Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA SEKS PRANIKAH

TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA MELALUI AUDIO


VISUAL DI SMPN 11 KOTA PEKANBARU

Jamiati
STIKes Pekanbaru Medical Center, Jl. Lembaga Pemasyarakatan No. 25 Gobah
Email: Jamiati@gmail.com

ABSTRAK
Masa remaja banyak memungkinkan digunakan dalam berbagai hal yang negatif di antaranya
pada penyimpangan seksual dan pornografi maka dari itu pentingnya tentang pendidikan seks
pranikah.Penelitian ini menggunakan desain Quasy Exsperiment dengan rancangan Pretest-
Posttest with one group, yaitu kelompok exsperiment sebelum di berikan informasi
pendidikan seks akan dilakukan pretest, kemudian setelah diberikan informasi pendidikan
seks akan dilakukan pengukuran lagi posttest untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang
pendidikan seks. Hasil analisis menunjukan bahwa mayoritas responden pada saat pretest
memiliki pengetahuan pendidikan kesehatan bahaya seks dengan kategori cukup di SMPN 11
Kota Pekanbaru sebanyak 17 responden (56,7%). Hasil analisis menunjukan bahwa mayoritas
responden pada saat postest memiliki pengetahuan pendidikan kesehatan bahaya seks dengan
kategori baik di SMPN 11 Kota Pekanbaru sebanyak 25 responden (56,7%). Saran untuk
institusi agar dibuat program khusus sebagai langkah pencegahan terjadinya prilaku seks
pranikah yang berupa pendidikan kesehatan, untuk mewujudkan siswa bebas dari prilaku seks
pranikah.

Kata kunci : Pendidikan kesehatan, Seks pranikah, Pengetahuan

THE INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION ABOUT PREMARITAL SEX DANGER TO


THE KNOWLEDGE OF ADOLESCENTS IN SMPN 11 KOTA PEKANBARU

ABSTRACT
Adolescence allows a lot of use in a variety of negative things including sexual and
pornographic irregularities, therefore the importance of premarital sex education. This study
uses the Quasy Exsperiment design with the Pretest-Posttest design with one group, namely
the exsperiment group before being provided with sex education information. a pretest will be
conducted, then after being given information on sex education posttest measurements will be
conducted to find out the knowledge of teenagers about sex education. The results of the
analysis showed that the majority of respondents at the pretest had adequate health education
knowledge about sex hazards in Pekanbaru 11 SMPN 11 as many as 17 respondents (56.7%).
The results of the analysis showed that the majority of respondents at the posttest had health
education knowledge of the danger of sex with a good category at Pekanbaru City SMPN 11
as many as 25 respondents (56.7%). Suggestions for institutions to make special programs as
a step to prevent premarital sexual behavior in the form of health education,to realize
students free of behavior premarital sex.

