Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan


kesuburan tanah yang tinggi terkenal kaya tumbuhan dan jumlah yang melimpah. Tumbuhan di
Indonesia memiliki banyak khasiat sebagai tanaman obat. Salah satu tumbuhan berkhasiat yang
banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah tumbuhan yang menghasilkan miyak atsiri. Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri utama di dunia. (Nugroho, 2010). Metabolit
yang terdapat pada tumbuhan tanaman obat yaitu metabolit primer sekunder dan metabolit primer.
Berdasarkan kegunaannya metabo digunakan sebagai untuk pertumbuhan dan perkembangan sel,
sedangkan metabolit sekunder digunakan untuk mempertahankan serangan herbivora dan patogen
serta digunakan untuk berinteraksi dengan organisme lainnya (Tiwari and Rana, 2015 dan Kabera et
al., 2014) Metabolit sekunder termasuk dalam komponen menguap yang disebut minyak atsiri.
Minyak atsiri ini memiliki banyak manfaat bagi manusia, untuk memperolehnya menggunakan
beberapa metode ekstraksi, seperti destilasi atau penyulingan, dan ektraksi menggunakan pelarut
tertentu (Wink, 2015 dan Christaki et al., 2012). Nyamuk merupakan salah satu jenis serangga dan
juga berperan sebagai vektor. Nyamuk adalah vektor utama yang bertanggung jawab untuk
transmisi nyamuk/serangga (Kardinan, 2004, 2007 : Simon et al., 1984 Wibowo, 2012). Menurut
hasil penelitian Kardinan (2007), menunjukkan aktivitas repellent ekstrak daun rosemary terdapat
pada 12,7% yang dapat mengakibatkan lalat (Musca domestica) jatuh (knock down). Pada penelitian
ini, digunakan formula dalam sediaan gel. Sediaan gel disukai karena memiliki kandungan air yang
bersifat yaitu mendinginkan, menyejukkan, melembabkan, dan mudah penggunaannya (Ansel,
2005). Basis gel yang digunakan adalah Carbopol 940. Carbopol bersifat hidrofilik sehingga
stabilitasnya besar, mudah dicuci air, daya sebar pada kulit baik, dapat dipakai di bagian tubuh yang
berambut dan memiliki pelepasan obat yang baik (Voigt 1984). Berdasarkan uraian diatas, penulis
tertarik untuk membuat formulasi sediaan gel minyak atsiri daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.)
sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Belum ada laporan penggunaan minyak atsiri
daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) sebagai gel anti nyamuk. Diharapkan gel yang berasal dari
minyak atsiri daun rosemary (Rosmarinus officinalis L) dapat dijadikan alternatif bahan anti nyamuk
sebagai pengganti yang ada di pasaran. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian
yang telah diuraikan di atas, maka dapat didefinisikan beberapa masalah sebagai berikut 1. Dapatkah
minyak atsiri daun rosemary (Rosmarinus officinalis L) difomulasikan sebagai gel repellent (penolak
nyamuk) yang stabil? 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Rosemary 1. Taksonomi Tanaman a. Klasifikasi Gambar 1.


Tanaman Daun Rosemary (Rosmarinus officinalis L) (Stearn, 1992) Sistematika dan klasifikasi
tanaman Daun Rosemary (Rosmarinus officinalis L) adalah sebagai berikut : : Plantae (Tumbuhan)
Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh) Subkingdom Magnoliophyta (Tumbuhan
Berbunga) Divisi Spermatophyta Sub divisi Magnoliopsida (Berkeping dua /Dikotil) Class Ordo
Lamiales :Lamiaceae (Keluarga mint) Famili Genus :Rosmarinus Species :Rosmarimus officinalis L.
(Stearn, 1992) 7

