Anda di halaman 1dari 9

TUGAS Modul PGD

Silvy Dioni

ARITMIA PADA ANAK

Frekuensi dan tanda klinis aritmia yang terjadi pada anak berbeda dengan yang terjadi pada
orang dewasa. Walaupun aritmia pada bayi dan anak frekuensi terjadinya lebih jarang, namun ini
memerlukan perhatian dari klinisi untuk dapat mengenali dan melakukan penanganan yang tepat
terhadap aritmia yang terjadi tersebut. Sebab manifestasi dari aritmia itu sendiri serta pendekatan
klinisnya berbeda antara pada anak dibandingkan pada orang dewasa.
Aritmia dapat juga didefinisikan sebagai variasi dan abnormalitas pada pembentukan impuls,
perambatan impuls, dan pengaruh otonomik. Aritmia pada anak terjadi pada 55,1 per 100.000 kasus
di unit gawat darurat anak. Arimia yang sering terjadi pada anak secara berurutan adalah sinus
takikardi (50%), Supraventrikular takikardia ( 13 %), bradikardi (6 %), dan atrial fibrilasi (4,6% ).
Penegakkan diagnosa aritmia pada anak menjadi suatu tantangan bagi para klinisi karena
banyaknya gejala yang tidak spesifik yang dikeluhkan oleh anak, seperti tidak mau makan, gelisah,
pusing. Namun, dengan gejala yang tidak khas ini hendaknya diagnosa tetap dapat ditegakkan
sehingga penanganan dapat segera dilakukan.

Dalam membicarakan aritmia, kita harus mengetahui asal ritme yang muncul sehingga kita
dapat menilai aritmia itu berasal dari mana.

RITME YANG BERASAL DARI NODUS SINUS.

Semua irama yang berasal dari nodus sinus atrial mempunyai 2 karakteristik yang harus dipenuhi
untuk menghasilkan suatu irama sinus, yaitu ;

1. Gelombang P mendahului kompleks QRS dengan interval PR yang reguler.


2. Gelombang P positif pada lead II dan terbalik pada aVR.

Sinus Takikardi

Gambarannya :
Bila didapati irama dasar dari EKG adalah sinus ritme dengan frekuensi denyut jantung yang lebih
cepat dari batas normal sesuai umur. Denyut jantung lebih cepat dari 140 x/menit untuk anak dan
lebih dari 170 x / menit untuk bayi, ini bermakna untuk dikatakan sebagai suatu sinus takikardi.
Denyut jantung umumnya dibawah 200 x /menit untuk dikatakan sebagai suatu sinus takikardi.

Penyebabnya :
Umumnya penyebab dari takikardi pada anak dapat disebabkan oleh karena cemas/ ketakutan,
demam, anemia, congestive heart failure (CHF), syok hipovolemik yang sering diakibatkan oleh
dehidrasi akibat diare maupun muntah.

Penatalaksanaan :
Umumnya sinus takikardi tidak memerlukan penatalaksanaan khusus. Tatalaksana dari sinus takikardi
ditujukan pada tatalaksana penyakit yang mendasarinya, sebab takikardi umumnya adalah
merupakan suatu mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung yang mencukupi.
Sinus Bradikardi

Gambarannya :
Didapati irama dasarnya adalah sinus, namun frekuensi denyut jantung adalah lebih lambat dari
batas paling bawah denyut jantung sesuai umur. Denyut jantung dibawah 80 x/ menit untuk bayi,
dan dibawah 60 x / menit pada anak sudah dapat dikatakan sebagai suatu sinus bradikardi.
Penyebabnya
Sinus bradikardi biasa terjadi pada orang normal atau pada atlit maupun pada saat tidur. Bradikardi
ini juga dapat muncul akibat stimulasi vagal, peningkatan tekanan intrakranial, hipotermi, hipoksia,
hiperkalemi, ataupun akibat dari pemakaian obat-obatan seperti digitalis dan β-Bloker.

Penatalaksanaan
Bila sinus bradikardi tidak menimbulkan keluhan bagi pasien, umumnya tatalaksana tidak diperlukan.
Tatalaksana ditujukan untuk mengatasi penyakit yang mendasarinya.

Sinus Aritmia

Gambarannya
Pada sinus aritmia, didapati variasi dari denyut jantung, meningkat pada saat inspirasi dan melambat
pada saat ekspirasi. Hal ini dapat muncul sebagai suatu gambaran dari sinus ritme Penyebabnya
Hal ini adalah fenomena normal dan berhubungan dengan pengaturan syaraf autonomic jantung
pada saat fase respirasi .

Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang diindikasikan untuk kasus tersebut.

II. RITME YANG BERASAL DARI ATRIUM

Irama yang berasal dari atrium mempunyai karakteristik, yaitu : Gelombang P mempunyai bentuk
yang tidak biasa, yang diakibatkan oleh aksis P yang abnormal, dan atau adanya jumlah gelombang P
yang abnormal pada setiap kompleks QRS.

Kompleks QRS biasanya berbentuk normal, namun sering muncul kompleks QRS yang tidak biasa
yang dapat disebabkan oleh aberans.

Atrial Flutter

Gambarannya :
Karakteristik dari Atrial Flutter adalah adanya atrial rate yang terjadi sekitar 300 (antara 240 – 360) x /
menit. Pada EKG didapati gambaran ”sawtooth” dengan perbandingan antara gelombang P dengan
QRS biasanya 4:1, 3:1, 2:1, dengan gambaran gelombang QRS biasanya normal.

Penyebab
Umumnya atrial flutter pada anak disebabkan akibat adanya kelainan struktur jantung, walaupun
pada fetus dan neonatus dengan atrial flutter umumnya memiliki struktur jantung yang normal.
Penyebab lain yang dapat menimbulkan atrial flutter antara lain seperti penyakit infeksi akut,
perikarditis, miokarditis, keracunan digitalis, dan dapat juga muncul akibat adanya riwayat post
operatif koreksi terutama yang melibatkan atrium seperti koreksi Atrial Septum Defek (ASD),
prosedur Mustard untuk D-transposition of the great artery , atau prosedur Fontan . Prosedur ini
dapat menyebabkan atrial flutter karena adanya gangguan pada sistem konduksi yang terjadi apabila
terdapat jahitan luka melewati septum atrium. Atrial flutter juga dapat terjadi pada Duschenne’s
muscular dystrophy serta trauma pada susunan syaraf pusat.

Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan dari atrial flutter dapat mencakup penatalaksanaan pada kondisi akut, kronik,
mengontrol rate, mencegah kejadian berulang .

1. Pada kondisi akut,

a. Adenosin tidak dapat mengkonversikan aritmia menjadi sinus, walaupun dapat membantu
konfirmasi diagnosa dari atrial flutter dengan menghambat konduksi AV.
b. Kardioversi dengan DC syncronize merupakan pilihan untuk penatalaksanaan atrial flutter
dengan durasi singkat, bila pasien bayi atau anak dalam kondisi gagal jantung yang berat.
c. Temporary pacing juga ada tempat untuk dilakukan
d. Pada anak, pemberian injeksi amiodaron atau procainamide mungkin efektif untuk
mengatasi atrial flutter.

2 . Pada kasus kronik

Dengan pemberian antikoagulan, warfarin, dapat menunda untuk dilakukannya kardioversi sampai 2
-3 minggu. Setelah kembali ke irama sinus, pemberian antikoagulan dapat dilanjutkan sampai 3 – 4
minggu.

3. Rate kontrol

Untuk mengontrol rate ventrikel, CCB merupakan pilihan. Propanolol juga sama efektifnya. Pada
waktu lalu, digoksin sering dipakai.

4 . Mencegah kekambuhan

Pemberian anti aritmia kelas I dan III, tampak berhasil dalam mencegah kekambuhan dari atrial
flutter.

Atrial Fibrilasi.

Gambaran :

Karakteristik dari atrial fibrilasi yaitu adanya gambaran kecepatan dari atrium yang ekstrim, berkisar
350 – 600 x / menit dan ritme yang muncul umumnya bersifat “irregularly irregular”, dengan
gambaran kompleks QRS yang normal.