Keywords : knowledge of health, education ,of premarital hazard, adolescent

1
PENDAHULUAN tarian/joget dan yang gerakanya yangs
angat vulgar (Nuri, 2011).
Remaja menurut WHO adalah 12 Santrock (2007) mengatakan
sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI beberapa budaya, seperti Amerika
adalah antara 10 sampai 19 tahun dan memiliki standart seksual yang lebih
belum menikah. Menurut BKKBN adalah bebas terhadap prilaku seksual.
10 samapi 19 tahun. Masa remaja adalah Sedangkan, beberapa budaya lainnya,
masa transisi yang ditandai oleh adanya perilaku seksual pranikah sangat dilarang
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa contohnya negara Indonesia. Seiring
remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, perkembangan zaman, terjadinya
adalah suatu priode masa pematangan pergeseran norma dan nilai di Indonesia.
organ reproduksi manusia, dan sering Media sering kali menyajikan seksualitas
disebut masa pubertas. Masa remaja adalah kepada remaja melalui cara-cara yang
priode peralihan dari masa anak-anak ke tidak realistis. Salah satu gejala yang
dewasa (Widyastuti, 2010). semakin lama makin memperhatinkan
Orang tua masih menganggap seks adalah adanya akses untuk memperoleh
sebagai sesuatu yang tabu, sehingga materi-materi seksual yang sarat akan
mereka tidak pernah memberikan pornografi yang diakses diinternet
informasi yang sehat tentang seks kepada Masa remaja sarat dengan berbagai
anaknya atau karena mereka sendiri gejolak psikologis. Sedikit saja
memang kurang informasi tentang seks dan tersinggung, maka emosinya akan
tidak tahu cara mengkomunikasikan seks meledak-ledak dan tak terkendali. Masa
yang baik untuk anak serta pengaruh ini juga masa yang sarat fantasi atau
budaya yang masih mentabukan masalah khayalan. Antara kekuatan emosi dan
seks ini. Untuk memenuhi khayalan memungkinkan digunakan
keingintahuannya yang besar tentang seks, dalam berbagai hal yang negatif di
seringkali mencari alternatif lain dengan antaranya pada penyimpangan seksual dan
menikmati pornografi secara sembunyi- pornografi. Ada banyak sekali cerita di
sembunyi, baik sendirian maupun bersama masyarakat atau berita di majalah, surat
teman-teman mereka. Pornografi akan kabar, radio dan televisi yang
memberikan informasi seks yang tidak memberitakan segala akibat buruk yang
sehat, bahkan cenderung merusak mental, dilakukan remaja karena kesalahan dalam
baik itu berupa surat kabar, majalah, film, melakukan aktivitas seksual ( Desmita,
buku cerita, komik, dan lain-lain (Asti, 2012).
2010). Kecenderungan perilaku seksual pra
Media pornografi di Indonesia pada nikah di kalangan remaja semakin banyak
masa sekarang sangat mudah dinikmati terjadi. Tercermin dari tingkat aborsi di
oleh remaja. Jika dilihat darisegi kalangan remaja diperkirakan sekitar 700
Pornografi remaja sekarang ini suka ribu kasus pertahun atau sekitar 30% dari
mengoleksi gambar dan video porno. seluruh kasus aborsi pertahun di Indonesia
Remaja dengan mudah mendapatkan (Ghifari, 2010). Pendidikan seks yang
gambar dan video porno karena diperoleh dari pihak tidak bertanggung
tekhnologi sekarang yang canggih. jawab akan menimbulkan sikap yang
Diantaranya Internet,Hp yang berbeda dari tiap individu remaja itu
berkamera,VCD porno dan lain sendiri. Sikap yang berbeda menyebabkan
sebagainya.Sedangkan dari Porno aksi timbul pertanyaan yang tidak terjawab
banyak perempuan yang suka sehingga mengambil kesimpulan
menggunakan pakaian ketat dan mini yang berdasarkan sikap mereka masing-masing
bias mengundang nafsu bagi laki-laki. tanpa diikuti dengan kebijakan yang
Dan juga di Indonesia maraknya pantas baik menurut norma maupun

