilai moral, karena apabila nilai-nilai itu
dilaksanakan, maka harkat dan martabat manusia Indonesia dapat menjadi baik karena nilai-nilai
moral yang melekat pada dirinya.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 30


2. Nilai, Norma, dan Sanksi

Nilai terbentuk atas dasar pertimbangan-pertimbangan cipta, rasa, karsa dari seseorang atau
sekelompok masyarakat/bangsa. Terbentuknya suatu nilai secara teoritis melalui proses tertentu
dan atas dasar kesadaran dan keyakinan, jadi tidak dapat dipaksakan.

Nilai secara singkat dapat dikatakan sebagai hasil penilaian / pertimbangan “baik/tidak baik”
terhadap sesuatu, yang kemudian dipergunakan sebagai dasar alasan (motivasi) melakukan atau
tidak melakukan sesuatu.

Norma (kaidah) adalah petunjuk tingkah laku (perilaku) yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan dalam hidup sehari-hari berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu dengan disertai
sanksi.

Sanksi adalah ancaman/akibat yang akan diterima apabila norma (kaidah) tidak dilakukan.

Dari hubungan nilai timbullah ancaman-ancaman norma dengan sanksinya, misalnya:

a. Norma agama, dengan sanksi dari Tuhan

b. Norma kesusilaan, dengan sanksi rasa malu dan menyesal terhadap dirinya sendiri.

c. Norma sopan santun, dengan sanksi sosial masyarakat.

d. Norma hukum dengan sanksi dari pemerintah (alat-alat negara).

C. PENDEKATAN PENGAMALAN PANCASILA

Pancasila sebagai suatu ideologi mencakup seluruh aspek kehidupan.

Pendekatan untuk pengamalan Pancasila melalui 3 aspek (historis, yuridis konstitusional dan
filosofis). Sedangkan secara umum, pendekatan dapat dilakukan dengan cara objektif praktis, agar
lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas, yaitu: suatu penguraian yang menyoroti materi yang
didasarkan atas bahan-bahan resmi dan segala uraian selalu dapat dikembalikan secara bulat dan
sistematis pada bahan-bahan resmi. Selanjutnya pengertian praktis dapat diartikan bahwa segala
yang diuraikan mempunyai kegunaan dalam praktek.

1. Pendekatan Historis (Sejarah)

Pembahasan nilai-nilai Pancasila dari segi sejarah (aspek historis) diperlukan, sehubungan dengan
sifat dari nilai yang abstrak. Dengan cara ini dapat diketahui proses tumbuhnya dan
melembaganya nilai-nilai tersebut dalam kegiatan kehidupan (pribadi, masyarakat dan negara).

Perlu ditegaskan disini bahwa pembahasan aspek historis ini bukanlah sama dengan pelajaran ilmu
sejarah murni, tetapi hanya terbatas pada pengungkapan fakta sejarah yang ada kaitannya
langsung dengan proses pertumbuhan serta pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Pendekatan sejarah
hanya membicarakan fakta sejarah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 31


2. Pendekatan Yuridis Konstitusional

Dari segi hukum ketatanegaraan pendekatan yuridis konstitusional sangat penting untuk dihayati
karena hukum yang mengatur kegiatan kehidupan kita (pribadi masyarakat dan negara), sebagai
konsekuensi Pancasila sebagai dasar negara kita. Tegasnya tatanan kehidupan Pancasila tersebut
perlu dipahami dengan baik, agar dapat mengamalkannya dengan baik.

Hal ini penting untuk dipelajari, karena sulit bagi kita untuk berbuat/bertindak, jika kita tidak
mengetahui dengan baik, segi-segi hukum ketatanegaraan dari Pancasila. Dikatakan demikian
karena semua peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kegiatan kehidupan
mengalir dari nilai-nilai Pancasila.

3. Pendekatan Filosofis

Istilah filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah. Secara etimologi falsafah berasal dari bahasa
Yunani “philosophia”, yang terdiri dari dua suku kata yaitu philo dan sophia. Philein berarti
mencari, mencintai dan sophia berarti kebenaran, kearipan kebijaksanaan. Dengan demikian kata
majemuk philosophia berarti “daya upaya pemikiran manusia untuk mencari kebenaran atau
kebijaksanaan”. Orang yang berfilsafat berarti orang yang mencintai dan mencari kebenaran, bukan
memiliki kebenaran.

Namun sebagaimana diketahui kebenaran itu relatif sifatnya, dalam arti bahwa apa yang kita
anggap benar saat ini, belum tentu dianggap demikian dimasa yang akan datang. Kebenaran yang
mutlak adalah ditangan/milik Tuhan Yang Maha Esa. Dalam masalah pendekatan filosofis atas
nilai-nilai Pancasila ini kita tidak akan membicarakan seluruh ilmu filsafat, tetapi terbatas pada
penerapan metode ilmu filsafat dalam mempelajari ketentuan yang mengalir dari nilai-nilai
Pancasila.

Pendekatan filsafat ini juga diperlukan sehubungan dengan materi yang dibicarakan adalah
meliputi aspek filsafat dari Pancasila. Filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam
tentang Pancasila. Untuk mendapat pengertian yang mendalam, kita harus mengetahui hakikat sila-
sila Pancasila tersebut, dari tiap sila kita cari pula intinya. Setelah kita mengetahui hakikat inti
tersebut di atas, maka selanjutnya kita cari hakikat dan pokok-pokok yang terkandung dalam
Pancasila, antara lain tersebut dibawah ini:

a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila itu dijadikan tuntunan dan pegangan dalam mengatur sikap dan tingkah laku manusia
Indonesia, dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat dan alam semesta.

b. Pancasila sebagai dasar negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu
dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan bernegara sebagaimana yang diatur
oleh UUD 1945. Untuk kepentingan kegiatan praktis operasional diatur dalam UU No. 10 tahun
2004 mengenai tata urutan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ditegaskan bahwa UUD
1945 menempati tata urutan yang tertinggi dari peraturan perundangan yang berlaku.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 32


c. Falsafah Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan uraian
terperinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dijiwai Pancasila.

d. Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan yang utuh
yang tidak dapat dipisahkan

e. Jiwa Pancasila yang abstrak tercetus menjadi Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan
tercermin dalam pokok-pokok yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

f. Undang-undang Dasar 1945 menciptakan pokok-pokok pikiran yaitu Pancasila yang terkandung
dalam Pembukaan dalam pasal-pasalnya. Ini berarti pasal-pasal UUD 1945 merupakan penjelmaan
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan dari jiwa
Pancasila.

g. Penafsiran sila-sila Pancasila harus bersumber dan berdasarkan Pembukaan dan Pasal-pasal
UUD 1945.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 33


D. PERANAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA

Pancasila menjiwai Pembukaan UUD 1945 dan pasal - pasal UUD 1945. Dalam Pembukaan UUD
1945 menggambarkan konsepsi dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan yang terkandung
didalamnya suatu kehidupan yang dianggap baik bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Karena Pancasila sudah membumi sejak adanya bangsa Indonesia yang berasal dari nilai-nilai
luhur budaya bangsa Indonesia sendiri maka Pancasila sebagai acuan dasar dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Di samping dua pengertian pokok mengenai Pancasila yaitu sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, maupun Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, maka pemahaman
terhadap Pancasila dapat pula dikaitkan dengan peranannya dalam tata kehidupan bangsa
Indonesia, yaitu:

1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesi

Menurut teori Von Savigny, setiap bangsa mempunyai jiwanya masing-masing, yang disebut
volksgeist (jiwa rakyat/jiwa bangsa).

Sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit (abad VII-XVI), nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
sudah dikenal dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dimana
kedua kerajaan tersebut telah memiliki kedaulatan dan wilayah yang meliputi seluruh wilayah
Nusantara.

Pada waktu itu unsur-unsur atau sila-sila yang terdapat dalam Pancasila telah terwujud sebagai
asas-asas yang menjiwai dan dilaksanakan oleh bangsa Indonesia, walaupun belum dirumuskan
secara konkrit.

Dengan demikian pada zaman itu telah lahir Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia.

2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Kepribadian bangsa adalah sifat hakiki yang tercermin dari sikap dan perilaku suatu bangsa, yang
membedakan bangsa itu dengan bangsa lain.

Sikap dan perilaku bangsa Indonesia menunjukkan adanya sifat-sifat yang religius (walaupun
dalam bentuknya yang paling sederhana sekalipun), adat istiadat yang penuh nilai-nilai kesopanan
dan keluhuran budi, toleransi, kebersamaan dan kegotong-royongan, keadilan dan sebagainya,
yang keseluruhannya itu merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila.

Ciri-ciri atau sifat-sifat yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila itulah yang melekat pada
bangsa Indonesia sehingga dapat dibedakan dengan bangsa lain.

3. Pancasila sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum Negara

Setiap hukum dasar, baik tertulis (UUD) maupun tidak tertulis, harus bersumber dan berada di
bawah pokok kaidah negara yang fundamental.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 34


Dan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, menurut Prof. Drs. Notonegoro, S.H., Pancasila
merupakan unsur pokok kaidah negara yang fundamental. Dengan demikian dari seluruh tingkatan
tertib hukum yang ada, Pancasila harus selalu menjadi acuan utama. Selanjutnya dalam Undang-
Undang No.10 Tahun 2004 ditegaskan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
Negara, atau dengan kata lain semua peraturan perundang-perundangan yang berlaku di Indonesia
harus mengacu, dijiwai, atau tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.

4. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia

Fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD
1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Selanjutnya cita-cita bangsa Indonesia terkandung dalam alinea kedua yaitu membentuk Negara
Indonesia merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia maka dibentuk suatu pemerintahan
negara dalam suatu Undang-undang Dasar dengan bentuk susunan negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila.

Dengan demikian nampak jelas bahwa berdasarkan pembukaan UUD 1945, Pancasila adalah
sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Cita-cita dan tujuan itulah yang hendak dicapai oleh
bangsa Indonesia.

5. Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia

Sebagai falsafah hidup dan kepribadian bangsa Indonesia, Pancasila mengandung nilai-nilai dan
norma-norma yang oleh bangsa Indonesia diyakini paling benar, paling adil, paling bijaksana atau
paling tepat bagi kehidupannya.

Dengan keyakinan tersebut maka Pancasila merupakan sarana yang sangat ampuh untuk
mempersatukan bangsa Indonesia. Karena memiliki falsafah hidup dan kepribadian yang sama,
yaitu Pancasila, maka bangsa Indonesia menjadi bersatu.

6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia

Pada waktu mendirikan Negara Pancasila sebagai jiwa, kepribadian, maupun sebagai dasar negara
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945, perumusannya melalui proses yang cukup
panjang sampai akhirnya diterima dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI), yaitu pada saat pengesahan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945.

Proses itu dimulai dari pidato Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 di depan sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang berisikan lima asas dasar negara
Indonesia Merdeka.

Selanjutnya pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. R. Soepomo SH mengemukakan dalam pidatonya
tentang lima asas atau lima dasar Negara Indonesia merdeka. Kemudian pidato Ir. Soekarno pada
tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI, yang juga mengemukakan mengenai lima asas sebagai
dasar negara Indonesia Merdeka (dilanjutkan dengan perumusan Pancasila oleh Panitia Sembilan
yang menghasilkan Piagam Jakarta sampai diterimanya Piagam Jakarta tersebut oleh PPKI).

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 35


Dalam rangkaian proses itu terjadilah kompromi atau perjanjian moral yang luhur sehingga pada
akhirnya Pancasila diterima oleh semua pihak sebagai dasar negara sebagaimana rumusannya
termuat dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945.

Dikatakan sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia, karena PPKI yang mengesahkan Pancasila
sebagai dasar negara pada tanggal 17 Agustus 1945 tersebut merupakan “badan nasional” yang
mewakili seluruh bangsa Indonesia.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 36


PENGAMALAN PANCASILA

A. PENGAMALAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP

Pancasila dalam pengertian ini disebut sebagai way of life, (Weltanschaung) sebagai pegangan
hidup, petunjuk hidup dsb. Dalam hal ini Pancasila sebagai petunjuk arah semua kegiatan
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari harus dijiwai dan merupakan pancaran dari sila-sila Pancasila yang merupakan satu
kesatuan yang utuh dan bulat, karena keseluruhan sila didalam Pancasila merupakan satu kesatuan
yang organis.

Mengamalkan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia (Filsafat Hidup Bangsa),
berarti melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, menggunakan Pancasila sebagai
petunjuk hidup sehari-hari agar hidup kita dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir
batin.

Pengamalan Pancasila sebagai pandangan hidup adalah sangat penting, karena dengan demikian
diharapkan adanya tata kehidupan yang sesuai (harmonis) antara hidup kenegaraan dan hidup
kemasyarakatan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia baik kehidupan material maupun
spiritual.

Namun demikian, karena hidup sehari-hari itu meliputi bidang yang sangat luas dan selalu
berkembang, maka dalam prakteknya ketentuan-ketentuan hidup berdasarkan Pancasila dalam
hidup sehari-hari tidak mungkin dibuat dalam peraturan perundangan secara menyeluruh dan
terperinci.

Berhubung dengan itu pada asasnya pengamalan Pancasila dalam hidup sehari-hari diserahkan
kepada kesadaran kita masing-masing sebagai anggota warga bangsa / warga negara Indonesia.

Secara umum dapat disimpulkan, bahwa pengamalan Pancasila dalam hidup sehari-hari adalah
apabila kita mempunyai sikap mental, pola berpikir dan tingkah laku (amal perbuatan) yang
dijiwai sila-sila Pancasila secara bulat dan utuh yang bersumber pada Pembukaan dan pasal-pasal
UUD 1945, tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma agama, kesusilaan, sopan
santun dan adat kebiasaan, serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma hukum
yang berlaku.

Sebagaimana dikemukakan di atas, pengamalan Pancasila sebagai pandangan hidup disebut


pengamalan Pancasila secara subyektif. Pengamalan Pancasila secara subyektif ini meliputi bidang-
bidang yang sangat luas meliputi semua aspek kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
dan kemasyarakatan.

Adapun pengamalan Pancasila sebagai pandangan hidup antara lain tersebut dibawah ini:

1. Pengamalan Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.

a. Mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya Yang Maha Sempurna, Maha
Kuasa dan lain-lain sifat yang serba suci

b. Mentaati ajaran-ajaran Tuhan Yang Maha Esa.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 37


c. Saling menghormati antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.

2. Pengamalan Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab.

a. Menempatkan sesama manusia sebagai makhluk Tuhan dengan segala martabat dan hak
asasinya.

b. Memperlakukan sesama manusia secara adil dan beradab seperti memperlakukan dirinya
sendiri.

c. Memperlakukan sesama manusia sebagai manusia pribadi dan manusia sosial secara seimbang.

3. Pengamalan Sila Ketiga : Persatuan Indonesia.

a. Membina persatuan sesama warga negara dan penduduk Indonesia

b. Membina persatuan dan kesatuan wilayah Indonesia dan kebudayaan yang Bhineka Tunggal Ika.

c. Mencintai tanah air dan bangsa, dan menempatkan kepentingan umum, bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi dan golongan.

4. Pengamalan Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.

a. Menjunjung tinggi asas kerakyatan

b. Melaksanakan asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan, akal sehat dan hati
nurani yang suci dalam permusyawaratan/perwakilan.

c. Mentaati segala putusan rakyat dalam lembaga-lembaga perwakilan.

5. Pengamalan Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

a. Memelihara kehidupan yang adil di segala bidang kehidupan: politik, ekonomi, sosial budaya dan
kain-lain bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Menumbuhkan sikap hidup tolong menolong, kekeluargaan dan gotong-royong.

c. Memelihara kehidupan sebagai makhluk sosial dan memanfaatkan serta mengamalkan miliknya
sehingga mempunyai fungsi sosial.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 38


B. PENGAMALAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Pengamalan Pancasila sebagai dasar negara adalah sebagai dasar penyelenggaraan negara untuk
mewujudkan cita-cita bangsa sesuai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil makmur
berdasarkan Pancasila sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Menurut Prof. DR.
Notonegoro asas kerohanian Pancasila mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan,
yaitu fungsi pokok atau fungsi utama Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Menurut Prof. DR.
Notonegoro, Pancasila sebagai pokok kaedah Negara yang fundamental mempunyai hakikat dan
kedudukan yang tetap, kuat dan tak berubah bagi Negara yang dibentuk, dengan perkataan lain
dengan jalan hukum tidak dapat diubah.

Pengamalan Pancasila sebagai Dasar Negara meliputi pengamalan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung
dalam pasal-pasal UUD 1945.

1. Pengamalan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

Mengamalkan Pancasila sebagai Dasar Negara berarti mengamalkan Pencasila sebagai dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara, termasuk penyelenggaraan pemerintahan.

Pokok-pokok pikiran tentang hakikat dan bentuk negara serta pemerintahan negara Republik
Indonesia telah dituangkan di dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan penuangan jiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ialah jiwa Pancasila yang mengandung empat pokok
pikiran:

Adapun pengamalan Pancasila dalam pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah sebagai berikut:

a. Negara persatuan (sila ketiga Pancasila)

Negara melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (sila
persatuan). Pernyataan ini terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Dalam hal ini
Negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham perorangan. Negara menurut
pengertian dalam Pembukaan UUD 1945 menghendaki persatuan, meliputi segenap Bangsa
Indonesia seluruhnya. Negara dan rakyat Indonesia mengutamakan kepentingan negara dan rakyat
diatas kepentingan golongan dan kepentingan perorangan (pokok pikiran persatuan).

b. Negara bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. (Sila
Kelima). Dalam hal ini negara berkewajiban memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan………. ..........: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (pokok pikiran
keadilan sosial).

c. Negara berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dalam permusyawaratan


/ perwakilan.

(Sila Keempat) Negara kita berkedaulatan rakyat mempunyai sistem pemerintahan


demokrasi yang kita sebut Demokrasi Pancasila. Ini merupakan perwujudan dari Sila keempat
Pancasila yang
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 39
berbunyi: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan (pokok pikiran kedaulatan rakyat) berdasar atas kerakyatan dalam
permusyawaratan perwakilan).

d. Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. (Sila Pertama dan Kedua) Negara kita bukan negara theokrasi, tetapi juga bukan negara
sekuler.

Negara kita adalah negara berke-Tuhan Yang Maha Esa yang menjunjung tinggi semua agama dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, adanya keselarasan kehidupan bernegara dan
beragama. Ini merupakan perwujudan dari Sila pertama Pancasila yang berbunyi : Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan Sila kedua yang berbunyi : Kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok pikiran
Ketuhanan yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab).

Selain empat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut diatas, juga ditegaskan dalam
alinea pertama dan kedua Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:

a. Negara Indonesia yang merdeka, dan anti penjajahan.

“ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan ”
(alinea pertama Pembukaan UUD 1945)

b. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

“ Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur” (alinea kedua Pembukaan UUD 1945).

2. Pengamalan prinsip-prinsip yang terkandung dalam pasal-pasal UUD 1945

Dari uraian tersebut diatas, nampak jelas, bahwa hakikat dan sifat negara kita adalah identik
dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia seutuhnya ialah sebagai makhluk individu
sekaligus makhluk sosial dalam satu kesatuan yang disebut “monodualistis”.

Berpokok pangkal pada dasar tersebut diatas, maka disusunlah pemerintahan negara berdasarkan
Pancasila dengan mengamalkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam pasal-pasal UUD 1945
sebagai berikut:

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945, negara kita ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik.

Mengenai bentuk negara, antara lain kita mengenal bentuk Negara Serikat dan Negara Kesatuan.
Bagi negara kita paling tepat ialah bentuk Negara Kesatuan (Eenheidstaat) karena sesuai dengan
sejarah perjuangan dan perkembangan bangsa, yang memiliki wawasan nasional yaitu Wawasan
Nusantara, yakni Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 40


kesatuan sosial budaya dan satu kesatuan pertahanan keamanan nasional (Ipoleksosbud
Hankamnas).

b. Hak asasi dan kewajiban asasi manusia berdasarkan Pancasila

Negara Pancasila menjunjung tinggi hak asasi, disamping hak asasi terdapat kewajiban asasi.

Kalau dalam masyarakat yang individualistis, tuntutan pelaksanaan hak-hak asasi manusia ada
kecenderungan berlebih-lebihan sehingga mungkin merugikan masyarakat sebagai keseluruhan,
maka dalam masyarakat Pancasila hak asasi itu dilaksanakan secara seimbang dengan kewajiban
asasi karena sebagai manusia “monodualistis”, yaitu manusia sesuai kodratnya adalah sebagai
makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

Contoh-contoh perwujudan hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi manusia berdasarkan


Pancasila dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 dan Pasal-pasal 27, 28, 28 A s/d 28 J, 29, 30, 31,
33, dan 34 UUD 1945.

c. Sistem politik : Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

Dalam Pasal 26 UUD 1945 dinyatakan, bahwa yang menjadi warga negara ialah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara. Selanjutnya dalam Pasal 27 ayat (1) dinyatakan: segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik meliputi: satu kesatuan wilayah, kesatuan
bangsa, kesatuan filsafat dan ideologi (Pancasila) dan kesatuan hukum.

d. Sistem ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan

Negara yang kita cita-citakan adalah negara yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.

Pemerintah negara Indonesia berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum, yaitu mewujudkan


suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan dibidang ekonomi ini diatur dalam Pasal 33 UUD
1945 yang berbunyi sebagai berikut:

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.

3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas dasar demokrasi ekonomi dengan


prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Pasal 33 ini menggambarkan adanya demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila. Kepulauan


Nusantara sebagai kesatuan ekonomi berarti, bahwa kekayaan wilayah Nusantara adalah modal

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 41


dan milik bersama bangsa, dan tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di
seluruh Indonesia.

e. Sistem Sosial Budaya: atas dasar kebudayaan nasional dan Bhinneka Tunggal Ika

Dalam Pasal 32 UUD 1945 disebutkan, bahwa negara/pemerintah memajukan kebudayaan


nasional, menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Ini
berarti bahwa bangsa Indonesia mengutamakan pembinaan dan pembangunan kebudayaan
nasional. Penerimaan unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam kebudayaan nasional dapat
dibenarkan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dalam kebudayaan
nasional,

dan dapat meningkatkan nilai-nilai kebudayaan nasional sekaligus meningkatkan harkat dan
martabat manusia Indonesia.

Disamping itu, karena negara kita terdiri atas banyak pulau dan suku bangsa serta golongan warga
negara, maka kita menjunjung tinggi semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Dalam hubungan ini kita
tidak boleh mempertentangkan perbedaan sifat, bentuk dan wujud kebudayaan yang beraneka
ragam yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kita, tetapi keanekaragaman itu
hendaknya saling melengkapi dan semuanya itu merupakan khazanah kebudayaan kita.

Manusia-manusia yang mendiami kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya
sebagaimana terkandung dalam wawasan nasional bangsa Indonesia yaitu wawasan Nusantara.
Corak ragam budaya menggambarkan kekayaan budaya bangsa,yang harus dikembangkan untuk
dapat dinikmati bersama.

f. Sistem pembelaan negara, hak dan kewajiban dalam pertahanan Negara Dalam Alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 dinyatakan, bahwa pemerintah negara Indonesia harus melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menegaskan setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Selanjutnya dalam pasal 30 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan, bahwa tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

Dalam pasal 30 ayat (2) UUD 1945 dinyatakan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai
kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Kepulauan nusantara kita sebagai satu kesatuan Pertahanan Keamanan berarti, bahwa ancaman
terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh
bangsa dan negara dan bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam rangka upaya pembelaan dan pertahanan keamanan negara dan bangsa.

g. Sistem pemerintahan Negara (Demokrasi Pancasila)

Pancasila yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 tidaklah mungkin dapat kita terapkan
di dalam kehidupan ketatanegaraan sehari-hari, bila tidak dirumuskan di dalam ketentuan-
ketentuan yang konkrit yang sekarang tercantum di dalam pasal-pasal UUD 1945.

Adapun sistem pemerintahan Negara yang terkandung dalam pasal-pasal UUD 1945 yang dijiwai
Pancasila adalah sebagai berikut:

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 42


1) Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat)

“Negara Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(Machtsstaat)”. Dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 ditegaskan bahwa Indonesia ialah negara hukum.

2) Sistem Konstitusional

Dalam pasal 4 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa presiden memegang kekuasaan pemerintahan
berdasarkan UUD (konstitusi). Jadi presiden menjalankan pemerintahan negara berdasarkan UUD
1945 sebagai konstitusi NKRI.

3) Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan rakyat

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 mengatakan “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”.

Dari uraian di atas jelaslah, bahwa Undang-Undang Dasar 1945 menganut sistem kedaulatan
rakyat. Hal ini jelas dinyatakan dalam salah satu kalimat dari alinea ke-4 Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang berbentuk
republik yang berkedaulatan rakyat.

4) Presiden memegang kekuasaan pemerintahan dan bertanggung jawab kepada rakyat

Dalam pasal 4 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa presiden memegang kekuasaan pemerintahan
berdasarkan UUD, sedangkan pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menegaskan kedaulatan di tangan rakyat.
Selanjutnya dalam pasal 6A ayat (1) ditegaskan bahwa presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat. Mengacu kepada pasal 4 ayat (1), pasal 1 ayat (1) dan pasal 6A ayat (1) UUD 1945 nampak
jelas bahwa presiden memegang kekuasaan pemerintahan dan bertanggung jawab kepada rakyat.

5) Kekuasaan Presiden tidak tak terbatas

Presiden harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk Undang-
Undang (gesetzgebung) dan untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Staatsbegrooting). Latar belakang dari prinsip di atas ialah bahwa pemerintahan Indonesia adalah
suatu pemerintahan yang demokratis dan berdasarkan perwakilan, karena DPR dipilih rakyat
melalui pemilu.

6) Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Pasal 20A ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa DPR memiliki fungsi pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan Negara yang dilaksanakan presiden.

7) Kekuasaan Kehakiman yang merdeka

Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1)
UUD 1945 artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berdasarkan pasal 24 ayat (2)
UUD 1945 dinyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan
badan-badan dibawahnya (Pengadilan Umum, Agama, Militer, dan TUN), dan Mahkamah
Konstitusi.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 43


8) Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah diatur didalam pasal 18, 18A, dan 18B UUD 1945. Adapun Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dibagi dalam daerah provinsi, dan daerah provinsi dibagi pula dalam
kabupaten dan kota. Di daerah-daerah tersebut diadakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Selanjutnya NKRI mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat
khusus dan atau bersifat istimewa. Dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan
diseluruh wilayah Indonesia dilakukan melalui otonomi daerah.

C. PENGAMANAN PANCASILA

Sebagai bangsa Indonesia kita wajib menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila.

Pengalaman sejarah membuktikan bahwa PKI pernah mencoba untuk menggantikan ideologi
Negara Pancasila dengan ideologi komunis yang bertentangan dengan Pancasila. Demikian pula
halnya dengan liberalisme yang mengutamakan kebebasan individu yang pernah kita alami pada
saat berlakunya UUDS 1950 yang menganut Demokrasi Liberal yang mengutamakan kebebasan
individu, demikian pula halnya dalam era globalisasi yaitu terjadinya aliran teknologi informasi
yang masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
Pancasila.

Merupakan tugas kita semua untuk mengamankan Pancasila dimuka bumi Indonesia, khususnya
untuk generasi muda yang tidak pernah mengalami, perjuangan bangsa Indonesia yang dijiwai sila-
sila Pancasila, perlu diberikan pemahaman yang baik dan benar tentang nilai-nilai yang terkandung
didalam Pancasila yang telah melekat sejak nenek moyang kita dalam kehidupan kemasyarakatan
maupun dalam kehidupan kenegaraan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus kita
hayati dan kita amalkan karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila membentuk manusia
Indonesia yang bersifat dan berperilaku yang baik sebagai makluk ciptaan Tuhan baik sebagai
makhluk pribadi maupun sebagai makhluk sosial dalam tata kehidupan kemasyarakatan maupun
dalam kehidupan kenegaraan.

Dalam kenyataannya menunjukan bahwa Pancasila membentuk kehidupan yang harmonis, serasi
dan seimbang, antara kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan yang akhirnya diharapkan dapat
mewujudkan kesejahteraan material dan spiritual dalam mewujudkan tujuan nasional.

Mengingat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila membentuk sifat dan perilaku yang positif,
maka, tugas dan kewajiban kita sebagai bangsa Indonesia untuk mengamankan Pancasila dibumi
Indonesia, karena Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang mampu membawa
Bangsa Indonesia hidup berkeseimbangan antara kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
kenegaraan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual, berdasarkan
Pancasila.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 44


RANGKUMAN (PANCASILA)

Pancasila adalah sebuah mahakarya yang agung dari pendiri-pendiri Bangsa Indonesia, yang digali
dari nilai-nilai yang ada dan mengakar di Bumi Indonesia, dan sudah ternyata bahwa nilai-nilai
Pancasila mampu menjamin tata kehidupan baik dan harmonis di dalam masyarakat, bangsa , dan
negara Indonesia. Oleh karena itu kita harus memahami dengan benar, menghayati, mengamalkan,
serta mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pelaksanaan tugas sesuai
jabatan kita masing-masing.

Pada hakikatnya pengamalan Pancasila meliputi pengamalan Pancasila sebagai pandangan hidup
dan pengamalan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pengamalan Pancasila ini diperlukan dalam
membentuk manusia Indonesia yang memiliki pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai sila-sila Pancasila.

Rumusan sila-sila Pancasila yang kita amalkan sebagai pandangan hidup maupun sebagai Dasar
Negara adalah rumusan sila-sila Pancasila yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD
1945. Mengamalkan Pancasila sebagai pandangan hidup adalah melaksanakan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Kita harus memiliki sikap mental yang dijiwai sila-sila Pancasila secara utuh
dan bulat, yaitu sikap mental yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama, kesusilaan,
kesopanan, dan norma-norma hukum, karena nilai-nilai Pancasila sejalan atau tidak bertentangan
dengan norma-norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan norma hukum yang berlaku.