Penyebab :

Atrial fibrilasi (AF) jarang terjadi pada anak. Umumnya kejadian AF ini berhubungan dengan
gangguan dari susunan struktural jantung seperti pada Rheumatik Heart Disease (RHD), Eibstein’s
anomaly, atresia tricuspid, ASD, adanya riwayat intra-atrial surgery. Tiroktosikosis, emboli pulmonal,
dan perikarditis juga merupakan keadaan yang mungkin dapat menimbulkan atrial fibrilasi .
Penanganan
Penanganan dari atrial fibrilasi hampir menyerupai penanganan pada atrial flutter, yaitu :

1. Jika atrial fibrilasi muncul lebih dari 48 jam, antikoagulan seperti warfarin direkomendasikan
diberikan selama 2 – 3 minggu untuk mencegah kejadian emboli sistemik, jika konversi dapat
ditunda. Pemberian antikoagulan dapat dilanjutkan selama 3 – 4 minggu setelah irama sinus
dicapai. Jika kardioversi tidak dapat ditunda, maka pemberian injeksi heparin dapat dimulai
dan kardioversi dapat dilakukan jika nilai aPTT berkisar 1,5 – 2,5 lebih besar dari kontrol dalam
5 -10 hari.
2. Propanolol, verapamil, maupun digoksin dapat diberikan untuk mengurangi rate ventrikel.
3. Antiaritmia kelas I seperti quinidine, procainamide, flecainide dan Kelas III seperti amiodaron
juga ada tempat untuk diberikan.
4. Pada pasien dengan kronik atrial fibrilasi, pemberian antikoagulan dapat dipertimbangkan
untuk mengurangi kejadian tromoemboli. Pada kasus kronik, kontrol rate lebih meningkat
penggunaannya dari pada konversi.

Supra Ventrikular Tachycardia

Gambaran
Supraventrikuler Takikardi (SVT) adalah suatu aritmia yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak.
Denyut jantung sangat cepat dan teratur. Biasanya denyut jantung berkisar 240±40 x /menit, dengan
gelombang P yang umumnya sulit dinilai 1-8,13. Namun jika gelombang P dapat dinilai, akan didapati
aksis dari gelombang P yang tidak normal, dapat mendahului ataupun mengikuti kompleks QRS.
Durasi kompleks QRS umumnya normal.

Terdapat tiga tipe SVT, yaitu tipe atrial takikardi, nodal takikardi, dan AV reentrant takikardi. Tipe yang
paling sering didapati adalah AV reentrant takikardi. AV reentrant takikardi (AVRT), bukan saja
merupakan mekanisme yang paling umum muncul pada SVT, namun juga merupakan takiaritmia
yang paling sering didapati pada anak. Pada AVRT, didapati jalur ”by pass” tambahan lain menuju AV-
node. Jalan lain ini secara secara anatomis terpisah, seperti bundle of Kent yang dapat dilihat pada
sindroma Wolf-Parkinson-White (WPW). Konduksi jalur pintas ini lebih cepat dibandingkan dengan
jalur normal, dan menghasilkan suatu pola siklus reentry yang independen dari nodus SA. Temuan
yang khas pada WPW adalah dijumpainya PR interval yang memendek, QRS yang melebar dan
dijumpai upstroke kompleks QRS yang dikenal sebagai gelombang delta. Namun hal ini hanya akan
dapat dijumpai jika irama jantung telah menjadi irama sinus.

Ectopic atrial tachycardia merupakan mekanisme yang jarang terjadi pada SVT. Ditandai dengan
adanya tembakan yang cepat pada suatu fokus ektopik di atrium, dimana dijumpai adanya morfologi
gelombang P yang muncul dengan morfologi yang berbeda.

Nodal ectopik takikardi , dapat mengarah ke atrial takikardi karena P wave tertanam pada gel T pd
denyut sebelumnya shg menjadi tidak kelihatan. Tetapi denyutnya relatif lebih lambat 120-200 x/i
jika dibandingkan dengan EAT .

Penyebab
Pada kejadian SVT, kebanyakan tidak ditemukan kelainan jantung yang mendasarinya. Serangan
pertama sering terjadi sebelum usia 4 bulan, dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada
perempuan. Hampir setengahnya adalah idiopatik, sebahagian lain disebabkan kelainan jantung
kongenital ( paling sering anomali Eibstein, single ventricle, dan L-transposisi), 10 -20 % diakibatkan
oleh sindroma WPW, serta dapat juga muncul setelah adanya operasi jantung .

Alasan orang tua membawa bayinya ke dokter karena mendadak gelisah, tidak mau menyusu,
bayinya bernafas dengan cepat, pucat, bahkan mungkin muntah-muntah. Nadi diraba sangat cepat,
berkisar 200-300 kali/ menit. Sedangkan pada anak yang lebih besar, alasan mereka dibawa ke dokter
adalah perasaan berdebar-debar, nyeri dada, pusing, dan kadang sesak nafas .