1
3

agama, perkembangan seksualitas remaja merupakan faktor meningkatkan resiko


dari tahun ke tahun semakin berkembang terjadinya kanker serviks. Kanker leher
dan semakin mengerikan sebab rahim (serviks) atau karsinoma serviks
perkembangan hubungan seksualitas uterus merupakan kanker pembunuh
remaja diakibatkan adanya sikap yang perempuan nomor dua di dunia setelah
keliru mengenai pacaran (Dariyo, 2010). kanker payudara. Di Indonesia, kanker
Remaja yang mengkomsumsi media leher rahim bahkan menduduki peringkat
yang berisi banyak gambaran seks punya pertama. Kanker serviks yang sudah
keinginan melakukan hubungan seks dua memasuki stadium lanjut sering
kali lipat dibandingkan yang menyebabkan kematian dalam jangka
mengkonsumsi media biasa, perilaku relatif cepat (Anonim, 2010).
hubungan seks pranikah dikalangan Data Kemenkes RI 2016 merupakan
remaja bahkan cenderung dipandang kasus terbanyak dengan HIV yaitu 41.250
sebagai trend, kenyataan yang kasus dengan kelompok umur 25-49 tahun
menunjukkan bahwa tingkat prilaku sebagai terjangkit tertinggi dan kelompok
penyimpangan seksual pada remaja telah umur remaja menepati urutan kedua usia
cukup mengkhawatirkan.Faktor kategori 20-24 tahun serta usia 15-19 tahun
lingkungan yang menyebabkan perilaku ketiga kasus tertinggi HIV. Kasus AIDS
beresiko pada remaja adalah kondisi yang dilaporkan tahun 2016 merupakan
beresiko (ketersediaan fasilitas/sarana kasu ke-5 tertinggi sejak 10 tahun terakhir
yang mendukung perilaku beresiko, dengan kasus 7.491. Hasil survei pada
bahkan mendorong perilaku beresiko triwulan I Januari- Maret 2017 Provinsi
melalui informasi yang salah, iklan. Riau menempati urutan ke-4 kasus
Secara rinci, terjadinya faktor lingkungan terbanyak dengan AIDS yaitu 53 kasus
tersebut adalah informasi yang merugikan setelah Jawa tengah, Jawa Timur dan DKI
mudah diakses, hal ini berbagai media Jakarta. Kota Pekanbaru merupakan urutan
cetak dan elektronik. (Tauvhk, 2008). tertinggi dengan kasus HIV dan AIDS di
Berdasarkan hasil penilitian oleh Provinsi Riau dengan jumlah kasus HIV 98
PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana dan AIDS 1129 kasus., banyak Kasus
Indonesia) Riau dalam Wahyuni (2013), HIV/AIDS di sebabkan tingkat
pada tahun 2009 mengenai seks pranikah mobilitasnya yang tinggi di tambah banyak
di kalangan Remaja SMU dan SMK se layanan seks komersial (Kemenkes
kota Pekanbaru dengan jumlah sampel RI,2017).
sebanyak 600 responden, didapati bahwa Studi pendahuluan yang dilakukan
38,75% Remaja laki-laki sudah melakukan oleh peneliti di SMPN 11 Kota Pekanbaru
hubungan seks dengan pasangannya hasil survei awal didapat jumlah guru
sedangkan 16,98% Remaja perempuan sebanyak 34 orang, Jumlah siawa dan
juga telah melakukan hubungan seks. siswai 756 orang, siswa laki-laki berjumlah
Proporsi menurut usia Remaja yang pernah 391 dan siswi perempuan 380. Hasil
melakukan hubungan seks yang wawancara peneliti mendapatkan data
mempunyai rentang umur 10-14 tahun siswa di SMPN 11 Kota Pekanbaru, hasil
yaitu laki-laki sebanyak 13,57% dan wawancara dengan 10 siswa, 7 siswa
perempuan 10,98% sedangkan rentan usia mengatakan kurang mengetahui tentang
15-18 tahun sebanyak 29,46% laki-laki pendidikan seks, meliputi pengertian,
dan 23,17% perempuan. sistem reproduksi, bahaya perilaku yang
Hubungan seks pada usia muda beresiko untuk kesehatan seks, dan seputar
atau pernikahan pada usia muda dan informasi kesehatan lainnya tentang
Berganti-ganti pasangan seksual pendidikan seks. Hal ini dikarenakan
4