Pengamalan Pancasila sebagai pandangan hidup dikenal sebagai pengamalan secara subyektif,
yaitu pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pengamalan Pancasila
sebagai dasar Negara disebut juga pengamalan Pancasila secara obyektif yaitu pengamalan
Pancasila dalam kehidupan ketatanegaraan.

Pancasila sebagai Dasar Negara sebagai dasar penyelenggaraan negara untuk mewujudkan cita-cita
bangsa sesuai dengan tujuan nasional. Pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara meliputi
pengamalan pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 dan pengamalan prinsip-prinsip
dari pasal-pasal UUD 1945.

Tugas kita semua menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila dari bumi Indonesia ini,
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 45


Lambang Negara, Bendera, Bahasa, dan Lagu Kebangsaan

Lambang Negara

Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah
kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-
beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pitayang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang
oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno,
dan diresmikan

pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia
Serikat tanggal 11 Februari 1950.

Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam Peraturan Pemerintah No.
43/1958.

Dalam UUD 45 dijelaskan bahwa Lambang Negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lagu Garuda Pancasila diciptakan oleh Sudharnoto sebagai lagu
wajib perjuangan Indonesia.

Lirik lagu Garuda Pancasila:

Garuda pancasila

Akulah pendukungmu

Patriot proklamasi

Sedia berkorban untukmu

Pancasila dasar negara

Rakyat adil makmur sentosa

Pribadi bangsaku

Ayo maju maju

Ayo maju maju

Ayo maju maju

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 46


Bendera Kebangsaan

Sebuah Negara yang sudah merdeka sangat bangga mengibarkan


bendera Negara. Begitu pula bangsa Indonesia yang memiliki warna
merah dan putih sebagai warna bendera Indonesia. Merah
berarti berani. Putih berarti suci. Bahkan kebanggaan bangsa
Indonesia tertuang pada UUD 45 pasal 35 yang menyatakan
bahwa bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara,
adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi
panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna
merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.

Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci.
Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya
saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.

Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung
makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa/gula aren dan warna putih mirip
dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia, terutama di
pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang
digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah dan
putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah
berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah
sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah
sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih
sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba.

Bahasa Nasional

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dengan manusia lain. Negara Indonesia yang
terdiri dari beragam daerah dan suku memiliki beragam bahasa daerah. Namun bahasa
yang mempersatukan atau bahasa Nasional yang dipakai adalah bahasa Indonesia.

Dalam UUD 45 pasal 36 jelas tertulis bahwa bahasa Negara adalah bahasa Indonesia.

Lagu Kebangsaan

Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan bangsa Indonesia. Lagu Indonesia
Raya diciptakan oleh W.R. Supratman pada tahun 1924. Pada hari Sumpah Pemuda yaitu tanggal
28 Oktober 1928 merupakan saat pertama kali lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Pada
tanggal 17 Agustus 1945 saat hari kemerdekaan bangsa Indonesia, lagu Indonesia Raya
dinyanyikan dan sejak saat itu dijadikan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 47


Indonesia Raya

Cipt. W.R. Supratman

Indonesia tanah airku

Tanah tumpah darahku

Disanalah aku berdiri

Jadi pandu ibuku

Indonesia kebangsaanku

Bangsa dan Tanah Airku

Marilah kita berseru

Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku

Hiduplah negriku

Bangsaku Rakyatku semuanya

Bangunlah jiwanya

Bangunlah badannya

Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya

Merdeka Merdeka

Hiduplah Indonesia Raya

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 48


Undang Undang Dasar 1945

PEMBUKAAN (Preambule)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 49


UNDANG-UNDANG DASAR

BAB I

BENTUK DAN KEDAULATAN

Pasal 1

(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.

(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. ***)

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.***)

BAB II

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat , dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut
dengan undangundang.****)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibu Kota
Negara.

(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.

Pasal 3

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-undang


Dasar. ***)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.***/ ****)

(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.***/****)

BAB III

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang


Dasar.

(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 50
Pasal 5

(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.*)

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana


mestinya.

Pasal 6

(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak
pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.***)

(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.***)

Pasal 6A

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. ***)

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.***)

(3) Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh
persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara
disetiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik
menjadi Presiden dan Wakil Presiden.***)

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon
yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat
secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden
dan Wakil Presiden.****)

(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undangundang.***)

Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.*)

Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 51
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)

Pasal 7B

(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan
permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)

(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan
Rakyat.***)

(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat
dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat.***)

(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya
terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan
Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.***)

(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.*** )

(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul
Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan
Rakyat menerima usul tersebut. ***)

(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan yang dihadiri oleh
sekurangkurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.***)

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.*** )


E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 52
Pasal 8

(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.*** )

(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden
dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.*** )

(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas
Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara
bersama-sama. Selambatlambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon
Presiden dan wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.****)

Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau
berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai berikut :

Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :

“Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden
Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang- Undang
Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta
berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.”

Janji Presiden (Wakil Presiden) :

“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia
(Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik – baiknya dan seadil – adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa”.*)

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan
sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan
sungguhsungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh
Pimpinan Mahkamah Agung.*)

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan
Udara.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 53


Pasal 11

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,

membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.****)

(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas
dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.***)

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.***)

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan
dengan undang-undang.

Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.*

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.*)

Pasal 14

(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
agung.*)

(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.*)

Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
undangundang.*)

Pasal l6

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang.****)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 54


BAB IV

DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Dihapus****)

BAB V

KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.*)

(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.*)

(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-
undang.***)

BAB VI

PEMERINTAH DAERAH

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.** )

(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.**)

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.** )

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.**)

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat.**)

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.** )

(7)Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.** )

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 55


Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten,
dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.**)

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.** )

Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.**)

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.** )

BAB VII

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Pasal 19

(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui Pemilihan Umum.**)

(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.**)

(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.** )

Pasal 20

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.*)

(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.* )

(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-
undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.* )

(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undang-undang.* )

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 56


(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh
Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui,
rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.**)

Pasal 20A

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.**
)

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang
Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interplasi, hak angket, dan hak menyatakan
pendapat.**)

(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap anggota Dewan
Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat,
serta hak imunitas.** )

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan
Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.** )

Pasal 21

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan

peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
persidangan yang berikut.

(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.

Pasal 22A

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-
undang.**)

Pasal 22B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan
tata caranya diatur dalam undang-undang.**)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 57


BAB VIIA***)

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

Pasal 22C

(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.*** )

(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh
anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat.***)

(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.*** )

(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.*** )

Pasal 22D

(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan
undangundang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.***)

(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.*** )

(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat
dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.*** )

(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat
dan tata caranya diatur dalam undang-undang.***)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 58


BAB VIIB***)

PEMILIHAN UMUM

Pasal 22E

(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap
lima tahun sekali.*** )

(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.*** )

(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.*** )

(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah
perseorangan.*** )

(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional,
tetap, dan mandiri.***)

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.*** )

BAB VIII

HAL KEUANGAN

Pasal 23

(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.*** )

(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden
untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah. ***)

(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun yang lalu.***)

Pasal 23A

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undangundang.***)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 59


Pasal 23B

Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.***

Pasal 23C

Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.***

Pasal 23D

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab,
danindependensinya diatur dengan undang-undang.***

BAB VIIIA ***)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Pasal 23 E

(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu
Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.*** )

(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.*** )

(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan undang-undang.*** )

Pasal 23F

(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.***)

(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.*** )

Pasal 23G

(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi.*** )

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-
undang.***)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 60


BAB IX

KEKUASAAN KEHAKIMAN

Pasal 24

(1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan


peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.*** )

(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.***)

(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undangundang.****)

Pasal 24A

(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh undang-undang.*** )

(2) Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional,
dan berpengalaman di bidang hukum.***)

(3) Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.*** )

(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.***)

(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan
di bawahnya diatur dengan undang-undang.***)
<

Pasal 24 B

(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.***)

(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum
serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.*** )

(3) Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.*** )

(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.*** )

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 61


Pasal 24C***

(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.*** )

(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwaklian Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar.*** )

(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan
oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ***)

(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim

konstitusi.***

(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan
yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.*** )

(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya
tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang.***)

Pasal 25

Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-
undang

BAB IXA**)

WILAYAH NEGARA

Pasal 25****)

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.** )

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 62


BAB X

WARGA NEGARA DAN PENDUDUK

Pasal 26

(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.**
)

(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.** )

Pasal 27

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.***)

Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

BAB XA**)

HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.** )

Pasal 28 B

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.** )

(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.** )
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 63
Pasal 28C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.** )

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.**)

Pasal 28D

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.**)

(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja.**)

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.**)

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.** )

Pasal 28E

(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
Negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.** )

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.**)

(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.**)

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.** )

Pasal 28G

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.**)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 64


(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.** )

Pasal 28H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.**)

(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.** )

(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.**)

(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.** )

Pasal 28I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun.** )

(2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.**)

(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.**)

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah.** )

(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.**)

Pasal 28J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.** )

(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 65


sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.** )

BAB XI

AGAMA

Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

BAB XII

PERTAHANAN NEGARA DAN KEAMANAN NEGARA**)

Pasal 30

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.** )

(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.** )

(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan laut dan Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.** )

(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hukum.**)

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.** )

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 66


BAB XIII

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Pasal 31

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan****)

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.****)

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang.****)

(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.****)

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.****)

Pasal 32

(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.**** )

(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.**** )

BAB XIV

PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL****)

Pasal 33

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 67


dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.****)

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)

Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.**** )

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.**** )

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.****)

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)

BAB XV

BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN **)

Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih.

Pasal 36

Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Pasal 36A

Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.**

Pasal 36B

Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.**)

Pasal 36C

Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
diatur dengan undang-undang.**)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 68


BAB XVI

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

Pasal 37

(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.****)

(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.****)

(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.**** )

(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan
sekurangkurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.****)

(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.**** )

ATURAN PERALIHAN

Pasal I

Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang
baru menurut Undang-Undang Dasar ini.****)

Pasal II

Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan
Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.**** )

Pasal III

Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk
segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.**** )

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 69


ATURAN TAMBAHAN

Pasal I

Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
tahun 2003.**** )

Pasal II

Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal****)

Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia ke-6 (lanjutan) tanggal 10 Agustus 2002 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia, dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.**** )

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 10 Agustus 2002.

KETERANGAN :
Perubahan UUD 45 dengan diberi tanda bintang : * pada BAB, Pasal dan Ayat
seperti;
- Perubahan Pertama : *
- Perubahan Kedua : **
- Perubahan Ketiga : ***
- Perubahan Keempat : ****

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 70


A. Sejarah pembentukan

Sejarah Pembentukan UUD 1945 Bahw asannya konstitusi atau Undang-Undang Dasar dianggap
memegang peranan yang penting bagi kehidupan suatu negara, terbukti dari kenyataan sejarah
ketika Pemerintah Militer Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia. Sesuai
janji Perdana Menteri Koiso yang diucapkan pada tanggal 7 September 1944, maka dibentuklah
badan yang bernama Dokuritsu Zyunbi Choosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945 yang diketuai oleh Dr. Radjiman
Wedyodiningrat dan Ketua Muda R.P. Soeroso, yang tugasnya menyusun Dasar Indonesia Merdeka
(Undang-Undang Dasar). Niat Pemerintah Militer Jepang tersebut dilatarbelakangi kekalahan
balatentara Jepang di berbagai front, sehingga akhir Perang Asia Timur Raya sudah berada di
ambang pintu. Janji Jenderal Mc Arthur “I shall return” ketika meninggalkan Filipina (1942)
rupanya akan menjadi kenyataan.

Para anggota BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 bersidang dalam dua tahap: pertama,
dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 untuk menetapkan dasar negara dan berhasil
merumuskan Pancasila yang didasarkan pada pidato anggota Soekarno pada 1 Juni 1945, kedua,
dari tanggal 10 sampai dengan 17 Juli 1945 yang berhasil membuat Undang-Undang Dasar (Harun
Al Rasid, 2002). Pada akhir sidang pertama, ketua sidang membentuk sebuah panitia yang terdiri
dari 8 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno, yang disebut Panitia Delapan. Pada tanggal 22 Juni
1945 diadakan pertemuan antara gabungan paham kebangsaan dan golongan agama yang
mempersoalkan hubungan antara agama dengan negara. Dalam rapat tersebut dibentuk Panitia
Sembilan, terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. A. Subardjo, Mr. A. A. Maramis, Ir. Soekarno, KH. Abdul
Kahar Moezakir, Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, dan Mr. Muh. Yamin.
Panitia Sembilan berhasil membuat rancangan Preambule Hukum Dasar, yang oleh Mr. Muh. Yamin
disebut dengan istilah Piagam Jakarta.

Pada tanggal 14 Juli 1945 pada sidang kedua BPUPKI, setelah melalui perdebatan dan perubahan,
teks Pernyataan Indonesia Merdeka dan teks Pembukaan UUD 1945 diterima oleh sidang. Teks
Pernyataan Indonesia Merdeka dan teks Pembukaan UUD 1945 adalah hasil kerja Panitia
Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Soepomo. Setelah selesai melaksanakan tugasnya, BPUPKI
melaporkan hasilnya kepada Pemerintah Militer Jepang disertai usulan dibentuknya suatu badan
baru yakni Dokutsu Zyunbi Linkai (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI), yang
bertugas mengatur pemindahan kekuasaan (transfer of authority) dari Pemerintah Jepang kepada
Pemerintah Indonesia. Atas usulan tersebut maka dibentuklah PPKI dengan jumlah anggota 21
orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan Wakil Ketuanya Drs. Moh. Hatta. Anggota PPKI kemudian
ditambah 6 orang, tetapi lebih kecil daripada jumlah anggota BPUPKI, yaitu 76 orang.

Menurut rencana, Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia pada tanggal
24 Agustus 1945. Namun terdapat rakhmat Allah yang tersembunyi (blessing in disguise) karena,
sepuluh hari sebelum tibanya Hari-H tersebut, Jepang menyatakan kapitulasi kepada Sekutu tanpa
syarat (undconditional surrender).

Dalam tiga hari yang menentukan, yaitu pada tanggal 14, 15, dan 16 Agustus 1945 menjelang Hari
Proklamasi, timbul konflik antara Soekarno- Hatta dengan kelompok pemuda dalam masalah
pengambilan keputusan, yaitu mengenai cara bagaimana (how) dan kapan (when) kemerdekaan
itu akan diumumkan. Soekarno-Hatta masih ingin berembuk dulu dengan Pemerintah Jepang

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 71


sedangkan kelompok pemuda ingin mandiri dan lepas sama sekali dari campur tangan Pemerintah
Jepang.

Pada hari Kamis pagi, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno-Hatta dibawa (diculik) oleh para pemuda
ke Rengasdengklok, namun pada malam harinya dibaw a kembali ke Jakarta lalu mengadakan rapat
di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Pada malam itulah dicapai kata
sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan di Jalan Pegangsaan Timur 56, yaitu
rumah kediaman Bung Karno, pada hari Jum’at 17 Agustus 1945 (9 Ramadhan 1364), pukul 10.00
WIB.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 petang hari datanglah utusan dari Indonesia bagian Timur yang
menghadap Drs. Moh. Hatta dan menyatakan bahw a rakyat di daerah itu sangat berkeberatan pada
bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “Ke-Tuhanan, dengan kew
ajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Dalam menghadapi masalah tersebut
dengan disertai semangat persatuan, keesokan harinya menjelang sidang PPKI tanggal 18 Agustus
1945, dapat diselesaikan oleh Drs. Moh. Hatta bersama 4 anggota PPKI, yaitu K.H. Wachid Hasyim,
Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Teuku M. Hasan. Dengan demikian tujuh
kata dalam pembukaan UUD 1945 tersebut dihilangkan.

Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: bahwa badan yang merancang UUD 1945
termasuk di dalamnya rancangan dasar negara Pancasila adalah BPUPKI yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1945. Setelah selesai melaksanakan tugasnya yaitu merancang UUD 1945 berikut
rancangan dasar negara, dan rancangan pernyataan Indonesia merdeka, maka dibentuklah PPPKI
pada tanggal 7 Agustus 1945. PPKI adalah badan yang menetapkan UUD 1945 dan yang mulai
berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian hasil Sidang BPUPKI adalah:

1. Rancangan Pernyataan Indonesia Merdeka;

2. Rancangan Pembukaan UUD 1945;

3. Rancangan Pasal-pasal UUD 1945.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 72


B. UUD dan Amandemen UUD 1945

Yang dimaksud dengan Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari
Pembukaan dan pasal-pasal (Pasal II Aturan Tambahan).

Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea keempat terdapat rumusan dari Pancasila,
dan Pasal-pasal Undang- Undang Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI)
dan 73 pasal (pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2
pasal Aturan tambahan. Bab IV tentang DPA dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan tidak
lagi merupakan kesatuan UUD 1945. Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu
kebulatan yang utuh, dengan kata lain merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak
dapat dipisahkan. Naskahnya yang resmi telah dimuat dan disiarkan dalam “Berita Republik
Indonesia” Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946, suatu penerbitan resmi Pemerintah
RI. Sebagaimana kita ketahui Undang- Undang Dasar 1945 itu telah ditetapkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indoneisa (PPKI) dan mulai berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945.

Rancangan UUD 1945 dipersiapkan oleh suatu badan yang bernama Badan Penyelidik Usaha-usaha
Pesiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai, suatu badan
bentukan Pemerintah Penjajah Jepang untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
dalam rangka persiapan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian pengertian UUD 1945 dapat
digambarkan sebagai berikut:

TERDIRI DARI 4 ALINEA


PEMBUKAAN RUMUSAN PANCASILA TERDAPAT
PADA ALINEA 4

TERDIRI DARI 20 BAB DAN 73 PASAL


UUD 1945 3 ATURAN PERALIHAN
2 ATURAN TAMBAHAN

DIRANCANG OLEH BPUPKI

UUD 1945 DISAHKAN OLEH PPKI


DISIARKAN OLEH RRI

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 73


C. Fungsi UUD 1945

Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi, sebagai contoh kunci dibuat dengan fungsi
sebagai penutup dan pembuka sebuah pintu, dengan demikian secara sederhana dapat dijelaskan
bahw a kunci berfungsi sebagai pembeda antara pemilik dan bukan pemilik sebuah rumah.
Demikian juga halnya dengan UUD 1945, apakah sebenarnya yang menjadi fungsi dari sebuah UUD
1945 dalam praktek penyelenggaraan negara? Marilah bersama-sama kita membahas hal tersebut.

Di atas telah kita bahas bersama bahw a yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah hukum dasar
tertulis. Dari pengertian tersebut dapatlah dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah,
lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap w arga Negara Indonesia
dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di w ilayah Negara
Republik Indonesia.

Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-aturan yang harus ditaati dan
dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas.

Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang
tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian
setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan
tersebut harus dapat dipertanggungjaw abkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya
adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No. 10 Tahun
2004).

Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan atau
hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam
hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang
lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut bertentangan atau tidak
dengan ketentuan UUD 1945.

Sebagaimana telah dijelaskan di muka, bahw a UUD 1945 bukanlah hukum biasa, melainkan hukum
dasar. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari keseluruhan
produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, atau peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkan setiap tindakan atau kebijakan
pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
harus dapat dipertanggungjaw abkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945. Sekarang yang menjadi
pertanyaan adalah: dalam kedudukannya yang demikian, dimanakah letak UUD 1945 dalam tata
urutan peraturan perundangan kita atau secara hierarki dimanakah kedudukan UUD 1945 dalam
tata urutan perundangan Republik Indonesia?

Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan
terakhir diatur dengan Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan adalah sebagai berikut:

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 74


I. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
II. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
III. Peraturan Pemerintah
IV. Peraturan Presiden
V. Peraturan Daerah

Peraturan Daerah meliputi:

1. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dew an Perw akilan Rakyat Daerah Provinsi bersama
dengan Gubernur;

2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dew an Perw akilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota;

3. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perw akilandesa atau nama lainnya
bersama dengan kepala desa atau namalainnya.

Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar, melainkan hanya
merupakan sebagian dari hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Disamping itu masih ada
hukum dasar yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis
tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara - meskipun tidak tertulis – yaitu yang biasa dikenal dengan nama
‘Konvensi’. Meskipun Konvensi juga merupakan hukum dasar (tidak tertulis), ia tidaklah boleh
bertentangan dengan UUD 1945. Konvensi merupakan aturan pelengkap atau pengisi kekosongan
hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan ketatanegaaan, karena
Konvensi tidak terdapat dalam UUD 1945.

Contoh : Konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan yang masih dipelihara selama ini adalah setiap
tanggal 16 Agustus, Presiden RI menyampaikan pidato dihadapan sidang Dew an Perw akilan
Rakyat. Praktek yang demikian tidak diatur dalam UUD 1945, namun tetap dijaga dan dipelihara
dalam praktek penyelenggaraan kenegaraan Republik Indonesia.

UUD 1945 adalah: Hukum dasar yang tertulis (di samping itu masih ada hukum dasar yang tidak
tertulis, yaitu Konvensi)

1. Sebagai (norma) hukum:

a. UUD bersifat mengikat terhadap:

Pemerintah, setiap Lembaga Negara/Masyarakat, setiap WNRI dan penduduk di RI.

b. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara harus
dilaksanakan dan ditaati.

2. Sebagai hukum dasar:

a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP,
Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.

b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai dengan
ketentuan UUD 1945.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 75


Makna Alinea-Alinea Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 berisi pokok pikiran pemberontakan melawan imperialisme, kolonialisme,
dan fasisme, serta memuat dasar pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain
daripada itu, Pembukaan UUD 1945 yang telah dirumuskan dengan padat dan khidmat dalam
empat alinea, dimana setiap alinea mengandung arti dan makna yang sangat dalam, mempunyai
nilai-nilai yang universal dan lestari. Mengandung nilai universal artinya mengandung nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh bangsabangsa beradab di seluruh dunia, sedangkan lestari artinya
mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa
dan negara selama bangsa Indonesia tetap setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

Alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 pada garis besarnya adalah:

Alinea I : terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah hak
segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan).

Alinea II : mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil,
dan makmur).

Alinea III : memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa kemerdekaan atas
berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa).

Alinea IV : memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945, bentuk susunan negara
yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara Pancasila.

Selanjutnya marilah kita uraikan satu persatu makna masing-masing. Alinea Pembukaan UUD 1945
sebagai berikut:

Alinea pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan” Makna yang terkandung dalam Alinea pertama ini adalah menunjukkan
keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapai masalah kemerdekaan melaw an
penjajah. Alinea ini mengungkapkan suatu dalil obyektif, yaitu bahw a penjajahan karenanya harus
ditentang dan dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak kemerdekaannya
sebagai hak asasinya. Disitulah letak moral luhur dari pernyataan kemerdekaan Indonesia. Selain
mengungkapkan dalil obyektif, alinea ini juga mengandung suatu pernyataan subyektif, yaitu
aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk membebaskan diri dari penjajahan. Dalil tersebut di atas
meletakkan tugas kew ajiban bangsa/pemerintah Indonesia untuk senantiasa berjuang melaw an
setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaaan setiap bangsa. Alasan bangsa Indonesia
menentang penjajahan ialah karena penjajahan itu bertentangan dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan. Ini berarti setiap hal atau sifat yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan per ikeadilan juga harus secara sadar ditentang oleh bangsa Indonesia.
Pendirian tersebut itulah yang melandasi dan mengendalikan politik luar negeri kita.

Alinea kedua : “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur” Kalimat
tersebut menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kita akan perjuangan bangsa Indonesia
selama ini. Hal Ini juga berarti adanya kesadaran keadaan sekarang yang tidak dapat dipisahkan
dari keadaan kemarin dan langkah yang kita ambil sekarang akan menentukan keadaan yang akan
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 76
datang. Dalam alinea ini jelas apa yang dikehendaki atau diharapkan oleh para "pengantar"
kemerdekaan, ialah Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Nilai-
nilai itulah yang selalu menjiw ai segenap bangsa Indonesia dan terus berusaha untuk
mewujudkannya. Alinea ini mewujudkan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian :

1. Bahw a perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada tingkat yang
menentukan;

2. Bahw a momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan;

3. Bahw a kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan
mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Alinea ketiga : “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya” Kalimat tersebut bukan saja menegaskan apa yang
menjadi motivasi nyata dan materil bangsa Indonesia, untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi
juga menjadi keyakinan motivasi spiritualnya, bahwa maksud dan tindakan menyatakan
kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa. Hal tersebut berarti bahw a bangsa
Indonesia mendambakan kebidupan yang berkeseimbangan material dan spiritual serta
keseimbangan kebidupan di dunia dan di akhirat. Alinea ini memuat motivasi spiritual yang luhur
dan mengilhami Proklamasi Kemerdekaan (sejak dari Piagam Jakarta)

serta menunjukkan pula ketaqwaan bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ridho-
Nyalah bangsa Indonesia berhasil dalam perjuangan mencapai kemerdekaannya, dan mendirikan
negara yang berw awasan kebangsaan.

Alinea keempat: “Kemudian daripada itu untuk membentuk susunan pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara

Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”

Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip dasar, untuk mencapai
tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka. Tujuan nasional negara Indonesia
dirumuskan dengan "... Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kebidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial" Sedangkan prinsip dasar yang dipegang teguh untuk
mencapai tujuan itu adalah dengan menyusun kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 77


yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan PancasiIa. Dengan rumusan yang panjang dan padat
ini, alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus menegaskan:

1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya yaitu: melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;

2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat;

3. Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perw akilan, dan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Pokok-Pokok Pikiran Dalam Pembukaan UUD 1945 Selain apa yang diuraikan di muka, Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan pasalpasal
Undang-Undang Dasar 1945 dengan menyatakan bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
itu mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam Pasal-pasal Undang-
Undang Dasar 1945.

Ada empat pokok pikiran yang memiliki makna sangat dalam , yaitu :

1. Pokok pikiran pertama; "Negara ... begitu bunyinya ... melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mew ujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan
meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi
segala paham perseorangan. Negara, menurut pengertian "pembukaan" itu menghendaki
persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar negara yang tidak
boleh dilupakan. Rumusan ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian yang
lazim, negara, penyelenggara negara, dan setiap warga negara w ajib mengutamakan kepentingan
negara di atas kepentingan golongan ataupun perorangan.

2. Pokok pikiran kedua, "Negara hendak mew ujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia", ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial. Pokok pikiran yang hendak diw ujudkan
oleh negara bagi seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.

3. Pokok pikiran ketiga, yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ialah
"negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
Oleh karena itu sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasar atas
kedaulatan rakyat dan berdasarkan atas permusyaw aratan/perwakilan. Memang aliran ini sesuai
dengan sifat masyarakat Indonesia". Ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat, yang menyatakan
bahw a kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyaw
aratan Rakyat.

4. Pokok pikiran keempat, yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
"Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 78


beradab”. Oleh karena itu, undang-undang dasar harus mengandung isi yang mew ajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur". Ini menegaskan pokok pikiran
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Apabila anda perhatikan keempat pokok pikiran itu tampaklah bahwa pokok-pokok pikiran itu
tidak lain adalah pancaran dari falsafah negara, Pancasila.

C. Hubungan Pembukaan Dengan Pasal-Pasal UUD 1945

Sebagaimana diketahui bahw a dalam Pembukaan UUD 1945 itu mengandung beberapa pokok
pikiran yang merupakan cita-cita nasional dan cita hukum kita.

Pokok-pokok pikiran dalam UUD 1945 itu dijelmakan dalam Pasal-pasal UUD 1945, dan cita hukum
UUD 1945 besumber atau dijiwai oleh falsafah Pancasila. Di sinilah arti fungsi Pancasila sebagai
dasar negara.

Sebagaimana diuraikan di muka, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai fungsi atau
hubungan langsung dengan Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945, karena Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang dijelmakan lebih lanjut dalam Pasal-
pasal Undang-Undang Dasar 1945. Dengan tetap menyadari akan keagungan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dan dengan tetap memperhatikan hubungan antara Pembukaan
dengan Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945, dapatlah disimpulkan bahw a Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang memuat dasar falsafah Negara Pancasila dengan Pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, bahkan
merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.

Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 merupakan perw ujudan dari pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang tidak lain adalah pokok-pokok
pikiran Persatuan Indonesia, Keadilan Sosial, Kedaulatan Rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyaw aratan/perwakilan dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab. Pokok-pokok pikiran tersebut tidak lain adalah pancaran dari Pancasila.
Kesatuan serta semangat yang demikian itulah yang harus diketahui, dipahami, dan dihayati oleh
setiap insan Indonesia.

UUD 1945 Kurun Waktu Pertama

UUD 1945 berlaku dalam dua kurun w aktu. Berlakunya UUD 1945 dalam kurun w aktu pertama
dari tanggal 18 Agustus 1945 hingga tanggal 27 Desember 1949. Dalam kurun w aktu 1945-1949
sistem pemerintahan dan lembaga-lembaga egara belum berjalan sebagaimana tercantum dalam
UUD 1945, karena situasi yang tidak memungkinkan dimana dalam kurun waktu 1945-1949, pihak
kolonial Belanda ingin menjajah kembali Indonesia yang sudah merdeka. Karena lembaga-lembaga
negara (MPR, DPR, DPA) belum dapat dibentuk, PPKI menetapkan Komite Nasional sebagai
pembantu Presiden, untuk pembenarannya diberlakukan Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945.
Sistem Kabinet Presidensial yang harus dilaksanakan menurut UUD 1945 diubah menjadi Kabinet
Parlementer. Antara kurun w aktu pertama dan kurun w aktu kedua berlakunya UUD 1945 berlaku

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 79


konstitusi RIS dari tanggal 27 Desember 1949 hingga tanggal 17 Agustus 1950. Konstitusi RIS tidak
berlaku di negara Republik Indonesia yang beribukota Jogjakarta yang tetap memberlakukan UUD
1945.

