Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Falsafah ialah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, azas-azas, hukum,dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta
ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta. Falsafah
keperawatan ialah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan
yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.

Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang


dilakukan.. Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu
kebutuhan manusia bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan
pendekatan humanistik, dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia,
memberi perhatian kepada klien serta, menjunjung cukup tinggi keadilan bagi sesama
manusia. Keperawatan bersifat universal dlm arti tidak membedakan atas ras, jenis
kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial ekonomi.
Keperawatan adalah Falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum
yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih
berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.

Falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) :Roy memiliki delapan
falsafah, empat berlandaskan falsafah prinsip humanisme dan empat berlandaskan
prinsip falsafah veritivity.falsafah humanism atau kemanusiaan “mengenali manusia &
sisi subyektif manusia dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa
menghargai”. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu pada falsafah
atau paradigma keperawatan secara umum yaitu manusia yang merupakan titik sentral
dari setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung cukup tinggi nilai
kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusunlah paradigma keperawatan
komunitas yg tersusun 4 komponen dasar manusia, kesehatan, lingkungan,
keperawatan.

1
Teori perspektif banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia untuk
membimbing masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas. Tidak
mengejutkan, model keperawatan bagi keluarga mencerminkan dua pemikiran dalam
komunitas atau keperawatan ( kesehatan) masyarakat hari ini. Beberapa pandangan
mendukung bahwa keluarga ialah unit perawatan, dan masyarakat ialah konteks,
sedangkan yang lain fokus pada komunitas sebagai klien dan melihat keluarga sebagai
subunit. Zerwekh (1991) Model Keluarga sebagai pemberi perawatan merupakan
Perawatan Kesehatan yang menguraikan kerangka kerja yang mendukung untuk
menyediakan perawatan keluarga dalam sebuah masyarakat. Sedangkan Model
kesehatan masyarakat sebagai fungsi yaitu memberikan panduan dalam penyediaan
perawatan bagi keluarga dan pandangan keluarga sebagai klien dalam masyarakat dan
keluarga sebagai bagian dari masyarakat klien.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan perspektif dan falsafah keperawatan jiwa ?
2. Apa saja model-model keperawatan jiwa ?
3. Apa saja ruang lingkup keperawatan jiwa ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat memahami dan mengetahui trend yang terjadi pada keperawatan jiwa, dan
dapat mencari penyebab dari terjadinya ternd tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk bisa mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan jiwa.
b. Untuk bisa mengetahui apa saja model-model keperawatan jiwa.
c. Untuk bisa mengetahui apa saja ruang lingkup keperawatan jiwa

D. MANFAAT
1. Agar kita sebagai perawat bisa mengetahui bagaimana perspektif dan falsafah dalam
keperawatan jiwa
2. Agar kita sebagai perawat bisa mengetahui model-model dalam keperawatan jiwa
3. Agar kita sebagai perawat bisa mengetahui ruang lingkup keperawatan jiwa
4. Agar kita sebagai perawat bisa mengetahui tren dan isu keperawatan jiwa

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERSPEKTIF DAN FALSAFAH KEPERAWATAN JIWA

1. Falsafah Keperawatan Jiwa

Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu


perlu dihargai. Tujuan individu meliputi tumbuh,sehat,otonomi dan aktualisasi
diri. Masing-masing individu tersebut berpotensi untuk berubah, oleh kita tahu
bahwa manusia ialah mahkluk holistik yang mempunyai kebutuhan dasar yang
sama. Semua individu perilakunya bermakna, perilaku individu tersebut
meliputi : persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.

2. Pengertian Keperawatan Jiwa

Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk


meningkatkan dan mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan
jiwa merupakan bidang spesialisasi praktik keperawatan yg menerapkan teori
perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara
terapeutik sebagai kiatnya (ANA).

Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan


“proses dimana perawat membantu individu / kelompok dalam
mengembangkan konsep diri yang positif , meningkatkan pola hubungan antar
pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih berproduktif di masyarakat.”

Menurut Stuart Sundeen : keperawatan mental ialah “ proses


interpersonal dalam meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang
berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut bisa individu,
keluarga,kelompok,organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik keperawatan
mental yaitu perawatan langsung , komunikasi , management.”

