Amalgam PDF
Amalgam PDF
SARI
Masalah utama yang timbul pada kegiatan penambangan emas skala kecil adalah pemborosan sumber daya
mineral dan terjadinya degradasi lingkungan. Pemborosan sumber daya mineral terjadi karena hanya bijih
emas kadar tinggi yang diambil untuk diolah dengan metode amalgamasi secara langsung. Perolehan emas
yang rendah (<60 %) serta merkuri (Hg) dan logam-logam berat lainnya yang terbuang cukup besar, dan bijih
emas kadar rendah ditimbun di sekitar lubang tambang. Salah satu upaya untuk mengurangi pemborosan
sumber daya mineral emas pada penambangan skala kecil adalah dengan meningkatkan perolehan emas, yaitu
dengan cara melakukan pengolahan bijih emas metode amalgamasi “secara tidak langsung”. Berdasarkan hasil
penelitian di daerah Waluran, Kabupaten Sukabumi, metode amalgamasi dengan cara tidak langsung mampu
meningkatkan perolehan logam emas hingga 14,580 % dan menekan tingkat kehilangan merkuri (Hg) hingga
3,933 %.
Kata kunci: bijih emas, tambang skala kecil, metode amalgamasi tidak langsung
ABSTRACT
The main problems in small-scale gold mining activities is a waste of mineral resources, and environmental
degradation. Mineral resource wastage occurs happened because only high grade gold ore is taken to
proceed by a direct amalgamation method, a large amount of lowgrade gold ore (<60%) as well as mercury
(Hg) and other heavy metals are dumped around the pit. One of the efforts to reduce the waste of gold
resources is to increase the gold gain by carrging out the process of gold ore amalgamation method
indirectly. Based on the results of a research in Waluran, Sukabumi Regency. the method of indirect
amalgamation is better than the direct one, and it is able to increase the gold gain up to 14.580% and
decreases the loss of mercury (Hg) up to 3.933%.
Keywords: gold metal, small-scale mining, amalgamation indirect method
83
Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung
(Widodo dan Aminuddin)
84
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)
Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96
Daerah Waluran termasuk kedalam Formasi warna kuning keabuan ukuran < 4 mm; kovelit
Jampang (Tmjv). Formasi Jampang (Gambar 2) warna biru muda, anhedral dan jumlahnya + 1 %.
terdiri atas tiga satuan, yaitu bagian utama
sebagian besar adalah breksi gunung api berbutir METODOLOGI
halus hingga kasar, Anggota Formasi Cikarang
(Tmjc) yang terdiri atas tufa dan tufa lapili, dan Metode yang dipakai dalam penyusunan
Anggota Cisereuh (Tmja) terdiri atas aliran andesit makalah ini adalah melakukan pengumpulan dan
dan basal (Sukamto, 1990). Mineralisasi di daerah pengolahan data sekunder yang berupa data
Waluran dijumpai pada lava andesit dan intrusi geologi, bijih emas, dan air sungai. Selain itu juga
dasit, yang ditandai dengan munculnya ubahan dilakukan pengamatan dan pengukuran langsung
klorit, karbonat, mineral lempung, dan kuarsa. di lapangan seperti pengambilan percontoh bijih
Kuarsa sering dijumpai dalam bentuk veinlets emas, ampas (tailing), dan air.
maupun urat berukuran tebal antara 0,1 – 1,0 m,
yang kadang-kadang mengandung mineral bijih Untuk mengetahui kondisi sebenarnya proses
sulfida. Jurus urat U 300o T - U 340o T dengan amalgamasi yang dilakukan pada “pertambangan
kemiringan 50o sampai mendekati 90o. Kuarsa rakyat” di Waluran, maka dilakukan percobaan
veinlets mempunyai ketebalan beberapa cm amalgamasi dengan indikator tingkat perolehan
dengan arah tidak teratur, yang memotong logam emas dan tingkat kehilangan merkuri (Hg).
kedudukan urat kuarsa. Urat dan veinlets kuarsa
ini terdapat dalam dasit yang kadang-kadang Bahan percobaan pengolahan metode
menerobos lava andesit. Mineralisasi yang terjadi amalgamasi yang digunakan adalah dua kelompok
disebabkan oleh pengaruh intrusi dasit yang bijih emas berukuran <1 cm, masing-masing
menerobos batuan samping (lava andesit), yang berkadar Y1 (8,4 gr/t) dan Y2 (10,32 gr/t). Bahan
dapat digolongkan kedalam jenis mineralisasi proses amalgamasi berupa merkuri (Hg), dan
sulfida bertipe urat (Indarto drr., 1987). kapur tohor (CaO) untuk pengaturan pH.