Selanjutnya sejak tanggal 17 Agustus 1950 hingga tanggal 5 Juli 1959 berlaku Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Setelah itu ditetapkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959
merupakan dasar hukum berlakunya UUD 1945 dalam kurun w aktu kedua hingga sekarang
(sebelum diamandemen).

Dalam kurun w aktu pertama dari tahun 1945-1949, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan dengan
baik, sebagaimana yang tercantum daIam UUD 1945 karena kondisi dan situasi yang tidak
memungkinkan. Hal ini disebabkan karena dalam kurun w aktu tahun 1945-1949 Indonesia
memusatkan segala upaya untuk mempertahankan kemerdekaan, karena pihak kolonial Belanda
ingin menjajah kembali Indonesia yang sudah merdeka.

Hal-hal yang dapat dicatat dalam kurun w aktu 1945-1949 adalah sebagai berikut:

1. Lembaga-lembaga tinggi negara belum dapat dibentuk berdasarkan ketentuan UUD 1945, karena
kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan tersebut di atas, oleh karena itu PPKI menetapkan
Komite Nasional sebagai pembantu Presiden, untuk pembenarannya dicantumkan pasal IV Aturan
Peralihan.

2. Diperlakukan pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 (asli). Karena lembaga-lembaga negara yang
tercantum dalam UUD 1945 belum dapat dibentuk karena kondisi dan situasi yang tidak
memungkinkan maka diberlakukan pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi : "Sebelum
MPR, DPR, DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan oleb Presiden dengan
bantuan Komite Nasional". Berdasarkan pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945, kekuasaan Presiden
sangat besar karena meliputi kewenangan semua lembagalembaga tinggi negara, sedangkan
Komite Nasional hanya berfungsi sebagai pembantu Presiden.

3. Ada dua konvensi ketatanegaraan yaitu :

a. Berubahnya fungsi Komite Nasional Pusat Komite Nasional Pusat yang semula hanya sebagai
pembantu Presiden menjadi badan yang memegang kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara berdasarkan maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16
Oktober 1945.

b. Perubahan sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer.

Berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) pada tanggal 11
Nopember 1945, yang kemudian disetujui oleh Presiden, dan diumumkan dengan maklumat
pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 maka system kabinet presidensial diganti dengan sistem
kabinet parlementer. Sejak tanggal 14 Nopember 1945, kekuasaan pemerintah tidak dipegang oleh
Presiden, tetapi dipegang oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan kabinet dengan para menteri
sebagai anggota kabinet yang secara bersama-sama atau sendiri-sendir i. Para menteri dan
perdana menteri bertanggung jaw ab kepada KNIP yang berfungsi sebagai DPR. Bahw a dalam
kurun w aktu 1945-1949 di dalam situasi dimana bangsa Indonesia dalam upaya
memepertahankan kemerdekaan dari pihak kolonial Belanda, sistem pemerintahan sering berubah
dari system presidensial menjadi sistem parlementer dan sebaliknya.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 80


Konstitusi Republik Indonesia Serikat Konstitusi RIS merupakan konstitusi kedua negara
Indonesia, yang berlaku pada saat Indonesia menjadi negara Federal Republik Indonesia Serikat
(RIS).

1. Terbentuknya negara Federal Republik Indonesia Serikat (RIS)

a. Meskipun Indonesia sudah merdeka sejak diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, namun
pihak kolonial Belanda ingin menjajah kembali Indonesia yang sudah merdeka.

b. Dengan po1itik “Devide et Impera” dari pihak kolonial Belanda, terbentuk negara-negara bagian
di w ilayah Indonesia, misalnya negara bagian Sumatera Timur, negara bagian Indonesia Timur dan
lain-lainnya.

c. Republik Indonesia menjadi negara bagian RIS, dengan nama Republik Indonesia yang
wilayahnya meliputi sebagian Pulau Jaw a dan Sumatera dengan ibukota Yogyakarta.

d. Indonesia yang diproklamasikan pada tanggaJ 17 Agustus 1945 sebagai negara kesatuan, sejak
tanggal 27 Desember 1949, berubah menjadi negara Federal Republik Indonesia Serikat (RIS).

2. Terbentuknya Konstitusi RIS

a. Pada tangga1 29 Oktober 1949 rancangan konstitusi RIS disepakati bersama antara wakil-wakil
pemerintah Republik Indonesia (Jogjakarta) dengan wakil-wakiI pemerintah negaranegara bagian
RIS lainnya yaitu w akil-w akil pemerintah Negara BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) di kota
pantai Scheveningen, pada saat berlangsungnya Komprensi Meja Bundar (KMB).

b. Pada tanggal 14 Desember 1949 di Jakarta rancangan Konstitusi RIS disetujui oleh wakil-wakil
pemerintah dan KNIP, Negara Republik Indonesia

(Jogjakarta) dan w akil masing-masing pemerintah dan Dew an Perwakilan Rakyat Negara BFO.

c. Selanjutnya dalam sidang lanjutan pada Komperensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag negara
Belanda, rancangan Konstitusi RIS disetujui semua pihak.

d. Karena rancangan Konstitusi RIS telah disetujui semua pihak, maka Kontitusi RIS diberlakukan
di seluruh Wilayah Indonesia, kecuali negara bagian Republik Indonesia (Jogjakarta) tetap
memberlakukan UUD 1945.

3. Berlakunya Konstitusi RIS.

Konstitusi RIS berlaku di seluruh wilayah Indonesia, kecuali negara Republik Indonesia yang w
ilayahnya meliputi sebagian pulau Jawa dan Sumatera dengan Ibukota Jogjakarta. Negara Republik
Indonesia (Jogjakarta) tetap member lakukan UUD 1945. Konstitusi RIS berlaku dari tanggal 27
Desember 1949 hingga tanggal 17 Agustus 1950.

4. Konstitusi RIS menganut sistem parlementer Sebagai konstitusi yang berlaku di negara Federal
RIS, Konstitusi RIS menganut sistem kabinet parlementer dimana kekuasaan pemerintahan
ditangan para menteri yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Presiden bukan sebagai kepala
pemerintahan, tetapi hanya sebagai kepala negara. Presiden sekedar “Konstitusional” belaka,
karena tidak memegang kekuasaan pemerintahan.
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 81
Undang-Undang Dasar Sementara 1950

Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) merupakan konstitusi ketiga negara Republik Indonesia
yang berlaku sah sejak tanggal 17 Agustus 1950 hingga tanggal 5 Juli 1959.

1. Negara Indonesia kembali menjadi negara kesatuan

a. Negara federal RIS berlangsung sangat singkat hanya 8 bulan yaitu dari tanggal 27 Desember
1949 hingga tanggal 17 Agustus 1950. Dalam kenyataannya sejak berdirinya RIS, timbul suatu
keinginan dari negara-negara bagian RIS buatan Belanda yang merasa tidak cocok atas
terbentuknya RIS hasil KMB, dan ingin bergabung dengan negara bagian Republik Indonesia yang
beribukota Jogjakarta. Pembubaran dan penggabungan negara-negara bagian itu dimungkinkan
dalam pasal 43 dan pasal 49 Konstitusi RlS.

b. Pada bulan April 1950 hanya tinggal beberapa bagian dari Negara bagian Indonesia Timur dan
Sumatera Timur saja yang belum bergabung dengan negara bagian Republik Indonesia (Jogjakarta
).

c. Pada akhirnya tercapai suatu kesepakatan antara Negara Republik Indonesia (Jogjakarta) dan
negara RlS yang sekaligus mew akili negara bagian Indonesia Timur dan negara bagian Sumatera
Timur, yang dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama mendirikan negara kesatuan.

d. Persetujuan untuk mendirikan negara kesatuan tersebut dalam butir c secara resmi dimuat
dalam suatu piagam persetujuan tanggal 19 Mei 1950. Pada tanggal 17 Agustus 1950 negara
Indonesia yang berbentuk negara federal RIS menjadi Negara kesatuan.

2. Terbentuknya Undang-Undang Dasar Sementara 1950

a. Setelah persetujuan untuk mendirikan negara kesatuan dimuat dalam suatu piagam persetujuan
tanggal 19 Mei 1950 sebagaimana diuraikan dalam butir l d tersebut, maka proses selanjutnya
adalah membuat rancangan perubahan Konstitusi RIS menjadi UUDS RI oleh pihak RIS dan negara
RI (Jogjakarta).

b. Di depan rapat gabungan senat dan DPR RIS, pada tangal 15 Agustus 1950 presiden menyatakan
bahw a rancangan perubahan tersebut telah disetujui oleh pihak RIS dan negara RI (Jogjakarta).

c. Naskah UUDS yang telah disetujui oleh pihak RIS dan negara RI (Jogjakarta) ditandatangani
bersama Perdana Menteri dan Menteri Kehakiman RIS, yang selanjutnya diumumkan oleh Menteri
Kehakiman dan mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950 di seluruh Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

3. Berlakunya UUDS 1950.

UUDS 1950 ber laku di seluruh Wilayah Indonesia dari tanggal 17 Agustus 1950 hingga tanggal 5
Juli 1959, saat Dekrit Presiden dikeluarkan.

4. UUDS menganut sistem Kabinet Parlementer

a. Presiden tidak memegang kekuasaan pemerintahan. Presiden sekedar "konstitusional" belaka.


Kekuasaan pemerintah ditangan kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri.
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 82
b. Para menteri yang dipimpin oleh Perdana Menter i bertanggung jawab kepada DPR/Parlemen.

c. Menganut Landasan Demokrasi Liberal UUDS menganut Demokrasi Liberal yang mengutamakan
kebebasan individu. Dalam kurun w aktu berlakunya UUDS 1950 dari tanggal 17 Agustus 1950
hingga 5 Juli 1959, telah terjadi pergantian cabinet sebanyak 7 (tujuh) kali karena dijatuhkan DPR.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun w aktu 1950-1959 sistem Kabinet Parlementer tidak
menjamin kestabilan pemerintah.

UUD 1945 Dalam Kurun Waktu Kedua Dasar hukum berlakunya UUD 1945 dalam kurun w aktu
kedua adalah Dekrit Presiden tangga1 5 Juli 1959 yang memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai
konstitusi negara Republik Indonesia. Kurun w aktu kedua berlakunya UUD 1945 dari tanggal 5 Juli
1959 hingga sekarang dapat dibagi dalam empat periode, yaitu:

1. Kurun waktu 5 Juli 1959 hingga sebelum 11 Maret 1966;

2. Kurun waktu 11 Maret 1966 hingga 21 Mei 1998 yang dikenal dengan masa Orde Baru;

3. Kurun waktu 2 Mei 1998 hingga 22 Oktober 1999 yang dikenal dengan masa Pasca Orde Baru;

4. Kurun waktu 22 Oktober 1999 hingga sekarang.

Penjelasan:

1. Kurun waktu 5 Juli 1959 hingga sebelum 11 Maret 1966.

Terjadi pemberontakan G-30-S/PKI. Sewaktu terjadi pemberontakan G-30-S/PKI kondisi Negara


Indonesia memprihatinkan khususnya di bidang ekonomi, politik, dan hukum. Akhirnya
pemberontakan PKI dapat digagalkan.

a. Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA).

Dengan dipelopori oleh pemuda/mahasiswa, rakyat menyampaikan TRlTURA yaitu:

1) Bubarkan PKI;

2) Bersihkan Kabinet dari unsur-unsur G-30-S/PKI;

3) Turunkan harga-harga/perbaikan ekonomi.

b. Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden mengeluarkan Supersemar kepada Letjen Soeharto untuk
mengambil langkah-langkah dan tindakan untuk mengamankan negara. Lahirnya Supersemar
dianggap sebagai lahirnya Orde Baru.

c. Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun w aktu 1945 sampai sebelum 11 Maret 1966:

1) Lembaga-lembaga negara belum dibentuk berdasarkan Undang-undang, sebagaimana


tercantum dalam UUD 1945;

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 83


2) Hak Budget DPR tidak berjalan, dan pada tahun 1960 Presiden membubarkan DPR, karena DPR
tidak menyetujui RAPBN yang diajukan pemerintah;

3) MPRS mengangkat Presiden seumur hidup;

4) Ketua lembaga-lembaga tinggi negara dijadikan menterimenteri negara.

2. Kurun waktu 1966 - 1998

Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun waktu 1966 - 1998 dikenal dengan masa Orde Baru. Hal-hal
yang dapat dicatat dalam kurun w aktu 1966 - sebelum 21 Mei 1998:

a. Sidang Istimew a MPRS Tahun 1967.

Pada tahun 1967 diadakan sidang Istimew a MPRS, yang menarik kembali mandat MPRS dari
Presiden pada saat itu yaitu Ir. Soekarno, selanjutnya mengangkat Jenderal Soeharto sebagai
pejabat Presiden (TAP MPRS No. XXXIIl/MPRS/I967).

b. Sidang Umum MPRS Tahun 1968.

Pada tahun 1968 diadakan Sidang Umum MPRS, yang mengangkat Jenderal Soeharto sebagai
Presiden tetap sampai terpilihnya Presiden hasil pemilu (TAP MPRS No. XLIV/MPRS/1968).

c. Sidang Umum MPRS Tahun 1973.

Pemilu pertama dalam masa Orde Baru diadakan pada tahun 1971, selanjutnya pada tahun 1973
diadakan sidang umum MPR, yang menetapkan GBHN dan memilih Presiden dan Wakil Presiden.

d. Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun w aktu 1966 - 21 Mei 1998.

1) Fungsi, tugas, dan wewenang dari lembaga-lembaga Negara dalam penye1enggaraan negara
belum berjalan secara optimal.

Disatu pihak, kekuasaan lembaga tinggi presiden sangat berperan, di lain pihak lembaga-lembaga
Negara lainnya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya belum optimal.

Menurut UUD 1945 antara lain dinyatakan:

a) Lembaga tinggi negara yaitu DPR berwenang mengawasi jalannya pemerintahan;

b) Lembaga tinggi negara Mahkamah Agung sebagai pemegang kekuasaan kehakiman yang
merdeka, artinya terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah;

c) Lembaga Tinggi negara BPK yang memeriksa tanggung jawab keuangan negara, terlepas dari
kekuasaan pemerintah.

2) Dike1uarkannya TAP MPR No.I/MPR/1983, dalam pasal 104 dinyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk mempertahankan dan tidak akan melakukan perubahan terhadap UUD 1945.
Ketentuan yang tercantum dalam pasal l04 TAP MPR No. I/MPR/1983 telah dicabut dengan TAP
MPR No. VII/MPR/I998 tanggal 13 Nopember 1998 karena tidak sejalan dengan pasaI 37 UUD
1945 yag mengatur perubahan UUD 1945.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 84


3) Dikeluarkannya TAP MPR No. IV/MPR/1983 tentang referendum, dimana dinyatakan bahw a
MPR berkehendak mempertahankan UUD 1945, dan apabila MPR hendak merubah UUD 1945
harus melalui referendum. TAP MPR No. IV/MPR/1983 telah dicabut dengan TAP MPR No.
VIII/MPR/1998 tanggal 13 Nopember 1998 karena tidak sejalan dengan pasal 37 UUD 1945 yang
mengatur tentang perubahan UUD 1945. Pada tanggal 21 Mei 1998, Pemerintahan Orde Baru
berakhir.

3. Pelaksanaan UUD 1945 sesudah tanggal 21 Mei 1998 hingga 22 Oktober 1999, sampai sekarang.

a. Pada tanggal 10 sampai dengan 13 Nopember 1998 diadakan Sidang Istimewa MPR.

b. Pada tanggal 14 Oktober sampai dengan 22 Oktober 1999 diadakan sidang umum MPR hasil
pemilu 7 Juni 1999 yang menetapkan:

1) Mengadakan perubahan pertama UUD 1945 yang ditetapkan tanggal 19 Oktober 1999. Dalam
amandemen ini, perubahan yang penting adalah dibatasinya masa jabatan Presiden paling banyak
2 masa jabatan dan dinyatakan bahw a pemegang kekuasaan pembentuk UU adalah DPR, bukan
lagi Presiden.

2) Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.

c. Dalam Sidang Tahunan tahun 2000 diadakan perubaban kedua UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 2000, dan dalam amandemen ini ditegaskan tentang fungsi DPR (legislasi,
anggaran, dan pengaw asan). Untuk melaksanakan fungsinya, DPR mempunyai hak-hak yaitu hak
interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat, penyempurnaan pasal 18 tentang
Pemerintahan Daerah, penyempurnaan pasal 28 ditambah pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J
tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dan penyempurnaan pasal 30 tentang Pertahanan Keamanan.

d. Pada tahun 2001 MPR dalam Sidang Tahunan tahun 2001 ditetapkan perubahan ketiga atas UUD
1945. Dalam amandemen ini, perubahan yang sangat mendasar, adalah:

1) MPR tidak lagi memegang dan melaksanakan kedaulatan rakyat. Dengan demikian MPR bukan
lagi sebagai lembaga tertinggi negara;
2) MPR tidak lagi menetapkan GBHN;
3) MPR tidak lagi memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya melantik Presiden dan Wakil
Presiden hasil pemilihan umum secara langsung oleh rakyat;
4) Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat;
5) Presiden dan atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dari jabatannya;
6) MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden atas usul DPR
berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi;
7) Dengan tegas dinyatakan bahw a Presiden tidak dapat membekukan dan membubarkan DPR;
8) Adanya lembaga baru yaitu: DPD, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial;
9) Adanya Bab baru tentang Pemilu;
10) Penyempurnaan pasal 23.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 85


e. Tahun 2002 dalam Sidang Tahunan ditetapkan perubahan UUD keempat.

Adapun perubahan-perubahan yang mendasar adalah:

1) Susunan MPR tardiri dari anggota DPR dan DPD;

2) Tidak ada lagi Lembaga Tinggi Negara yang namanya DPA, tapi Presiden diberi wewenang untuk
membentuk Dew an Pertimbangan yang memberi nasihat/pertimbangan kepada Presiden yang
diatur dengan UU;

3) Macam dan harga mata uang;

4) Peraturan baru tentang Bank Sentral;

5) Mengatur kembali tentang pendidikan, kebudayaan, dan kesejahteraan sosial;

6) Pengertian wilayah negara;

7) Pengaturan kembali tentang perubahan UUD terutama prosedurnya;

8) Mengubah seluruh aturan peralihan dan aturan tambahan.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 86


D. Konstitusi, Perundangan, dan peraturan Indonesia

Dewasa ini, istilah konstitusi sering di identikkan dengan suatu kodifikasi atas dokumen yang
tertulis dan di Inggris memiliki konstitusi tidak dalam bentuk kodifikasi akan tetapi berdasarkan
pada yurisprudensi dalam ketatanegaraan negara Inggris dan mana pula juga Konstitusi Istilah
konstitusi berasal dari bahasa inggris yaitu “Constitution” dan berasal dari bahasa belanda
“constitue” dalam bahasa latin (contitutio,constituere) dalam bahasa prancis yaitu “constiture”
dalam bahsa jerman “vertassung” dalam ketatanegaraan RI diartikan sama dengan Undang –
undang dasar.

Konstitusi merupakan norma-norma dalam dokumen dasar yang dibentuk untuk menjalankan
suatu organisasi pemerintahan/negara yang bersifat kodifikasi tertulis. Konstitusi memiliki arti
sempit dan luas, sifat, kedudukan, dan juga tujuan

Macam Konstitusi

Menurut C.F. Strong konstitusi memiliki bentuk tertulis dan tidak tertulis.

Konstitusi tertulis adalah aturan – aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara,
demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam
persekutuan hukum negara. Konstitusi tidak tertulis/konvensi adalah berupa kebiasaan
ketatanegaraan yang sering timbul. Adapun syarat – syarat konvensi adalah: Diakui dan
dipergunakan berulang – ulang dalam praktik penyelenggaraan negara, tidak bertentangan dengan
UUD 1945, memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.

Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi konstitusi politik dan konstitusi sosial. Konstitusi
politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan negara, hubungan rakyat
dengan pemerintah, hubuyngan antar lembaga negara.Sedangkan konstitusi sosial adalah
konstitusi yang mengandung cita-cita sosial bangsa, rumusan filosofis negara, sistem sosial, sistem
ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan bangsa itu.

Kedudukan Konstitusi

Konstitusi menempati kedudukan yang begitu krusial di dalam kehidupan ketatanegaraan sebuah
Negara sebab konstitusi menjadi tolak ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh
dengan fakta sejarah perjuangan para pahlawannya. Walaupun konstitusi yang terdapat di dunia
ini tidak sama satu dengan lainnya baik dalam hal bentuk, isi, maupun tujuan namun pada
umumnya semuanya memiliki kedudukan formal yang sama, yakni sebagai :

• Konstitusi sebagai Hukum Dasar sebab konstitusi berisi ketentuan dan aturan tentang perihal
yang mendasar dalam kehidupan sebuah negara

• Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 87


Isi, Sifat, Tujuan dan Fungsi Konstitusi Negara

Dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik, Miriam Budiharjo menjelaskan konstitusi/undang-


undang dasar berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Organisasi Negara, contohnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Dalam Negara federal , yaitu masalah pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
dengan pemerintah Negara bagian, prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi
lembaga Negara.

2. Hak-hak asasi manusia

3. Prosedur mengubah undang-undang dasar

4. Ada saatnya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari undang-undang dasar.
Hal ini untuk mrnghindari terulangnya hal-hal yang telah diatasi dan tidak dikehendaki lagi.
Misalnya undang-undang dasar Jerman melarang untuk mengubah sifat federalism sebab bila
menjadi unitarisme dikhawatirkan dapat mengembalikan munculnya seorang Hitler.

Sifat Konstitusi

1. Luwes(Flexible) dan Kaku(Rigid)

Konstitusi bersifat kaku, sebab untuk mengamandemen konstitusi diperperlukan prosedur yang
rumit. Sedang bersifat luwes karena konstitusi mudah mengikuti dinamika zaman. Jika diperlukan,
konstitusi tidak membutuhkan prosedur yang khusus atau rumit. Perubahan tersebut cukup
dilakukan oleh badan pembuat undang-undang biasa.

2. Formil dan materiil

Konstitusi bersifat Formil yang artinya tertulis. Sedangkan bersifat Materiil dilihat dari segi
kontennya yang memuat hal-hal bersifat dasar dan pokok bagi negara dan rakyat. Konstitusi yang
besifat rigid tidak dapat megikuti dinamika zaman sebab tidak hanya memuat hal-hal pokok saja,
namun juga memuat hal-hal yang penting. UUD 1945 walaupun perubahannya memerlukan
prosedur istimewa, namun bersifat luwes sebab memuat peratudan yang bersifat pokok-pokok saja
sehingga mudah mengakomodasi dinamika zaman.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 88


Fungsi Konstitusi (Jimly Asshiddiqie, 2002).

1. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan Negara

2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar lembaga Negara.

3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara lembaga dengan warga Negara.

4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan ataupun kegiatan penyelnggaraan
kekuasaan Negara.

5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (dalam demokrasi
adalah rakyat) kepada organ Negara.

6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas dan
keagungan kebangsaan (identitu of nation) serta sebagai center of ceremony.

7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti sempit yaitu
bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang social ekonomi.

8. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat.

Peraturan perundang-undangan, dalam konteks negara Indonesia, adalah peraturan tertulis yang
dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.

Jenis dan Hierarki

Hierarki maksudnya peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Berikut adalah hierarki Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia menurut UU No. 12/2011 (yang menggantikan UU No. 10/2004)
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan:

1. UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. UUD 1945
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

2. Ketetapan MPR

3. Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

4. Peraturan Pemerintah (PP)

5. Peraturan Presiden (Perpres)

6. Peraturan Daerah (Perda), termasuk pula Qanun yang berlaku di Aceh, serta Perdasus dan
Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Dari Peraturan Perundang-undangan tersebut, aturan yang mengenai ketentuan pidana hanya
dapat dimuat dalam Undang-Undang dan Peraturan Daerah.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 89


Sedangkan peraturan perundang-undangan selain yang tercantum di atas, mencakup peraturan
yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi
Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk
dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.

Undang Undang Dasar 1945

UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.

Naskah resmi UUD 1945 adalah:

• Naskah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali
dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal

• Naskah Perubahan Pertama, Perubahan Kedua, Perubahan Ketiga, dan Perubahan Keempat UUD
1945 (masing-masing hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999, 2000, 2001, 2002).

Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Satu Naskah dinyatakan dalam Risalah Rapat Paripurna ke-5
Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.

Ketetapan MPR

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, atau disingkat Ketetapan MPR atau TAP MPR, adalah
bentuk putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berisi hal-hal yang bersifat penetapan
(beschikking).

Pada masa sebelum Perubahan (Amandemen) UUD 1945, Ketetapan MPR merupakan Peraturan
Perundangan yang secara hierarki berada di bawah UUD 1945 dan di atas Undang-Undang. Pada
masa awal reformasi, ketetapan MPR tidak lagi termasuk urutan hierarki Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia.

Namun pada tahun 2011, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Tap MPR kembali
menjadi Peraturan Perundangan yang secara hierarki berada di bawah UUD 1945. Pimpinan MPR
sempat menyatakan bahwa kembali berlakunya Tap MPR pun tidak serta-merta mengembalikan
posisi MPR seperti kondisi sebelumnya, dikarenakan pada era reformasi pembuatan Tap MPR baru
tidak akan seperti masa yang sebelumnya, mengingat peran pembuatan Undang-Undang (legislatif)
pada era reformasi diserahkan sepenuhnya kepada Presiden dan DPR.

Perubahan UUD 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR
yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, kini berkedudukan sebagai lembaga
negara yang setara dengan lembaga negara lainnya (seperti Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan
MK).

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 90


Status Ketetapan MPR yang Lalu

Pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2003, MPR menetapkan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI
Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002.

Tujuan pembentukan Ketetapan MPR tersebut adalah untuk meninjau materi dan status hukum
setiap TAP MPRS dan TAP MPR, menetapkan keberadaan (eksistensi) dari TAP MPRS dan TAP MPR
untuk saat ini dan masa yang akan datang, serta untuk memberi kepastian hukum.

Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR tersebut, seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang
berjumlah 139 dikelompokkan ke dalam 6 pasal (kategori) sesuai dengan materi dan status
hukumnya.

Perubahan (Amandemen) Undang-Undang Dasar 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan,


tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, kini
berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya (seperti
Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK).

Dengan demikian MPR kini hanya dapat menetapkan ketetapan yang bersifat penetapan, yaitu
menetapkan Wapres menjadi Presiden, memilih Wapres apabila terjadi kekosongan jabatan
Wapres, serta memilih Presiden dan Wapres apabila Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersama-
sama.

Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan


Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.

Materi muatan Undang-Undang adalah:

• Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 yang meliputi: hak-hak asasi manusia, hak dan
kewajiban warga negara, pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian
kekuasaan negara, wilayah dan pembagian daerah, kewarganegaraan dan kependudukan, serta
keuangan negara.

• Diperintahkan oleh suatu Undang-Undang Dasar 1945 untuk diatur dengan Undang-Undang.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) adalah Peraturan Perundang-undangan


yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Materi muatan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah sama dengan materi muatan Undang-
Undang.

Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa (negara dalam keadaan darurat), dengan ketentuan sebagai berikut:
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 91
Perpu dibuat oleh presiden saja, tanpa adanya keterlibatan DPR

• Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut.

• DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan perubahan.

• Jika ditolak DPR, Perpu tersebut harus dicabut.

Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden
untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.

Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang


sebagaimana mestinya.

Peraturan Presiden

Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden.
Materi muatan Peraturan Presiden adalah materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau
materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah. Perpres merupakan jenis Peraturan
Perundang-undangan yang baru di Indonesia, yakni sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2004.

Peraturan Daerah

Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah (gubernur atau bupati/walikota).

Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran
lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah terdiri atas:

• Peraturan Daerah Provinsi, yang berlaku di provinsi tersebut. Peraturan Daerah Provinsi
dibentuk oleh DPRD Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

• Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota tersebut.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan


bersama Bupati/Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak subordinat terhadap Peraturan
Daerah Provinsi.

Di Provinsi Aceh, Peraturan Daerah dikenal dengan istilah Qanun. Sementara di Provinsi Papua,
dikenal istilah Peraturan Daerah Khusus dan Peraturan Daerah Provinsi.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 92


Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah

Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah (gubernur,
bupati, atau wali kota). Raperda yang disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan kepada DPRD.
Sedangkan Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala
Daerah.

Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama gubernur atau bupati/wali kota.
Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat
komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat
paripurna.

Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota disampaikan
oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk disahkan menjadi Perda, dalam
jangka waktu palinglambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama. Raperda tersebut disahkan
oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dengan menandatangani dalam jangka waktu 30 hari sejak
Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota. Jika dalam waktu 30
hari sejak Raperda tersebut disetujui bersama tidak ditandangani oleh Gubernur atau
BuPati/Walikota, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan.

Pengundangan Peraturan Perundang-undangan

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-undangan harus diundangkan dengan


menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia,
Lembaran Daerah, atau Berita Daerah.

Bhineka Tunggal Ika

Makna dan Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa
Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata
neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa
Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika
diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin Sutasoma, karangan
Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.

Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.
Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng
Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 93


E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 94
Terjemahan:

Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.

Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?

Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah
itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Terjemahan ini didasarkan, dengan adaptasi kecil, pada edisi teks kritis oleh Dr Soewito Santoso.

Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika inilah yang dipakai/ terdapat pada lambang negara Republik
Indonesia yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah
pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-
beda tetapi tetap satu jua.

Pembinaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Makna Bhineka Tunggal Ika dalam Persatuan Indonesia Sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa
walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki kebudayaan
dan adat-istiadat yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan.
Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP. No.
66 tahun 1951, 17 Oktober diundangkan tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam Lembaran
Negara No. II tahun 1951.Makna Bhineka Tunggal Ika yaitu meskipun bangsa dan negara Indonesia
terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang
bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun
keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru
keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan
makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.

Dalam praktek tumbuh dan berkembangnya persatuan suatu bangsa (nasionalisme) terdapat dua
aspek kekuasaan yang mempengaruhi yaitu kekuasaan pisik (lahir), atau disebut juga kekuasan
material yang berupa kekerasan, paksaan dan kekuasaan idealis (batin) yang berupa nafsu psikis,
ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan. Proses nasionalisme (persatuan) yang dikuasai oleh
kekuasaan pisik akan tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang bersifat materialis. Sebaliknya
proses nasionalisme (persatuan) yang dalam pertumbuhannya dikuasai oleh kekuasaan idealis
maka akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang ideal yang jauh dari realitas bangsa dan
negara. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia prinsip-prinsip nasionalisme itu tidak berat sebelah,
namun justru merupakan suatu sintesa yang serasi dan harmonis baik hal-hal yang bersifat lahir
maupun hal-hal yang bersifat batin. Prinsip tersebut adalah yang paling sesuai dengan hakikat
manusia yang bersifat monopluralis yang terkandung dalam Pancasila.

Di dalam perkembangan nasionalisme didunia terdapat berbagai macam teori antara lain Hans
Kohn yang menyatakan bahwa :“ Nasionalisme terbentuk ke persamaan bahasa, ras, agama,
peradaban, wilayah negara dan kewarganegaraan “.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 95


Bangsa tumbuh dan berkembang dari analisir-analisir akar-akar yang terbentuk melalui jalannya
sejarah. Dalam masalah ini bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang
memiliki adat-istiadat dan kebudayaan yang beraneka ragam serta wilayah negara Indonesia yang
terdiri atas beribu-ribu kepulauan. Oleh karena itu keadaan yang beraneka ragam itu bukanlah
merupakan suatu perbedaan yang saling bertentangan namun perbedaan itu justru merupakan
daya penarik kearah resultan sehingga seluruh keanekaragaman itu terwujud dalam suatu
kerjasama yang luhur yaitu persatuan dan kesatuan bangsa. Selain dari itu dalam kenyataan
objektif pertumbuhan nasionalisme Indonesia telah dibentuk dalam perjalanan sejarah yang pokok
yang berakar dalam adat-istiadat dan kebudayaan.

Prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia) tersusun dalam kesatuan majemuk


tunggal yaitu :

a) Kesatuan sejarah; yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam suatu proses sejarah.

b) Kesatuan nasib; yaitu berda dalam satu proses sejarah yang sama dan mengalami nasib yang
sama yaitu dalam penderitaan penjajah dan kebahagiaan bersama.

c) Kesatuan kebudayaan; yaitu keanekaragaman kebudayaan tumbuh menjadi suatu bentuk


kebudayaan nasional.

d) Kesatuan asas kerohanian; yaitu adanya ide, cita-cita dan nilai-nilai kerokhanian yang secara
keseluruhan tersimpul dalam Pancasila.Berdasarkan prinsip-prinsip nasionalisme yang tersimpul
dalam sila ketiga tersebut dapat disimpulkan bahwa naionalisme (Persatuan Indonesia) pada masa
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia memiliki peranan historis yaitu mampu
mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi “ Persatuan Indonesia “ sebagai jiwa
dan semangat perjuangan kemerdekaan RI.D. Peran Persatuan Indonesia dalam Perjuangan
Kemerdekaan IndonesiaMenurut Muhammad Yamin bangsa Indonesia dalam merintis
terbentuknya suatu bangsa dalam panggung politik Internasional melalui suatu proses sejarahnya
sendiri yang tidak sama dengan bangsa lain.

Dalam proses terbentuknya persatuan tersebut bangsa Indonesia menginginkan suatu bangsa yang
benar-benar merdeka, mandiribebas menentukan nasibnya sendiri tidak tergantung pada bangsa
lain. Menurutnya terwujudnya Persatuan Kebangsaan Indonesia itu berlangsung melalui tiga fase.
Pertama Zaman Kebangsaan Sriwijaya, kedua Zaman Kebangsaan Majapahit, dan ketiga Zaman
Kebangsaan Indonesia Merdeka (yang diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945). Kebangsaan
Indonesia pertama dan kedua itu disebutnya sebagai nasionalisme lama, sedangkan fase ketiga
disebutnya sebagai nasionalisme Indonesia Modern, yaitu suatu Nationale Staat atau Etat Nationale
yaitu suatu negara Kebangsaan Indonesia Modern menurut susunan kekeluargaan yang berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan.

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, pengertian “ Persatuan Indonesia “ adalah sebagai
faktor kunci yaitu sebagai sumber semangat, motivasi dan penggerak perjuangan Indonesia. Hal itu
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut : “ Dan perjuangan
pergerakan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur “.Cita-cita untuk mencapai Indonesia merdeka
dalam bentuk organisasi modern baik berdasarkan agama Islam, paham kebangsaan ataupun
sosialisme itu dipelopori oleh berdirinya Serikat Dagang Islam (1990), Budi Utomo (1908),

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 96


kemudian Serikat Islam (1911), Muhammadiyah (1912),Indiche Partij (1911), Perhimpunan
Indonesia (1924), Partai Nasional Indonesia (1929), Partindo (1933) dan sebagainya. Integrasi
pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali tampak dalam bentuk federasi seluruh
organisasi politik/ organisasi masyarakat yang ada yaitu permufakatan perhimpunan-
perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia (1927).Kebulatan tekad untuk mewujudkan “
Persatuan Indonesia “ kemudian

tercermin dalam ikrar “ Sumpah Pemuda “ yang dipelopori oleh pemuda perintis

kemerdekaan pada tanggal 28 Oktober 1928 diJakarta yang berbunyi :

a. PERTAMA.

Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu

Tanah Air Indonesia.

b. KEDUA.

Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa

Indonesia.

c. KETIGA.

Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa

Indonesia.

Kalau kita lihat, Sumpah Pemuda yang mengatakan Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa
Indonesia maka ada tiga aspek Persatuan Indonesia yaitu :

1. Aspek Satu Nusa : yaitu aspek wilayah, nusa berarti pulau, jadi wilayah yang dilambangkan untuk
disatukan adalah wilayah pulau-pulau yang tadinya bernama Hindia Belanda yang saat itu dijajah
oleh Belanda. Ini untuk pertama kali secara tegas para pejuang kemerdekaan meng-klaim wilyah
yang akan dijadikan wilayah Indonesia merdeka.

2. Aspek Satu Bangsa : yaitu nama baru dari suku-suku bangsa yang berada dalam wilayah yang
tadinya bernama Hindia Belanda yang tadinya dijajh oleh Belanda memplokamirkan satu nama
baru sebagai Bangsa Indonesia. Ini adalah awal mula dari rasa nasionalisme sebagai kesatuan
bangsa yang berada di wilayah sabang sampai Merauke.

3. Aspek Satu Bahasa : yaitu agar wilayah dan bangsa baru yang bterdiri dari berbagai suku dan
bahasa bisa berkomunikasi dengan baik maka dipakailah sarana bahasa Indonesia yang ditarik dari
bahasa Melayu dengan pembaharuan yang bernuansakan pergerakan kearah Indonesia yang

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 97


Merdaka. Untuk pertama kali para pejuang kemerdekaan memplokamirkan bahasa yang akan
dipakai negara Indonesia merdeka yaitu bahasa Indonesia. Hari Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928 itulah pangkal tumpuan cita-cita menuju Indonesia merdeka. Memang diakui bahwa
persatuan berkali-kali mengalami gangguan dan kerenggangan. Perjuangan kemerdekaan antara
partai politik/ organisasi masyarakat pada waktu itu dangan segala strategi dan aksinya baik yang
kooperatif maupun non kooperatif terhadap pemerintahan Hindia Belanda mengalami pasang naik
federasi maupun fusi dalam gabungan politik Indonesia (1939) dan fusi terakhir Majelis Rakyat
Indonesia.

Indonesia di jajah BELANDA selama 350 tahun atau 3,5 Abad, maka untuk itu Indonesia memilih
semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar
dapat mengusir penjajah dari bumi ibu pertiwi ini.Tetapi semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada
zaman sekarang sudah tidak berguna lagi di masyarakat Indonesia, karena banyaknya tawuran
antar Desa, Antara pelajar, dan lain-lain sudah menjamur di seluruh pelosok Indonesia.Jadi
Pengorbanan masyarakat dulu sudah tidak berarti lagi di zaman sekarang, pada zaman dahulu
banya peristiwa heroik terjadi setelah ataupun sebelum kemerdekaan, contoh saja peristiwa besar
yang terjadi di kota SURABAYA pertempuran antara arek-arek SURABAYA dan sekitarnya melawan
para tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia, tetapi dengan gagahnya pemuda-
pemuda itu bersatu dan mengusir tentara sekutu.Semua itu di lakukan agar para anak cucunya di
masa depan agar bisa merasakan kehidupan yang lebih baik dari mereka, maka untuk itu kita harus
membangkitkan rasa NASIONALISME kita terhadap bangsa ini, jangan cuma pada saat Malaysia
mengklaim sesuatu milik kita menjadi kepunyaan mereka, maka kita harus menghargai jasa para
pahlawan zaman dulu, karena tanpa jasanya kita tidak bisa hidup nyaman seperti sekarang ini.

Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa
memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain.Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki
adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi
berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana setiap oarng akan hanya
mementingkana dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama.Bila hal
tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.Oleh sebab itu marilah kita jaga
bhineka tunggal ika dengan sebai-baiknya agar persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap
terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan perjuangan yang
panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah repubLik Indonesia
menjadi negara kesatuan

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 98


Toleransi antar umat beragama

KEBIJAKAN DAN STRATEGI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

Setiap negara di dunia memiliki keunikan tersendiri dalam membina dan memelihara kerukunan
umat beragama, tak terkecuali Indonesia. Keunikan tersebut terjadi karena bermacam-macam
faktor seperti sejarah, politik, sosial, budaya/etnis, geografi, demografi, pendidikan, ekonomi, serta
faktor keragaman agama itu sendiri.

Di Indonesia sendiri, sejak zaman pra-sejarah sudah berkembang berbagai agama dan
kepercayaan, baik agama asli seperti animisme, dinamisme, maupun agama impor yang dibawa
oleh pendatang dari Barat maupun Timur. Agama-agama ini dibawa melalui jalur perdagangan,
politik imperialisme, dan misi agama (gold, glory, and gospel). Semenjak itulah agama-agama yang
ada di Indonesia terus berkembang dan diikuti oleh semakin bertambahnya jumlah para pemeluk,
hingga saat ini tak kurang ada enam agama resmi yang diakui oleh negara yaitu Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu, ditambah dengan bermacam-macam aliran/sekte lainnya.
Meskipun demikian situasi kerukunan umat beragama di Indonesia relatif terpelihara dengan baik.

Untuk melihat bagaimana kondisi kerukunan umat beragama di Indonesia, mari kita tinjau dulu
sekilas keadaan Indonesia.

MENGENAL SEKILAS INDONESIA

Indonesia atau nama resminya Republik Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945
adalah salah satu negara di dunia yang wilayahnya dilintasi khatulistiwa, sehingga memiliki iklim
tropis yang hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Keadaan ini
berpengaruh terhadap keragaman flora dan fauna, serta kekayaan alam. Keanekaragaman
hayatinya adalah yang terbesar kedua di dunia. Wilayahnya terletak di antara dua benua yaitu Asia
dan Australia, dan dua Samudera yaitu Pasifik dan Hindia pada 6 LU dan 11 LS, serta 95 BT dan 141
BT.

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau, terbentang jauh
memanjang dari Sabang sampai Merauke tak kurang dari 5000 km, sehingga pembagian waktunya
dibagi atas tiga wilayah waktu yaitu Waktu Indonesia bagian Barat (WIB), Waktu Indonesia bagian
Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia bagian Timur (WIT).

Sumber daya alam atau kekayaan alam tersebar di daratan maupun perairan seperti laut, sungai
dan danau. Populasinya lebih dari 237 juta jiwa (menurut sensus tahun 2010) dengan kepadatan
penduduk sebesar 124/km persegi. Terdiri dari tak kurang 1.128 suku bangsa dengan aneka
tradisi, adat, budaya dan bahasa yang masih terpelihara hingga kini. Berpenduduk terbesar
keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi
bukanlah negara Islam. Dengan kondisi seperti di atas, menjadikan Indonesia sebagai negara yang
memiliki spesifikasi dan keunikan-keunikan terseniri.

Secara umum, spesifikasi atau keunikan-keunikan itu antara lain:

a. Indonesia luas wilayahnya menempati urutan ketujuh di dunia.

b. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia


E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 99
c. Wilayah Indonesia sedemikian strategis, terletak di antara dua benua dan dua samudra yang
terdiri dari belasan ribu pulau yang bertebaran di sekitar garis khatulistiwa dan alamnya relatif
subur dan indah.

d. Jumlah penduduknya menempati urutan keempat di dunia dan mayoritas beragama Islam.

Khusus mengenai kondisi penduduk Indonesia maka keunikan-keunikannya antara lain, adalah:

a. Penduduk Indonesia sedemikian majemuk, baik mengenai banyaknya suku bangsa, budaya,
bahasa daerah, agama/kepercayaan yang dianut dan sebagainya.

b. Pada dasarnya bangsa Indonesia cinta damai demi persatuan dan kesatuan bangsa dengan tidak
memasalahkan perbedaan-perbedaan tersebut di atas.

INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL

Menurut para ahli, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk (plural society) dan
masyarakat multikultural (multikultural society). Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri
utama dari masyarakat multikultural yaitu suatu konsep yang menunjuk kepada suatu masyarakat
yang mengedepankan pluralisme budaya. Budaya adalah istilah yang menunjuk kepada semua
aspek simbolik dan yang dapat dipelajari tentang masyarakat manusia, termasuk kepercayaan,
seni, moralitas, hukum dan adat istiadat. Dalam masyarakat multikultural konsepnya ialah bahwa
di atas pluralisme masyarakat itu hendaknya dibangun suatu rasa kebangsaan bersama tetapi
dengan tetap menghargai, mengedepankan, dan membanggakan pluralisme masyarakat itu.
Dengan demikian ada tiga syarat bagi adanya suatu masyarakat multikultural, yaitu:

a. Adanya pluralisme masyarakat.

b. Adanya cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama.

c. Adanya kebanggaan terhadap pluralisme itu. (Lubis, 2005).

Indonesia sendiri bahkan sejak permulaan sejarahnya telah bercorak majemuk. Oleh karena itu
ungkapan "Bhineka Tunggal Ika" (berbeda-beda tetapi tetap satu) yang disepakati sebagai simbol
pemersatu negara Nusantara ketika berada di bawah kekuasaan Majapahit, merupakan sebuah
simbol pengakuan akan kemajemukan Indonesia dan menjadi sangat tepat untuk menggambarkan
realitas ke-Indonesiaan.

Ungkapan itu sendiri mengisyaratkan suatu kemauan yang kuat, baik di kalangan para pendiri
negara, pemimpin maupun di kalangan rakyat, untuk mencapai suatu bangsa dan negara Indonesia
yang bersatu.

Sekalipun terdapat unsur-unsur yang berbeda, namun kemauan untuk mempersatukan bangsa
sesungguhnya mengatasi keanekaragaman itu tanpa menghapuskannya atau mengingkarinya.
Keinginan bersama untuk tetap menghargai perbedaan dan memahaminya sebagai realitas
kehidupan, sesungguhnya dapat menjadi potensi kesadaran etik pluralisme dan multikulturalisme
di Indonesia. Pada dasarnya pula, hal tersebut dapat membentuk kebudayaan Indonesia masa
depan yang bertumpu pada kesadaran akan kemajemukan yang membangun bangsa Indonesia.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 100


Memang tidak bisa dipungkiri dengan adanya kemajemukan dalam berbagai hal tersebut
merupakan masalah yang rawan dan sering memicu ketegangan atau konflik antar kelompok
termasuk masalah agama. Kemajemukan atau perbedaan itu tidaklah terjadi dalam satu waktu saja.
Proses yang dialami oleh masing-masing individu dalam masyarakat menciptakan keragaman suku
dan etnis, yang membawa pula kepada bentuk-bentuk keragaman lainnya. Keadaan ini benar-benar
disadari oleh generasi terdahulu, perintis bangsa cikal-bakal negara Indonesia dengan
mencanangkan filosofi keragaman dalam persatuan atau yang dikenal dengan nama Bhinneka
Tunggal Ika itu.

TRI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Menyadari fakta kemajemukan Indonesia itu, pemerintah telah mencanangkan konsep Tri
Kerukunan Umat Beragama di Indonesia pada era tahun 1970-an. Tri Kerukunan Umat Beragama
tersebut ialah kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan
antara umat beragama dengan pemerintah.

Tujuan utama dicanangkannya Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia adalah agar
masyarakat Indonesia bisa hidup dalam kebersamaan, sekalipun banyak perbedaan. Konsep ini
dirumuskan dengan teliti dan bijak agar tidak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak
manusia dalam menjalankan kewajiban dari ajaran-ajaran agama yang diyakininya. Pada
gilirannya, dengan terciptanya tri kerukunan itu akan lebih memantapkan stabilitas nasional dan
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Pertama: Kerukunan Intern Umat Beragama

Perbedaan pandangan dalam satu agama bisa melahirkan konflik di dalam tubuh suatu agama itu
sendiri. Perbedaan mazhab adalah salah satu perbedaan yang nampak nyata.

Semaksimal mungkin menghindari kecenderungan konflik karena perbedaan agama. Semua


lapisan masyarakat bersama-sama menciptakan suasana hidup yang rukun, damai, tentram dan
harmonis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam bingkai negara
kesatauan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Karena itu ada empat pilar pokok yang sudah disepakati bersama oleh seluruh rakyat Indonesia
sebagai nilai-nilai perekat bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat nilai tersebut merupakan kristalisasi nilai-nilai yang digali dari
budaya asli bangsa Indonesia. Kerukunan dan keharmonisan hidup seluruh masyarakat akan
senantiasa terpelihara dan terjamin selama nilai-nilai tersebut dipegang teguh secara konsekwen
oleh masing-masing warga negara.

Oleh karena itu Pemerintah selaku pembuat kebijakan berupaya mengakomodir kepentingan
setiap penganut agama dengan mengeluarkan berbagai peraturan tentang kerukunan umat
beragama. Ada empat pokok masalah yang diatur dalam peraturan-peraturan itu:

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 101


1. Pendirian rumah ibadah.

2. Penyiaran agama.

3. Bantuan keagamaan dari luar negeri.

4. Tenaga asing di bidang keagamaan.

PERANAN PEMERINTAH DALAM MEMBINA KEHIDUPAN BERAGAMA

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, pemerintah pada tanggal 3 Januari


1946 menetapkan berdirinya Departemen Agama RI dengan tugas pokok, yaitu menyelenggarakan
sebagian dari tugas umum pemerintah dan pembangunan dalam bidang agama. Penyelenggaraan
tugas pokok Departemen Agama itu,diantara lain berbentuk bimbingan, pemnbinaan dan
pelayanan terhadap kehidupan beragama, sama sekali tidak mencampuri maslah aqidah dan
kehidupan intern masing-masing agama dan pemeluknya. Namun, pemerintah perlu mengatur
kehidupan ekstern mereka, yaitu dalam hubungan kenegaraan dan kehidupan antar pemeluk
agama yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada buku Pedoman Dasar Kehidupan Beragama tahun 1985-1986 Bab IV halaman 49 disebutkan
hal-hal sebagai berikut.

1. Kerukunan hidup beragama adalah proses yang dinamis yang berlangsung sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat itu sendiri 2. Pembinaan kerukunan hidup beragama adalah upaya yang
dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab untuk
meningkatkan kerukunan hidup beragama dengan:

a. menanamkan pengertian akan nilai kehidupan bermasyarakat yang mampu mendukung


kerukunan hidup beragama.

b. mengusahakan lingkungan dan keadaan yang mampu menunjang sikap dan tingkahlaku yang
mengarah kepadakerukunan hidup beragama.

c. menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan tingkah laku yang mewujudkan kerukunan hidup
beragama.

3. Kondisi umat beragama di Indonesia. Pelaksanaan pembinaan kerukunan hidup beragama


dimaksudkan agar umat beragama mampu menjadi subjek pembangunan yang bertanggung jawab,
khususnya pembinaan kerukunan hidup beragama.

Umat beragama Indonesia mempunyai kondisi yang positif untuk terus dikembangkan, yaitu:

a). ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

b). kepercayaan kepada kehidupan di hari kemudian

c). memandang sesuatu selalu melihat dua aspek, yaitu aspek dunia dan akhirat

d). kesediaan untuk hidup sederhana dan berkorban

e). senantiasa memegang teguh pendirian yang berkaitan dengan aqidah agama
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 102
HAMBATAN-HAMBATAN DALAM MENCIPTAKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

1) Semakin meningkat kecenderungan umat beragama untuk mengejar jumlah (kuantitas) pemeluk
agama dalam menyebarkan agama dari pada mengejar kualitas umat beragama.

2) Kondisi sosial budaya masyarakat yang membawa umat mudah melakukan otak-atik terhadap
apa yang ia terima, sehingga kerukunan dapat tercipta tetapi agama itu kehilangan arti, fungsi
maupun maknanya.

3) Keinginan mendirikan rumah ibadah tanpa memperhatikan jumlah pemeluk agama setempat
sehingga menyinggung perasaan umat beragama yang memang mayoritas di tempat itu.

4) Menggunakan mayoritas sebagai sarana penyelesaian sehingga akan menimbulkan masalah.


Misalnya, pemilikan dana dan fasilitas pendidikan untuk memaksakan kehendaknya pada murid
yang belajar.

5) Makin bergesarnya pola hidup berdasarkan kekeluargaan atau gotong royong ke arah kehidupan
individualistis.

Dari berbagai kondisi yang mendukung kerukunan hidup beragama maupun hambatan-hambatan
yang ada, agar kerukunan umat beragama dapat terpelihara maka pemerintah dengan
kebijaksanaannya memberikan pembinaan yang in tinya bahwa masalah kebebasan beragama
tidak membenarkan orang yang beragama dijadikan sasaran dakwah dari agama lain, pendirian
rumah ibadah, hubungan dakwah dengan politik, dakwah dan kuliah subuh, batuan luar negeri
kepada lembaga-lembaga.

4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh
keyakinan plural umat manusia yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama dalam
melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan
memperlihatkan adanya sikap keteladanan. Dari sisi ini maka kita dapat mengambil hikmahnya
bahwa nilai-nilai kemanusiaan itu selalu tidak formal akan mengantarkan nilai pluralitas kearah
upaya selektifitas kualitas moral seseorang dalam komunitas masyarakat mulya (Makromah),
yakni komunitas warganya memiliki kualitas ketaqwaan dan nilai-nilai solidaritas sosial.

5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang


mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak terjadi

penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.

6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara menghilangkan
rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang
manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh sebab
itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 103


LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS DALAM MEMANTAPKAN KERUKUNAN HIDUP UMAT
BERAGAMA

Adapun langkah-langkah yang harus diambil dalam memantapkan kerukunan hidup umat
beragama, diarahkan kepada 4 (empat) strategi yang mendasar yakni:

a. Para pembina formal termasuk aparatur pemerintah dan para pembina non formal yakni tokoh
agama dan tokoh masyarakat merupakan komponen penting dalam pembinaan kerukunan antar
umat beragama.

b. Masyarakat umat beragama di Indonesia yang sangat heterogen perlu ditingkatkan sikap mental
dan pemahaman terhadap ajaran agama serta tingkat kedewasaan berfikir agar tidak menjurus ke
sikap primordial.

c. Peraturan pelaksanaan yang mengatur kerukunan hidup umat beragama perlu dijabarkan dan
disosialisasikan agar bisa dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan demikian
diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman dalam penerapan baik oleh aparat maupun oleh
masyarakat, akibat adanya kurang informasi atau saling pengertian diantara sesama umat
beragama.

d. Perlu adanya pemantapan fungsi terhadap wadah-wadah musyawarah antar umat beragama
untuk menjembatani kerukunan antar umat beragama.

STRATEGI PEMBINAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Adapun yang menjadi strategi dalam pembinaan kerukunan umat beragama dapat dirumuskan
bahwa salah satu pilar utama untuk memperkokoh kerukunan nasional adalah mewujudkan
kerukunan antar umat beragama. Dalam tatanan konseptual kita semua mengetahui bahwa agama
memiliki nilai-nilai universal yang dapat mengikat dan merekatkan berbagai komunitas sosial
walaupun berbeda dalam hal suku bangsa, letak geografis, tradisi dan perbedaan kelas sosial.

Hanya saja dalam implementasi, nilai-nilai agama yang merekatkan berbagai komunitas sosial
tersebut sering mendapat benturan, terutama karena adanya perbedaan kepentingan yang bersifat
sosial ekonomi maupun politik antar kelompok sosial satu dengan yang lain. Dengan pandangan
ini, yang ingin kami sampaikan adalah bahwa kerukunan umat beragama memiliki hubungan yang
sangat erat dengan faktor ekonomi dan politik, disamping faktor-faktor lain seperti penegakan
hukum, pelaksanaan prinsip-prinsip keadilan dalam masyarakat dan peletakan sesuatu pada
proporsinya.

Dalam kaitan ini strategi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memberdayakan institusi keagamaan, artinya lembaga-lembaga keagamaan kita daya gunakan


secara maksimal sehingga akan mempercepat proses penyelesaian konflik antar umat beragama.
Disamping itu pemberdayaan tersebut dimaksudkan untuk lebih memberikan bobot/warna
tersendiri dalam menciptakan Ukhuwah (persatuan dan kesatuan) yang hakiki tentang tugas dan
fungsi masing-masing lembaga keagamaan dalam masyarakat sebagai perekat kerukunan antar
umat beragama.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 104


2. Membimbing umat beragama agar makin meningkat keimanan dan ketakwaan mereka kepada
Tuhan Yang Maha Esa dalam suasana rukun baik intern maupun antar umat beragama.

3. Melayani dan menyediakan kemudahan beribadah bagi para penganut agama.

4. Tidak mencampuri urusan akidah/dogma dan ibadah sesuatu agama.

5. Mendorong peningkatan pengamalan dan penunaian ajaran agama.

6. Melindungi agama dari penyalah gunaan dan penodaan.

7. Mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai
Pancasila dan konstitusi dalam tertib hukum bersama.

8. Mendorong, memfasilitasi dan mengembangkan terciptanya dialog dan kerjasama antara


pimpinan majelis-majelis dan organisasi-organisasi keagamaan dalam rangka untuk membangun
toleransi dan kerukunan antar umat beragama.

9. Mengembangkan wawasan multi kultural bagi segenap lapisan dan unsur masyarakat melalui
jalur pendidikan, penyuluhan dan riset aksi.

10. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia (pemimpin agama dan pemimpin
masyarakat lokal) untuk ketahanan dan kerukunan masyarakat bawah.

11. Fungsionalisasi pranata lokal. seperti adat istiadat, tradisi dan norma-norma sosial yang
mendukung upaya kerukunan umat beragama.

12. Mengundang partisipasi semua kelompok dan lapisan masyarakat agama sesuai dengan potensi
yang dimiliki masing¬-masing melalui kegiatan-kegiatan dialog, musyawarah, tatap muka, kerja
sama sosial dan sebagainya.

13. Bersama-sama para pimpinan majelis-majelis agama, melakukan kunjungan bersama-sama ke


berbagai daerah dalam rangka berdialog dengan umat di lapisan bawah dan memberikan
pengertian tentang pentingnya membina dan mengembangkan kerukunan umat beragama.

14. Melakukan mediasi bagi kelompok-kelompok masyarakat yang dilanda konflik dalam rangka
untuk mencari solusi bagi tercapainya rekonsiliasi sehingga konflik bisa dihentikan dan tidak
berulang di masa depan.

15. Memberi sumbangan dana (sesuai dengan kemampuan) kepada kelompok-kelompok


masyarakat yang terpaksa mengungsi dari daerah asal mereka karena dilanda konflik sosial dan
etnis yang dirasakan pula bernuansakan keagamaan.

16. Membangun kembali sarana-sarana ibadah (Gereja dan Mesjid) yang rusak di daerah-daerah
yang masyarakatnya terlibat konflik, sehingga mereka dapat memfungsikan kembali rumah-rumah
ibadah tersebut.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 105


Beberapa pemecahan masalah untuk menyikapi pluralisme dengan berbagai pendekatan antara
lain :

a. Pendekatan Sosiologis. Artinya pemahaman tingkah laku umat beragama yang merupakan hasil
prestasi riil obyektif komunitas beragama.

b. Pendekatan Kultural. Dalam banyak soal budaya-budaya lokal yang dimulai oleh pemimpin
agama-agama tertentu tidak dikomunikasikan kepada pemimpin dan anggota kelompok umat
beragama yang lain, apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Sikap saling mencurigai akhirnya
muncul dan menumpuk menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledak oleh pemicu yang
aksidental.

c. Pendekatan Demografi Kita memahami realita ada kelompok umat beragama yang mayoritas dan
minoritas di wilayah tertentu, ada pemimpin atau pengurus lembaga keagamaan yang berat
sebelah di dalam mengambil kebijaksanaan sehingga membawa pertentangan di antara kelompok
umat beragama.