2. Sinonim dan Nama Lain Di berbagai belahan dunia Daun Rosemary (Rosmarinus officinalis L)
memiliki berbagai macam nama lain, diantaran ya adalah Indonesia (Rosmari, Rusmarin), Inggris
(Common Rosemary), Vietnam (La Huong Thao), Filiphina (Romero) , Cina (Mi Die Xiang), Jepang
(Mannenrou), India (Rasmari, German (Garten-Rosmarin), Belanda (Rozemarjin), Prancis Rusmari),
(Romarin, Rosmarin). (Guzman, 1992) 3. Morfologi Tumbuhan Rosemary (Rosmarinus officinalis L)
termasuk dalam suku Lamiaceae merupakan tumbuhan hijau menahun yang beraroma semerbak.
Tanaman ini tumbuh mencapai ketinggian sekitar 1,5-2 m tingginya. Bentuk daunnya sangat sempit,
oval kecil, berujung runcing, dengan warna hijau gelap diatasnya dan keabu-abuan dibawahnya.
Daun-daun hijau dengan panjang 2-4 cm serta lebarnya 2-5 mm disekelilingnya ada bulu-bulu halus.
Terdapat bunga-bunga biru kecil yang pucat. Tanaman ini tumbuh dibudidayakan di daerah tropis
dan subtropis diseluruh dunia. Tumbuh ditanah kering, berpasir atau berbatu didaerah beriklim
ditandai dengan musim panas yang hanyat dan ringan, serta musim dingin (Guzman, 1992; Randall,
2012). 4. Ekologi dan Penyebaran Tanaman ini dapat ditemukan dihutan lembab pegunungan pada
ketinggian 1500m-2500 m diatas permukaan laut, didaerah dengan zona yang lembab beriklim.
Tumbuh dengan baik ditanah liat tergenang air. Rosemary 8

(Rasmarinus officinalis L) dapat bertahan hidup di daerah dengan musim dingin ringan, tapi tidak di
daerah di mana suhu sering turun di bawah -3 °C. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari penuh.
Rosemary (Rosmarinus officinalis L) merupakan tanaman yang berasal dari wilayah Mediterania
dengan iklim pesisir, dan dapat mentolerir panas Rosemary (Rosmarinus officinalis L) dibudidayakan
hampir seluruh dunia baik diperkebunan perkotaan dan perdesaan (Hori, 1998; Guzman, 1999). &
Kandungan Kimia Komponen utama kimia dalam minyak atsiri Daun Rosemary (Rosmarinus
officinalis L) antara lain : terdapat minyak atsiri yang sering disebut sebagai quita essenta
mengandung karnosol, rosmasol, isorosmasol, epirosmasol, rosmaridifenol dan rosmariquinon.
Selain itu juga Rosemary (Rosmarinus officinalis L) mengandung senyawa a-pinene, 1,8-cineole,
verbenone, borneol, champene, camphor, bornyl acetate linalool, kamfor sineol, kapur barus,
camphene, limeon, borneon, mircene, terpineol dan caryophyllene (Simon et al., 1984). 6 Khasiat
Rosemary (Rosmarinus officinalis L) banyak digunakan sebagai anti- inflamasi, astringent, karminatif,
ekspektoran, tonik dan stimulan. meningkatkan sirkulasi, mengurangi sakit kepala dan memiliki sifat
antibakteri dan antijamur, dan meningkatkan penyerapan makanan dengan merangsang
pencernaan, hati, saluran usus, dan kandung empedu. itu juga digunakan dalam obat kumur
antiseptik untuk sakit tenggorokan, masalah gusi dan sariawan.

Khasiat tanaman Daun Rosemary (Rosmarinus officinalis L) juga dapat digunakan untuk
aromatheraphy, dalam bidang kecantikan seperti kosmetik, dan digunakan sebagai flavouring dalam
makanan (Langley, 2008). B. Minyak Atsiri 1. Definisi Minyak atsiri adalah zat berbau yang
terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap. Minyak atsiri mudah
menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, bau wangi sesuai
dengan tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Minyak atsiri yang terdapat di alam dibagi menjadi 3 golongan, yaitu minyak mineral (mineral oil),
minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat), dan minyak atsiri (essential oil) (Ketaren,
1987). 2 Komponen Minyak Atsiri Minyak Atsiri terutama terdiri dari komponen menguap termasuk
golongan hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik, serta turunan hidrokarbon yang telah
mengikat oksigen (Ketaren, 1987). a. Golongan Hidrokarbon Persenyawaan yang termasuk golongan
ini terbentuk dari unsur Karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak
atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen, sesquiterpen, diterpen dan politerpen.

