Sampel darah pasien anak perempuan umur 5 tahun dikirim dari bagian
anak RSUP Dr. M Djamil Padang pada tanggal 17 Februari 2015 jam 14.30 WIB
kimia klinik.
Anamnesis
dengan keluhan utama sesak nafas yang bertambah berat sejak satu hari yang lalu.
bertambah sejak satu hari yang lalu. Awalnya sesak nafas sudah dirasakan sejak 6
hari yang lalu. Sesak tidak berbunyi menciut dan tidak dipengaruhi oleh cuaca dan
makanan.
Batuk sejak 10 hari yang lalu, berdahak dan tidak disertai pilek. Demam
tidak ada, kejang tidak ada. Pasien tampak sembab sejak 7 hari yang lalu, awalnya
tampak pucat sejak 7 hari yang lalu, riwayat perdarahan kulit, hidung dan gusi
Buang air kecil terakhir tiga jam yang lalu, jumlah cukup, warna kuning
keruh. Riwayat buang air kecil seperti cucian daging tidak ada, riwayat keluar
1
Pasien telah dikenal menderita penyakit sindrom nefrotik sejak usia 3
Kemudian pasien dibolehkan pulang dan kontrol teratur setiap bulan. Terakhir
kontrol 7 bulan yang lalu dan obat dihentikan sendiri oleh ibu pasien.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit ginjal atau keluhan
seperti ini.
Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara, lahir spontan, ditolong
bidan dan cukup bulan dengan berat badan lahir 3600gr, panjang lahir 50 cm,
lingkungan baik.
Pemeriksaan fisik:
Edema: ada
2
Kepala Bulat, simetris
Faring hiperemis
Dada Paru
Jantung
RIC V.
3
Palpasi :Hepar teraba ½- 1/3, pinggir tumpul,
Perkusi : Timpani
Hematologi 17/02/2015
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 4,9 g/dL 10,2-15,2
Hematokrit 15 % 34-48
Leukosit 39 103/mm3 5-17
Eritrosit 1,91 106/mm3 4-5,2
Trombosit 622 103/mm3 150-450
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 % 0-2
Eosinofil 0 % 1-3
Netrofil batang 3 % 2-6
Netrofil segmen 75 % 50-70
Limfosit 16 % 20-40
Monosit 6 % 2-8
Retikulosit 2,8 % 0,5-1,5
Eritrosit: Anisositosis normokrom, hipokrom (+), sel cigar (+), sel burr (+).
4
Trombosit: Jumlah meningkat, morfologi normal
Tinggi badan : 95 cm
LFG : 14 mL/mnt/1,73m2
Tonsilofaringitis akut
Anjuran:
5
Urinalisis Magnesium serum
PT/aPTT
Keadaan umum :pasien bertambah buruk, gelisah dan nafas sangat sesak
Nafas : 48x/menit
Konsultasi kardiologi
Urinalisis (18/2/2015)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Makroskopik
Warna Kuning muda
6
Kekeruhan Negatif
BJ 1,020 1,003-1,030
pH 5,5 4,6-8,0
Mikroskopik
Leukosit 1-2/LPB ≤5
Eritrosit 0-1/LPB ≤1
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Epitel + gepeng Positif
Kimia
Protein +3 positif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Positif Positif
Kesan: Proteinuria
7
pO2 64 mmHg 92-96
Na+ 134 mmol/L 135-145
K+ 5,5 mmol/L 3,5-4,5
Ca+2 0,21 mmol/L 1,12-1,32
Hct 15 % 36-38
0
Temp-corrected C
pH(T) 6,90 7,37-7,43
pCO2(T) 16 mmHg 36-44
pO2(T) 63 mmHg 92-96
HCO3- 3,1 mmol/L 22-26
HCO3std 3,0 mmol/L
TCO2 3,6 mmol/L
Beecf -29,8 mmol/L
BE(B) -28,4 mmol/L ±2
SO2c 70 % 95-100
THbc ---- g/dL
THb g/dL
Tinjauan pustaka
Sindrom Kardiorenal
8
Definisi
kelainan fungsi jantung dan ginjal dimana apabila terdapat disfungsi akut atau
kronis salah satu organ akan menyebabkan disfungsi pada organ lainnya (Ronco et
al., 2010).