Keberanian untuk bersikap terbuka dan jujur dalam antar lembaga keagamaan untuk soal ini
menjadi ujian yang harus dilewati. Sebagai tindak lanjut dari berbagai pendekatan tersebut di atas,
dapat dirumuskan beberapa pemecahan masalah:

1. Melalui sosialisasi tentang kerukunan antar umat beragama.

2. Melayani dan menyediakan kemudahan bagi penganut agama.

3. Tidak mencampuri urusan akidah/dogma dan ibadah suatu agama.

4. Negara dan pemerintah membantu/membimbing penunaian ajaran agama dan merumuskan


landasan hukum yang jelas dan kokoh tentang tata hubungan antar umat beragama.

5. Membentuk forum kerukunan antar umat beragama.

6. Meningkatkan wawasan kebangsaan dan multikultural melalui jalur pendidikan formal, informal
dan non formal.

7. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia (tokoh agama dan tokoh masyarakat) untuk
ketahanan dan kerukunan masyarakat pada umumnya dan umat pada khususnya.

8. Melindungi agama dari penyalahgunaan dan penodaan.

9. Aksi sosial bersama antar umat beragama.

Dalam memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama perlu dilakukan suatu upaya upaya
sebagaiberikut :

1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama serta antar umat
beragama dengan pemerintah.

2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong dan
mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan implementasi
dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 106


3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif yang mendukung pembinaan
kerukunan hidup intern dan antar umat beragama.

4. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementif bagi kemanusiaan yang mengarah
kepada nilai-nilai ketuhanan agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan nilai sosial
kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.

5. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama.

6. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat.

Usaha untuk menanggulangi konflik yang terjadi yang perlu diupayakan oleh para
tokoh/pemimpin agama dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam kehidupan masyarakat
yang dikembangkan dalam dialog kehidupan, dialog pengalaman keagamaan dan dialog aksi
sehingga menimbulkan sikap inklusif pada masyarakatnya atau umatnya.

Akhirnya dalam memelihara kerukunan beragama, setidaknya ada 6 dosa besar yang harus kita
hindari (the six deadly sins in maintaining relegious harmony), yaitu :

1. Jangan berperilaku yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran agama.

2. Jangan tidak perduli terhadap kesulitan orang lain walaupun berbeda agama dan keyakinan.

3. Jangan mengganggu orang lain yang berbeda agama dan keyakinan.

4. Jangan melecehkan agama dan keyakinan orang lain.

5. Jangan menghasut atau menjadi provokator bagi timbulnya kebencian dan permusuhan antar
umat beragama.

6. Jangan saling curiga tanpa alasan yang benar.

KEBIJAKAN PEMBINAAN UMAT BERAGAMA

1. Penetapan Presiden RI Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau


Penodaan Agama.

2. Penjelasan atas Penetapan Presiden RI Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan


Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.

3. Penetapan Presiden RI Nomor 4 Tahun 1963 tentang Pengamanan terhadap Barang-barang


Cetakan yang Isinya dapat Mengganggu Ketertiban Umum.

4. Instruksi Presiden RI Nomor 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina.

5. Petunjuk Presiden sehubungan dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor M.A/432/1981.

6. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/Mdn-Mag/1969
tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran
Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 107


7. Instruksi Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 1995 tentang Tindak lanjut Keputusan Bersama
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 di Daerah.

8. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 1978 tentang
Pedoman Penyiaran Agama.

9. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1979 tentang
Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di
Indonesia.

10. Keputusan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 1980 tentang Wadah Musyawarah Antar Umat
Beragama.

11. Keputusan Pertemuan Lengkap wadah Musyawarah Antar Umat Beragama tentang Penjelasan
Atas Pasal 3, 4 dan 6 serta pembetulan Susunan Penandatanganan Pedoman Dasar Wadah
Musyawarah Antar Umat Beragama.

12. Instruksi Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan
Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama di Daerah Sehubungan dengan Telah Terbentuknya
Wadah Musyawarah antar Umat Beragama.

13. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : Kep-108/J.A/5/1984 tentang


Pembentukan Team Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat.

14. Surat Kawat Menteri Dalam Negeri Nomor 264/KWT/DITPUM/DV/V/75 perihal Penggunaan
Rumah Tempat Tinggal sebagai Gereja.

15. Surat Kawat Menteri Dalam Negeri Nomor 933/KWT/SOSPOL/DV/XI/75 perihal Penjelasan
terhadap Surat Kawat Menteri dalam Negeri Nomor 264/KWT/DITPUM/DV/V/75 tanggal 28
Nopember 1975.

16. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 455.2-360 tentang Penataan Klenteng.

17. Instruksi Menteri Agama Nomor 4 Tahun 1978 tentang Kebijaksanaan Mengenai Aliran-aliran
Kepercayaan.

18. Instruksi Menteri Agama Nomor 8 Tahun 1979 tentang Pembinaan, Bimbingan dan
Pengawasan terhadap Organisasi dan Aliran dalam Islam yang Bertentangan dengan Ajaran Islam.

19. Surat Edaran Menteri Agama Nomor MA/432/1981 tentang Penyelenggaraan Hari-hari Besar
Keagamaan.

20. Keputusan Pertemuan Lengkap Wadah Musyawarah Antar Umat Beragama tentang Peringatan
Hari-hari Besar Keagamaan.

21. Instruksi Direktur Jenderal Bimas Islam Nomor Kep/D/101/78 tentang Tuntunan Penggunaan
Pengeras Suara di Masjid dan Mushalla.

22. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 84 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penanggulangan Kerukunan Hidup Umat Beragama.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 108


23. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 473 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penanggulangan Kerawanan Kerukunan Hidup Umat Beragama.

24. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006
tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama, dan
Pendirian Rumah Ibadat.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 109


Patriotisme dan Nasionalisme bangsa Indonesia

Semangat Kebangsaan, Nasionalisme, dan Patriotisme dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Pengertian Umum Nasionalisme

Nasionalisme dapat dikatakan sebagai sebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara
total diabadikan langsung kepada Negara atas nama sebuah bangsa. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, pengertian nasionalisme adalah “pencinta nusa dan bangsa sendiri”, “memperjuangkan
kepentingan bangsanya”, “semangat kebangsaan”.

Nasionalisme dibedakan menjadi 2, yaitu nasionalisme dalam arti luas dan nasionalisme dalam arti
sempit. Dalam arti luas, nasionalisme adalah paham kebangsaan, yaitu mencintai bangsa dan
Negara dengan tetap mengakui keberadaan bangsa dan Negara lain. Dalam arti sempit,
nasionalisme diartikan sebagai mengagung-agungkan bangsa dan Negara sendiri dan merendahkan
bangsa lain.paham ini disebut dengan paham chauvimisme, dikembangkan pada masa jerman di
bawah Hitler dan di italia di bawah Musolini.

Dalam arti sederhana, nasionalisme adalah sikap mental dan tingkah laku individu atau masyarakat
yang menunjukan adanya loyalitas atau pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya.

2. Nasionalisme Indonesia

a. Prinsip-prinsip Nasionalisme Indonesia

Dapat disimpulkan bahwa nasionalisme indoesia yang berdasarkan pancasila adalah bersifat
“majemuk tunggal”. Unsur-unsur nasionalisme (bangsa) Indonesia, sbg:

1. Kesatuaan sejarah ;

2. Kesamaan nasib ;

3. Kesatuaan kebudayaan ;

4. Kesatuan wilayah ;

5. Kesatuan asas kerohanian.

b. Nilai-nilai yang terkandung dalam nasionalisme

1. Menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan;

2. Sanggup/rela berkorban untuk bangsa dan Negara;

3. Mencintai tanah air dan bangsa;

4. Bangga berbangsa dan bernegara Indonesia;

5. Menjunjung tinggi persatuaan dan kesatuan berdasarkan prinsip Bhineka Tunggal Ika;

6. Memajukan pergaulan untuk meningkatkan persatuan bangsa dan Negara.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 110


3. Semangat Patriotisme Indonesia

motivasi para pejuang bangsa Indonesia untuk melawan penjajah adalah kecintaan mereka
terhadap kemerdekaan tanah air, bangsa dan Negara Indonesia sebagai jiwa dan semangat
nasionalisme dan patriotisme.

Patriotisme menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sikap dan semangat yang sangat cinta
kepada tanah air sehingga berani berkorban jika diperlukan oleh negara. Menurut ensiklopedia
Indonesia, istilah patriotism berasal dari bahasa yunani, patris yang berarti tanah air. Dari uraian
disimpulkan bahwa patriotism mempunyai ciri-ciri, antara lain sbg:

1. Cinta tanah air;

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara;

3. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan;

4. Berjiwa pembaharuan dan tak kenal menyerah;

4. Perwujudan Nasionalisme dan Patriotisme dalam Kehidupan Sehari-hari Indonesia sangat perlu
patriot-patriot bangsa dalam bidang ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan. Pada
zaman revolusi tahun 1945 sikap patriotic ditunjukan oleh para pejuang Indonesia. Bagi mereka
yang penting Indonesia harus tetap merdeka. “sekali merdeka tetap merdeka, merdeka atau meati”
adalah semboyan pejuang kemerdekaan waktu itu. Jiwa dan semangat nasionalisme dan
patriotism, yaitu kerelaan berkorban masih tetap diperlukan untuk kepentingan sesama manusia
serta untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara. Inti dari nilai nasionalisme dan
patriotisme adalah semangat cinta tanah air.

Bentuk pengalaman jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan bernegara,


bermasyarakat, berkeluarga, dan sekolah bias dalam berbagai bentuk:

a. Dalam kehidupan Negara

1. Membayar pajak secara tertib

2. Menjaga fasilitas-fasilitas umum, seperti halte, terminal, telpon umum

3. Mengharumkan nama bangsa dalam dunia internasional, misalnya menjadi juara olimpiade dan
lomba-lomba lain tingkat internasional

4. Memberikan sumbangan devisa bagi Negara, misalnya TKI yang berkerja di luar negeri,
pengusaha yang membawa keuntungan perusahaannya di luar negeri ke Indonesia

5. Berpartisipasi aktif dalam ikut membrantas korupsi dan kolusi serta nepostisme sesuai dengan
aturan yang berlaku.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 111


b. Dalam kehidupan bermasyarakat

1. kerja bakti memajukan daerahnya

2. Mendorong masyarakat melalui penyuluhan tentang pentingnya lingkungan yang bersih dan
sehat

3. Menjadi orang tua asuh untuk membiayai pendidikan anak tak mampu di lingkungannya

4. Menjaga nama baik masyarakat dengan tidak melakukan tindakan tercela

5. Menjaga dan mencegah agar lingkungan tetap sehat dalam arti fisik atau moral.

c. Dalam kehidupan berkeluarga

1. menjaga nama baik keluarga

2. berjuang untuk kemajuan dan kesejahteraan keluarga 3. orang tua yang sadar akan
pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya dengan bekerja keras mencarikan biaya

4. dengan tulus merelakan kepergian putra-putrinya menjadi guru di daerah terpecil

d. dalam kehidupan sekolah

1. menjaga nama baik sekolah

2. mengharumkan nama baik sekolah, misalnya menjadi juara dalam lomba di berbagai bidang

3. belajar tekun untuk mendapatkan prestasi yang membanggakan bagi sekolah atau bagi diri
sendiri

4. melaksanakan hak dan kewajiban sebagai siswa sesuai dengan tata tertib sekolah

5. sumbangan dari para siswa untuk korban bencana alam merupakan partisipasi siswa yang
menunjukkan keluhuran budi pekertinya.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 112


Keberagaman suku, adat, dan etnis bangsa Indonesia

Keberagaman dalam Dinamika Sosial Budaya

Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat


majemuk.Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis.

Konsep masyarakat majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang
mengatakan bahwa cirri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang
berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam suatu satuan
politik. Konsep ini merujuk pada msyarakat Indonesia masa colonial.Masyaraat Hindia-Belanda
waktu itu dalam pengelompokan komunitasnya didasarkan atas ras, etnik, ekonomi, dan agama.
Konsep masyarakat majemuk Furnivall diatas, dipertanyakan validitasnya sekarang ini sebab telah
terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk disuatu kota berdasarkan
dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.

Secara horizontal, masyarakat majemuk dikelompokan berdasarkan :

a) Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.

b) Bahasa daerah.

c) Adat istiadat atau perilaku.

d) Agama.

e) Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara vertikal, masyarakat majemuk dikelompokan berdasarkan :

a) Penghasilan atau Ekonomi.

b) Pendidikan.

c) Pemukiman.

d) Pekerjaan.

e) Kedudukan sosial politik.

Seperti telah diuraikan diatas, hal-hal demikian dapat dikatakan sebagai unsure- unsur yang
mempengaruhi keragaman masyarakat.

1. Ras

Kata ras berasal dari bahasa prancis dan italia, yaitu razza.Pertama kali istilah ini diperkenalkan
Franqois Bernier, antropologi prancis untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia
berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah.Setelah itu, orang lalu
menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.

Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam beragai


ras.Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung,

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 113


dan karakteristik fisik lainnya.Jadi, ras adalah perbedaaan antara manusia menurut atau
berdasarkan ciri fisik biologis.Ciri utama pembeda antara ras yaitu ciri alamiah rambut pada badan,
warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan penutup mata, bentuk hidung serta bibir,
bentuk kepala dan

muka, ukuran tinggi badan.

Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatic.Secara biologis, konsep ras
selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu
kelompok tertentu yang secara genetic memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut,
hidung, atau potongan wajah.Perbedaan seperti itu hanya mewakili factor tampilan luar.

Semua kelompok ras kurang lebih sama dalam karakteristik fisik yang penting. Meskipun terdapat
beberapa pengecualian, perbedaan fisik yang ada hanyalah bersifat kosmetik dan tidak
fungsional.Perbedaan fisik pada makhuk manusia sangat sedikit, jika dibandingkan dengan
perbedaan fisik yang terdapat pada banyak makhluk hidup lainnya, misalnya anjing dan kuda.

Kebayakan ilmuwan dewasa ini sependapat bahwa semua kelompok ras termasuk dalam satu
rumpun yang merupakan hasil dari suatu proses evolusi, dan semua kelompok ras kurang lebih
sama kadar kemiripannya dengan hewan lainnya.

Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras atas tiga
kelompok, yaitu :

1) Kaukasoid

2) Negroid

3) Mongoloid.

Adapun rasa atau subras yang mendiami kepulauan Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Papua melanesoid yang mendiami wilayah Papua, Aru, dan Kai.

2) Weddoid yang mendiami daerah Sumatra bagian barat laut.

3) Malayan Mongoloid yang meliputi Proto Melayu.

4) Negroid yang mendiami pegunungan Maoke Papua.

5) Asiatic Mongoloid yang terdiri atas keturunan Tionghoa dan jepang yang tinggal di Indonesia.

6) Kaukasoid terdiri atas keturunan Belanda, Inggris, keturunan Arab, India, Pakistan yang tinggal
di Indonesia.

2. Etnik atau Suku Bangsa

Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup
yang memiliki sistem interaksi yang ada karena kontinunitas dan rasa identitas yang
mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 114


Menurut Narral mendefinisikan etnis adalah sejumlah orang atau penduduk yang memiliki ciri-ciri:

(a) secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan

(b) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk
budaya

(c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri

(d) menentukan u kelompoknya yang diterima oleh dan dpat dibedakan dari kelompok lain.

Tampak bahwa etnis berbeda dari ras.Jika pengertian ras lebih didasarkan pada persamaan ciri-ciri
fisik yang dimiliki oleh seseorang individu, maka pengertian etnis didasarkan kepada adanya
persamaan kebudayaan dalam kelompok masyarakat tersebut.

Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang
besar.Mengenai jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia telah dikemukakan oleh para ahli.Esser,
Berg dan Sutan Takdir Alisyahbana memperkirakan ada 200-250 suku bangsa.MA, Jaspan
mengemukakan ada 366 suku bangsa.Koentjaraningrat memperkirakan ada 195 suku
bangsa.Hildred Geertz menyatakan lebih dari 300 suku bangsa dengan identitas budayanya
sendiri.William G. Skinner memperkirakan ada 35 suku bangsa dalam arti lingkungan hukum adat.

Di Indonesia, istilah kelompok etnis dapat disamaartikan dengan suku bangsa, di samping ada pula
yang menyebutkan dengan golongan etnis. Misal : golongan etnis Tionghoa.

Suku yang berkembang di Indonesia ada yang memiliki tingkat peradaban yang telah maju dan
mampu berbaur dengan suku bangsa lain. Di samping itu juga masih dijumpai suku bangsa atau
masyarakat terasing.Masyarkat terasing merupakan suku bangsa yang terisolasi dan masih hidup
dari berburu, meramu atau berladang padi, umbi-umbian dengan system lading
berpindah.Masyarakat ini terhambat dari perubahan dan kemajuan karena isolasi geografi atau
upaya yang disengaja untuk menolak bentuk perubahan kebudayaan.

Menurut Koentjaraningrat, pengelompokan berbagai kelompok etnis di Indonesia umunnya


dilakukan dengan mengikuti sistem lingkaran hokum adat yang dibuat oleh Van Vollenhoven.
Menurut pembagian tersebut, di Indonesia ada 19 daerah kelompok etnis diantaranya :

1. Aceh

2. Gayo

2a. Nias dan Batu

3. Minangkabau

3a. Mentawai

4. Sumatra selatan

4a. Enggano

5. Melayu

6. Bangka Belitung
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 115
7. Kalimantan

8. Minahasa

8a. Sangir-Talaud

9. Gorontalo

10. Toraja

11. Sulawesi Selatan

12. Ternate

13. Ambon dan Maluku

13.a. Kepulauan Barat Daya

14. Irian

15. Timor

16. Bali dan Lombok

17. Jawa Tengah dan Jawa Timur

18. Surakarta dan Yogyakarta

19. Jawa Barat

3. Agama

Bangsa Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.Agama yang berkembang yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghu
Cu. Di samping itu juga berkembang kepercayaan, dimana organisasi kepercayaan di Indonesia
diperkirakan ada sekitar 200.

Masyarakat dan Negara diharapkan tetap membina penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa agar :

a) Tidak mengarah kepada pembentukan agama baru.

b) Mengefektifkan pengambilan langkah yang perlu agar pelaksanaan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa menganut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

c) Dapat melaksanakan pembanngunan bersama warga masyarakat lainnya.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 116


Faktor Penyebab Timbulnya Kemajemukan Masyarakat Indonesia

Masyarakat Indonesia merupakan contoh masyarakat yang multikultural. Kemajemukan


masyarakat Indonesia Nampak dari keanekaragaman kelompok sosial atau suku bangsa beserta
kebudayaannya. Hal ini berkembang dalam aspek yang lain, misalnya stratifikasi, kelas sosial,
struktur sosial, sistem mempertahankan hidup dan kehidupan.

Keadaan masyarakat multikultural Indonesia sudah barang tentu memiliki latar belakang sendiri.
Menurut Nasikun, faktor yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai
berikut :

1. Keadaan geografis wilayah Indonesia

Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan yang dipisahkan oleh laut dan selat
memungkinkan penduduk yang menempati pulau itu tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa yang
terisolasi dengan yang lain. Setiap suku bangsa mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan ikatan
kebudayaan lainnya yang berbeda dengan suku bangsa yang lain.

2. Letak kepulauan Indonesia diantara dua benua dan dua samudra

Letak geografis Indonesia memungkinkan masuknya pengaruh asing dari berbagai bangsa.Bangsa
asing tertarik untuk dating, singgah, dan menetap di Indonesia.Mereka berupaya memperkenalkan
budayanya terhadap bangsa Indonesia.

3. Pembangunan

Pembangunan di berbagai sektor memberikan pengaruh bagi keberagaman masyarakat


Indonesia.Kemajemukan ekonomi dan industralisasi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia
menghasilkan kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi.

4. Iklim dan tingkat kesuburan tanah yang berlainan di berbagai daerah di Indonesia

Iklim yang berbeda diberbagai daerah menimbulkan kondisi alam yang berlainan pula kondisi
demikian akan membentuk pola perilaku dan sistem mata pencaharian yang berbeda. Pada
akhirnya akan tercipta keberagaman antar daerah di Indonesia.

Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia

Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku bangsa, ras dan agama dapat
dibagi atas pengaruh positif dan negatif.Pengaruh positifnya adalah terdapat keberagaman budaya
yang terjalin serasi dan harmonis, sehingga terwujud integrasi bangsa. Sedangkan pengaruh
negatifnya antara lain :

1. Primordial

Karena ada sikap primordial kebudayaan daerah, agama dan kebiasaan di masa lalu bertahan
sampai kini.Sikap primordial yang berlebihan disebut etnosentris. Jika sikap ini mewarnai interaksi
di masyarakat maka akan timbul konflik, karena setiap anggota masyarakat akan mengukur
keadaan atau situasi berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Sikap ini menghambat terjadinya
intregasi social atau intregasi bangsa. Primordialisme harus diimbangi dengan tenggang rasa dan
toleransi.
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 117
2. Stereotip Etnik

Interaksi sosial dalam masyarakat majemuk sering diwarnai dengan stereotip etnik yaitu
pandangan umum suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lain (Horton & Hunt).Cara
pandang stereotip diterapkan tanpa pandang bulu terhadap semua anggota kelompok etnis yang
distereoptikan, tanpa memperhatikan adanya perbedaan yang bersifat individual.Stereotip etnis
disalah tafsirkan dengan menguniversalkan beberapa ciri khusus dari beberapa anggota kelompok
etnis kepada ciri khusus seluruh anggota etnis.Dengan adanya beberapa orang dari sukubangsa A
yang tidak berpendidikan formal atau berpendidikan formal rendah, orang dari suku lain (B)
menganggap semua orang dari sukubangsa A berpendidikan rendah. Orang dari luar suku A
menganggap suku bangsanya yang paling baik dengan berpendidikan tinggi. Padahal anggapan itu
bisa saja keliru karena tidak semua orang dari sukubangsa di luar sukubangsa A berpendidikan
tinggi, banyak orang dari luar sukubangsa A yang berpendidikan rendah.

3. PotensiKonflik

Ciri utama masyarakat majemuk (plural society) menurut Furnifall (1940) adalah
kehidupanmasyarakatnya berkelompok-kelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi mereka
(secara essensi) terpisahkan oleh perbedaan-perbedaan identitas sosial yang melekat pada diri
mereka masing-masing serta tidak tergabungnya mereka dalam satu unit politik tertentu.

Mungkin pendekatan yang relevan untuk melihat persoalan masyarakat majemuk ini adalah bahwa
perbedaan kebudayaan atau agama memang potensial untuk mendestabilkan negara-bangsa.
Karena memang terdapat perbedaan dalam orientasi dan cara memandang kehidupan ini, sistem
nilai yang tidak sama, dan agama yang dianut masing-masing juga berlainan.

Furnivall sendiri sudah mensinyalir bahwa konflik pada masyarakat majemuk Indonesia
menemukan sifatnya yang sangat tajam, karena di samping berbeda secara horisontal, kelompok-
kelompok itu juga berbeda secara vertikal, menunjukkan adanya polarisasi.Artinya bahwa
disamping terdiferensiasi secara kelompok etnik agama dan ras juga ada ketimpangan dalam
penguasaan dan pemilikan sarana produksi dan kekayaan.Ada ras, etnik, atau penganut agama
tertentu yang akses dan kontrolnya pada sumber-sumber daya ekonomi lebih besar, sementara
kelompok yang lainnya sangat kurang.

Sosial budaya masyarakat Indonesia

1. Sistem sosial budaya Indonesia adalah sebagai totalitas nilai, tata sosial, dan tata laku manusia
Indonesia harus mampu mewujudkan pandangan hidup dan falsafah negara Pancasila ke dalam
segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara. Asas yang melandasi pola pikir, pola tindak,
fungsi, struktur, dan proses sistem sosial budaya Indonesia yang diimplementasikan haruslah
merupakan perwujudan nilai- nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, transformasi serta
pembinaan sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 118


2. Asas Sistem Sosial Budaya Indonesia

3. Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum lahirnya
(secara formal) masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda antara lain merupakan bukti
yang jelas. Peristiwa ini merupakan suatu konsensus nasional yang mampu membuat masyarakat
Indonesia terintegrasi di atas gagasan Bineka Tunggal Ika. Konsensus adalah persetujuan atau
kesepakatan yang bersifat umum tentang nilai-nilai, aturan, dan norma dalam menentukan
sejumlah tujuan dan upaya mencapai peranan yang harus dilakukan serta imbalan tertentu dalam
suatu sistem sosial. Model konsensus atau model integrasi yang menekankan akan unsur norma
dan legitimasi memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sbb:

4. • Setiap masyarakat memiliki suatu struktur yang abadi dan mapan

5. • Setiap unsur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing dalam kelangsungan masyarakat


tersebut sebagai suatu sistem keseluruhan

6. • Unsur dalam masyarakat itu terintegrasi dan seimbang

7. • Kelanjutan masyarakat itu berasaskan pada kerja sama dan mufakat akan nilai-nilai

8. Kehidupan sosial tergantung pada persatuan dan kesatuan

9. Apabila menelaah pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peristiwa Sumpah Pemuda
merupakan konsensus nasional yang mendapat perwujudannya di dalam sistem budaya Indonesia
yang didasarkan pada asas penting, yaitu sebagai berikut ini.

10. Asas kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

11. Kesempurnaan hanya dapat dicapai oleh manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara melalui semangat dan takwa, sebab pada akhirnya apa yang diperoleh manusia,
masyarakat, bangsa, dan Negara, bahkan kemerdekaan itu adalah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

12. 2. Asas merdeka

13. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi/ keluarga, masyarakat,
dan bangsa yang bebas itu mempunyai tanggung jawab dan kewajiban bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi kemerdekaan itu.

14. 3. Asas persatuan dan kesatuan

15. Bangsa Indonesia terdiri atas aneka ragam suku, budaya, bahasa, adat istiadat daerah dan
sebagainya telah membentuk Negara Republik Indonesia yang meletakkan persatuan dan kesatuan
sebagai asas sosial budayanya.

16. Asas kedaulatan rakyat

Kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara selalu
mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam rangka mengutamakan kepentingan umum di
atas kepentingan golongan/pribadi.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 119


17. Asas adil dan makmur

Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan harus mempunyai kehidupan yang layak dan adil
sehingga pekerjaan, pendidikan, [[profesi], kesehatan, pangan, pakaian, perumahan, dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi hak yang dipertanggungjawabkan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pola Pikir, Pola Tindak, dan Fungsi Sistem Sosial Budaya Indonesia Masyarakat Indonesia adalah
masyarakat majemuk, yang hidup tersebar diseluruh tanah air, yang memiliki berbagai macam
ragam budaya. Sehingga menimbulkan keanekaragaman institusi dalam masyarakat. Institusi
adalah suatu konsep sosiologi yang paling luas digunakan, walau memiliki pengertian yang
berlainan:

1. Digunakan untuk merujuk suatu badan, seperti universitas dan perkumpulan

2. Organisasi yang khusus atau disebut pula institusi total, seperti penjara atau rumah sakit

3. Suatu pola tingkah laku yang telah menjadi biasa atau suatu pola relasi sosial yang memiliki
tujuan sosial tertentu

Bronislaw menganggap institusi sosial merupakan konsep utama untuk memahami masyarakat,
yang setiap institusi saling berkaitan dan masing-masing memiliki fungsinya. Koentjaraningrat
mengemukakan bahwa institusi itu mengenai kelakuan berpola dari manusia dalam kebudayaan
yang terdiri atas tiga wujud, yaitu:

• Wujud idiil

• Wujud kelakuan

• Wujud fisik dari kebudayaan

Koentjaraningrat mengatakan, bahwa seluruh total dari kelakuan manusia yang berpola tertentu
bisa diperinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
bermasyarakat. Maka pola pikir, pola tindak dan fungsi sistem sosial budaya Indonesia merupakan
institusi sosial, yaitu suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma
saling berkait, yang telah disusun guna memuaskan suatu kehendak atau fungsi sosial. Komponen-
komponen dari pranata social adalah: Sistem Norma, Manusia, dan Peralatan fisik.

Pola Pikir Sistem Sosial Budaya Indonesia

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

Kehidupan Beragama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus dapat mewujudkan
kepribadian bangsa Indonesia yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Negara Persatuan

Negara Republik Indonesia adalah negara persatuan yang mendasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan kehidupan negara harus berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Maka, pembangunan

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 120


nasional adalah pengamalan Pancasila dan hakikatnya pembangunan nasional itu adalah
pembangunan seluruh manusia Indonesia dalam kehidupan manusia yang serba cepat dan canggih.

3. Demokrasi Pancasila

Dalam negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan, kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara harus mampu memilih perwakilannya dan pemimpinnya yang dapat
bermusyawarah untuk mufakat dalam mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan
golongan dan perseorangan demi terselenggaranya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat.
Karena itu, sistem menejemen sosial perlu ditegakkan, baik melalui peraturan perundang-
undangan maupun moral.

4. Keadilan Sosial bagi Semua Rakyat

Letak geografis Indonesia, sumberdaya alam, dan penduduk Indonesia dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara harus mempunyai politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan
keamanan yang berkeadilan bagi semua rakyat.

5. Budi Pekerti

Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur. Berarti bahwa kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu harus dijamin, dimana pendidikan dan
pengajaran menjadi hak warga negara yang membutuhkan suatu sistem pendidikan nasional.
Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi daya rakyat
Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak
kebudayaan didaerah-daerahseluruh Indonesia. Kebudayaan harus menuju kearah kemajuan serta
tidak menolak bahan- bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia.