Sementara peralatan amalgamasi berupa tabung
Berdasarkan pengamatan mineralogi pada amalgamasi (amalgamator) atau penduduk
sayatan tipis/poles percontoan urat (Soemarto setempat menyebut dengan istilah gelundung
drr., 1994) diketahui bahwa bijih emas primer dengan tenaga penggerak dinamo, pendulang, dan
termasuk bijih sulfida dengan mineral-mineral retorting.
penyusun di antaranya: pirit (FeS2), kalkopirit
[(Cu, Fe)S2], spalerit [(Zn, Fe)S], dan kovelit Data prosedur percobaan amalgamasi
(CuS). Mineral pirit berukuran 0,1 - 0,2 mm, dilakukan dengan dua cara, yaitu cara langsung
bentuk anhedral, tersebar pada urat kuarsa (+ 15 (Gambar 3) dan cara tidak langsung (Gambar
%); kalkopirit berwarna kuning, anhedral, butir 4) yang dijelaskan sebagai berikut (Widodo,
halus ukuran + 0,1 mm dan tersebar tidak 2008):
merata (+ 1 %); spalerit
85
Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung
(Widodo dan Aminuddin)
Amalgamator
Air raksa
Pendulangan
Merkuri Amalgam
Kondisi percobaan diatur sebagai berikut : Kondisi percobaan sama dengan kondisi
berat bijih emas 20 kg, berat media giling 9,6 kg, cara langsung, perbedaannya cara tidak
berat merkuri 150 gr, pH pulp 9 - 10, kecepatan langsung ini bahwa bijih emas tidak langsung
putar amalgamator pada penghalusan bijih adalah dimasukkan ke amalgamator, tetapi dilakukan
55 rpm, dan rentang waktu amalgamasi 9 jam pencucian bijih emas terlebih dahulu atau melalui
(merkuri dimasukkan bersama-sama dalam proses dua tahap proses (Gambar 4).
penggerusan).
86
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)
Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96
Amalgamator
Tahap 1
Tahap 2
Pendulangan
Merkuri Amalgam
87
Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung
(Widodo dan Aminuddin)
Gambar 6. Pencucian adonan (pulp) hasil pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi
(Foto diambil di Waluran, 2010).
88
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)
Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96
89
Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung
(Widodo dan Aminuddin)
10
Menurun
Kehilangan Hg (%)
0
1 2 3 4
Cara langsung 7.067 6.134 7.667 8.067
Cara tidak langsung 4.734 4.534 5.267 4.134
Percobaan Ke (n)
60 Meningkat
50
Perolehan Au (%)
40
30
20
10
0
1 2 3 4
Cara langsung 47.98 40.88 38.4 38.65
Cara tidak langsung 50.95 44.43 47.95 53.33
Percobaan Ke (n)
90
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)
Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96
Hasil analisis kimia air Sungai Ciliunggunung pada titik (CLG.07), unsur pH dan logam-logam berat
adalah sebagai berikut (Tabel 2):
2 Merkuri (Hg)
mg/l 0,188 0,020 0,010 0,004
3 Besi (Fe)
mg/l 0,320 0,360 0,410 0,280
4 Mangan (Mn)
mg/l 0,012 0,008 0,002 ttd
5 Tembaga (Cu)
mg/l 0,015 0,010 0,008 0,006
6 Seng (Zn)
mg/l 0,022 0,020 0,015 0,008
7 Timbal (Pb)
mg/l 0,018 0,015 0,020 ttd
8 Kromium (Cr)
mg/l Ttd ttd ttd ttd
9 Arsen (As)
mg/l ttd 0,001 ttd ttd
*).