kurangnya pemberian atau penyampaian 11 Kota Pekanbaru, pada November 2017-


informasi tentang pendidikan seks dari Juni 2018.
sekolah maupun orang tua. 3 orang siswa
telah mengetahui tentang pendidikan seks, Populasi dalam penelitian ini adalah
yang mana seorang siswa haruslah semua Murid kelas 9 di SMPN 11Kota
membatasi diri dalam berpacaran karena Pekanbaru yaitu 220 orang. Teknik
akan beresiko bagi kesehatan reproduksi, pengambilan sampel dilakukan secara
selain alasan diatas peneliti juga purposive sampling, sebanyak 30 sampel.
mendapatkan informasi dari masyarakat Sumber data dalam penelitian ini
bahwa wilayah SMP 11 Kota Pekanbaru adalah data primer dan data sekunder. Data
juga berdekatan dengan bekas lokalisasi primer yaitu data yang didapat langsung
yang lama (Teleju) dan juga berdekatan dari responden melalui penyebaran
dengan tempat yang marak maksiat kuesioner yang dibagikan kepada
berdasarakan informasi dari masyarakat responden berupa pertanyaan-pertanyaan.
yaitu Jundul. Data sekunder yaitu data yang didapat
Artikel ini berisi informasi tentang langsung dari SMPN 11 Kota Pekanbaru.,
pendidikan kesehatan tentang bahaya seks Analisis data di lakukan secara univariat
pranikah dan peningkatan pengetahuan dan bivariat menggunkan uji t dependent.
remaja melalui audio visual, sedangkan
tujuan dari penelitian ini adalah untuk HASIL PENELITIAN
mengetahui Pengaruh Pendidikan Penelitian dilakukan di SMPN 11
Kesehatan tentang bahaya Seks Pranikah Kota Pekanbarun September 2017-Mei
terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja 2018. Responden yang diambil berjumlah
melalui Audio Visual di SMPN 11 Kota 30 orang dan menjawab secara lengkap,
Pekanbaru Manfaat dari penelitian ialah yang digambarkan melalui tabel dibawah
dapat memberikan informasi tentang ini:
pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja. Tabel 4.1
Sehingga para remaja mendapat Distribusi Frekuensi Responden
pengetahuan yang bersifat positif tentang Berdasarkan Karakteristik Umur dan
informasi seks. Jenis Kelamin di SMPN 11 Kota
Pekanbaru Tahun 2018
METODOLOGI PENELITIAN
No Variabel & Frekuensi Persentase
Desain penelitian adalah Kategori (%)
perencanaan penelitian yang menyeluruh 1 Umur
yang menyangkut semua komponen dan a. 11-13 tahun 23 76.7
langkah penelitian dengan b. 14-17 tahun 7 23.3
mempertimbangkan etika penelitian, 2 Jenis Kelamin
sumber daya penelitian dan kendala a. Laki-laki 16 53.3
penelitian. Penelitian ini menggunakan b. Perempuan 14 46.7
desain Quasy Exsperiment dengan Pretest-
Posttest with one group, yaitu kelompok Hasil analisis bahwa, dari 30
exsperiment sebelum di berikan informasi responden mayoritas responden berumur
pendidikan seks akan dilakukan pretest, 11-13 tahun sebanyak 23 orang (76.7%)
kemudian setelah diberikan informasi dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16
pendidikan seks akan dilakukan orang (53.3%).
pengukuran lagi posttest untuk mengetahui Tabel 4.2
pengetahuan remaja tentang pendidikan Frekuensi Responden Berdasarkan
seks. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN Pengetahuan Pendidikan Kesehatan
5

Bahaya Seks Pranikah Sebelum Pretest (n=30) Postest (n=30) T P value


diberikan Pendidikan kesehatan di Mean SD Mean SD .713 0.000
SMPN 11 Kota Pekanbaru 14.63 2.697 17.63 1.847
Tahun 2018