B. MODEL-MODEL KEPERAWATAN JIWA

1. Model Psikoanalisa
3
1) Konsep

Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud


yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa
berhubungan pada perkembangan pada anak.

2) Proses terapi

a) Memakan waktu yang lama

b) Memanfaatkan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi”

3) Peran pasien dan terapis

a) Pasien

b) Terapis

2. Model Eksistensi

1) Konsep

Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu


putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya.

2) Proses terapi

a) Rational emotive therapy

b) Terapi logo

c) Terapi realitas

3) Peran pasien perawat

a) Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta


dalam suatu pengalaman berarti untuk mempelajari tentang dirinya yang
sebenarnya

4
b) Terapis :

 Membantu pasien untuk mengenali diri


 Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
 Mengenali pasien tentangperasaan tulus
 Memperluas kesadaran diri pasien

3. Model Komunikasi

1) Konsep

Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak
dikomunikasikan dengan jelas.

2) Proses terapi

a) Memberi umpan balik dan klarifikasi kasus

b) Memberi penguatan untuk komunikasi yg efektif

c) Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yg tidak efektif

d) Melakukan analisa proses interaksi

3) Peran pasien terapis

a) Pasien : memperhatikan pola komunikasi , bermain peran,bekerja untuk


mengklarifikasi komunikasinya sendiri , memvalidasi peran dari oarang
lain.

b) Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan


mengajarklan prinsip komunikasi yang baik.

C. RUANG LINGKUP KEPERAWATAN JIWA


Perawat jiwa memberikan perawatan sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini
meliputi intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, sukunder, dan
tersier.

5
1. Pencegahan primer

pencegahan primer ialah intervensi biologi, social, psikologis yang bertujuan


meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan, menurunkan insiden penyakit
dimasyarakat dengan mengubah factor-faktor penyebab sebelum
membahayakan. Pengkajian kebutuhan mau tindakan keperawatan preventif
termasuk identifikasi :

1) Faktor resiko yang apabila ada pada diri seseorang membuatnya lebih
cendrung mengalami gangguan

2) Faktor pelindung yang meningkatkan respos individu terhadap stress

3) Populasi target individu yang rentan meengalami gangguan jiwa yang


mumgkin menunjukkan respon koping maladaptive terhadap stressor
spesifik atau factor resiko.

2. Pencegahan sukunder

Pencegahan sukunder termasuk menurunkan prevalensi gangguan.


Aktiviras pencegahan sukunder meliputi penemuan kasus dini, skrining, dan
pengobatan efektif yang cepat. Intervebsi krisis ialah suatu modalitas yang terapi
pencegahan sukunder yang penting.

3. Pencegahan Tersier

Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi beratnya


gangguan dan disabilitas yang berkaitan.

4. Rehabilitasi
Ialah proses yang memungkinkan individu untuk kembali ketingkat
fungsi setinggi mungkin. Rehabilitasi jiwa berkembang dari kebutuhan untuk
menciptakan kesempatan bagi individu yang didiagnosis mengalami gangguan
jiwa berat, agar bisa hidup, belajar dan bekerja dilingkungan masyarakat yang
mereka pilih. Rehabilitasi mengajukan bahwa penderita gangguan jiwa harus
dianggap sama seperti individu yang mengalami disabilatasi. Sama seperti

6
disabilitasi yang mengalami gangguan fisik, individu yang mengalami
disabilitas jiwa membutuhkan pelayanan dalam rentang yang luas, sering kali
dalam waktu yang lama. Rehabilitasi jiwa memanfaatkan pendekatan berpusat
pada individu, manusia ke manusia yang berbeda dengan model pelayanan
medis tradisioanal.

D. TREND DAN ISU KEPERAWATAN JIWA

Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan


pelayanan kesehatan jiwa lewat advokasi dan aksi masyarakat. Perkembangan
teknologi digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari aneka
belahan dunia mampu di akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan
pengetahuan, perkembangan terapi menjadi sebuah media perubahan dalam proses
penatalaksanaan gangguan jiwa, berlandaskan isu diatas maka advokasi dan aksi
masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk menekan penderita gangguan
jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan
material, tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa
manusia mengalami goncangan dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi
menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi tuhan maka mau banyak perilaku
tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan
tekanan – tekanan yang lain mampu membuat ego defence mechanisme seseorang
menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap penting, perilaku agar
dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak integritas pribadinya
sendiri.