Sebelum dilakukan perbaikan cara pengolahan bijih emas (Widodo, 2008).
91
Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung
(Widodo dan Aminuddin)
langsung (2 jam) memperoleh hasil amalgamasi Larutan padat biasa disebut amalgam, yaitu
lebih baik jika dibandingkan dengan cara langsung merupakan paduan antara air raksa dengan
(9 jam), sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa logam (emas, perak, tembaga, timah, dan
”pertambangan rakyat” di Waluran pada seng).
umumnya.
Perolehan emas metode amalgamasi
Pengolahan bijih emas metode amalgamasi langsung yang rendah (<60 %) ini juga
cara langsung memperoleh hasil 38,40-47,98 %, menimbulkan masalah pencemaran air sungai dari
sehingga emas yang terbuang bersama ampas merkuri dan logam-logam berat, pemborosan
sebesar 52,02-62,60 %. Sementara pengolahan sumber daya mineral karena bijih emas kadar
bijih emas metode amalgamasi cara tidak langsung rendah tidak diolah dan ampas (tailing) sebagai
memperoleh hasil 44,43-53,33 %, sehingga emas sisa pengolahan umumnya masih mengandung
yang terbuang bersama ampas sebesar 46,67-55,57 emas. Agar dampak pengolahan yang terjadi dapat
%. Berdasarkan diagram pada Gambar 3, tampak diminimalisasi (ramah lingkungan), maka perlu
bahwa kecenderungan (trend) pengaruh dilakukan usaha : (1). pengolahan tidak lagi
amalgamasi tidak langsung dapat meningkatkan dilakukan di sungai dengan tenaga penggerak
perolehan logam emas (Au) rata-rata sebesar kincir air, tetapi menggunakan genset (dinamo)
14,580 %, jika dibandingkan dengan cara yang dapat dilakukan jauh dari sungai, (2).
langsung. Sementara berdasarkan diagram pada memperkecil kandungan air raksa yang tidak dapat
Gambar 4, tampak bahwa kecenderungan (trend) diambil kembali dengan cara melakukan
pengaruh amalgamasi tidak langsung dapat pengolahan bijih emas metode amalgamasi tidak
menurunkan (menekan) tingkat kehilangan langsung dan meningkatkan tingkat efisiensi
merkuri (Hg) rata-rata sebesar 3,933 %, jika amalgamasi, (3). membuat kolam-kolam/bak
dibandingkan dengan cara langsung. pengendap yang kedap air secara berjenjang untuk
tailing hasil pengolahan dan mencegah infiltrasi
Terjadinya degradasi lingkungan, khususnya ke dalam air tanah.
di daerah aliran sungai, disebabkan oleh proses
pencucian dan pendulangan yang dilakukan di Pada awalnya sungai-sungai di daerah
sungai, sehingga ampas (tailing) terbuang ke penelitian tidak tercemar merkuri (Hg) dan logam-
dalam sungai. Sebagai akibatnya, air sungai logam berat, setelah adanya kegiatan pengolahan
menjadi keruh dan tercemar oleh merkuri yang bijih emas metode amalgamasi langsung oleh
terbuang bersama ampas. Hasil pemantauan Dinas penduduk setempat dan sekitarnya, air sungai
Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi menjadi tercemar, khususnya merkuri.