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari SVT harus cepat dilakukan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
SVT yakni :

1. Lakukan maneuver vagal, yakni lakukan masase pada sinus karotis, gagging, melakukan
penekanan pada kedua bola mata umumnya berhasil pada anak yang lebih besar, namun jarang
berhasil pada bayi. Kompres air dingin diwajah selama 10 detik sering berhasil pada bayi.
2. Pemberian adenosine dapat dipertimbangkan sebagai obat pilihan. Adenosine diberikan dengan
suntikan bolus cepat dan diikuti dengan dibilas larutan saline, dimulai dosis 50 µg/kg, dapat
ditingkatkan 50 µg/kgbb tiap 1 -2 menit. Umumnya efektif pada dosis 100 -150 µg/ kgbb dengan
dosis maksimal 250 µg/ kgbb
3. Pada bayi dengan CHF yang berat, pengobatan emergensi ditujukan dengan kardioversi segera,
dengan dosis inisial 0,5 joule/kgbb dan dapat ditingkatkan sampai dosis 2 joule /kgbb.
4. Esmolol, β-bloker lainnya, verapamil, dan digoksin dapat juga diberikan. Pemberian propanolol
intravena dapat diberikan pada SVT yang diikuti dengan sindroma WPW. Pemberian verapamil
secara intravena pada anak dibawah 12 bulan sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan
bradikardi yang berat dan hipotensi.
5. Jika tatalaksanaan farmakologis gagal, ablasi kateter radiofrekuensi dapat dijadikan pilihan, sesuai
indikasi.

Pencegahan kekambuhan

Pada bayi tanpa sindroma WPW, pemberian oral propanolol selama 12 bulan memberikan hasil yang
baik. Pada bayi dengan riwayat CHF dan sindroma WPW dapat dimulai pemberian digoksin, namun
setelah CHF berhasil diatasi, pemberian digoksin dapat diganti dengan pemberian propanolol.

RITME YANG BERASAL DARI VENTRIKEL

Ritme yang berasal dari ventrikel (aritmia ventrikel ) mempunyai karakter sebagai berikut :

1. Kompleks QRS yang lebar dan tidak biasa


2. Arah gelombang T berlawanan dengan kompleks QRS
3. Secara acak, kompleks QRS didahului dengan gelombang P, jika ada.

Premature Ventricular Contraction


Gambaran
Premature Ventrikular contraction (PVC) muncul karena adanya focus ectopik pada ventrikel yang
muncul lebih awl dari irama dasarnya. Pada EKG terlihat kompleks QRS yang lebar, terdapat
perubahan segmen ST sekunder, dan terdapat pause kompensasi penuh (full compensatory pause).

Berdasarkan frekuensi dan bentuknya, PVC dapat dibagi menjadi :

1. Ventrikular bigeminy atau coupling, jika tiap satu QRS kompleks normal diikuti dengan satu
kompleks PVC.
2. Ventrikular trigeminy , jika tiap dua kompleks QRS normal diikuti dengan satu komlpleks PVC.
3. Couplets , jika dua kompleks PVC muncul secara serangkai
4. Triplets , jika tiga kompleks PVC muncul secara serangkai. Tiga atau lebih berturut-turut
muncul PVC, dapat disebut dengan ventrikular takikardi.

Penyebab
PVC dapat muncul pada anak sehat. Didapati 50 %– 70 % dari anak normal muncul PVC pada
pemantauan 24 jam EKG ambulatory. Bebepara penyebab yang dapat menimbulkan PVC pada anak
seperti miokarditis, miokardia infark, kardiomiopati, MVP, post operatif, obat-obatan seperti digitalis,
teofilin, kafein.

Penatalaksanaan
Pada anak dengan jantung yang normal, jika muncul PVC baik itu bigeminy atau PVC jenis yang lain,
namun tidak menunjukkan gejala yang serius dan dari hasil pemeriksaan lainnya seperti
echokardiography, exercise sress tests hasilnya normal, maka tidak diperlukan pengobatan khusus.

Namun pada anak yang mengalami PVC dan memberikan gejala, maka pengobatan sudah harus
dilakukan .

a. β-bloker sepert atenolol, 1-2 mg/kgbb oral, single dose memberikan hasil yang baik jika
penyebabnya adalah kardiomiopati.
b. Antiaritmia, seperti fenitoin dapat diberikan. Namun antiaritmia yang dapat
memperpanjang QT interval seperti prokainamide, kuinidine, amiodaron harus dihindari.
c. PVC yang sering, dapat diberikan dengan suntikan intravaskular lidokain, 1 mg / kgbb/ kali
beri diikuti dengan pemberian drip lidokain 20 – 50 µg/kgbb/ menit.