Pola Tindak Sistem Sosial Budaya Indonesia

1. Gotong Royong

Persatuan dan kesatuan hanya terwujud melalui gotong royong, suatu sikap kebersamaan dan
tenggang rasa, baik dalam duka maupun suka, kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

2. Prasaja

Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila kehidupan yang sederhana,
hemat, cermat, disiplin, professional, dan tertib tidak dilaksanakan.

3. Musyarawah untuk Mufakat

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 121


Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan golongan atau perorangan dapat menemui
perbedaan yang tidak yang tidak diakhiri dengan perpecahan atau perpisahan, maupun
pertentangan.

4. Kesatria

Persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud tanpa keberanian, kejujuran,
kesetiaan, pengabdian, dan perjuangan yang tidak mengenal menyerah demi kehidupan bersama.

5. Dinamis

Kehidupan pribadi/keluarga, bangsa dan negara juga bersifat dinamis sesuai dengan zaman,
sehingga waktu sangat penting dalam rangka persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.

Fungsi Sistem Sosial Budaya Indonesia

1. Dalam Keluarga

Keluarga adalah lahan pembibitan manusia seutuhnya. Keluarga adalah organisasi alami yang
penuh kasih sayang.

2. Dalam Masyarakat

Organisassi sosial kemasyrakatan ini adalah lahan pengkaderan, sebagai keluarga buatan, gotong
royong buatan, yang penuh perbedaan kepentingan.

3. Dalam Berbangsa dan Bernegara

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penyelenggaraan negara dan pemerintah harus
mengutamakan kepentingan umum.

Struktur Sistem Sosial Budaya Indonesia

Raymond firth mengemukakan bahwa konsep struktur sosial merupakan alat analisis yang
diwujudkan untuk membantu pemahaman tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial.
Dasar yang penting dalam struktur sosial ialah relasi-relasi sosial yang jelas penting dalam
menentukan tingkah laku manusia, yang apabila relasi sosial itu tidak dilakukan, maka masyarakat
itu tak terwujud lagi. Struktur sosial juga dapat ditinjau dari segi status, peranan, nilai-nilai, norma,
dan institusi sosial dalam suatu relasi. Nilai adalah pembentukan mentaliatas yang dirumuskan
dari tingkah laku manusia sehingga menjadi sejumlah anggapan yang hakiki, baik, dan perlu
dihargai. Dari pendapat Raymond Firth dan Max Weber , sistem nilai yang harus diwujudkan atau
diselenggarakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ditemukan dalam
proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar falsafah atau ideologi Negara.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 122


Jadi, struktur system sosial budaya indonesia dapat merujuk pada nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila yang terdiri atas :

• Tata nilai

Tata nilai ini meliputi: Nilai agama; Nilai kebenaran; Nilai moral; Nilai vital; Nilai material.

• Tata sosial

NKRI adalah Negara hukum, semua orang adalah sama di mata hukum. Tata hukum di Indonesia
adalah sistem pengayoman yang mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

• Tata laku

Dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, maka tata laku harus berpedoman pada
norma-norma yang berlaku, yaitu : norma agama, norma kesusilaan/kesopanan, norma adat
istiadat, norma hukum setempat, norma hukum Negara.

Proses Sistem Sosial Budaya Indonesia

Masyarakat mempunyai bentuk – bentuk struktural, yang dinamakan struktur sosial. Struktur
sosial ini bersifat statis dan bentuk dinamika masyarakat disebut proses sosial dan perubahan
sosial. Masyarakat yang mempunyai bentuk – bentuk strukturalnya tentu mengalami pola – pola
perilaku yang berbeda – beda juga tergantung dengan situasi yang dihadapi masyarakat tersebut.
Perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengarah pada suatu dinamika sosial bermula
dari masyarakat tersebut melakukan suatu komunikasi dengan masyarakat lain, mereka membina
hubungan baik itu berupa perorangan atau kelompok sosial. Tetapi sebelum suatu hubungan dapat
terjadi perlu adanya suatu proses berkaitan dengan nilai – nilai sosial dan budaya dalam
masyarakat. Dengan suatu masyarakat yang mengetahui nilai sosial dan budaya masyarakat lain
maka hubungan dapat terbentuk.

Maka dapat diartikan bahwa proses sosial adalah sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai
segi kehidupan bersama.

Proses sistem sosial budaya Indonesia sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses
pembangunan nasional

Pengamalan Pancasila, yang pada hakikatnya pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Maka pada
dasarnya proses sistem sosial budaya Indonesia selalu berkaitan dengan pembangunan nasional di
mana ia berlangsung beriringan dengan pebangunan nasional, bahkan kadang bisa mendahului
pembangunan nasional agar masyarakat dapat menerima pembaharuan sebagai hasil
pembangunan nasional.

Setelah menyiapkan masyarakat agar mampu menerima pembangunan, maka kemudian


menyiapakan agar manusia dan masyarakat dapat berperan serta dalam proses pembangunan
nasional tersebut dengan memiliki kualitas sebagai berikut:

• Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

• Berbudi pekerti luhur

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 123


• Berkepribadian

• Bekerja keras

• Berdisiplin

• Tangguh

• Bertanggung jawab

• Mandiri

• Cerdas dan terampil

• Sehat jasmani dan rohani

• Cinta tanah air

• Memiliki sifat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial

• Percaya pada diri sendiri dan memiliki [[[harga diri]]

• Inovatif dan kreatif

• Produktif dan berorientasi ke masa depan

Karena pembangunan nasional yang selalu beriringan dengan proses sistem sosial budaya
Indonesia maka jika manusia atau masyarakat ikut serta dalam pembangunan nasional mereka
juga ikut berperan serta dalam proses sistem sosial budaya Indonesia sehingga komunikasi akan
terjadi di antara mereka yang kemudian suatu hubungan dapat terjalin. Hal ini dapat menyebabkan
dinamika sosial terjadi yang akan menuju pada perubahan dan perkembangan pada masyarakat
tersebut yang ke arah lebih baik.

Transformasi Sistem Sosial Budaya Indonesia

Pembangunan nasional merupakan suatu upaya melakukan transformasi atau perubahan dalam
masyarakat, yaitu transformasi budaya masyarakat agraris tradisional menuju budaya masyarakat
industri modern dan masyarakat informasi yang tetap berkepribadian Indonesia. Namun sistem
feodalisme yang masih bercokol dalam kehidupan masyarakat Indonesia membawa dampak
negatif yakni berupa kelemahan mentalitas. Kelemahan mentalitas ini dapat menghambat
pembangunan nasional.

Menurut Koentjaraningrat terdapat 2 jenis mentalitas dalam masyarakat Indonesia

Mentalitas yang cocok dengan jiwa pembangunan

1. Tidak berspekulasi tentang hakikat kehidupan, karya, dan hasil karya manusia, tetapi manusia
itu bekerja keras untuk dapat makan.

2. Menghargai waktu, artinya selalu memperhitungkan tahapan-tahapan aktivitas dalam lingkaran


waktu.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 124


3. Tidak merasa tunduk pada alam, sebaliknya juga tidak merasa mampu menguasainya. Hidup
harus selaras dengan alam sekelilingnya.

4. Memiliki rasa kehidupan bersama.

5. Pada hakikatnya manusia tidak berdiri sendiri melainkan selalu membutuhkan bantuan dari
sesamanya. Hanya saja sisi negatifnya adalah jangan dengan sengaja berusaha menonjolkan diri di
atas orang lain.

Mentalitas yang tidak cocok dengan jiwa pembangunan

1. Tidak bersumber kepada suatu nilai yang berorientasi terhadap hasil karya manusia itu sendiri,
tetapi hanya terhadap amal dari karya ibarat orang sekolah, tidak mengejar pengetahuan dan
ketrampilan, melainkan mengejar ijazahnya saja.

2. Masih terdapat rasa sentimen yang agak berlebihan terhadap benda-benda pusaka nenek
moyang, mitologi dan banyak hal mengenai masa lampau. Hal ini bukannya melemahkan
mentalitas, hanya saja suatu orientasi yang terlampau banyak terarah ke zaman dulu akan
melemahkan kemampuan seseorang untuk melihat masa depan.

3. Berspekulasi tentang masalah hubungan antarmanusia dengan alam, serta terlalu


menggantungkan diri pada nasib. Dalam menghadapi kesulitan hidup cenderung berlari ke alam
kebatinan (klenik).

4. Mentalitas yang orientasinya mengarah pada orang yang berpangkat tinggi, senior, dan orang-
orang tua, sehingga hasrat untuk berdiri sendiri dan berusaha sendiri masih lemah. Seperti
rendahnya disiplin pribadi yang murni, orang cenderung taat jika ada pengawasan dari atas. Juga
mentalitas yang selalu menunggu restu dari atasan.

5. Sifat -sifat kelemahan yang bersumber pada kehidupan keragu-raguan dan hidup tanpa orientasi
yang tegas antara lain:

• Sifat mentalitas yang meremehkan mutu

• Sifat mentalitas yang suka mengambil jalan pintas

• Sifat kurang percaya diri

• Sifat tidak berdisiplin murni

• Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 125


Agar perubahan tata laku, tata sosial dan tata nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara tetap mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu diciptakan pranata-
pranata sosial yang dapat mendukung proses transformasi system sosial budaya Indonesia:

1. Mewajibkan sebagai syarat suatu nilai budaya yang berorientasi ke masa depan

2. Sifat hemat dan hasrat untuk bereksplorasi dan berinovasi

3. Pandangan hidup yang menilai tinggi hasil karya

4. Sikap lebih percaya kepada kemempuan sendiri

5. Berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri

6. Menghilangkan rasa, kepekaan terhadap mutu dan mentalitas mencari jalan pintas

7. Mengatasi penyakit-penyakit sosial budaya yang parah, seperti krisis otoritas, krisis ekonomi
yang berkepanjangan, kemacetan administrasi, dan korupsi secara menyeluruh yang sekarang
masih mengganas dalam masyarakat.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 126


NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Sistem Tata Negara Indonesia


Lembaga Negara dan pemerintahan Indonesia
Lembaga-Lembaga Negara
Kelembagaan Negara

Kelembagaan negara merupakan lembaga-lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945. Setelah
UUD 1945 diamandemen sebanyak empat kali, lembaga-lembaga negara yang ada adalah: MPR,
Presiden, DPR, DPD, MA, MK, Bepeka, sedangkan DPA telah dihapus. Lembagalembaga negara
tersebut disertai dengan tugas, wewenang, dan hak masing-masing, yang dapat diuraikan sebagai
berikut:

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Kedudukan:

1) Sebagai Lembaga Negara, dengan susunan keanggotaan terdiri dari anggota DPR dan DPD hasil
pemilihan umum;

2) Sebagai pelaksana fungsi konstitutif

Tugas dan wewenang:

1) Bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun;

2) Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar. Usul perubahan secara tertulis diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR, sidang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota MPR, dan putusan dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh
persen ditambah satu dari seluruh anggota MPR.

3) Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum, dalam Sidang
Paripurna MPR;

4) Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan


Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil
Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam Sidang Paripurna MPR;

5) Menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR tersebut di atas paling lambat tiga puluh
hari sejak diterimanya usul tersebut;

6) Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;

7) Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden, apabila terjadi kekosongan
Wakil Presiden dalam masa jabatan selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;

8) Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presiden meraih suara terbanyak

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 127


pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya
selambatlambatnya dalam waktu tiga puluh hari;

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tersebut, anggota MPR

mempunyai hak-hak sebagai berikut :

a. Mengajukan usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar oleh sekurang-kurangnya 1/3


dari jumlah anggota MPR;

b. Memilih dan dipilih;

c. Membela diri;

d. Imunitas;

e. Protokoler;

f. Keuangan dan administrastif;

2. Presiden

Sebagai pelaksana fungsi eksekutif dan legislatif;

Kedudukan:

Sebagai pengemban amanat rakyat yang mempunyai kedudukan:

1. Selaku Kepala Pemerintahan (fungsi eksekutif dan fungsi legislatif) dan Kepala Negara;

2. Dipilih secara langsung oleh rakyat dalam suatu pemilihan umum;

3. Memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
sama untuk satu kali;

4. Dapat diberhentikan dari jabatannya oleh MPR atas usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah
Konstitusi;

5. Tidak dapat membekukan atau membubarkan DPR;

6. Jika mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya diganti Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya;

7. Jika mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya dalam w aktu yang bersamaan, maka Pelaksana Tugas Kepresidenan adalah Menteri
Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 128


Tugas dan w ewenangnya selaku Kepala Pemerintahan (fungsi eksekutif dan fungsi legislatif):

a. Menjalankan kekuasaan pemerintahan negara menurut Undangundang Dasar;

b. Menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan undangundang sebagaimana mestinya;

c. Mengajukan dan membahas rancangan undang-undang bersama DPR;

d. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);

e. Mengajukan dan membahas usul RAPBN bersama DPR.

Tugas dan w ewenangnya sebagai Kepala Negara:

a. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara;

b. Dengan persetujuan DPR, menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian


internasional dengan negara lain;

c. Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat-syarat dan akibatnya ditetapkan dengan undang-
undang;

d. Dengan memperhatikan pertimbangan Dew an Perw akilan Rakyat, mengangkat duta dan konsul,
serta menerima penempatan duta negara lain;

e. Dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung, member grasi, dan rehabilitasi;

f. Dengan memperhatikan pertimbangan Dew an Perw akilan Rakyat, memberi amnesti dan abolisi;

g. Memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan sesuai dengan undang-undang;

h. Membentuk suatu dew an pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan
kepada Presiden;

i. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara.

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Kedudukan:

1. Sebagai Lembaga Negara;

2. Susunannya diatur dalam undang-undang;

3. Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum;

4. Seluruh anggota DPR adalah anggota MPR;

5. DPR tidak dapat dibekukan atau dibubarkan oleh Presiden;

6. Anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatannya yang diatur dalam undang-undang.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 129


Fungsi

DPR mempunyai fungsi :

a. Legislasi

b. Anggaran

c. Pengaw asan

Tugas dan w ewenang:

a. Bersidang sedikitnya sekali dalam setahun;

b.Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan


bersama;

c. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah penggati undang-undang;

d. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu
dan mengikutsertakan dalam pembahasan;

e. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan Pajak,
pendidikan, dan agama;

f. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD;

g. Melaksanakan pengaw asan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah;

h. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengaw asan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan
agama;

i. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD;

j. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara


yang disampaikan BPK;

k. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota


Komisi Yudisial;

l. Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan
sebagai hakim agung oleh Presiden;

m. Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk
ditetapkan;

n. Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan


duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi;

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 130


o. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan negara lain, serta membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara
dan/atau pembentukan UU;

-----------------------------------------------------≈Hak≈----------------------------------------------------

DPR mempunyai hak:

a. Interpelasi

b. Angket

c. Menyatakan pendapat

Anggota DPR mempunyai hak:

a. Mengajukan usul RUU;

b. Mengajukan pertanyaan;

c. Menyampaikan usul dan pendapat;

d. Imunitas

-----------------------------------------------------≈Hak≈----------------------------------------------------

4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Kedudukan :

1. DPD merupakan lembaga perw akilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara;

2. Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum;

3. Jumlah anggota DPD di setiap provinsi sama dan jumlah seluruh anggota DPD tidak boleh lebih
dari 1/3 dari jumlah anggota DPR;

4. Seluruh anggota DPD adalah anggota MPR;

5. Anggota DPD dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syaratsyarat dan tatacaranya diatur
dalam undang-undang.

Tugas dan Wewenang:

a. Bersidang sedikitnya sekali dalam setahun;

b. Dapat mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 131
alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah;

c. Membahas RUU pada huruf b tersebut bersama-sama DPR atas undangan DPR sesuai tata teritb
DPR, sebelum DPR membahas RUU tersebut dengan pemerintah;

d. Melakukan pengawasan sebagai pertimbangan DPR atas pelaksanaan:

1) Undang-undang mengenai otonomi daerah;

2) Undang-undang mengenai pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;

3) Undang-undang mengenai hubungan pusat dan daerah;

4) Undang-undang mengenai pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya;

5) Undang-undang mengenai pajak, pendidikan, dan agama;

6) APBN

e. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama.

f. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan.

5. Mahkamah Agung (MA)

Sebagai pemegang kekuasaan kehakiman dan penyelenggara peradilan yang merdeka untuk
menegakkan hukum dan keadilan.

Kedudukan:

1. Sebagai Lembaga Negara yang berfungsi sebagai pengadilan tertinggi bagi semua peradilan
terlepas dari pengaruh Pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya;

2. Susunan Mahkamah Agung diatur dengan undang-undang;

3. Calon Hakim Agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan
dan ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden;

4. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh Hakim Agung;

5. Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung diatur dalam undang-
undang.

Tugas dan Wewenang:

a. Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali pada tingkat pertama dan terakhir
atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 132


b. Memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan tingkat banding atau tingkat terakhir
dari semua lingkungan peradilan;

c. Menguji secara materil terhadap peraturan perundangan di bawah undang-undang terhadap


undang-undang;

d. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam memberikan grasi dan rehabilitasi.

6. Komisi Yudisial

Kedudukan:

1. Bersifat mandiri;

2. Diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR;

3. Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.

Tugas dan wewenang:

1. Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung;

2. Memiliki wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.

7. Mahkamah Konstitusi

Kedudukan :

1. Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan;

2. Susunan Mahkamah Konstitusi diatur dalam undang-undang;

3. Mempunyai sembilan orang anggota Hakim Konstitusi yang diusulkan oleh masing-masing
Presiden tiga orang, DPR tiga orang, dan Mahkamah Agung tiga orang;

4. Ketua dan Wakil Ketua dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi.

Tugas dan Wewenang:

a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

b. Memutus sengketa kew enangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 133


c. Memutus pembubaran partai politik

d. Memutus perselisihan hasil pemilihan umum;

e. Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah
melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden, paling lama sembilan puluh hari.

8. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Kedudukannya :

1. Merupakan Lembaga Negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan
tanggung jaw ab keuangan negara;

2. Sebagai pelaksana fungsi auditif, operatif, rekomendatif;

3. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perw akilan di setiap provinsi;

4. Anggota dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD, dan diresmikan oleh
Presiden;

5. Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh anggota.

Tugas dan w ewenang:

a. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara;

b. BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya;

• Kementerian dan Non-kementerian

Kementerian (nama resmi: Kementerian Negara) adalah lembaga Pemerintah Indonesia yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Kementerian berkedudukan di ibukota negara
yaitu Jakarta dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 134


Landasan hukum

Landasan hukum kementerian adalah Bab V Pasal 17 UUD 1945 yang

menyebutkan bahwa:

1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

2. Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.

3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang.

Lebih lanjut, kementerian diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara.

Lihat pula: Undang-Undang Kementerian Negara Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran


Pembentukan kementerian dilakukan paling lama 14 hari kerja sejak presiden mengucapkan
sumpah/janji. Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan
dalam UUD 1945 harus dibentuk dalam satu kementerian tersendiri. Untuk kepentingan
sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian, presiden juga dapat membentuk kementerian
koordinasi. Jumlah seluruh kementerian maksimal 34 kementerian.

Kementerian yang membidangi urusan pemerintahan selain yang nomenklatur kementeriannya


secara tegas disebutkan dalam UUD 1945 dapat diubah oleh presiden. Pemisahan, penggabungan,
dan pembubaran kementerian tersebut dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), kecuali untuk pembubaran kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keamanan,
dan keuangan harus dengan persetujuan DPR.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 135


Daftar saat ini

Setiap kementerian membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

Berdasarkan Perpres No. 47 Tahun 2009, kementerian-kementerian tersebut adalah:

• Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara


tegas disebutkan dalam UUD 1945, terdiri atas:

o Kementerian Dalam Negeri


o Kementerian Luar Negeri
o Kementerian Pertahanan

• Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam
UUD 1945, terdiri atas:

o Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia


o Kementerian Keuangan
o Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
o Kementerian Perindustrian
o Kementerian Perdagangan
o Kementerian Pertanian
o Kementerian Kehutanan
o Kementerian Perhubungan
o Kementerian Kelautan dan Perikanan
o Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
o Kementerian Pekerjaan Umum
o Kementerian Kesehatan
o Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
o Kementerian Sosial
o Kementerian Agama
o Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
o Kementerian Komunikasi dan Informatika

• Kementerian yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan
sinkronisasi program pemerintah, terdiri atas:

o Kementerian Sekretariat Negara


o Kementerian Riset dan Teknologi
o Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
o Kementerian Lingkungan Hidup

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 136


o Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
o Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
o Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
o Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
o Kementerian Badan Usaha Milik Negara
o Kementerian Perumahan Rakyat
o Kementerian Pemuda dan Olah Raga

Selain kementerian yang menangani urusan pemerintahan di atas, ada juga kementerian
koordinator yang bertugas melakukan sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian-
kementerian yang berada di dalam lingkup tugasnya.

• Kementerian koordinator, terdiri atas:


o Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
o Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
o Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Susunan organisasi

Kementerian dipimpin oleh menteri yang tergabung dalam sebuah kabinet.

Presiden juga dapat mengangkat wakil menteri pada kementerian tertentu apabila terdapat beban
kerja yang membutuhkan penanganan secara khusus. Susunan organisasi kementerian adalah
sebagai berikut:

• Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya dan/atau


ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945

o Pemimpin: Menteri
o Pembantu pemimpin: Sekretariat jenderal
o Pelaksana: Direktorat jenderal
o Pengawas: Inspektorat jenderal
o Pendukung: Badan dan/atau pusat
o Pelaksana tugas pokok di daerah (untuk kementerian yang menangani urusan dalam negeri, luar
negeri, pertahanan, agama, hukum, keamanan,
dan keuangan) dan/atau perwakilan luar negeri
• Kementerian yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan
sinkronisasi program pemerintah
o Pemimpin: Menteri
o Pembantu pemimpin: Sekretariat kementerian
o Pelaksana: Deputi kementerian
o Pengawas: Inspektorat kementerian

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 137


• Kementerian koordinator
o Pemimpin: Menteri koordinator
o Pembantu pemimpin: Sekretariat kementerian koordinator
o Pelaksana: Deputi kementerian koordinator
o Pengawas: Inspektorat

Sejarah

Sebagian besar kementerian yang ada sekarang telah mengalami berbagai perubahan, meliputi
penggabungan, pemisahan, pergantian nama, dan pembubaran (baik sementara atau permanen).
Jumlah kementerian sendiri hampir selalu berbeda-beda dalam setiap kabinet, dimulai dari yang
hanya berjumlah belasan hingga pernah mencapai ratusan, sebelum akhirnya ditentukan di dalam
UU No. 39 Tahun 2008, yaitu sejumlah maksimal 34 kementerian.

Dalam perjalanannya, pembentukan kementerian di Indonesia selalu mempertimbangkan


kekuatan politik, ideologi, dan suku bangsa. Pada era Perjuangan Kemerdekaan dan Demokrasi
Parlementer, empat partai politik, yakni PNI, Masyumi, Nahdlatul Ulama, dan PSI, saling bersaing
dalam memperebutkan posisi kementerian. Setelah tahun 1955, PKI menjadi kekuatan tambahan
dalam percaturan politik Indonesia.

Pada masa Kabinet Pembangunan I - VII, hanya ada satu kekuatan politik yang dominan, yakni
Golkar. Dan pada era Reformasi, macam-macam partai silih berganti berkuasa. Golkar, PKB, PDIP,
dan Demokrat, merupakan empat partai besar yang pernah menduduki puncak pimpinan negara.

Jika dilihat berdasarkan komposisi etnis, Kementerian Indonesia didominasi oleh Suku Jawa, yang
kemudian diikuti oleh Suku Minangkabau dan Suku Sunda.

Dua suku bangsa yang berasal dari Indonesia Timur, yakni Minahasa dan Maluku, juga merupakan
kelompok masyarakat yang banyak mengisi Kementerian Indonesia.

Sepanjang sejarahnya, kementerian menggunakan nomenklatur yang berubah-ubah. Pada sekitar


tahun 1968-1998, nomenklatur yang digunakan adalah "departemen", "kantor menteri negara",
dan "kantor menteri koordinator". Pada tahun 1998 mulai digunakan istilah "kementerian negara"
dan "kementerian koordinator",

sementara istilah "departemen" tetap dipertahankan. Sejak berlakunya UU No. 39 Tahun 2008 dan
Perpres No. 47 Tahun 2009, seluruh nomenklatur kementerian dikembalikan menjadi
"kementerian" saja, seperti pada masa awal kemerdekaan. Proses pergantian kembali nomenklatur
ini mulai dilakukan pada masa Kabinet Indonesia Bersatu II.

Kementerian yang digabungkan/dipisahkan

• Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan saat ini, sempat digabungkan menjadi
"Departemen Perindustrian dan Perdagangan" pada pertengahan perjalanan Kabinet
Pembangunan VI, dan kemudian dipisahkan kembali pada Kabinet Indonesia Bersatu hingga
sekarang.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 138


Kementerian yang dibubarkan

• Kementerian Kemakmuran, dibentuk sejak proklamasi kemerdekaan (Kabinet Presidensial) dan


dibubarkan pada Kabinet Natsir hingga sekarang.

• Kementerian Sosial, dibentuk sejak proklamasi kemerdekaan (Kabinet Presidensial), sempat


dibubarkan pada Kabinet Persatuan Nasional, dan dibentuk kembali pada Kabinet Gotong Royong
hingga sekarang.

• Kementerian Penerangan, dibentuk sejak proklamasi kemerdekaan (Kabinet Presidensial) dan


dibubarkan pada Kabinet Persatuan Nasional hingga sekarang. Kementerian yang berganti nama

• "Kementerian Dalam Negeri" saat ini, dibentuk sejak proklamasi kemerdekaan (Kabinet
Presidensial) dengan nama "Kementerian Dalam Negeri", berganti nama menjadi "Departemen
Dalam Negeri dan Otonomi Daerah" pada perombakan I Kabinet Persatuan Nasional, dan kembali
menjadi "Departemen Dalam Negeri" pada Kabinet Gotong Royong hingga sekarang.

• "Kementerian Pertahanan" saat ini, dibentuk sejak proklamasi kemerdekaan (Kabinet


Presidensial) dengan nama "Kementerian Keamanan Rakyat", berganti nama menjadi "Departemen
Pertahanan" pada Kabinet Sjahrir II, menjadi "Departemen Pertahanan dan Keamanan" pada
Kabinet Kerja I, dan kembali menjadi "Departemen Pertahanan" pada Kabinet Persatuan Nasional
hingga sekarang.

• "Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia" saat ini, dibentuk sejak proklamasi kemerdekaan
(Kabinet Presidensial) dengan nama "Kementerian Kehakiman", berganti nama menjadi
"Departemen Hukum dan Perundang-undangan" pada Kabinet Persatuan Nasional, menjadi
"Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia" pada Kabinet Gotong Royong, dan terakhir
menjadi "Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia" pada Kabinet Indonesia Bersatu hingga
sekarang.

• "Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral" saat ini, dibentuk pada Kabinet Kerja I dengan
nama "Kementerian Perindustrian dan Pertambangan", berganti nama menjadi "Kementerian
Pertambangan" pada Kabinet Dwikora I, menjadi "Kementerian Minyak dan Gas Bumi" pada
Kabinet Dwikora II, kembali menjadi "Kementerian Pertambangan" pada Kabinet Ampera I,
menjadi "Departemen Pertambangan dan Energi" pada Kabinet Pembangunan III, dan menjadi
"Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral" pada perombakan I Kabinet Persatuan Nasional
hingga sekarang.

• "Kementerian Komunikasi dan Informatika" saat ini, dibentuk sejak proklamasi kemerdekaan
(Kabinet Presidensial) dengan nama "Kementerian Penerangan", sempat dibubarkan pada Kabinet
Persatuan Nasional, dibentuk kembali dengan nama "Kementerian Negara Komunikasi dan
Informasi" pada Kabinet Gotong Royong, dan menjadi "Departemen Komunikasi dan Informatika"
pada Kabinet Indonesia Bersatu hingga sekarang.

• "Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan" sebelumnya namanya adalah "Kementerian


Pendidikan Nasional dan bidang Kebudayaan ada dalam Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
pada masa kabinet indonesia bersatu II Bidang kebudayaan masuk kedalam Kementerian
Pendidikan sedangkan Bidang Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 139


• "Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif" sebelumnya bernama Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata setelah Kebudayaan masuk kedalam kementerian Pendidikan kementerian ini
mengubah namanya menjadi "Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif".

Lembaga Pemerintah Non Kementerian

Lembaga Pemerintah Non Kementerian disingkat (LPNK), dahulu bernama Lembaga Pemerintah
Non Departemen (LPND) adalah lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk melaksanakan
tugas pemerintahan tertentu dari presiden. Kepala LPNK berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang mengoordinasikan.

Daftar Lembaga Non Kementerian

Saat ini terdapat 28 LPNK yakni :

1. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)


2. Badan Intelijen Negara (BIN)
3. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
4. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
5. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
6. Badan Informasi Geospasial (BIG)
7. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
8. Badan Narkotika Nasional (BNN)
9. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
10. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
11. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
12. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
13. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
14. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
15. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
16. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
17. Badan Pertanahan Nasional (BPN)
18. Badan Pusat Statistik (BPS)
19. Badan SAR Nasional (BASARNAS)
20. Badan Standardisasi Nasional (BSN)
21. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
22. Lembaga Administrasi Negara (LAN)
23. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
24. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
25. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas)
26. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
27. Lembaga Sandi Negara (LAMSANEG)
28. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PERPUSNAS)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 140


E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 141
Presiden dan wakil Presiden

Presiden Indonesia adalah kepala negaranegara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di
pemerintahan, Presiden dibantu oleh kabinet, memegang kekuasaan Presiden dan wakil Presiden
Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesiakepala negara sekaligus kepala
pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di
dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri,
memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas Presiden Republik Indonesia)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 142


. Sebagai kepala

. Sebagai kepala menteri dalam untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden
(dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.