(tahun 2004, 2005) menyebutkan bahwa daerah
aliran sungai di Kecamatan Waluran pada Hasil pemantauan pencemaran merkuri dari
umumnya telah mengalami pencemaran merkuri pengolahan bijih emas di Kecamatan Waluran
(Hg) akibat kegiatan pertambangan emas di daerah (Wahyu drr., 2006) yang dilakukan oleh Dinas
sekitarnya. Kandungan merkuri pada bulan-bulan Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi
tertentu telah melampaui nilai ambang batas yang menunjukkan bahwa air sungai mengandung
diperkenankan. Hasil pengukuran terhadap merkuri di atas nilai ambang batas terjadi pada
kualitas air pada bulan Agustus 2005 bulan Juni, Juli, Oktober dan Desember 2004,
memperlihatkan nilai kandungan merkuri (Hg) sementara pada bulan Agustus dan November
cukup tinggi, yaitu mencapai sekitar 0,2180 mg/l 2004 konsentrasi merkuri masih di bawah nilai
(Wahyu drr., 2006). ambang batas. Untuk percontoh sedimen sungai
konsentrasi merkuri pada tengah sungai dengan
Merkuri termasuk salah satu logam berat, konsentrasi tertinggi pada bulan November yaitu
dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah sebesar 2,5193 ppm. Pada tahun 2005 air Sungai
logam berat ini umumnya sudah beracun bagi Ciliunggunung dengan kandungan merkuri
tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. terbesar terjadi pada bulan Agustus (0,2180 mg/l),
Beberapa logam berat lainnya adalah mangan kadar maksimal sedimen tengah pada bulan
(Mn), timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium (Cr), September (11,022 ppm) dan sedimen pinggir
dan besi (Fe). Merkuri (Hg) diperlukan untuk pada bulan Agustus (11,1933 ppm). Kandungan
pertumbuhan kehidupan biologis, tetapi dalam merkuri terbesar pada bulan Agustus tahun 2005
jumlah berlebihan akan bersifat racun. Oleh pada Sungai Ciliunggunung ini terjadi karena
karena itu keberadaan logam berat perlu mendapat keberhasilan penambangan bijih emas dengan
pengawasan terutama dari segi jumlah kadar yang bagus, sehingga jumlah pengolahan
kandungannya di dalam air (Noviardi drr., 2007). di sungai tersebut juga meningkat dan bulan
Air raksa dalam temperatur kamar berbentuk zat Agustus 2005 adalah musim kemarau. Hasil
cair, bila terjadi kontak dengan logam emas akan pengukuran kualitas/mutu air terhadap
membentuk larutan padat (Sevruykov drr., 1960). pencemaran merkuri dan logam - logam berat
92
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)
Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96
Kelas
Parameter Satuan
I II III IV
93
Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung
(Widodo dan Aminuddin)
Gambar 9. Pengolahan bijih emas menggunakan amalgamator yang digerakkan dengan kincir air (Foto diambil
di Sungai Ciliunggunung Waluran, 2010).
Gambar 10. Kolam penampungan/pengendapan lumpur hasil pengolahan bijih emas metode amalgamasi
dilakukan di darat (Foto diambil di Waluran, 2010).
94
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)
Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96
Adanya penyuluhan dan pembinaan kepada terganggunya fungsi ginjal dan hati, terganggunya
para penambang/pengolah bijih emas berdampak sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila
positif terhadap peningkatan perolehan emas berupa ikatan dengan kelompok sulfur di dalam
menggunakan metode amalgamasi tidak langsung, protein dan enzim. Merkuri organik jenis metil-
dan kecenderungan penurunan pencemaran merkuri dapat memasuki placenta dan merusak
merkuri dan logam-logam berat terhadap air janin pada wanita hamil, mengganggu saluran
Sungai Ciliunggunung (Tabel 2), sehingga darah ke otak serta menyebabkan kerusakan otak
kualitas air sungai menjadi lebih baik (Herman, 2006).
dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Pengelolaan atau kegiatan penambangan/
Berdasarkan kriteria mutu air untuk pH, pengolahan bahan galian nonlogam (mineral
percontoh air Sungai Ciliunggunung pada tahun industri) tidak terlalu rumit apabila dibandingkan
2006-2008 tidak memenuhi syarat untuk keperluan dengan bahan galian logam. Karakteristik dan
budi daya ikan air tawar dan peternakan (Kategori kondisi geologi yang berbeda pada setiap jenis
Kelas III); sarana rekreasi air, budi daya ikan air bahan galian, akan memberikan cara pengelolaan
tawar dan peternakan (Kategori Kelas II); dan dan penanganan yang berbeda pula, sehingga
bahan baku air minum (Kategori Kelas I); tetapi penanganan aspek konservasi juga akan
memenuhi syarat untuk keperluan pengairan berbeda. Bahan galian yang diusahakan pada
(kategori Kelas IV). Begitu juga kandungan pertambangan skala kecil umumnya merupakan
merkuri (Hg) pada percontoh air Sungai komoditi pilihan yang dapat dilakukan dengan
Ciliunggunung pada tahun 2006-2008 tidak cara penambangan / pengolahan yang tidak
memenuhi syarat untuk keperluan dalam kategori rumit, dan hasilnya dapat segera dipasarkan.