Epidemiologi
Society of Cardiology – Heart Failure (ESC-HF) tahun 2010 pada 5000 pasien
gagal jantung menunjukkan 26% pasien juga menderita disfungsi ginjal kronis
kematian pada pasien penyakit ginjal kronis (PGK), 10-20 kali lipat lebih tinggi
Sebesar 70% anak dengan PGK berkembang menjadi end stage renal
disease (ESRD) sebelum usia 20 tahun. Anak dengan ESRD memiliki 10-year
survival rate 80% dan angka mortalitas 30 kali dibandingkan anak tanpa ESRD.
Klasifikasi
9
Sindrom kardiorenal diklasifikasi dalam 5 kategori:
Patofisiologi
10
ketergantungan antara kedua sistem organ tersebut. Patofisiologi CRS melibatkan
2013).
kronis (jantung dan ginjal) dapat mengakibatkan kerusakan fungsi yang berat pada
kedua sistem organ ini. Renin dihasilkan oleh aparatus juxtaglomerular ginjal dan
11
NADPH oksidase pada sel endotel, sel otot polos vaskular, sel tubulus ginjal, dan
ROS bertanggung jawab atas proses inflamasi dan disfungsi organ progresif. Stres
2003).
CKD
pada pasien penyakit ginjal kronik dipengaruhi oleh aktivasi Raas dan overload
12
ketebalan dinding yang meningkat ini akan mengurangi pemenuhan ventrikel dan
Gejala klinis
biasanya baru muncul pada PGK stadium 4 dan 5. Kerusakan ginjal yang
dan ekokardiografi. Penyakit ginjal kronis dibagi dalam lima stadium yaitu:
Diagnosis
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis yang tidak khas dan cenderung tidak
13
bergejala menjadikan hasil pemeriksaan laboratorium berperan penting dalam
dengan spesimen urin yang telah disentrufugasi untuk mencari adanya sel darah
merah, sel darah putih, dan silinder. Sebagian besar anak dengan CKD memiliki
banyak silinder hyalin. Pemeriksaan ureum dan kreatinin sangat penting untuk
menentukan laju filtrasi glomerolus dan stadium penyakit ginjal kronis serta
disfungsi diastolik dan sistolik ventikel kiri, dan penilaian global prognosis
meningkat pada pasien penyakit ginjal kronik dan penelitian menunjukkan bahwa
pasien CKD. Penelitian Fu et al, menyatakan terdapat hubungan antara kadar NT-
proBNP dengan fungsi ginjal, kadar NT-proBNP yang tinggi berkorelasi dengan
Diskusi
14
Pasien perempuan berumur 5 tahun masuk IGD RSUP. Dr. M Djamil
dengan keluhan utama sesak nafas yang bertambah berat sejak satu hari yang lalu,
Kriteria diagnosis penyakit ginjal kronik yaitu kelainan ginjal dalam waktu
3 bulan atau lebih dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
tahap akhir (PGTA)/ end stage renal diseases (ESRD), rerata persentase
progresifitas SN menjadi PGTA dalam 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun antara lain
menjadi PGTA tergantung pada etiologi SN itu sendiri. Sindrom nefrotik yang
tahun (Safaei dan maleknejad, 2010). Pasien tidak dilakukan pemeriksaan biopsi
pasien tampak pucat dengan konjungtiva yang anemis. Anemia sering dijumpai
oleh ginjal yang sakit dengan gambaran normositik normokrom, selain itu
15
hapus darah tepi yang khas untuk pasien PGK yang dihubungkan dengan keadaan
gambaran sel burr pada sediaan. Retikolositosis pada sediaan hapus darah tepi
juga disebabkan oleh uremia yang dialami pasien. Data menunjukkan bahwa
sekitar 50% dari pasien PGK stadium 3 atau 4 mengalami anemia (hemoglobin ≤
12 g / dL), dan prevalensi anemia meningkat menjadi 75% pada pasien PGK
stadium 5. Anemia dan PGK memiliki efek sinergis yang dapat meningkatkan
sebesar 32%. Anemia menimbulkan kelainan pada struktur dan fungsi jantung dan
2007).