Sistem Pemerintahan Indonesia;

• Sistem pemerintahan sejak kemerdekaan sampai sekarang;

Setiap negara memiliki sistem untuk menjalankan kehidupan permerintahannya. Sistem tersebut
adalah sistem pemerintahan. Ada beberapa macam sistem pemerintahan di dunia ini seperti
presidensial dan parlementer.

Setiap sistem pemerintahan memiliki kelebihan dan kekurangan, karakteristik, dan perbedaan
masing-masing. Sejak tahun 1945 Indonesia pernah berganti sistem pemerintahan. Indonesia
pernah menerapkan kedua sistem pemerintahan ini.

Selain itu terjadi juga perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan sejak dilakukan amandemen
UUD 1945.

Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 Indonesia adalah negara yang menerapkan sistem
pemerintahan presidensial. Namun dalam perjalannannya, Indonesia pernah menerapkan sistem
pemerintahan parlementer karena kondisi dan alasan yang ada pada waktu itu. Berikut adalah
sistem pemerintahan Indonesia dari 1945-sekarang.

Sistem Pemerintahan Indonesia

1. Tahun 1945-1949

Sistem Pemerintahan : Presidensial Semula sistem pemerintahan yang digunakan adalah


presidensial tetapi sebab kedatangan sekutu(agresi militer) dan berdasarkan Maklumat Presiden
no X tanggal 16 November 1945 terjadi pembagian kekusaaan dimana kekuasaan eksekutif
dipegang oleh Perdana Menteri maka sistem pemerintahan indonesia menjadi Sistem
Pemerintahan Parlementer.

2. Tahun 1949-1950

Sistem Pemerintahan : Quasy Parlementer Bentuk pemerintahan Indonesia saat itu adalah serikat
dengan konstitusi RIS sehingga sistem pemerintahan yang digunakan adalah parlementer. Namun
karena tidak seluruhnya diterapkan maka Sistem Pemerintahan saat itu disebut Quasy Parlementer

3. Tahun 1950-1959

Sistem Pemerintahan: Parlementer

4. Tahun 1959-1966

Sistem Pemerintahan: Presidensial

Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 yang isinya

1. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.


E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 143
2. Pembubaran Badan Konstitusional

3. Membentuk DPR sementara dan DPA sementara

5. Tahun 1966-sekarang

Sistem Pemerintahan: Presidensial

Untuk membedakan antara sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan


parlementer, berikut adalah cirri-ciri keduanya:

Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial

• Presiden adalah penyelenggara negara.

• Presiden menjabat dua jabatan sekaligus yaitu kepala negara dan kepala pemerintahan.

• Parlemen tidak memilih presiden, tetapi dipilih langsung oleh rakyat atau suatu dewan majelis.

• Menteri-menteri dipilih langsung oleh presiden menjadi sebuah kabinet yang bertangungjawab
kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.

• Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen secara presiden tidak dipilih oleh parlemen.

• Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.

• Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota parlemen
dipilih oleh rakyat.

• Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.

Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Parlementer

• Parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum.

• Kekuasaan besar parlemen meliputi badan perwakilan dan lembaga legislatif.

• Anggota parlemen berasal dari partai politik yang mendapatkan kursi dalam pemiihan umum.

• Semakin besar perolehan partai atau bahkan memenangkan pemilu maka perwakilannya akan
semakin banyak di parlemen.

• Kabinet terdiri dari para menteri yang dipimpin oleh perdana menteri.

• Perdana Menteri memegang kekuasaan eksekutif.

• Sebagian besar anggota kabinet berasal dari parlemen.

• Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen. Selama parlemen percaya kepada kabinet maka
kabinet dapat berumur panjang.

• Kepala negara bukanlah kepala pemerintahan. Ia adalah simbol saja dari negara tersebut.

• Kepala negara dapat menjatuhkan parlemen dan mengadakan pemilu lagi.


E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 144
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan

Kedua sistem pemerintahan yang ada dan berkembang saat ini tak lepas dari kelebihan-kelebihan
dan juga berbagai kekurangan. Setiap negara harus memahami karakteristik negaranya sebelum
menerapkan sistem pemerintahan agar dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak menemui
hambatan-hambatan yang besar.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer

• Pengaruh rakyat terhadap politik yang dijalankan sangat besar sehingga suara rakyat sangat
didengarkan oleh parlemen

• Dengan adanya parlemen sebagai perwakilan rakyat maka pengawasan pemerintah dapat
berjalan dengan baik

• Pembuat kebijakan bisa ditangani secara cepat sebab gambang terjadi penyesuaian pendapat
antara eksekutif & legislatif. Hal ini disebabkan kekuasaan eksekutif & legislatif berada pada satu
partai atau koalisi partai.

• Sistem pertanggungjawaban dalam pembuatan dan juga pelaksanaan kebijakan publik sangat
jelas.

Kelemahan Sistem Pemerintahan Parlementer

• Kabinet sering dibubarkan karena mendapatkan mosi tidak percaya Parlemen

• Keberhasilan sangat sulit dicapai jika partai di negara tersebut sangat banyak(banyak suara).

• Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi
anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lainnya

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial

• Menteri tidak dapat di jatuhkan Parlemen karena bertanggung jawab kepada presiden.

• Pemerintah dapat leluasa waktu karena tidak ada bayang-bayang krisis kabinet

• Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya sebab tidak tergantung pada parlemen

• Masa jabatan badan eksekutif lebih pasti dengan jangka waktu tertentu.

Misalkan, masa jabatan Presiden Amerika Serikat selama empat tahun, sedangkan Presiden
Indonesia lima tahun.

• Penyusun program kerja kabinet lebih mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya.

• Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif sebab dapat diisi oleh orang
luar termasuk juga anggota parlemen sendiri.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 145


Kelemahan Sistem pemerintahan Presidensial

• Pengawasan rakyat lemah

• Pengaruh rakyat dalam kebikajan politik negara kurang mendapat perhatian

• Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung badan legislatif sehingga dapat menimbulkan
kekuasaan mutlak

• Sistem pertanggungjawaban kurang begitu jelas

• Pembuatan keputusan/kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara eksekutif &


legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas & memakan waktu yang lama.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 146


POKOK-POKOK SISTEM PEMERINTAHAN

(Sebelum dan Setelah Amandemen UUD 1945)

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen


tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara
tersebut sebagai berikut.

• Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).


• Sistem Konstitusional.
• Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
• Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
• Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
• Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
• Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas Pemerintahan orde baru dengan tujuh kunci pokok
diatas berjalan sangat stabil dan kuat. Pemerintah memiliki kekuasaan yang besar. Sistem
Pemerintahan Presidensial yang dijalankan pada era ini memiliki kelemahan pengawasan yang
lemah dari DPR namun juga memiliki kelebihan kondisi pemerintahan lebih stabil.

Di akhir era orde baru muncul pergerakan untuk mereformasi sistem yang ada menuju
pemerintahan yang lebih demokratis. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan sebuah pemerintahan
yang konstitusional(berdasarkan konstitusi). Pemerintahan yang konstitusional adalah yang
didalamnya terdapat pembatasan kekusaaan dan jaminan hak asasi. Kemudian dilakukanlah
amandemen Undang-undang Dasar 1945 sebanyak 4 kali, tahun: 1999,2000,2001,2002.
Berdasarkan Konstitusi yang telah diamandemen ini diharapkan sebuah sistem pemerintahan yang
lebih demokratis akan terwujud.

Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Setelah Amandemen

• Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi dalam
beberapa provinsi.
• Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.
• Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden
dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
• Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
• Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan
legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
• Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.
• Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan parlementer dan
melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem
presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai
berikut;
• Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap
memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 147


• Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
• Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
• Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak
budget (anggaran)

Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu
diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara
lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balance, dan
pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi
anggaran.

• Pemerintahan Pusat dan Daerah;

Pemerintah Indonesia adalah cabang utama pada pemerintahan Indonesia yang menganut sistem
presidensial. Pemerintah Indonesia dikepalai oleh seorang presiden yang dibantu beberapa
menteri yang tergabung dalam suatu kabinet.

Sebelum tahun 2004, sesuai dengan UUD 1945, presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Pada Pemilu 2004, untuk pertama kalinya Presiden Indonesia dipilih langsung oleh rakyat.

Kewenangan

Dalam kaitannya dengan pemerintahan daerah, Pemerintah Indonesia merupakan pemerintah


pusat. Kewenangan pemerintah pusat mencakup kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan lainnya
seperti: kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara
makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan
standardisasi nasional.

Kewenangan lainnya diserahkan kepada (sistem pemerintahan) Pemerintahan pusat

• MPR
• DPR
• DPD
• MA
• MK
• KY
• BPK
• Presiden RI
• Wakil Presiden

Berikut Daftar Presiden dan Wakil Presiden Indonesia:

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 148


E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 149
Pemerintah Daerah

1. NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang;

2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan;

3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki DPRD yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilu;

4. Gubernur, Bupati, Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,


kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis;

5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang


oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat;

6. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang;

7. Hubungan w ew enang antara Pemer intah Pusat dan Pemda Provinsi, Kabupaten, dan Kota, atau
antara Provinsi dan kabupaten dan Kota diatur dengan UU dengan memperhatikan kekhususan
dan keragaman daerah;

8. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemda yang bersifat khusus atau bersifat
istimew a diatur dengan undang-undang;

9. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
NKRI, yang diatur dengan undang-undang.

• Kebijakan-kebijakan Pemerintahan pusat dan daerah

Macam – Macam Kebijakan Pemerintah dan Penerapannya Setiap negara terdiri dari berbagai
macam bidang kehidupan, seperti: sosial, budaya, ekonomi, politik, pertahanan, dan keamanan.
Dalam kehidupannya, suatu negara pasti akan menghadapi suatu masalah. Oleh karena itu, setiap
negara pasti punya kebijakan masing – masing untuk mengatasi masalah yang bermacam – macam.

Kebijakan pemerintah adalah seperangkat keputusan yang saling berhubungan, diambil oleh
seorang atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan pemilihan tujuan dan sarana
pencapaiannya dalam suatu situasi khusus dimana keputusan-keputusan itu seharusnya, secara
prinsip, berada dalam kekuasaan para aktor politik tersebut.

Kebijakan pemerintah terdiri dari dua bagian besar, yaitu kebijakan publik dan kebijakan sosial.

• Kebijakan Publik adalah suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama, harus ditaati dan
berlaku mengikat bagi seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan
bobot pelanggaran yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan oleh lembaga yang mempunyai tugas
menjatuhkan sanksi.

• Kebijakan Sosial adalah suatu cara pengambilan tindakan dalam melanjutkan proses
pemerintahan, kepartaian, kekuasaan, kepemimpinan negara, dan lain-lain ; arah dalam
pengambilan suatu tindakan itu haruslah sesuai dengan keadaan yang sedang dihadapi.
E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 150
Kaitan Kebijakan Publik dengan Bidang – Bidang Kehidupan Suatu Negara Perekonomian tidak
bisa hanya diserahkan pada produsen dan konsumen yang berinteraksi satu sama lain melalui
mekanisme pasar. Di sana sini diperlukan adanya campur tangan pemerintah. Campur tangan
pemerintah diperlukan jika mekanisme pasar tidak bekerja dengan sempurna(Mahzab Keynesian).
Selain itu, campur tangan pemerintah diperlukan untuk mengatasi eksternalitas dan untuk
pengadaan barang – barang publik, seperti jalan tol.

Berbagai keputusan yang menyangkut kebijakan publik dilaksanakan oleh pemerintah sesuai
institusi yang ada. Suatu kebijakan disebut kebijakan publik karena isi kebijakan itu menyangkut
bonum commune atau kesejahteraan umum.

Dari uraian di atas, jelas bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara bidang – bidang
kehidupan (terutama bidang ekonomi) dengan Kebijakan Publik, di mana disiplin Ilmu Ekonomi
Politik dimaksudkan untuk membahas keterkaitan antara berbagai aspek, proses, dan institusi
politik dengan kegiatan ekonomi seperti produksi, investasi, pembentukan harga, perdagangan,
konsumsi, dan lain sebagainya mulai dari proses perancangan, perumusan, sistem organisasi, dan
implementasi kebijakan publik tersebut.

Kaitan Kebijakan Sosial dengan Bidang – Bidang Kehidupan Suatu Negara Kebijakan sosial sangat
berfungsi dalam menciptakan kesejahteraan bagi penduduk di suatu negara. Pekerja sosial sebagai
tenaga yang sangat dibutuhkan kontribusinya untuk ikut menentukan dan membuat perancangan
kebijakan sosial strategis. Pekerja sosial haruslah aktif dalam merespon situasi perubahan dan
perkembangan kondisi global, sehingga dapat bersama dengan pemerintah melakukan rancangan
yang efektif dalam mensejahterakan masyarakat.

KEBIJAKAN PUBLIK

PENGERTIAN KEBIJAKAN PUBLIK

Menurut pendapat dari para Ahli pengertian kebijakan publik diantaranya ;

a. Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan
Internasional disebut sebagai public policy, yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama
yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi
sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat
oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi. ( Nugroho R.)

b. Thomas R. Dy
Kebijakan Publik adalah apa saja yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh pemerintah. (“public
policy is whatever government choose to do or not to do”).

c. Carl J. Frederick
Kebijakan Publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan, dan
kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 151


d. Anderson, Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh lembaga atau badan
pemerintah (Islamy, 1984:25).(1)

Berbagai implikasi dari pengertian diatas adalah, bahwa kebijakan publik memiliki karakteristik
sebagai berikut :

1. Selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan suatu tindakan yang berorientasi tujuan.

2. Berisi tindakan-tindakan atau pola tindakan pejabat pemerintah.

3. Merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah.

4. Bersifat posistif dalam arti suatu tindakan hanya dilakukan dan negatif dalam arti keputusan itu
bermaksud untuk tidak melakukan sesuatu.

5. Kebijakan itu didasarkan pada peraturan atau perundang-undangan yang bersifat memaksa.

PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN PUBLIK

Proses pembuatan kebijakan publik atau tahapan penyusunan kebijakan publik adalah sebagai
berikut :

1. Penyusunan Agenda

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan
publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah
publik dan prioritas dalam agenda pulik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan
status sebaga masalah publik, dan mendapatkan prioritasdalam agenda publik, maka isu tersebut
berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yanglebih daripada isu lain.

Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber, 1974; Salesbury
1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) diantaranya:

1. telah mencapai titik kritis tertentu à jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius;

2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu à berdampak dramatis;

3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan mendapat
dukungan media massa;

4. menjangkau dampak yang amat luas ;

5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;

6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan
kehadirannya)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 152


2. Formulasi Kebijakan

Formulasi Kebijakan publik adalah langkah yang paling awal dalam proses kebijakan publik secara
keseluruhan. Oleh karenanya, apa yang terjadi pada fase ini akan sangat menentukan berhasil
tidaknya kebijakan publik yang dibuat itu pada masa yangakan datang

3. Adopsi/ Legitimasi kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika
tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan
mengikuti arahan pemerintah.Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah
yang sah.. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik
terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.

Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini
orang belajar untuk mendukung pemerintah

4. penyusunan Statemet kebijakan

5. implementasi kebijakan

6. pelaksanaan tindakan konkrit kebijakan

7. evaluasi atas pelaksanaan kegiatan kebijakan

8. evaluasi dampat dan hasil kebijakan

MACAM JENIS DAN BENTUK KEBIJAKAN PUBLIK

Macam macam Kebijakan Publik :

a. Kebijakan publik ditinjau dari pembuatnya:

1. Pusat: Dibuat oleh pemerintah atau lembaga negara di pusat untuk mengatir seluruh waega
negara dan selueuh wilayah Indonesia.

2. Daerah: Dibuat oleh pemerintah atau lembaga Daerah untuk mengatur daerahnya msing-masing.

b. Kebijakan publik menurut Sifatnya.:

1. Bersifat Distributif: Membagi dan mengalokasikan sumber-sumber material yang telah


didapatkan tersebut kepada masyarakat luas.

Contoh:Kebijakan pemernyah memberi kartu sehat kepada pendudduk kurang mampu.

2. Bersiafat Ekstraktif: : Berupa penyerapan sumber-simber material dari mesyarakat luas.

Contoh:Kebujakan bea cukai tembakau.

Bersifat regulatif: Kebijakan yang isisnya sejumlah peraturan dan kewajiban yang haeus dipatuho
oleh waega negara maupun penyelenggara untuk menciptakan ketertiban,kelancaran.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 153


Contoh:Kebijakan UMR

Jenis Kebijakan Publik

Kebijakan publik dapat berupa :

1. Peraturan.

2. Undang-undang.

3. Tindakan-tindakan pemerintah

4. Program pemerintah

Bentuk-bentuk kebijakan publik :

1. Gerakan: Gerakan Orang tua asuh(GNOTA),gerakan kembali desa,gerakan penghijauan.•

2. Peraturan perundangan:UU tentang Lalu Lintas.•

3. Pidato dan pernyataan pejabat:Pidato Presiden tanggal 16 Agustus.•

4. Program:Peogram Keluarga Berencana.•

5. Proyek: Peoyek Padat Karya•

PEMBUAT KEBIJAKAN PUBLIK

Pembuat Kebijakan Publik adalah para pejabat-pejabat publik, termasuk para pegawai senior
pemerintah yang tugasnya tidak lain untuk memikirkan dan member pelayan membagi kebijakan
dalam 5 (lima) unsur ;

1. Keamanan (security)

2. Hukum dan ketertiban umum ( law and order)

3. Keadilan (justice)

4. Kebebasan (liberty)

5. Dan kesejahteraan (welfare)

Sebagai penjelasan dari beberapa point diatas, yang paling sukar adalah kebijakan yang berujung
kepada keadilan. Keadilan, ya keadilan. Kesejahteraan kerapkali menjadi alasan untuk membuat
sebuah kebijakan agar keadilan dapat ditegakkan, dan kebebasan diperoleh. Namun pada
kenyataannya keadilan dijalur hukum tidak tepat, kesejahteraan tidak merata, serta kebebasan
yang ujung-ujungnya tertuju pada kebebasan yang mengurangi etika dan moral.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 154


CARA YANG DAPAT DILAKUKAN OELH MASYARAKAT DALAM MEMBERI USULAN DAN
PELAKSANAAN KEBIJAKAN PUBLIK

1. Membuat usulan kebijakan

2. Mengadakan tatap muka dengan para pejabat yang berwenang

3. Mengadakan diskusi,dialog dengan para penyelenggara pemerintahan

4. Membuat kebijakan alternatif

MANFAAT PARTISIPASI DALAM KEBIJAKAN PEMERINTAH :

a. Dapat membentuk perilaku atau budaya demokrasi

b. Dapat membentuk masyarakat hukum

c. Dapat membentuk masyarakat yang bermora dan berakhlak mulia

d. Dapat membentuk masyarakat madani.yaitu masyarakat yang memiliki kesukarelaan,tidak


menggantungkan pada orang lain(keswasembadaan),tidak menggantungkan diri pada
Negara(kemandirian),keterkaitan pada nilai-nilai yangdisepakati

Konsekuensi Tidak Aktifnya dalam pelaksanaan perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik di
Daerah

a. Kebijakan Publik yang dibuat oleh badan yang berwenang tidak dapat di terapkan dengan baik
sebab tanpa ada dukungan dari masyrakat.

b. Akan menimbulkan keresahan,kekecewaanmasyarakat bahkandapat menimbulkan kekecewaan


perselisihan kekacauan

c. Akan timbul berbagai penolakan terhadap kebijakan public misalnya demonstrasi/unjuk rasa
secara besar-berasan

d. Kebijakan Publik yang telah dibuat oleh badan yang berwenang tidak sesuai dengan aspirasi
masyarakat

e. Kebijakan publik yang dibuat oleh badan yang berwenang tidak menyelesaikan permasalahan
yang ada justru menimbulkan permasalahan baru

PERUMUSAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK DIDAERAH

Yang termasuk dalam kebijakan publik adalah kebijakan yang menyangkut


kepentingan orang banyak atau masyarakat umum. Maksud dari pembuatan kebijakan
publik adalah:

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 155


1. Mewujudkan ketertiban dalam masyarakat,

2. Melindungi hak – hak masyarakat,

3. Mewujudkan ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat, serta

4. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan publik yang diambil pemerintah daerah sebaiknya melibatkan masyarakat agar dalam
pelaksanaannya tidak menimbulkan protes dari masyarakat.

Kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah daerah antara lain berikut ini:

1. Penetapan pajak daerah yang meliputi hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, pajak
parker dan lain-lain.

2. Penetapan retribusi, misalnya retribusi jasa umum, jasa usaha, perizinan tertentu dll.

3. Penetapan larangan pedagang kaki lima berjualan di trotoar.

4. Penetapan jalur bus kota dan antarkota.

KEBIJAKAN PUBLIK DALAM SISTEM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN NEGARA

Macam Kebijakan

Secara umum kebijakan publik dapat dibedakan melalui beberapa cara berikut:

1. Kebijakan berdasarkan wawasan wilayah dan tingkat pemerintahan, antaralain meliputi:

a. Kebijakan nasional yang meliputi seluruh wilayah negara dan lembaga pemerintah. Kebijakan ini
antara lain mengambil bentuk: UUD, TAP MPR, dan Strategi Kabinet.

b. Kebijakan pemerintah tingkat provinsi yang dibuat oleh Gubernur dan DPRD Tingkat Provinsi. Di
antaranya terdapat Keputusan Gubernur dan Peraturan Daerah. Dalam sistem pemerintahan
khusus di NAD dikenal sejenis Peraturan Daerah yang disebut Qanun, yang menurut ketentuan UU
No. 18 tahun 2001 mempunyai kedudukan sebagai PP.

c. Kebijakan pemerintah tingkat kabupaten dan kota yang dibuat Bupati dan Walikota sebagai
Kepala Daerah, dan Peraturan Daerah yang dibuat oleh DPRD bersama Kepala Daerah.

2. Kebijakan berdasarkan bidang dapat dibedakan atas kebijakan bidang ekonomi, kebijakan
bidang politik, bidang agama, bidang sosial budaya dan bidang pertahanan. Di Indonesia
pengelompokan dalam bidang ini diasosiasikan dengan wawasan fungsi seorang menteri
koordinator yang terdiri atas empat bidang: Kesra, Sospol, Pertahanan dan Ekuin. Sejak era
reformasi pengelompokannya berubah-ubah. Dalam Kabinet Habibie dikenal empat bidang
koordinasi, yaitu Ekuin, Wasbangpan, Kesra dan Polsoskam. Era Gusdur, semula terdapat tiga
bidang koordinasi: Ekuin, Kesra dan Polsoskam. Tapi kemudian diubah menjadi dua bidang saja
setelah Kesra digabungkan ke dalam Politik dan Keamanan. Alasannya, bidang kesra bukan suatu

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 156


sektor. Dalam Kabinet Gotong Royong, fungsi koordinasi kembali menjadi tiga, yakni Ekuin, Kesra,
dan Polsoskam. Pengelompokan seperti ini dengan penggabungan bidang sosial ke dalam Polkam,
sementara bidang Kesra masih tetap ada, dapat menimbulkan kerancuan dalam penanganan kasus-
kasus sosial yang sifatnya mendua, seperti konflik antar suku dan antar agama.

3. Pengelompokkan kebijakan berdasarkan sektor lebih berorientasi pada kegiatan-kegiatan


ekonomi. Di sini dikenal kebijakan dalam satu sektor saja, dan kebijakan yang menyangkut
beberapa sektor. Kebijakan yang menyangkut lebih dari sektor menuntut adanya pendekatan yang
lebih luas. Dalam era Orde Baru kebijakan yang demikian biasanya dikenal sebagai kebijakan
bersama yang dituangkan dalam sebuah SKB (Surat Keputusan Bersama). Tetapi, karena SKB itu
merupakan kesepakatan di antara beberapa menteri mengenai hal-hal yang tidak jelas batas
urusan dan tanggung jawabnya, pelaksanaan dari kebijakan demikian dapat menimbulkan tolak-
tarik. Sebab itu, dalam era reformasi kebijakan tersebut sejauh mungkin dihindarkan.

4. Selain dari tiga kelompok kebijakan tersebut, terdapat kebijakan yang berdasarkan substansi
atau objek pengurusan, antara lain adalah kebijakan tentang pembinaan sumber daya manusia,
kebijakan tentang pelestarian lingkungan hidup, kebijakan pengelolaan sumber daya alam, dan
sebagainya.

Adapun yurisdiksi kebijakan-kebijakan tersebut tidak selalu sama dengan yurisdiksi administrasi
pemerintahan, dan itu berubah-ubah dari satu kabinet ke kabinet yang lain.

Ada kalanya yurisdiksi satu bidang, satu sektor, atau satu urusan tertampung dalam satu
kementerian, misalnya Departemen Agama, Departemen Pertanian, dan Departemen Tenaga Kerja.
Ada kalanya beberapa sektor atau urusan digabungkan dalam satu kementerian, contohnya
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan Departemen Perikanan dan Kelautan. Perubahan
yurisdiksi ini biasanya membawa akibat pada kontinuitas penanganan dari satu pemerintah ke
pemerintah lain.

Kebijakan – kebijakan Ekonomi Pemerintah

Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan di bidang ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan
taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain kebijakan ekonomi diperlukan juga
kebijakan nonekonmi, seperti kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan
kesehatan. Kebijakan ekonomi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Kebijakan ekonomi mikro, adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan
tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut.
2. Kebijakan ekonomi meso, adalah kebijakan ekonomi yang khusus ditujukan pada wilayah
tertentu atau pada sektor-sektor tertentu.
3. Kebijakan ekonomi makro, ialah kebijakan ekonomi yang mencakup semua aspek ekonomi pada
tingkat nasional (agregat). Oleh sebab itu, kebijakan ini bisa mempengaruhi atau bahkan membuat
kebijakan meso dan kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang efektif. Maka dari itu saya akan
membahas lebih dalam mengenai kebijakan ekonomi makro.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 157


Ada beberapa macam contoh kebijakan ekonomi makro, diantaranya :

• Kebijakan Moneter

Tujuan utama kebijakan ekonomi moneter adalah untuk menjaga stabilitas harga di dalam negeri
dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS. Dengan demikian kebijakan
ini juga dapat menjaga keseimbangan neraca pembayaran melalui perubahan nilai kurs rupiah
yang terkendali bisa dicapai. Kebijakan ekonomi moneter dilakukan terutama melalui operasi
pasar terbuka, penentuan mengenai cadangan wajib minimum dan batas maksimum pemberian
kredit bagi sektor perbankan, dan perubahan tingkat suku bunga diskonto. Selain itu ada juga
kebijakan moneter yang sering digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengimbangi perubahan
likuiditas perekonomian adalah dengan cara memperjual-belikan surat berharga SBI dan SBPU.
Efektifitas kebijakan moneter yang kontraksi ini untuk meredam laju pertumbuhan tingkat inflasi
melalui pengendalian jumlah uang beredar di dalam ekonomi tergantung pada respon masyarakat
dan dunia usaha, baik di sektor riil maupun di sektor keuangan.

• Kebijakan Fiskal

Dalam usaha mengurangi tingkat inflasi yang cenderung meningkat terus, selain mengeluarkan
kebijakan moneter yang sifatnya kontraksi, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan fiskal yang
nonekspansif. Efektifitas kebijakan fiskal ini sangat tergantung dari reaksi masyarakat dan dunia
usaha terhadap kenaikan tarif pajak pendapatan dan penghasilan atau penjualan. Selain itu
tergantung pada jenis pajak yang diprioritaskan serta besarnya peningkatan penghasilan pajak dan
besarnya pengurangan pengeluaran pemerintah. Jenis pajak yang sangat tepat digunakan sebagai
instrumen untuk meredam laju peningkatan inflasi, dengan cara mengurangi pertumbuhan
permintaan agregat, adalah pajak penghasilan dengan sistem progresif.

• Kebijakan Perdagangan Luar Negeri

Kebijakan perdagangan luar negeri telah mengalami 2 strategi yang sangat berbeda, strategi
pertama substitusi impor. Pada awalnya Indonesia cenderung memproduksi semua jenis barang
yang selama ini diimpor tanpa memperhitungkan apakah Indonesia memiliki keunggulan
komparatif atau tidak untuk setiap jenis barang yang akan dibuat sendiri di dalam negeri.
Kebijakan ini dilaksanakan dengan cara pemerintah memberi perlindungan dengan tarif yang
tinggi, hambatan-hambatan nontarif, subsidi, dan fasilitas kemudahan lainnya terhadap sejumlah
industri di dalam negeri yang diberi tugas untuk memproduksi barang-barang impor. Pada
pertengahan tahun 1980-an, ternyata setelah harga minyak di pasar internasional merosot dengan
tajam, akhirnya pemerintah mengubah kebjakan perdagangan luar negerinya menjadi kebijakan
promosi ekspor non migas, khususnya barang-barang industri. Efektifitas kebijakan perdagangan
luar negeri untuk meningkatkan daya saing ekspor Indonesia, khususnya barang-barang
manufaktur dan sekaligus mengurangi defisit atau meningkatkan surplus, sangat tergantung pada
dua hal utama. Pertama isi paket deregulasi selama ini dan yang akan dikeluarkan di sektor
perdagangan luar negeri. Kedua, harmonisasi antara kebijakan perdagangan luar negeri dan
kebijakan makro lainnya, terutama kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan investasi,
kebijakan jetenagakerjaan, dan kebijakan industri.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 158


Visi, Misi Dan Strategi Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (2009 – 2014)

Visi

Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.

Misi

• Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera.

• Memperkuat Pilar-pilar Demokrasi.

• Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.

Visi dan misi pemerintah 2009-2014 dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam
sejumlah program aksi prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat

keberhasilannya. Sebelas Program aksi di bawah ini dipandang mampu menjawab sejumlah
tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang.