IV, III, II, dan I, tapi pada tahun 2009 percontoh Besarnya cadangan bahan galian bagi para
air sungai dapat digunakan untuk keperluan penambang juga bukan merupakan faktor
pengairan (Kelas IV). Sementara kandungan besi utama dalam penentuan kegiatan, asalkan
(Fe) pada percontoh Sungai Ciliunggunung pada bahan galian yang ditambang/diolah dapat
tahun 2006-2008 tidak memenuhi syarat untuk memberikan pendapatan untuk mencukupi
keperluan dalam kategori I, tapi pada tahun 2009 kebutuhan hidup.
percontoh air sungai dapat digunakan untuk semua
keperluan, baik itu kategori IV, III, II dan I. Bahan galian yang telah terganggu
keberadaannya (ditambang, disimpan ditempat
Apabila perbaikan cara penambangan dan penimbunan), tetapi mempunyai kualitas/kadar
pengolahan bijih emas terus ditingkatkan secara yang belum mempunyai nilai ekonomis pada saat
berkelanjutan, maka kualitas air sungai juga akan ini, harus disimpan pada lokasi tertentu dengan
lebih baik, sehingga pencemaran merkuri dan penanganan yang baik dan benar agar tidak turun
logam-logam lainnya juga akan menurun. nilai ekonominya pada masa mendatang. Apabila
Peningkatan kualitas air sungai dapat berpengaruh akan dimanfaatkan dapat dengan mudah untuk
terhadap kesehatan manusia. Merkuri biasanya diambil (digali) kembali. Sementara untuk bahan
masuk ke dalam tubuh manusia lewat pencernaan, galian in-situ yang karena dimensi (jumlah
baik melalui ikan maupun air itu sendiri. Merkuri cadangan) atau kadarnya belum mempunyai nilai
dalam bentuk logam sebagian besar dapat ekonomi pada saat ini, perlu diamankan, jangan
disekresikan, sisanya akan menumpuk di ginjal dimanfaatkan menjadi areal penimbunan waste
dan sistem saraf yang suatu saat akan mengganggu atau tailing untuk mencegah turunnya nilai
bila akumulasinya makin banyak. Apabila Hg ini ekonomi.
terhisap dari udara akan berdampak akut atau
dapat terakumulasi dan terbawa ke organ - organ
tubuh lainnya, menyebabkan bronchitis sampai SIMPULAN DAN SARAN
rusaknya paru - paru. Dari hasil analisis dan pembahasan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Pada keracunan merkuri tingkat awal
penderita akan merasa mulutnya kebal, sehingga 1. Pengolahan bijih emas dengan metode
tidak peka terhadap rasa dan suhu. Hidung tidak amalgamasi tidak langsung dapat
peka bau, mudah lelah dan sering sakit kepala. memperoleh hasil logam emas (Au) lebih
Apabila terjadi akumulasi yang lebih, dapat besar dan kehilangan merkuri (Hg) lebih
berakibat pada degenerasi sel - sel saraf di otak sedikit.
kecil yang menguasai kondisi saraf, gangguan 2. Proses amalgamasi tidak langsung dapat
pada luas pandang, degenerasi pada sarung selaput meningkatkan perolehan logam emas hingga
saraf dan bagian otak kecil. Keracunan oleh 14,580 % dan menekan tingkat kehilangan
merkuri anorganik terutama mengakibatkan merkuri hingga 3,933%.