Ventrikular Takikardi

Gambaran
Ventrikular Takikardi (VT) merupakan bentuk PVC triplets atau lebih, dengan denyut jantung antara
120- 200 kali / menit. Kompleks QRS yang melebar, durasi QRS yang memanjang ( > 0,12 detik ),
gelombang P yang tidak terlihat.

Penyebab
Ventrikular takikardi dapat muncul pada pasien-pasien dengan gangguan penyakit jantung bawaan
(seperti TOF, AS), miokarditis, hipertensi pulmonal, hipoksia, asidosis, gangguan elektrolit, tumor
jantung, pada pasien-pasien postoperative CHD, obat-obatan seperti digitalis .

Penatalaksanaan.
Pada pasien-pasien dengan VT harus dilakukan pengobatan segera dengan syncronized-DC
cardioversion (0,5 – 1 joule /kg) jika pasien tidak sadar penuh ataupun pada pasien-pasien yang
mengalami gangguan kardiovaskular yang tampak dari rendahnya cardiac output. Terapi farmakologis
berupa pemberian intra vena amiodaron ( 5 mg/kg ) selama 20-60 menit .

Ventrikular fibrilasi

Gambaran
Ventrikular fibrilasi (VF) jarang terjadi pada anak. Ini ditandai gambaran kompleks QRS yang dengan
variasi dan konfigurasi yang aneh. Denyut yang cepat dan tidak teratur.
Penyebab
Ventrikular fibrilasi dapat disebabkan oleh gangguan elektrolit, obat-obatan anti aritmia, peningkatan
aktivitas simpatik, hipoksia, riwayat operasi kelainan jantung.
Penatalaksanaan :

Penatalaksaan dari VF harus segera dilakukan. Jika pasien terlalu lama dalam kondisi fibrilasi maka
akan sulit untuk mengembalikannya ke irama sinus.

Pada keadaan akut,

a. Segera lakukan tindakan resusitasi kardio pulmonal, nilai ABC (airway, breathing, circulation ),
penatalaksanaan jalan nafas dengan oksigen 100 % dan monitoring irama jantung sangat
penting.
b. Jika dibutuhkan, dapat dilakukan defibrilasi dimulai dengan 2 joule/kgbb, 4 joule/ kgbb, dan
6 joule /kgbb.
c. Pemberian epineprin secara intarvena maupun intraoseus dimulai 0,01 mg/kgbb ( larutan 1 :
10.000, dosis 0,1mL/kg).
d. Segera cari dan atasi penyebabnya, seperti asidosis, hipoksia.
e. Antiaritmia yang dapat digunakan:
• Amiodaron bolus, 5 mg/kgbb  IV, IO
• Lidokain 1 mg/kgbb  IV,IO,IE (endotrakea).
• Magnesium sulfat, 25 – 50 mg/kg dapat diberikan pada keadaan torsades de pointes atau
keadaan hipomagnesia.

Long QT Syndroma

Gambaran
Long QT syndroma (LQTS) adalah suatu bentuk gangguan repolarisasi miokard yang ditandai dengan
interval QT yang memanjang. QT interval yang terbaik dinilai pada lead II. Untuk mengukur interval
QT dapat digunakan formula Bazzet (QTc = Qt /MRR). Nilai QTc antara 420-460 ms adalah nilai
borderline, jika lebih dari 460 ms dapat dikatakan LQT .

Angka kejadian dari LQTS ini diperkirakan 1: 10.000 sampai 1 : 15.000 dan mengakibatkan 3000
sampai 4000 kematian mendadak pada anak yang terjadi di Amerika. LQTS umumnya terjadi pada
anak usia 9 – 15 tahun, dengan episode sinkop yang berulang .

Pasien-pasien dengan LQTS akan mengeluhkan sinkope, kejang, palpitasi yang berhubungan dengan
aktivitas, faktor emosi bahkan dengan suara yang besar. Manifestasi awal mungkin dapat
menyebabkan henti jantung .
Penyebab
LQTS dapat dikelompokkan menjadi primer (kongenital ) maupun sekunder (didapat). Primer LQTS
termasuk didalamnya akibat adanya mutasi gen yang mengakibatkan gangguan fungsi dari ion
channel. Berdasarkan latar belakang genetik, didapati 2 tipe dari Jervell- Lange- Nielsen syndroma
dan 6 tipe dari Romano-Ward syndroma yang dapat diidentifikasi yang berhubungan dengan LQTS.
Angka kejadian dari LQTS ini diperkirakan 1: 10.000 sampai 1 : 15.000 dan mengakibatkan 3000
sampai 4000 kematian mendadak pada anak yang terjadi di Amerika. LQTS umumnya terjadi pada
anak usia 9 – 15 tahun, dengan episode sinkop yang berulang.