NO Pengetahuan Jumlah Persentase Hasil analisis menunjukan bahwa


(%) ada perbedaan pengetahuan tentang bahaya
1 Baik 11 36.7 seks pranikah sebelum dan sesudah
2 Cukup 17 56.7
3 Kurang 2 6.7
diberikan intervensi. Sebelum dilakukan
Total 30 100% intervensi didapatkan nilai rata-rata
pengetahuan tentang seks pranikah yaitu
Hasil analisis menunjukan bahwa 14.63 (SD 2.697) dan sesudah dilakukan
mayoritas responden pada saat pretest intervensi nilai rata-rata pengetahuan yaitu
memiliki pengetahuan pendidikan 17.63 (SD 1.847) dengan nilai p value
kesehatan bahaya seks dengan kategori 0,000. Hal ini berarti adanya peningkatan
cukup di SMPN 11 Kota Pekanbaru yang signifikan antara rata-rata tingkat
sebanyak 17 responden (56,7%). pengetahuan bahaya seks pranikah
sebelum dan sesudah diberikan terapi
Tabel 4.3 pendidikan kesehatan pada remaja, dengan
Frekuensi Responden Berdasarkan demikian dapat disimpulkan bahwa
Pengetahuan Pendidikan Kesehatan pengaruh pendidikan kesehatan tentang
Tentang Bahaya Seks Pranikah Sesudah bahaya seks pranikah efektif dalam
diberikan Pendidikan Kesehatan di pengetahuan bahaya seks pranikah..
SMPN 11 Kota Pekanbaru
Tahun 2018 PEMBAHASAN

NO Pengetahuan Jumlah Persentase Pengaruh Pendidikan


Postest (%) KesehatanTerhadap Bahaya Seks
1 Baik 25 83.3 Pranikah
2 Cukup 5 16.7
Total 30 100%
Hasil analisis menunjukan bahwa ada
perbedaan pengetahuan tentang bahaya
Hasil analisis menunjukan bahwa seks pranikah sebelum dan sesudah
mayoritas responden pada saat postest diberikan intervensi. Sebelum dilakukan
memiliki pengetahuan pendidikan intervensi didapatkan nilai rata-rata
kesehatan bahaya seks dengan kategori pengetahuan tentang seks pranikah yaitu
baik di SMPN 11 Kota Pekanbaru 14.63 (SD 2.697) dan sesudah dilakukan
sebanyak 25 responden (56,7%). intervensi nilai rata-rata pengetahuan yaitu
17.63 (SD 1.847) dengan nilai p value
0,000. Hal ini berarti adanya peningkatan
yang signifikan antara rata-rata tingkat
pengetahuan bahaya seks pranikah
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
Tabel 4.4 kesehatan pada remaja, dengan demikian
Sebelum-Sesudah Pengetahuan dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya kesehatan bahaya seks pranikah efektif
Seks Pranikah di SMPN 11 Kota dalam meningkatkan pengetahuan bahaya
Pekanbaru Tahun 2018 seks pranikah.
6