peningkatan jumlah leukosit dengan distribusi nertrofilia shift to the right serta
Silverstein, 2009 sindrom kardiorenal pada anak terkait dengan inflamasi, dimana
dinding ventrikel kiri yang abnormal berhubungan secara positif dengan penanda
16
adanya tonsilofaringitis akut pada pasien, ini dapat meningkatkan progresivitas
1,25 dihidroksivitamin D ini maka terjadi penurunan absorpsi kalsium di usus dan
berikatan dengan kalsium dan akan menurunkan kadar kalsium di dalam plasma.
yang secara bersamaan, kadar fosfor yang tinggi menginduksi hiperplasia kelenjar
kalium, selain itu penyebab utama hiperkalemia pada PGK adalah penggunaan
17
permeabilitas dinding kapiler glomerulus sehingga menyebabkan peningkatan
filtrasi albumin dan protein bermolekul besar (Haraldsson et al, 2008). Ketika
barier muatan dan size barier pada dinding kapiler glomerulus rusak maka
pasien ini.
pembentukan HDL dan mengangkut kolesterol dari sirkulasi menuju hati untuk
penurunan laju filtrasi glomerulus, sehingga urea dan kreatinin meningkat dalam
darah. Uremia juga akan menyebabkan inflamasi kronik dan meningkatkan stress
oksidatif serta mempercepat fibrosis jantung yang akan memperberat PGK dan
18
serum glutamik oksaloasetat transaminase (SGOT) diperkirakan karena adanya
kerusakan otot jantung akibat PGK yang berlanjut menjadi sindrom kardiorenal.
mensintesis ammonia (NH3) dan penurunan pH darah akibat retensi ion H+ oleh
Pemeriksaan besi serum (serum iron /SI) dan ferritin bertujuan untuk
menegakkan diagnosis defisiensi besi yang sering terjadi pada pasien PGK serta
untuk kepentingan terapi. Pemeriksaan PT dan aPTT dianjurkan pada pasien ini
untuk melihat adanya gangguan koagulasi yang terjadi akibat peningkatan sintesis
protein faktor pembekuan oleh hati sebagai respons proteinuria yang terjadi yang
sempat dilakukan. Keadaan klinis pasien semakin memburuk dan pasien akhirnya
DAFTAR PUSTAKA
19
Adams Jr, Fonarow C, Emermanetal L, 2005. “Characteristics and outcomes of
patients for heart failure in the United States: rationale, design and
preliminary observations from the first 100,000 cases in the Acute
Decompensated Heart Failure National Registry (ADHERE)”. In:
American Heart Journal, vol. 149, h. 209–216.
American Academy of Pediatrics, 2003. National Kidney Foundation’s Kidney
Disease Outcomes Quality Initiative Clinical Practice Guidelines for
Chronic Kidney Disease in Children and Adolescents: Evaluation,
Classification, and Stratification. Pediatrics; 111: 1416-20.
Amin N, Mahmood RT, Asad MJ, Zafar M, and Raja AM, 2014.” Evaluating Urea
and Creatinine Levels in Chronic Renal Failure Pre and Post Dialysis: A
Prospective Study”. In: Journal Of Cardiovascular Disease. h 1-4
Arroyo A, 2008.” Electrolyte and acid-base balance disorders in advanced chronic
kidney disease”. Nefrologia. 2008;28 Suppl 3:87-93
Aronson D, 2012.” Cardiorenal syndrom in Acute decompensated heart failure”.
In: Expert rev cardiovasc ther. h 177-89
Baumgarten M, Gehr T, 2011. Chronic Kidney Disease: Detection and Evaluation.
American Family Physician. Vol 84. 1138-47
Chabrashvili T, Kitiyakara C, Blau J, 2003. “Effects of ANG II type 1 and 2
receptors on oxidative stress, renal NADPH oxidase, and SOD
expression,” In: Am j of Physiology Regulatory Integrative and
Comparative Physiology, vol. 285, no. 1, h 117-24.