Sedangkan penyebab sekunder yang dapat menimbulkan LQTS adalah pemakaian obat-
obatan,kelainan elektrolit seperti hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesia.
Penatalaksanaan LQTS termasuk didalamnya penangan akut aritmia, menghentikan obat-obatan yang
dapat menimbulkan LQTS, koreksi metaboli abnormalities. Langkah selanjutnya ditujukan untuk
mengurangi aktivitas jantung. β-bloker dapat merupakan terapi pilihan. Efek protektif dari β-bloker
dapat mengurangi kejadian sinkope maupun suddent cardiac death. Suatu kesepakatan, pasien
dengan gejala LQTS sebaiknya diberikan pengobatan dengan propanolol atau β-bloker lainnya. β-
bloker yang paling banyak digunakan adalah propanolol (2-4 mg/kgbb/hari, maksimal 60mg/hari).
Propanolol efektif dalam mencegah gejala pada tahun pertama pengobatan. Namun pemberian β-
bloker juga harus hati-hati karena dapat menimbulkan bradikardi, bahkan bisa menimbulhan sudden
death. Pada pasien-pasien dengan adanya kontra indikasi diberikan β-bloker, pemasangan ICD dapat
dipertimbangkan.

Selain aritmia yang diakibatkan oleh gangguan pembentulan impuls, disini akan disinggung sedikit
mengenai aritmia yang diakibatkan adanya gangguan pada penghantaran impuls.

1. Atrioventrikular blok derajat satu (AVB derajat 1)


Ditandai adanya jarak PR interval yang memanjang. Yang diakibatkan oleh adanya perpanjangan
waktu penghantaran impuls dari atrium menuju ventrikel. Hal ini dapat muncul pada anak
normal. Penyebab lain yang dapat menimbulkan AVB derajat satu ini antara lain demam
rematik, penyakit-penyakit infeksi, ASD, Ebstens anomali.Tidak ada pengobatan khusus untuk
kasus ini.
2. Atrioventrikular blok derajat dua.

Dibagi menjadi dua

a. Mobitz tipe I : ditandai dengan adanya PR interval yang semakin memanjang, dan
pada satu saat gelombang P menghilang.
Hal ini juga dapat muncul pada anak normal. Penyebab lai yang dapat menimbulkan
hal ini antara lain cardiomiopati, operasi jantung, keracunan digitalis, miokarditis.
Pengobatannya ditujukan pada penyakit yang mendasarinya.
b. Mobitz II : ditandai dengan adanya hambatan impuls dari atrium yang intermiten,
sehinga kadang kala impuls dari atrium tidak dapat disampaikan ke ventrikel.
Pengobatan ditujukan pada penyakit yang mendasarinya. Pemasangan Pacemaker
dapat dilakukan bila sudah terdapat indikasinya.
3. Atrioventrikular derajat tiga (AVB derajat 3) .
Terjadi bila hantaran impuls dari atrium sama sekali tidak dapat mencapai ventrikel. Pada
gambaran EKG didapati jarak P-P regular, jarak QRS juga regular dengan denyut lebih
lambat dari denyut P.
Hal ini dapat disebabkan kelainan kongenital, baik dengan maupun tanpa kelainan dar
sturuktur jantung, kelainan pada ibunya seperti SLE,Sjőgren syndrome, demam rematik
akut, adanya tumor pada sistem konduksi. Operasi jantung juga merupakan penyebab
umum yang menimbulkan blok komplit. Penatalaksanaan awal dapat diberikan atropin
aau isoproterenol pada keadaan yang bergejala sampai menunggu pemasangan
pacemaker. Pacemaker diindikasikan pada pasien dengan gangguan blok jantung
kongenital,jika :
a) Pasien bergejala , pusing, berkunang-kunang, mengarah ke CHF.
b) Pada bayi bila denyut ventrikel kurang dari 50 -55 x/ menit.
Pada pasien yang asymptomatik congenital heart block tidak memerlukan terapi.

Anda mungkin juga menyukai