Trend dan Isu dalam keperawatan jiwa ialah kasus-kasus yang sedang hangat
dibicarakan dan dianggap penting. Kasus-kasus tersebut bisa dianggap ancaman
atau tantangan yang mau berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam
tatanan regional maupun global. Secara umum ada beberapa tren penting yang
menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya ialah sebagai berikut :

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi


2. Trend peningkatan kasus kesehatan jiwa
7
3. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
4. Kecenderungan situasi di era global
5. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
6. Kecenderungan penyakit jiwa
7. Meningkatnya post traumatik sindrom
8. Meningkatnya kasus psikososial
9. Trend bunuh diri pada anak
10. Kasus AIDS & NAPZA
11. Pattern of parenting
12. Perspektif life span history
13. Kekerasan
14. Kasus ekonomi & kemiskinan

E. DEFINISI TREND DAN ISSU

1. Definisi Trend

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambar ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masayarakat.

Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta.

Beberapa contoh trend pada kesehatan jiwa, antara lain :

 Penggunaan Narkoba bagi generasi muda

Banyak alasan mengapa narkoba diantaranya agar dapat diterima oleh


lingkungan, mengurangi stres, mengurangi kecemasan, agar bebas dari
murung, mengurangi keletihan, dan mengatasi masalah pribadi. Akan
tetapi, terlepas dari semua itu, remaja memakai narkoba karena narkoba
membuatnya merasa nikmat, enak, dan nyaman pada awal pemakaian.
Alasan remaja memakai narkoba dapat dikelompokkan sebagai berikut :

8
1. Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba,
orang akan menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode, dan
sebagainya.
2. Relieving beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan
untuk mengatasi ketegangan, \cemas, dan depresi akibat stresor
psikososial.
3. Facilitative atau permissive beliefs, yaitu keyakinan bahwa pengguna
narkoba merupakan gaya hidup atau kebiasaan karena pengaruh zaman
atau perubahan nilai, sehingga dapat diterima.

Jadi, penggunaan narkoba berawal dari persepsi, anggapan, atau keyakinan


keliru yang tumbuh di masyarakat. Maka tidak mau memahami atau tidak
mau menerima kenyataan dan fakta yang dapat dibuktikan secara ilmiah
dan sah menurut hukum.

Mengapa Remaja Menyalahgunakan Narkoba ?

1. Budaya Mencari Kenikmatan Sesaat (Hedonistik)

Dewasa ini masyarakat cenderung mudah memakai obat untuk mengubah


suasana hati, sehingga pemakaian jenis narkoba diterima dengan tangan
terbuka. Contoh : rokok, alkohol, dan juga obat penghilang rasa nyeri yang
mudah dibeli. Pesta ulang tahun atau akhir pekandilalui dengan minuman
beralkohol, rokok, ganja, ekstasi, yang didukung pula faktor kemudahan
untuk memperolehnya.

Remaja mempunyai pola serupa dengan orang dewasa. Umumnya


penyalahgunaan narkoba pada remajabersifat hedonistik, yakni bertujuan
mencari kesenangan. Alasan yang sering dikemukakan adalah ingin tahu dan
ingin mencari kesenangan atau kenikmatan.

2. Kepribadian Remaja

Masa romantisme remaja dan nostalgia orang dewasa terhadap masa itu
berada sekitar ekspoitasi masa remaja yang mengandung resiko. Contoh :
berselancar, ngebut, dan mencoba narkoba. Remaja berada diantara masa
9
kanak – kanak dan dewasa, baik secara biologis maupun psikologis. Di satu
pihak, remaja memiliki kemampuan orang dewasa, tetapi di lain pihak
belum memiliki kewenangan untuk manggunakan kemampuan itu.

Keterbatasan perspektif remaja menyebabkan remaja sulit menunda


pemuasan keinginan seketika, sehingga remaja lebih mirip anak kecil yang
berbadan besar

daripada orang dewasa. Penyalahgunaan narkoba memperburuk keadaan.