Hal ini sejalan dengan pendapat salah tersebut mengakibatkan masyarakat


Notoatmodjo (2012) pendidikan kesehatan masih belum mau menerima pentingnya
itu menghasilkan perubahan dan pendidikan seks untuk para remaja
peningkatan pengetahuan dalam jangka (Kartono,2010).
waktu yang pendek sehingga dapat Tujuan dari pendidikan seksual adalah
digunakan sebagai penunjang program- bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu
program kesehatan. Promosi kesehatan dan ingin mencoba hubungan seksual
sebagai bagian atau cabang dari ilmu antar remaja, tetapi ingin menyiapkan
kesehatan, juga mempunyai dua sisi, yaitu agar remaja tahu tentang seksualitas dan
sisi ilmu dan seni. Dilihat dari sisi seni, akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa
yakni praktisi atau aplikasi promosi mematuhi aturan hukum, agama dan adat
kesehatan, merupakan penunjang bagi istiadat serta kesiapan mental dan material
program-program kesehatan lain, artinya seseorang. Selain itu pendidikan seksual
setiap program kesehatan misalnya juga bertujuan untuk memberikan
pemberantasan penyakit, perbaikan gizi pengetahuan dan mendidik anak agar
masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan berprilaku yang baik dalam hal seksual,
ibu dan anak, program pelayanan sesuai dengan norma agama, sosial dan
kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang kesusilaan (Desmita, 2012).
atau dibantu oleh promosi kesehatan. Hal Menurut Mubarak, dkk (2009)
ini esensial, karena masing-masing pendidikan kesehatan adalah proses
program tersebut mempunyai aspek prilaku perubahan sikap dan perilaku seseorang
masarakat yang perlu dikondisikan dengan atau individu yang dinamis, dimana
promosi kesehatan. perubahan tersebut tidak hanya
Piaget (dalam Hurlock, 2006) dipengaruhi oleh transfering materi dari
mengatakan bahwa masa remaja adalah seseorang ke orang lain, namun perubahan
usia dimana individu mulai berintegrasi tersebut bisa terjadi karena adanya
dengan masyarakat dewasa. Individu tidak kesadaran dalam diri individu, kelompok,
lagi merasa di bawah tingkat orang-orang dan masyarakat.
yang lebih tua melainkan berada dalam Penelitian ini sejalan dengan Egi
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya (2014) hubungan pengetahuan remaja
dalam masalah hak, integrasi dalam tentang pendidikan seks dengan perilaku
masyarakat, mempunyai banyak aspek seks pranikah pada remaja di SMA
afektif, kurang lebih berhubungan dengan Pasundan 1 Bandung. Hasil analisa
masa puber, termasuk di dalamnya juga diperoleh p<0,01 dan nilai rs0.583 itu
perubahan intelektual yang mencolok, berarti juga bahwa sebanyak 58% perilaku
transformasi yang khas dari cara berpikir seks pranikah dipengaruhi oleh
remaja memungkinan untuk mencapai pengetahuan tentang pendidikan seks dan
integrasi dalam hubungan sosial orang sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di
dewasa. luar penelitian. Pada penelitian ini
Gagasan tentang digulirkannya disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pendidikan seks masih menjadi pengetahuan tentang pendidikan seks
problematika di masyarakat.Sebagian dengan perilaku seks pranikah pada
orang mendukungnya dan sebagian lagi remaja di SMA Pasundan 1 Bandung.
menganggapnya sebagai hal yang tabu. maka dari itu institusi harus menyiapkan
Sikap tabu dan skeptis ini dipengaruhi kegiatan-kegiatan yang positif bagi remaja
dengan anggapan bahwa pendidikan seks misalnya penyuluhan tentang pendidikan
adalah pelajaran tentang bagaimana seks.
melakukan hubungan seks. Pandangan
7