b. Golongan Hidrokarbon Teroksigenasi Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk
dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan
ini adalah persenyawaan gugus fungsi alkohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol. Golongan
hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya
aroma yang lebih wangi (Ketaren, 1985). 3. Metode Ekstraksi a. Penyulingan (Destilasi) Penyulingan
atau destilasi didefinisikan sebagai pemisahan komponen- bih berdasarkan komponen suatu
campuran dari dua jenis cairan atau perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut (Miall,
1940). Menurut Guenther (1988), dalam industri minyak atsiri terdapat 3 macam metode destilasi,
diantaranya: 1. Destilasi Air Bahan didestilasi dalam air mendidih disebut panas langsung. Bahan
yang mengapung atau terendam di air tergantung dari bobot jenis minyak dan jumlah bahan yang
didestilasi 2. Destilasi Uap Air Bahan diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel
kemudian diisi air hingga permukaan air berada jauh dibawah saringan. Air dipanaskan dengan 2
cara yaitu : uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khasnya ialah uap selalu dalam
keadaan basah,

jenuh, dan tidak terlalu panas serta bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak
dengan air panas. 3. Destilasi Uap Prinsipnya sama dengan destilasi uap-air, kecuali air tidak diisikan
dalam ketel. Uap yang digunakan ialah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1
atm. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar dan berpori yang terletak di bawah bahan lalu uap
bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan. b. Metode Pengepresan Ekstraksi
minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah, atau
kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan,
maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke
permukaan bahan. Contohnya minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini (Ketaren,
1985). c. Metode Ekstraksi Pelarut Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik
yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan mengekstraksi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak
atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka, melati, mawar, dan kenanga. Pelarut yang
umum digunakan adalah petroleum eter, karbon tetra klorida dan sebagainya (Ketaren, 1985).

d. Metode Enfleurage Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang
dilekatkan pada media lilin. Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan,
untuk mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi. C.Nyamuk Aedes aegypti 1. Klasifikasi
(sumber : christopher, 1960) Gambar 2. Nyamuk Aedes aegypti (Christopher, 1960) Menurut
Djakaria S (2004) urutan klasifikasi dari Nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut: Animal
(hewan) Kingdom : Athropoda (kaki beruas-ruas) Phylum : Uniramia (kaki tidak bercabang dan
antena) Sub phylum :Insecta (serangga) Kelas Ordo : Diptera (dua pasang sayap) : Nematosera
(sejenis serangga) Sub Ordo Famili :Cuticidae (pengisap kecit) : Culicinae (penghisap panjang) Sub
famili 13

Pada umumnya nyamuk Aedes aegypti akan meletakan telurnya pada suhu sekitar 20° sampai 30°C.
Pada suhu 30°C, telur akan menetas setelah I sampai 3 hari dan pada suhu 16°C akan menetas dalam
waktu 7 hari. Telur nyamuk Aedes aegypti sangat tahan terhadap kekeringan. Pada kondisi normal,
telur Aedes aegypti yang direndam di dalam air akan menetas sebanyak 80% pada hari pertama dan
95% pada hari kedua. Berdasarkan jenis kelaminnya, nyamuk jantan akan menetas lebih cepat
dibanding nyamuk betina, serta lebih cepat menjadi dewasa (Soedarto, 1992). (Sumber : Sivanathan,
2006) Gambar 3. Telur Nyamuk Aedes aegypti b. Larva Nyamuk Aedes aegypti Telur menctas
menjadi larva atau sering juga disebut jentik. Larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta
toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva dari kebanyakan nyamuk menggantungkan diri pada
permukaan air. Jentik nyamuk sering berada pada permukaan air, untuk mendapatkan oksigen di
udara. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami empat tahapan yang disebut
Instar. Keempat instar itu dapat di selesaikan dalam waktu 4 hari 2 minggu tergantung

Anda mungkin juga menyukai