Narkoba memperlemah kemauan, mendorong pemuasan keinginan segera,
dan melemahkan daya pikir ke depan.

Narkoba memberikan pemuasan keinginan segera, melemahkan


kemampuan untuk berpartisipasi terhadap bahaya dan kemampuan untuk
menangkal kenikmatan sesaat. Remaja yang terlalu dikendalikan dengan
orang tua akan gagal memenuhi fungsi kemandirian orang dewasa,
sehingga ia tidak mampu menghargai dirinya sebagai individu yang
mendiri. Berlainan dengan penampilan luarnya, remaja ini sangat rawan
terhadap tekanan kelompok sebaya. Mereka akan menyerahkan diri
terhadap tuntutan orang lain. Mereka akan mevcari kebebasan semu dan
kepribadian semu pada teman sebayanya untuk menggantikan fungsi orang
tua.

3. Tekanan Kelompok Sebaya

Tekanan kelompok sebaya berpengaruh kuat terhadap terjadinya


penyalahgunaan narkoba. Semua orang pasti merasan cemas jika ditolak
oleh lingkungan sehingga berusaha mencari persetujuan kelompoknya.
Konflik orang tua dan remaja sebenarnya adalah konflik loyalitas, yaitu
loyalitas terhadap orang tua dengan loyalitas terhadap teman sebaya.

Remaja sangat peka terhadap nilai – nilai kelompok sebaya dalam


penampilan, perilaku, dan sikap. Jarang seorang remaja yang memiliki
kemauan ego kuat berdiri teguh, terpisah dari nilai – nilai kelompok
sebayanya. Suasana hatinya sebagian besar berasal dari perjuangan terus –

10
menerus untuk memenangkan peperangan itu dan untuk berada dalam
persetujuan dengan kelompok sebaya. Di kalangan remaja, penyalahgunaan
narkoba digunakan untuk maksud rekreasi atau bersenang – senang sebagai
kegiatan sosial yang diterima remaja. Karena itu, remaja rawan terhadap
penyalahgunaan narkoba.

4. Keterasingan Remaja

Keterasingan adalah adanya hubungan antar remaja dan nilai orang tua dan
masyarakat secara cita – cita , tradisi, dan kerohanian. Keterasingan dapat
diartikan sebagai dimensi spiritual, karena meliputi penolakan terhadap
nilai – nilai yang berharga, yang memotivasi atau memimpin sesorang
melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ada juga komponen emosional
pada keterasingan. Remaja yang terasing adalah remaja yang marah, yang
secara tidak sadar meluapkan perasaan dikhianati karena merasa nilai –
nilainya ditolak. Dengan perkataan lain, remaja yang terasing adalah remaja
yang diabaikan atau tidak dipedulikan oleh keluarga atau masyarakat. Dari
keterasingan itu, remaja memilih jalan untuk mencoba – coba berteman
dengan narkoba.

5. Sters

Banyak sekali sumber stres. Pengalaman terhadap stres itu sendiri


merupakan interaksi faktor luar sebagai penyebab stres (disebut stresor) dan
faktor dalam yang disebut keterampilan mengatasi masalah (coping skills).
Orang dengan sejumlah besar stresor, seperti kehilangan, penyakit, dan
trauma dikatakan mengalami banyak stres. Di lain pihak, seseorang yang
kurang terampil mengatasi masalah menganggap dirinya ‘sangat stres’
dibandingkan orang lain yang lebih terampil mengatasi masalah. Gejala
stres termasuk gelisah dan cemas, mudah tersinggung dan teragitasi, sulit
tidur atau mengalami gangguang tidur, sulit berkonsentrasi, mengalami
gangguan dalam selera makan, dan penyalahgunaan narkoba.

Penelitian membuktikan bahwa lingkungan keluarga yang tidak berfungsi


baik dan kejadian – kejadian yang membuat stres, berkaitan erat dengan
11
penyalahgunaan narkoba. Penelitian pada sejumlah siswa penyalahguna
yang mengikuti perawatan terapi, menunjukkan tingkat stres yang tinggi,
penilaian diri yang rendah, keluarga yang mereka nilai sebagai ‘penuh
permusuhan dan kebencian’, serta orang tua yang kurang komunitkatif dan
terlalu banyak menuntut.