Penilitian ini juga sejalan dengan yang tenang dan nyaman pada kelas, ketika
Novisa (2013) meneliti tentang pengaruh siswa sudah diberi teguran dan diajak
pendidikan seks terhadap pengetahuan untuk mengikuti pendidikan kesehatan
dan sikap remaja dalam pencegahan seks dengan serius tetapi masih ada juga siswa
pranikah di SMAN 1 Pundong Bantul lain yang susah untuk diberitahu dan
didapatkan hasil adanya peningkatan mengganggu teman-temannya. Untuk itu
pengetahuan dan sikap setelah diberikan pengawasan pelaksanaan pendidikan
pendidikan seks dengan nilai signifikassni kesehatan dibantu oleh guru yang mengajar
0,000 yang berarti ada perbedaan sebelum pada jam saat dilaksanakan perlakuan
dan sesudah pendidikan kesehatan. pendidikan kesehatan tentang seks
Muliani (2014), meneliti tentang pranikah.
pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap Kendala dalam pengumpulan
peningkatan pengetahuan remaja tentang responden karana waktu penelitian
sex bebas pada SMUN 6 kota Yogyakarta bersamaan pada bulan puasa dan
dengan pendekatan pretes dan posttes with responden dalam kegiatan pesantren kilat
control groub. Hasilnya ada pengaruh kemudian waktu penelitian sangat terbatas.
penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap Selanjutnya kendala dalam penelitian
peningkatan pengetahuan remaja pada ini yaitu adanya pergantian kepala sekola
kelompok perlakuan lebih baik dari pada baru.
kelompok kontrol. Tingkat pengetahuan
remaja menunjukan perbedaan yang
PENUTUP
signifikan dan berpengaruh positif antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, Kesimpulan
Kelompok perlakuan lebih besar dari Sebagian besar responden memiliki
kelompok kontrol setelah kelompok Mayoritas responden pada saat pretest
perlakuan menerima penyuluhan kesehatan memiliki pengetahuan pendidikan
reproduksi. kesehatan bahaya seks dengan kategori
Asumsi peneliti berdasarkan cukup di SMPN 11 Kota Pekanbaru
penjelasan teori dan beberapa penelitian sebanyak 17 responden (56,7%).
terkait ialah adanya pengaruh yang sangat Mayoritas responden pada saat postest
signifikan terhadap pengetahuan memiliki pengetahuan pendidikan
seseorang, khususnya pengetahuan bahaya kesehatan bahaya seks dengan kategori
seks pranikah sebelum dan sesudah baik di SMPN 11 Kota Pekanbaru
diberikan pendidikan. Banyaknya sebanyak 25 responden (56,7%).
pendidikan yang didapat seseorang akan Berdasarkan uji T dependent
mampu untuk mempengaruhi perilaku menunjukan bahwa ada perbedaan
seseorang kearah yang lebih baik, dan pengetahuan tentang bahaya seks pranikah
penelitian ini juga melakukan penyuluhan sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
agar lebih jelas lagi untuk memberi Sebelum dilakukan intervensi didapatkan
pengetahuan kepada siswa-siswi di SMPN nilai rata-rata pengetahuan tentang seks
11 kota Pekanbaru agar dapat di pahami pranikah yaitu 14.63 (SD 2.697) dan
tentang bahaya seks pranikah oleh siswa- sesudah dilakukan intervensi nilai rata-rata
siswi dan dapat menghindari hal-hal yang pengetahuan yaitu 17.63 (SD 1.847)
tidak di inginkan atau hal yang buruk dengan nilai p value 0,000.
terjadi pada anak-anak remaja sekarang. Berdasarkan pengetahuan yang di
Keterbatasan Penelitian berikan melalu penyuluhan menggunakan
Media Vidio di SMPN 11 kota Pekanbaru
Keterbatasan pada penelitian ini adalah tentang bahaya seks pranikah sebelum dan
sulitnya menciptakan suasana ruangan sesudah di berikan pendidikan kesehatan
8

bahwa adanya pengeruh yang sanagat SMAN 1 Siak. Pekanbaru. Skripsi


sigifikan terhadap pengetahuan remaja STIKes Tengku Maharatu
tentang pengetahuan bahaya seks pranikah, 4. Asti. (2010). Perkembangan Remaja.
siswa-siswi bahakan dapat menjelaskan Jakarta: Salemba Medika
kembali ketika di berikan pertanayaan- 5. Aswin, S. (2006). Hubungan antara
pertanyaan yang sudah di jelaskan. Status GIzi dan Menstruasi pada
Remaja Muda di Kotamadya
Saran Yogyakarta. FK-UGM. Yogyakarta
Lebih sering lagi untuk mencari 6. Ali & Asrori. (2010). Psikologi
informasi tentang seks pranikah baik di remaja: perkembangan peserta didik.
internet, buku, perpustakaan sekolah, Jakarta : Bumi
perpustakaan daerah, mengikuti 7. Bobak, Lowdermik & Ensen. 2009.
penyuluhan dan seminar untuk Keperawatan maternitas. Jakarta :
meningkatkan pengetahuan dan EGC.
membangun sikap yang positif. 8. Carles. (2006). persepsi remaja tentang
Bagi SMPN 11 Kota Pekanbaru, pendidikan seks. Skripsi Tidak
hendaknya dibuat program khusus sebagai Dipublikasikan.
langkah pencegahan terjadinya prilaku 9. Dariyo, (2010). Perspektif Remaja.
seks pranikah yang berupa pendidikan Jakarta : Erlangga
kesehatan, tentunya dengan bekerjasama 10. Departemen Kesehatan RI. (2010).
dengan pihak terkait seperti puskesmas, Konseptual Framework Provincial
lembaga pemerintah seperti lembaga Health Account PHA), District Health
swadaya masyarakat, lembaga swadaya Account (DHA). Bersumber
swasta guna untuk mewujudkan siswa Pemerintah, Biro Keuangan
bebas dari prilaku seks pranikah. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Diharapkan penelitian ini dapat
menjadi informasi untuk melakukan 11. Desmita, Ajen. (2012). Pendidikan seks
penelitian tentang tentang pendidikan untuk remaja. Jakarta : PT. Kawan
kesehatan seks pranikah dengan metode Pustaka.
yang lain untuk meningkatkan 12. Fauzi, A. (2006). Psikologi umum.
pengetahuan dan perubahan sikap anak Bandung : Pustaka Setia.
yang positif terhadap prilaku seks 13. Hidayat, A.Aziz. (2007). Metode
pranikah. Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data, Jakarta : Salemba
DAFTAR PUSTAKA Medika.
14. Ihsan, Fuad. H. (2005). Dasar-dasar
1. Ali, Muhammad, Mohmmad Asrori. kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
(2010). Psikologi remaja: 15. Istiqomah. (2006). Pendidikan seksual
perkembangan peserta didik. Jakarta : pada remaja. Jakarta : Erlangga.
Bumi Aksara. 16. Kartono, Kartini, (2010). Psikologi
2. Arikunto.(2010). Prosedur Penelitian: anak. Bandung : Bandar Maju.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: 17. KPARIAU.(2014).www.kpaprovriau.o
Rineka Cipta r.id. Struktur Organisasi Komisi
Penanggulangan AIDS Pekanbaru.
3. Asyikin (2015). Perbandingan KPA Riau.
efektifitas media poster dan video 18. Medy S, (2008). Pengaruh Sumber
terhadap peningkatan pengetahuan Informasi Terhadap Sikap Remaja
dan sikap tentang perilaku seks siswa
9