Prioritas 1: Program Aksi Bidang Pendidikan

1. Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada
periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan
memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika
dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan
berkualitas.

2. Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk memastikan pemantapan
pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap
pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA.

3. Perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas
agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif,
inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras.

4. Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar menjadi pilar pendidikan yang
mencerdaskan bangsa, mampu menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu
menularkan kualitas intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus berkembang kepada anak
didiknya.

5. Memperbaiki renumerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan penghasilan kepada guru,
dosen, dan para peneliti.

6. Memperluas penerapan dari kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk
mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 159


7. Mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid) dalam menciptakan kebijakan
dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan tantangan jaman
saat ini dan kedepan.

8. Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga
berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal.

Prioritas 2: Program Aksi Bidang Kesehatan

1. Menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaa program jaminan kesehatan masyarakat baik


dari segi kualitas pelayanan, akses pelayanan, akuntabilitas anggaran, dan penataan administrasi
yang transparan dan bersih.

2. Mendorong upaya pembuatan obat dan produk farmasi lain yang terjangkau dengan tanpa
mengabaikan masalah kualitas dan keamanan obat seperti yang telah dilakukan selama tiga tahun
terakhir.

3. Mempermudah pembangunan klinik atau rumah sakit yang berkualitas internasional baik
melalui profesionalisasi pengelolaan rumah sakit pemerintah maupun mendorong tumbuhnya
rumah sakit swasta.

4. Meningkatkan kualitas ibu dan anak di bawah lima tahun dengan memperkuat program yang
sudah berjalan seperti Posyandu yang memungkinkan imunisasi dan vaksinasi masal seperti DPT
dapat dilakukan secara efektif.

5. Penurunan tingkat kematian ibu yang melahirkan, pencegahan penyakit menular seperti HIV/
AIDS, malaria, dan TBC.

6. Mengurangi tingkat prevelansi gizi buruk balita menjadi di bawah 15% pada tahun 2014 dari
keadaan terakhir sekitar 18%.

7. Revitalisasi program keluarga berencana yang telah dimulai kembali dalam periode 2005- 2009
akan dilanjutkan dan diperkuat.

8. Upaya pencapaian dalam bidang kesehatan tidak tercapai jika kesejahteraan dan sistem insentif
bagi tenaga medis dan paramedis khususnya yang bertugas di daerah terpencil tidak memadai.

9. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, utamanya yang
diarahkan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor dalam proses produksi obat.

10. Meningkatkan kualitas pelayanan dan praktek kedokteran yang sesuai dengan etika dan
menjaga kepentingan dan perlindungan masyarakat awam dari mal-praktek dokter dan rumah
sakit yang tidak bertanggung jawab.

11. Mengembangkan sistem peringatan dini untuk penyebaran informasi terjadinya wabah dan
cara menghindarinya untuk mencegah kepanikan dan jatuhnya banyak korban.

12. Evakuasi, perawatan, dan pengobatan masyarakat didaerah korban bencana alam.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 160


Prioritas 3: Program Aksi Penanggulangan Kemiskinan

1. Meneruskan, meningkatkan dan menyempurnakan pelaksanaan Program Nasional


Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sebagai inti dari program kemiskinan yang sudah
dimulai sejak 2007 dengan mengekspansi jumlah kecamatan yang tercakup dalam PNPM dan
alokasi dana per kecamatan yang terus ditingkatkan sesuai dengan kinerjanya.

2. Melanjutkan program pengarusutamaan semua program penanggulangan kemiskinan yang ada


di kementerian dan lembaga sebagai pendukung program PNPM (PNPM pendukung).

3. Penyempurnaan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan memutakhirkan data rumah
tangga sasaran. Data rumah tangga sasaran akan diintegrasikan untuk semua program afirmasi dan
subsidi sehingga berbagai duplikasi atau kebocoran dapat dihindari.

4. Penyediaan beras murah bagi keluarga miskin untuk menjamin ketahanan pangan.

5. Pengembangan program-program berlapis untuk rakyat miskin yang dilakukan secara intensif,
antara lain: Program Jamkesmas, BOS, PKH, BLT, PNPM, Raskin.

6. Pemihakan kepada Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, antara lain dengan pemberian Kredit
Usaha Rakyat untuk memberikan akses modal bagi masyarakat kecil.

Prioritas 4: Program Aksi Penciptaan Lapangan Kerja

1. Peningkatan kualitas pekerja baik dilihat dari upah yang diterima, produktivitas dan standar
kualifikasinya untuk dapat memperluas peningkatan kesempatan di sektor formal, serta
mengurangi jumlah pengangguran terbuka usia muda.

2. Peningkatkan investasi melalui perbaikan iklim investasi baik di pusat maupun di daerah,
sehingga kesempatan kerja baru dapat tercipta.

3. Reformasi tingkat mikro-ekonomi, antara lain perbaikan iklim usaha dan pemihakan kepada
perbaikan kesempatan berusaha kepada sektor usaha kecil menengah sebagai tiang penyerap
tenaga kerja Indonesia, dilakukan melalui kebijakan sektoral dan kerja sama dengan
pemerintah daerah.

4. Membangun infrastruktur fisik yang dapat memperlancar arus lalu-lintas barang dan
informasi, serta mendorong program industrialisasi yang dapat menarik industri lanjutan (PMDN,
PMA, dan perusahaan global) untuk berinvestasi di Indonesia.

5. Memperluas permintaan domestik di luar barang-barang konsumsi, serta memanfaatkan pasar


regional.

6. Memperluas dan meningkatkan industri kreatif dan pariwisata sebagai sumber potensi
perekonomian Indonesia yang sangat besar.

7. Pembangunan kawasan-kawasan ekonomi khusus seperti Batam, Bintan, Karimun, Suramadu,


Sabang dan berbagai kawasan khusus lainnya.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 161


Prioritas 5: Program Aksi Pembangunan Infrastruktur Dasar

1. Melanjutkan pelaksanaan dual track strategy dalam pembangunan infrastruktur, yaitu


memperluas kesempatan bagi masyarakat (baik swasta nasional maupun asing) untuk
berpartisipasi secara transparan, adil, bebas dari kepentingan kelompok, bersih, dan
kompetitif dalam pembangunan dan pengoperasian kegiatan infrastruktur.

2. Menjamin akses masyarakat terhadap jasa kegiatan infrastruktur, pemerintah tetap akan
mempertahankan fungsi regulasi yang fair kepada setiap pelaku dan konsumen.

3. Untuk mendukung partisipasi swasta dan BUMN dalam pembangunan infrastruktur, kebijakan
penjaminan resiko oleh pemerintah dapat diberikan secara selektif berdasarkan kriteria yang
obyektif, matang, terukur, transparan, dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan.

4. Pelayanan dan akses air bersih dengan harga terjangkau bagi seluruh masyarakat, khususnya
masyarakat berpenghasilan rendah.

5. Melakukan unbundling pembangunan infrastruktur di mana pemerintah akan menanggung


pembangunan infrastruktur dasar, sementara badan usaha menanggung pembangunan yang
bersifat komersial untuk berbagai infrastruktur penting di daerah.

6. Meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang penggunaannya akan


diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur dasar yang sifatnya non komersial.

7. Meningkatkan pembangunan telekomunikasi pita lebar untuk mendekatkan jarak fisik yang
berjauhan mengingat negara Indonesia adalah negara kepulauan.

8. Dalam rangka mengatasi bencana alam banjir di berbagai daerah, pengelolaan sungai beserta
daerah tangkapan air akan terus dilakukan, antara lain melalui pembangunan Daerah Aliran Sungai
Bengawan Solo, Banjir Kanal Jakarta.

Prioritas 6: Program Aksi Ketahanan Pangan

1. Memperbaiki infrastruktur pertanian dengan peningkatan anggaran di bidang pembanguan dan


perbaikan irigasi, saluran air, jalan raya, kereta api, dan pelabuhan yang menghubungkan porduksi
pangan dan tujuan pasar.

2. Meningkatkan kualitas input baik dengan dukungan penelitian dan pengembangan bibit unggul,
dan penyuluhan untuk penggunaan secara tepat dan akurat dengan risiko yang dapat dijaga.

3. Memperbaiki kebijakan penyediaan dan subsidi pupuk, agar tidak terjadi kelangkaan,
penyelundupan, dan penggunaan pupuk subsidi kepada yang tidak berhak.

4. Perbaikan sistem distribusi dan logistik, termasuk pergudangan secara terintegrasi, dengan
memperhatikan supply chain agar mampu mengurangi gejolak harga dan pasokan secara musiman
pada komoditas pangan utama.

5. Perkuatan dan pemberdayaan petani, nelayan, petambak, dan menjaga daya beli dan nilai tukar
petani dengan menjaga stabilitas harga-harga komoditas yang dapat memberikan keuntungan pada
petani namun tidak memberatkan konsumen yang berpendapatan rendah.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 162


6. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan daya tawar dan
kompetisi (competitive advantage) dari sektor pertanian di pasar regional dan dunia, terutama
pada komoditas yang merupakan produk utama dan terbesar di kawasan Asia dan dunia seperti
CPO, kayu manis, dan lain-lain.

7. Melaksanakan kebijakan pengembangan industri hilir pertanian dengan penciptaan iklim


investasi yang baik dan bila perlu diberikan insentif (fiskal) bagi pengembangannya.

8. Penyediaan informasi secara transparan tentang harga pasar dari hasil panen yang akurat dan
up to date kepada petani dan nelayan, harga dan ketersediaan pupuk, peringatan dini cuaca dan
wabah sehingga petani dapat lebih cerdas dalam menentukan tindakannya.

Prioritas 7: Program Aksi Ketahanan dan Kemandirian Energi

1. Mendorong diversifikasi penggunaan energi domestik kepada gas alam dan batubara.
Program ini akan mengurangi tekanan tambahan permintaan pada sumber energi minyak bumi.

2. Program aksi peningkatan kemandirian energi akan dilakukan secara integratif antara
penguasaan teknologi energi, pembangunan infrastruktur, kebijakan harga, dan insentif di
dalamnya.

3. Meningkatkan daya tarik dan kepastian investasi untuk eksplorasi dan produksi di bidang
pertambangan dan energi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sektor energi.

4. Meningkatkan transparansi, tata kelola, dan menghilangkan korupsi dan biaya yang tidak efisien
di sektor hulu energi.

5. Meningkatkan kompetisi yang sehat dan transparan di sektor hilir energi, agar tercapai
pelayanan yang baik dan harga yang rasional dan terjangkau bagi masyarakat luas.

6. Melaksanakan kebijakan pengembangan dan pemakaian energi terbarukan (renewable energy)


yang konsisten dan sesuai dengan partispasi dan tanggung jawab Indonesia dalam agenda global
untuk mencegah pemburukan iklim dunia (climate change) dan memperkuat ketahan energi
nasional.

7. Meningkatkan kegiatan-kegiatan penelitian sektor energi untuk menghasilkan sumber-


sumber energi baru non-konvensional, meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan penurunan
emisi karbon.

8. Peningkatan efisiensi energi untuk mendorong perekonomian, peningakatan kesejahteraan dan


memperbaiki daya saing.

9. Peningkatan diversifikasi, distribusi serta akses energi sehingga setiap rakyat Indonesia mampu
memperoleh energi sesuai kebutuhan dan kemampuan daya belinya.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 163


Prioritas 8: Program Aksi Perbaikan dan Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan

1. Meneruskan reformasi birokrasi di lembaga-lembaga pemerintah secara bertahap, terukur dan


terus dijaga kualitas hasil kinerjanya serta pertangungjawaban publik.

2. Program perbaikan peraturan yang menyangkut rekrutmen, perkembangan karier secara


transparan, akuntabel dan berdasarkan prestasi (merit based), serta aturan disiplin dan
pemberhentian pegawai negeri sipil.

3. Meningkatkan kinerja dengan memperbaiki prosedur kerja (business process), pemanfaatan


teknologi untuk peningkatan kecepatan dan keakuratan layanan, dan mengatur kembali struktur
organisasi agar makin efisien dan efektif dalam menjalankan fungsi pelayanan publik, regulasi,
pengawasan dan penegakan aturan.

4. Memperbaiki renumerasi sehingga makin mencerminkan resiko, tanggung jawab, beban kerja
yang realistis dan berimbang.

5. Memperbaiki sistem dan tunjangan pensiun agar mencerminkan imbalan prestasi yang
manusiawi namun tetap dapat dipenuhi oleh kemampuan anggaran.

6. Melakukan pengawasan kinerja dan dampak reformasi, termasuk pemberantasan korupsi dan
penerapan disiplin dan hukuman yang tegas bagi pelanggaran sumpah jabatan, aturan, disiplin, dan
etika kerja birokrasi.

7. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas layanan pemerintahan dengan perumusan standar


pelayanan minimum yang diketahui masyarakat beserta pemantauan pelaksanaannya oleh
masyarakat.

Prioritas 9: Program Aksi Penegakan Pilar Demokrasi

1. Mengatur kembali hubungan eksekutif dan legislatif sehingga dapat menjalankan fungsi legislasi,
pengawasan dan fungsi anggaran yang efektif dan seimbang dan terbentuk suatu sistem yang dapat
melancarkan tujuan bernegara secara bermartabat.

2. Memperbaiki peraturan dan penyelenggaran Pemilu dan Pilkada, agar tercapai Pemilu yang
jujur, adil, dan dapat menghindarkan warga negara yang kehilanggan hak untuk berpartisipasi
dalam Pemilu.

3. Memperbaiki administrasi, penganggaran, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan


Pemilu agar terjadi kepastian dan efisiensi kerja insitusi penyelenggara pemilu tanpa
mengorbankan kualitas pemilu.

4. Mengembangkan substansi demokrasi, yaitu nilai-nilai hakiki seperti kebebasan, penegakan


hukum, keadilan dan rasa tanggung jawab.

Prioritas 10: Program Aksi Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi

1. Memperbaiki law enforcement.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 164


2. Memperkuat kinerja dan pengawasan kepolisian dan kejaksaan melalui reformasi kepolisian dan
kejaksaan, perbaikan kinerja kepolisian dan kejaksaan di daerah, baik melalui program quick win
maupun perbaikan struktural menyeluruh dan komprehensif pada kepolisian dan kejaksaan.

3. Meninjau ulang dan memperbaiki peraturan yang menyangkut penegakan hukum termasuk

4. pengaturan hak-hak polisi, peraturan-peraturan pelaporan, dan aturan pelayanan dari aparat
penegak hukum.

5. Mendukung perbaikan adminsitrasi dan anggaran di Mahkamah Agung dan peradilan di


bawahnya.

6. Pencegahan dan penindakan korupsi secara konsisten dan tanpa tebang pilih.

Prioritas 11: Program Aksi Pembangunan yang inklusif dan Berkeadilan

1. Penguatan kelompok usaha mikro, kecil dan menengah dengan perluasan akses kredit untuk
UMKM termasuk dan utamanya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), penciptaan dan
pendidikan bagi para pengusaha (enterpreneur) baru di tingkat kecil dan menengah di daerah-
daerah, mendukung inovasi dan kreativitas masyarakat dan pengusaha dalam menciptakan
produk, mengemas, memasarkan dan memelihara kesinambungan dalam persaingan yang sehat.

2. Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan melakukan terus menerus perbaikan kebijakan
transfer anggaran kedaerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Otonomi Khusus (otsus).

3. Mempercepat pembangunan daerah-daerah tertinggal dan daerah perbatasan terluar dan


terpencil dengan pemberian anggaran yang cukup bagi pembangunan infrastruktur dan pos
penjagaan terluar.

4. Mengurangi kesenjangan jender dengan meningkatkan kebijakan pemihakan kepada


perempuan dan pengarusutamaan jender dalam strategi pembangunan.

Prioritas 12: Program Aksi di Bidang Lingkungan Hidup

1. Memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan dan mencegah bencana alam dengan
melakukan reboisasi, penghutanan kembali, dan perbaikan daerah aliran sungai.

2. Mengembangkan strategi pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan


(sustainable) sesuai dengan tujuan untuk mengurangi ancaman dan dampak perubahan iklim
global.

3. Mengajak seluruh masyarakat luas, rumah tangga maupun dunia usaha untuk aktif menjaga
lingkungan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 165


Prioritas 13: Program Aksi Pengembangan Budaya

1. Menjaga suasana kebebasan kreatif di bidang seni dan keilmuan.

2. Menyediakan prasarana untuk mendukung kegiatan kebudayaan dan keilmuan yang bersifat
non-komersial.

3. Memberikan insentif kepada kegiatan kesenian dan keilmuan untuk mengembangkan kualitas
seni dan budaya serta melestarikan warisan kebudayaan lokal dan nasional, modern, dan
tradisional.

• Otonomi daerah

Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan yang menerapkan otonomi kepada daerah atau
desentralisasi yang sedikit mirip dengan negara serikat/federal.

Namun terdapat perbedaan-perbedaan yang menjadikan keduanya tidak sama. Otonomi daerah
bisa diartikan sebagai kewajiban yang dikuasakan kepada daerah otonom untuk mengatur &
mengurus sendiri urusan pemerintahan & kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi
masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan juga hasil guna penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat & pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban yaitu kesatuan
masyarakat hukum yg memiliki batas-batas wilayah yg berwenang mengutur dan mengatur
pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya sesuai prakarsa sendiri berdasarkan keinginan
dan suara masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah selain berdasarkan pada aturan hukum, juga
sebagai penerapan tuntutan globalisasi yang wajib diberdayakan dengan cara memberikan daerah
kewenangan yang lebih luas, lebih nyata & bertanggung jawab, utamanya dalam menggali,
mengatur, dan memanfaatkan potensi besar yang ada di masing-masing daerah.

Sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia berdasarkan pendekatan kesisteman meliputi


sistem pemerintahan pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Praktik
penyelenggaraan pemerintahan dalam hubungan antarpemerintah , dikenal dengan konsep
sentralisasi dan desentralisasi. Konsep sentralisasi menunjukkan karakteristik bahwa semua
kewenangan penyelenggaraan pemerintahan berada di pemerintah pusat, sedangkan sistem
desentralisasi menunjukkan karakteristik yakni sebagian kewenangan urusan pemerintahan yang
menjadi kewajiban pemerintah, diberikan kepada pemerintah daerah. Sistem desentralisasi
pemerintahan tidak pernah surut dalam teori maupun praktik pemerintahan daerah dari waktu ke
waktu. Desentralisasi menjadi salah satu isu besar yakni to choose between a dispension of power
and unification of power. Dispension of power adalah sejalan dengan teori pemisahan kekuasaan
dari John Locke.

Berdasarkan tujuan desentralisasi, yaitu:

1. untuk mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan tentang masalah-masalah kecil
bidang pemerintahan di tingkat local;
2. meningkatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan local;
3. melatih masyarakat untuk dapat mengatur urusan rumah tangganya sendiri; dan
4. mempercepat bidang pelayanan umum pemerintahan kepada masyarakat.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 166


Dasar Hukum mengenai Otonomi Daerah

• UUD 1945, Pasal 18, 18A, dan 18B

• UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

• UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintah Daerah

• Tap MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian,
dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah dalam Kerangaka NKRI

• Tap MPR No. IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi
Daerah

Berikut Ketentuan mengenai Pemerintah Daerah dalam BAB VI PEMERINTAH DAERAH Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.** )

(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.**)

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.** )

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.**)

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat.**)

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.** )

(7)Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.** )

Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten,
dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.**)

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 167


(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.** )

Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.**)

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.** )

Sistem Pemerintahan Daerah

Sistem pemerintahan daerah begitu dekat hubungannya dengan otonomi daerah yang saat ini telah
diterapkan di Indonesia. Jika sebelumnya semua sistem pemerintahan bersifat terpusat atau
sentralisasi maka setelah diterapkannya otonomi daerah diharapkan daerah bisa mengatur
kehidupan pemerintahan daerah sendiri dengan cara mengoptimalkan potensi daerah yang ada.
Meskipun demikian, terdapat beberapa hal tetap diatur oleh pemerintah pusat seperti urusan
keuangan negara, agama, hubungan luar negeri, dan lain-lain. Sistem pemerintahan daerah juga
sebetulnya merupakan salah satu wujud penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif.
Sebab pada umumnya tidak mungkin pemerintah pusat mengurusi semua permasalahan negara
yang begitu kompleks. Disisi lain, pemerintahan daerah juga sebagai training ground dan
pengembangan demokrasi dalam sebuah kehidupan negara. Sistem pemerintahan daerah disaradi
atau tidak sebenarnya ialah persiapan untuk karir politik level yang lebih tinggi yang umumnya
berada di pemerintahan pusat.

UU no 32 tahun 2004

Undang-undang ini dilatarbelakangi dengan adanya perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan


tuntutan otonomi daerah. Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 ini, dalam
penyelenggaraan otonomi menggunakan format otonomi seluas-luasnya. Artinya, azas ini
diberlakukan oleh pemerintah seperti pada era sebelum UU Nomor 5 Tahun 1974. Alasan
pertimbangan ini didasarkan suatu asumsi bahwa hal-hal mengenai urusan pemerintahan yang
dapat dilaksanakan oleh daerah itu sendiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga
setiap daerah mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan demi meningkatkan
kesejahteraan rakyat di daerah. Kontrol pusat atas daerah dilakukan dengan mekanisme
pengawasan yang menunjukkan formulasi cukup ketat dengan mekanisme pengawasan preventif,
represif, dan pengawasan umum. Proses pemelihan kepala/wakil kepala daerah menurut UU
Nomor 32 Tahun 2004 tidak lagi menjadi wewenang DPRD, melainkan dilaksanakan dengan
pemilihan langsung yang diselenggarakan oleh lembaga Komisi Pemilihan Umum daerah (KPUD).

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 168


PENGERTIAN PEMERINTAHAN DAERAH

Pemerintahan daerah sesuai pasal 1 huruf d UU no. 22 tahun 1999 adalah penyelenggara
pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan juga DPRD menurut azaz desentralisasi.

Menurut UU no. 32 tahun 2004 pada pasal 1ayat 2, pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

ayat 3 Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

ayat 4.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Penyelenggaraan Pemerintahan

Penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD.

Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang


terdiri atas:

asas kepastian hukum, asas kepentingan umum, asas tertib penyelenggara negara, asas
proporsionalitas, asas keterbukaan, asas akuntabilitas, asas efektivitas, asas profesionalitas, dan
asas efisiensi.

Daerah Otonom

Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 169


OTONOMI DAERAH

Pengertian Otonomi Daerah - sesuai Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian
otonomi derah adalah hak ,wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut Suparmoko (2002:61) mendefinisikan
otonomi daerah sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan juga mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, bahwa pemberian kewenangan
otonomi daerah dan kabupaten / kota didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi
yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

a. Kewenangan Otonomi Luas

Kewenangan otonomi luas berarti keleluasaan daerah untuk melaksanakan pemerintahan yang
meliputi semua aspek pemerintahan kecuali bidang pertahanan keamanan, politik luar negeri,
peradilan, agama, moneter & fiscal serta kewenangan pada aspek lainnya ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan. Disisi lain keleluasaan otonomi meliputi juga kewenangan yang
utuh & bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian hingga evaluasi.

b. Otonomi Nyata

Otonomi nyata berarti keleluasaan daerah untuk menjalankan kewenangan pemerintah di bidang
tertentu yang secara nyata ada & diperlukan serta tumbuh hidup & berkembang di daerah.

c. Otonomi Yang Bertanggung Jawab

Otonomi yang bertanggung jawab berarti berwujud pertanggungjawaban sebagai konsekuensi


pemberian hak serta kewenangan kepada daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi
daerah berupa , pengembangan kehidupan demokrasi, peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang semakin tinggi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang sehat antara
pusat & daerah serta antar daerah dalam usaha menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 7, 8, 9 tentang Pemerintah Daerah, ada
3 dasar sistem hubungan antara pusat & daerah yaitu :

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
mengatur & mengurus urusan pemerintah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil


pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Tugas perbantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah & atau desa atau sebutan lain
dengan kewajiban melaporkan & mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang
menugaskan.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 170


Hakekat, Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah

a. Hakekat Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya merupakan upaya dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan cara melaksanakan pembangunan sesuai dengan kehendak &
kepentingan masyarakat. Sehubungan dengan hakekat otonomi daerah tersebut yang berkaitan
dengan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik &
pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah & pelayanan masyarakat maka peranan
data keuangan daerah sangat diperlukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan
daerah dan juga jenis & besar belanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang menunjukan gambaran
statistik perkembangan anggaran & realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran & analisa
terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat kebijakan dalam
pengelolaan keuangan daerah untuk meliahat kemampuan/ kemandirian daerah (Yuliati, 2001:22)

b. Tujuan Otonomi Daerah

Tujuan utama dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah adalah membebaskan pemerintah pusat
dari urusan yang tidak seharusnya menjadi pikiran pemerintah pusat. Dengan demikian pusat
berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan
mengambil manfaat daripadanya. Pada saat yang sama pemerintah pusat diharapkan lebih mampu
berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas atau yang bersifat umum dan mendasar)
nasional yang bersifat strategis. Di lain pihak, dengan desentralisasi daerah akan mengalami proses
pemberdayaan yang optimal.

Kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah akan terpacu, sehingga kemampuannya
dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di daerah akan semakin kuat. Menurut Mardiasmo
(Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah)

adalah: Untuk meningkatkan pelayanan publik (public service) dam memajukan perekonomian
daerah. Pada dasarnya terdapat tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah & desentralisasi
fiskal, yaitu:

• Meningkatkan kualitas & kuantitas pelayanan publik & kesejahteraan masyarakat.

• Memberdayakan & menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan.

• Menciptakan efisiensi & efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.

Kemudian tujuan otonomi daerah menurut penjelasan Undang-undang No 32 tahun 2004 pada
intinya hampir sama, yaitu otonomi daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan &
hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa & peran serta aktif
masyarakat secara nyata, dinamis, & bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan &
kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat & campur tangan di daerah yang akan
memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 171


c. Prinsip Otonomi Daerah

Berdasarkan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, prinsip penyelenggaraan otonomi


daerah adalah sebagai berikut :

• Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek keadilan, demokrasi, pemerataan


serta potensi & keaneka ragaman daerah.

• Pelaksanaan otonomi daerah dilandasi pada otonomi luas, nyata & bertanggung jawab.

• Pelaksanaan otonomi daerah yang luas & utuh diletakkan pada daerah & daerah kota, sedangkan
otonomi provinsi merupakan otonomi yang terbatas.

• Pelaksanaan otonomi harus selaras konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan yang
serasi antara pusat & daerah.

• Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah kabupaten & derah
kota tidak lagi wilayah administrasi. Begitu juga di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh
pemerintah.

• Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan & fungsi badan legislatif daerah
baik sebagai fungsi pengawasan, fungsi legislatif, mempunyai fungsi anggaran atas
penyelenggaraan otonomi daerah

• Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukan sebagai wilayah
administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintah tertentu dilimpahkan kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah.

• Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di pemerintah daerah dan daerah
kepada desa yang disertai pembiayaan, sarana dan pra sarana serta sumber daya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 172


Hak dan Kewajiban Daerah

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:

1. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;


2. memilih pimpinan daerah;
3. mengelola aparatur daerah.
4. mengelola kekayaan daerah.
5. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
6. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya yang berada di daerah;
7. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan
8. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam Peraturan perundangundangan.

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban:

1. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
3. mengembangkan kehidupan demokrasi.
4. mewujudkan keadilan dan pemerataan;
5. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
6. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
7. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
8. mengembangkan sistem jaminan sosial;
9. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
10. mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
11. melestarikan lingkungan hidup;
12. mengelola administrasi kependudukan;
13. melestarikan nilai sosial budaya.
14. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya;
dan
15. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 173


• Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah;

Pengawasan terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pengawasan yang dianut menurut undang-undang no 32 tahun 2004 meliputi dua bentuk
pengawasan yakni pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintah di daerah dan pengawasan
terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.

Pengawasan ini dilaksanakan oleh aparat pengawas intern pemerintah. Hasil pembinaan dan
pengawasan tersebut digunakan sebagai bahan pembinaan selanjutnya oleh pemerintah dan dapat
digunakan sebagai bahan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Pembinaan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau
gubernurselaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah.

Dalam rangka pembinaan oleh pemerintah, menteri dan pimpinan lembega pemerintah non-
departemen melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing yang
dikoordinasikan oleh Mmenteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi, serta
oleh gubernur untuk pembinaan dan pengawasan kabupaten / kota.

Dalam hal pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan perataturan kepala
daerah, pemerintah melakukan dua cara sebagai berikut.

1. Pengawasan terhadap rancangan perda yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD,
dan RUTR, sebelum disyahkan oleh kepala daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam
Negeri untuk Raperda Provinsi, dan oleh gubernur terhadap Raperda Kabupaten/Kota. Mekanisme
ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna
yang optimal.

2. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di luar yang termuat di atas, peraturan daerah
wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk provinsi dan gubernur untuk
kabuapten/kota, untuk memperoleh klarifikasi terhadap peraturan daerah yang bertentangan
dengan kepentingan umum dan/atau peraturan lain yang lebih tinggi dan sebab itu dapat
dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.

Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, pemerintah dapat menerapkan
sanksi kepada penyelenggara pemerintahan daerah apabila ditemukan adanya penyimpangan dan
pelanggaran. Sanksi yang dimaksud antara lain berupa penataan kembali suatu daerah otonom,
pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan yang
ditetapkan daerah, sanksi pidana yang diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bersambung ke MATERI TWK BAGIAN II

DOWNLOAD MATERI TES CPNS GRATIS DENGAN BERGABUNG DI : http://cpns.maharijal.com/member


E-CPNS.COM| Wawasan Kebangsaan | Bag. 1 174

Anda mungkin juga menyukai