95
Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung
(Widodo dan Aminuddin)
3. Hasil pemantauan pencemaran air Sungai Noviardi, R., Widodo, Astuti, N.M., 2007.
Ciliunggunung (2007-2009) secara umum Konsentrasi Logam Berat Pada Air Sungai
mengalami penurunan dibandingkan tahun- Cigaru dan Bahaya Yang Dapat
tahun sebelumnya setelah pengolahan bijih Ditimbulkan Bagi Manusia. Prosiding
emas dilakukan dengan amalgamsi tidak Lokakarya Hasil Penelitian Dan
langsung. Hal ini ditunjukkan dengan Pengembangan di Bidang Ilmu Kebumian,
konsentrasi logam berat: merkuri 0,004- Tasikmalaya, 4 September 2007.
0,020 mg/l, besi 0,028-0,410 mg/l, mangan
Peele R., 1956. "Mining Engineers" Handbook.
ttd-0,008 mg/l, tembaga 0,006-0,0150mg/l,
Third Edition, Vol. 2, New York, John
seng 0,008-0,020 mg/l, timbal ttd-0,020
Wiley & Sons Inc., March., p. 33 :2
mg/l dan arsen ttd-0,001 mg/l.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.
4. Nilai pH air di bawah ambang batas
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
maksimum untuk kriteria air baku air minum
Pengendalian Pencemaran Air.
kelas I. Untuk meningkatkan nilai pH
tersebut supaya sesuai dengan syarat yang Sukamto, R., 1975. Geologi Lembar Jampang
ditentukan, dapat ditambahkan kapur. Dan Balekambang, Jawa. Skala 1:100.000.
Direktorat Geologi, Bandung.
SARAN Sukamto, R., 1990. Geologi Lembar Jampang
Dan Balekambang, Jawa Barat. Pusat
Perlu dilakukan pengolahan kembali Penelitian dan pengembangan Geologi,
terhadap tailing yang mengandung emas, dan Bandung.
upaya konservasi terhadap tailing maupun bijih
Soemarto, B., Widodo, dan Pujono, 1994. Studi
emas kadar rendah.
Mineragrafi dan batuan Ubahan Silikat di
Daerah Prospek Surade, Kabupaten
Ucapan Terima Kasih Sukabumi. Prosiding Hasil-Hasil
Penelitian Puslitbang Geoteknologi-LIPI,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bandung.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi
Sevruykov, N., Kuzmin, B., dan Chelishchev, Y.,
Kabupaten Sukabumi dan Kepala UPT Loka Uji
1960. General Matallurgy, Peace Publisher,
Teknik Penambangan Jampang Kulon-LIPI
Moscow, 545 pp.
Sukabumi yang telah memberikan kesempatan
untuk terlibat dalam Sosialisasi Hasil Pemantauan Wahyu, T., Sudarsono, B., dan Zakiyadin, 2006.
Pencemaran Air Raksa Dari Pengolahan Emas Di Sosialisasi Hasil Pemantauan Pencemaran
Waluran, sehingga salah satunya menghasilkan Air Raksa Dari Pengolahan Emas Di
makalah ini. Waluran Tahun 2006, Dinas Pertambangan
dan Energi, Kabupaten Sukabumi, 23
Agustus 2006, h. 5-14.
ACUAN Widodo, 2008a. Pencemaran air raksa sebagai
dampak pengolahan bijih emas di sungai
Herman, D.Z., 2006. Tinjauan terhadap tailing Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten
mengandung unsur pencemar Arsen (As), Sukabumi, Jurnal Geologi Indonesia, Vol.
Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium 3 No. 3 September 2008, Badan Geologi,
(Cd) dari sisa pengolahan bijih logam. Departemen Energi Dan Sumber Daya
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 Maret Mineral, Bandung, 3:139-149.
2006: h. 31-36.
Widodo, 2008b. Pengaruh perlakuan amalgamasi
Indarto, S., Dharma, S.K., dan Sudaryanto, 1987. terhadap tingkat perolehan emas dan
Penelitian Mineralisasi di Daerah Waluran, kehilangan merkuri, Jurnal RISET Geologi
Kabupaten Sukabumi. Laporan Penelitian dan Pertambangan, Jilid 18 Nomor 1
No. 11/PPPG/1987, Puslitbang Tahun 2008, Puslit Geoteknologi-LIPI,
Geoteknologi-LIPI, Bandung, h. 10-11. Bandung, 18: 47-54.
96