GANGGUAN TIROID
Dosen:
Atik Setiawan Wahyuningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun oleh :
Rina Yuli Agita Devi 1711B0063
Semester 4B
c) Test Lab
TSH Test
Dapat mendeteksi, walaupun TSH dalam darah sedikit dan tes ini
paling akurat untuk pengukuran aktivitas tiroid. Tes ini didasari dari
kerjasama TSH dan hormon tiroid.
T3 & T4 Test
Menunjukan kadar T3 & T4 di darah. Apabila hipertiroid, ada
peningkatan pada hormon tiroidnya.
TSI (thyroid-stimulating antibody, TSAb) Test
Mengukur kadar TSI dalam darah. Orang dengan Grave’s disease
punya antibody ini.
Radioactive Iodine Uptake Test
Mengukur kadar iodium yang dikumpulkan tiroid dari sirkulasi, tes ini
juga bisa membantu untuk mengetahui penyebabnya. Contoh: apabila
kadar iodium rendah berarti karena tiroiditis, kalau kadar iodium
tinggi berarti karena Grave’s disease.
Thyroid Scan
Tes ini dapat memperlihatkan bagaimana dan dimana iodium
disalurkan pada tiroid.
Penatalaksanaan
1. Obat beta-blocker
2. Obat antitiroid. Contoh obat, Methimazole dan propylthiouracil (PTU).
3. Radioactive iodine-131
4. Operasi tiroid
2. HIPOTIROID
Hipotiroid adalah tingkat kekurangan hormon tiroid (tiroksin), keadaan dimana
kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan sedikit tiroksin, hal ini dapat menyebabkan
fungsi metabolisme tubuh bekerja sangat lambat.
Gejala
Lemah, lelah, gemetar, denyut nadi lambat, konstipasi, lemah otot, kulit dan
rambut kering, suara serak, menstruasi tidak teratur.
TIROIDITIS HASHIMOTO
Tiroiditis Hashimoto (Tiroiditis Autoimun) adalah peradangan kelenjar
tiroid yang sering menyebabkan hipotiroidisme. Peradangan yang dihasilkan
sering menyebabkan kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme).
Diagnosa:
Dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid pada contoh darah untuk menentukan
apakah fungsi kelenjar masih normal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala,
hasil pemeriksaan fisik dan adanya antibodi yang menyerang kelenjar (antibodi
antitiroid) di dalam darah.
Terapi:
Tidak ada pengobatan khusus untuk tiroiditis Hashimoto. Sebagian besar
penderita pada akhirnya akan mengalami hipotiroidisme dan harus menjalani
terapi sulih hormon sepanjang hidupnya. Hormon tiroid juga bisa digunakan
untuk mengurangi pembesaran kelenjar tiroid.
Penatalaksanaan
Tiroksin dosis rendah (50μg/hari) ditingkatkan sampai dosis
pemeliharaan maksimal 150μg/hari.
Kekurangan hormon tiroid suplemen hormon tiroid dalam bentuk tablet.
Pengkajian Keperawatan
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin
informasi antara lain
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut
dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
a. Pola makan
b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c. Pola aktivitas.
3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
a. Sistem pulmonari
b. Sistem pencernaan
c. Sistem kardiovaslkuler
d. Sistem muskuloskeletal
e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
f. Sistem reproduksi
g. Metabolik
5. Pemeriksaart fisik mencakup
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata,
wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak
menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek.
Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun:
c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun
6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan
lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas
beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.
7. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum;
pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan
TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
PEMBACAAN HASIL PEMERIKSAAN LAB Gangguan tiroid
1. Hb : 13,1 g/dl (N : 12-14)
Tidak anemia
2. WBC : 8900/mm3 (N : 4000-10000)
Tidak ada infeksi
3. Fasting Blood Sugar : 155 mg/dl (N : 126 mg/dl)
- Pada kasus kadar glukosa dalam darah tinggi yang disebabkan oleh penguraian
glikogen menjadi glukosa apabila terdapat hormon tiroid dalam jumlah besar,
sehingga hal ini menguatkan penyebabnya adalah hipertiroid. JIka hipotiroid
sebaliknya.