Cruz D, Bagshaw S, 2010.” Epidemiology of Cardiorenal syndrome”. In: Int J
Nephro Vol 2011, h:1-12
D’amico G and Bazzi C, 2003.”Pathophysiology of proteinuria”. In: Kidney
international. H 809-25
Fu S, Luo L, Ye P, Yi S, Liu Y, Zhu B et al, 2013.”The ability of NT-ProBNP to
detect chronic heard failure and predict all cause mortality is higher in
elderly chinese coronary artery diseases patients with cronic kidney
diseases”. In: J Clinical intervention in aging. h 409-17
Maggioni AP, Dahlström U, Filippatos G, Chioncel O, Leiro MC, Drozdz J et al,
2010. “Heart Failure Association of ESC (HFA). EURObservational
Research Programme: the Heart Failure Pilot Survey (ESC-HF Pilot)”.
Eur J Heart Fail h: 1076-1084.
National Institutes of Health, 1997. “National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney diseases”. In: Annual Data Report, USRDS, Bethesda, Md,
USA.
Ortega LM dan Arora S, 2012.” Metabolic acidosis and progression of chronic
kidney disease: incidence, pathogenesis, and therapeutic options”. In:
Nefrologia ;32(6). h:724-30
Polu KR &Singh AK, 2006. Pathogenesis and Management of Secondary
Hyperparathyroidism. Calcium And Phosphate Metabolism Management In
Chronic Renal Disease. Ed Hsu CH. Springer. New York. 29-70.
Prodjosudjadi W, 2009.” Sindrom nefrotik”. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
ed 5 jilid II. h 1035-40
Pueyo ME, Gonzalez W, Nicoletti A, Savoie F, Arnal JF, and Michel JB., 2000
“Angiotensin II stimulates endothelial vascular cell adhesion molecule-1
20
via nuclear factor-κB activation induced by intracellular oxidative stress,”
Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology vol.20,no.3, h 645–51.
Quiros, 2005.” Study of biosied nephrotic syndrome for 20 years in the cadiz bay
area”. In: Nefrologia ed 25. h: 233-67
Ravani P, 2005.”Asymmetrical dimethylarginine predict progression to dialysis
and death in patients with chronic kidney disease. J. Am Soc Nephrol. Vol
16. h 2449-55
Ronco C, Costanzo MR, Bellomo R, Maisel AS, 2010 . “Fluid Overload:
Diagnosis and Management”, illustrated edition. Basel, Switzerland:
Karger Publishers; h 33-8.
Ronco C, Haapio M, House AA, 2008. “Cardiorenal syndrome”. In: J Am Coll
Cardiol Vol ; 52(19), h: 1527-39.
Ronco C, McCullough P, Anker SD, 2010.”Cardio-renal syndrom: report from
consensus confrence of the acute dialysis quality initiative. In: Eur. Heart
J. 31. H 703-11
Safaei AA dan Maleknejad S, 2010. “Clinicaland laboratory findings and
therapeutic responses in children with syndrom nefrotic”. In: Ind j
Nephrol. H 68-77
Shah BN dan Greaves K, 2011.”The cardiorenal Syndrome”. In: Int J Nephrology
h 1-11
Silverstein DM, 2009.”Inflammation in chronic kidney disease: role in the
progression of renal and cardiovascular disease”. J Pediatr Nephrol.
Aug;24(8):1445-52
Soewoto H, 2009.”Hormon yang berperan dalam metabolism”. In: Dep Biokimia
dan biologi molekuler FKUI. h 1-59
Suwitra K, 2009.”Penyakit ginjal kronik”. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed
5 jilid II. h 999-1003
Tarng DC, 2007.” Cardiorenal anemia syndrome in cronic kidney diseases”. In: J
Chin Med Assoc vol 70. h 424-9
Tumlin JA, Costanzo MR, Chawla LS, Herzog CA, Kellum JA, McCullough PA
et al., 2013.” Cardiorenal syndrome type 4”. In: Consensus conference of
ADQI. H 158-73
Ushio-Fukai M, Zafari AM, Fukui T, Ishizaka N, and Griendling KK., 1996
“p22(phox) is a critical component of the superoxide-generating
NADH/NADPH oxidase system and regulates angiotensin II-induced
hypertrophy in vascular smooth muscle cells,” Journal of Biological
Chemistry,vol. 271, no. 38, h 23317-21.
Woods HF, 2009.”Inflamation and oxidative stress in renal patient”. In: Advanced
renal education program. H 1-27
21