Tentang Pendidikan Seks. Skripsi tidak 32. Tauvhk. (2008). Remaja pornografi
diterbitkan Stikes Maharatu Pekanbaru. dan pendidikan seks. Diperoleh di
https://tauvhk.wordpress.com
19. Monks, (2012). Makalah Defenisi 33. Walgito, Bimo. (2007). Pengantar
Remaja. Karang Gede. psikologi umum. Jakarta : Penerbit
20. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Andi.
penelitian kesehatan. Jakarta : EGC. 34. Wahyuni, K. E. (2011). Pengaruh
21. Nuri, (2011). Remaja Pornografi dan predisposing, enabling, dan reinforcing
Porno Aksi. Diperoleh di factor terhadap prilaku remaja tentang
http://www.google.com/kesehatan/new seks bebas pada siswa/I di SMA Tri
/0402/27/034621.htm. Bakhti pekanbaru tahun 2011. Skripsi:
22. Nursalam. (2008). Konsep dan program studi ilmu kesehatan
penerapan metodologi penelitian ilmu masyarakat sekolah tinggi ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba kesehatan Hang Tuah Pekanbaru
Medika.
23. Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Psikologi 35. Yusuf, S. (2007). Psikologi
komunikasi. Bandung : Remaja perkembangan anak dan remaja.
Rosdakarya. Bandung : Remaja Rosdakarya.
24. Rahman, Arief Fachrudin. (2008).
Pendidikan seks di sekolah. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
25. Reiss, Michail, J. Mark Hastead.
(2006). Pendidikan seks : bagi remaja
dari prinsip ke praktek. Sleman –
Yogyakarta : Alenia Press.

26. Riyanto, A. (2011).


Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.
Yogyakarta

27. Sarlito. 2005. Motivasi berprestasi.


Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol.
8.
28. Sarwono, Sarlito Wirawan. (2005).
Psikologi remaja. Jakarta : Rajawali
Pers.
29. Suhaimi. 2011. Pendidikan seks dalam
kurikulum sekolah. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.

30. Supaini, Ririn. (2006). Hubungan


sumber informasi dengan persepsi
remaja tentang pendidikan seks.
Skripsi.

31. Taufik, (2010). Psikologi Untuk


Kebidanan. Cetakan Pertama.
Surakarta : Eastview

Anda mungkin juga menyukai