Tidak semua penyalahguna narkoba datang dari keluarga yang tidak


berfungsi baik. Namun, faktor stres dirumah tidak boleh diabaikan.
Umumnya remaja memakai narkoba guna menghilangkan stres, sebagai
cara untuk mengatasi masalah yang kronis dan tidak ada jalan keluarga.

6. Rasa Tidak Aman dan Penilaian Diri Rendah

Penilaian diri negatif dipengaruhi oleh penyalahgunaan narkoba.


Sebaliknya, penilaian diri rendah mendorong terjadinya penyalahgunaan
narkoba. Proses yang menyebabkan seseorang memiliki penilaian diri
rendah adalah dinamika yang dibangun sejak usia dini. Penilaian diri
dibangun karena keberhasilan seseorang mengatasi masalah dan
memenangkan tantangan dalam kehidupannya. Seperti halnya individuasi,
motivasi terbentuknya penilaian diri berasal dari dalam. Orang tua
berperang penting dalam membangun penilaian diri. Bimbingan, intruksi,
dan bantuan orang tua yang efektif dan melibatkan diri dalam kehidupan
anak, akan mendukunga terbentuknya penilaian diri.

2. Definisi Issu

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social,
politik, hokum, pembanguanan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian
ataupun tentang krisis.

Issu adalah suatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktanya atau buktinya.

Beberapa contoh issu dalam keperawatan jiwa di antaranya, yaitu :

12
 Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara
meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi
masyarakatPerkembangan teknologi digital membuat dunia terasa semakin
sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu di akses dalam waktu
yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi
menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan
jiwa, berdasarkan isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi
salah satu langkah awal untuk menekan penderita gangguan jiwa di
indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan
material, tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat
beberapa orang mengalami goncangan dalam kehidupannya, ketika agama
tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi tuhan maka akan
banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial,
tekanan psikologis dan tekanan – tekanan yang lain mampu membuat ego
defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya
ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang
terkadang merusak integritas pribadinya sendiri, contoh : “agar kelihatan
kaya melakukan hutang dengan beban angsuran diluar kemampuan,
akhirnya harus gerilya dengan debt collector, setiap debt collector datang
harus bersembunyi atau bahkan melarikan diri agar hutangnya tidak ditagih,
jika perlu pindah rumah kontrakan”. Kejaran dari debt collector bisa
membuat seseorang menjadi tertekan secara psikologis.

 Pemasungan penderita gangguan jiwa .

Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap


penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung,
dirantai kakinya dimasukan kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga
kebebasannya menjadi hilang. Pasung merupakan salah satu perlakuan yang
merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk mendapat perawatan
yang memadai dan sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai
manusia. Di Indonesia, kata pasung mengacu kepada pengekangan fisik atau

13
pengurungan terhadap pelaku kejahatan, orang-orang dengan gangguan jiwa
dan yang melakukan tindak kekerasan yang dianggap berbahaya (Broch,
2001, dalamMinas & Diatri, 2008). Pengekangan fisik terhadap individu
dengan gangguan jiwa mempunyai riwayat yang panjang dan memilukan.

BAB III

PENUTUP

14
A. KESIMPULAN
Dapat di simpulkan bahwa dalam keperawatan jiwa terdapat trend dan
issuekeperawatan jiwa yang semakin berkembang di masyarakat maka seperti
penyakit HIV,NAPZA,dan masalah ekonomi dan rumah tangga dan di sinilah
tugas perawat mencegah terjadinya seperti bunuh diri,stress,maka perawat perlu
member pendidikan kesehatan dan pengarahan lainnya.

B. SARAN
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai
trend dan isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan
dalam tatanan layanan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

15
Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika
Aditama.

Effendy. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. (edisi 2).Jakarta: EGC.

Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga,Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta: EGC.

Frisch & Frisch. (2002). Psychiatric Mental Health Nursing. (2nd ed). New York:n Thomson
Learning, Inc.

16

Anda mungkin juga menyukai