- Pada hipertiroid meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis hati demikian
pula absorbsi glukosa usus.
4. Total cholesterol : 132mg/dl (N : < 200 mg/dl)
- Sintesis dan degradasi kolesterol keduanya meningkat oleh hipertiroid.
- Efek yang terakhir ini sebagian besar disebabkan oleh suatu peningkatan LDL hati,
sehigga kadar kolesterol menurun dengan aktivitas tiroid yang berlebihan.
- Lipolisis juga meningkat, melepaskan asam lemak dan gliserol.
- Sebaliknya kadar kolesterol meningkat pada hipotiroid.
5. Triglyceride : 115 mg/dl (N : <150 mg/dl)
6. Liver & renal : Normal
7. Urin β-HCG tes : (-) Tidak hamil
8. Total T4 : 20 µg/dl (N : 4,5 – 12,5 µg/dl)
Total T3 : 3,0 µg/dl (N : 1,3 – 2,9 µg/dl)
TSH : < 0,001 IU/L (N : 0,3 – 5,0 IU/L)
Dari hasil Total T4, Total T3,dan TSH dapat disimpulkan bahwa hipertiroid yang
disebabkan oleh adanya immunoglobulin perangsang tiroid (TSI)/penyakit Grave.
- Penyakit grave adalah suatu penyakit autoimun yakni tubuh secara serampangan
membentuk thyroid stimulating immunoglobulin (TSI), suatu antibody yang
sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid (berikatan dengan reseptor TSH dan
terus menerus merangsang sekresi hormone tiroid namun TSI tidak dipengaruhi
oleh umpan balik (-), sehingga sekresi terus menerus berlangsung).
- Pada penyakit grave terjadi gondok disertai hipersekresi karena TSI merangsang
pertumbuhan tiroid serta meningkatkan sekresi hormone tiroid.
- Karena kadar T3 dan T4 dalam darah sirkulasi yang tinggi menghambat hipofisis
anterior, sekresi TSH itu rendah.
9. USG Examination
a. Thyroid : solid struma with increased vascularity
b. Gynecologic : normal
c. Thyroid scanning : enlarged thyroid gland, homogenously, hiperactive
LAPORAN KASUS
Klien berinisial Ny. Y, berumur 26 tahun, pendidikan terakhir SD, pekerjaan sebagai Ibu
Rumah Tangga, dengan diagnosa medis hipertiroid. Mengeluh Sesak (+), badan sebelah kanan
terasa lemah (+), sakit sudah 4 hari. Klien mengatakan pusing kepala pada saat mau ke WC, mata
terasa berputar – putar dan pemandangan gelap. Badan terasa panas, S: 38,3 oC . Klien
mengatakan bahwa tidak pernah mengalami penyakit DM, Hemoroid dan penyakit hipertensi.
Klien mengatakan makan 1 x/ hari pada saat pagi hari dengan 3 sendok dari porsi makanan yang
disediakan. klien tampak lemah. Klien mengatakan selama di rumah sakit klien hanya berbaring
lemas di tempat tidur. Klien tampak lemah. Aktivitas klien dibantu oleh keluarga. Klien tampak
bertanya – tanya dan tidak mengetahui tentang penyakitnya. Suhu 38,3 oC, Nadi 88 x/mnt,
Tekanan Darah 120/70mmHg, Pernafasan 24 x /mnt.
Data penunjang
Laboratorium
Hb 11,8 g/dl
Leukosit 5200 set/mm3
Eritrosit 4,1 juta/ mm3
Kolestreol total 208 mg/dl
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive
Doenges, Marilyn B, dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hardi .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC –
Hidayat, A. Azis Alimul .2005. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson. L.M. .2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna
Publishing.