Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI

adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah. Menurut BKKBN adalah

10 samapi 19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh

adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-

19 tahun, adalah suatu priode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan

sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah priode peralihan dari masa

anak-anak ke dewasa (Widyastuti, 2010).

Orang tua masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu, sehingga

mereka tidak pernah memberikan informasi yang sehat tentang seks kepada

anaknya atau karena mereka sendiri memang kurang informasi tentang seks dan

tidak tahu cara mengkomunikasikan seks yang baik untuk anak serta pengaruh

budaya yang masih mentabukan masalah seks ini. Untuk memenuhi

keingintahuannya yang besar tentang seks, seringkali mencari alternatif lain

dengan menikmati pornografi secara sembunyi-sembunyi, baik sendirian

maupun bersama teman-teman mereka. Pornografi akan memberikan informasi

seks yang tidak sehat, bahkan cenderung merusak mental, baik itu berupa surat

kabar, majalah, film, buku cerita, komik, dan lain-lain (Asti, 2010).

Media pornografi di Indonesia pada masa sekarang sangat mudah

dinikmati oleh remaja. Jika dilihat darisegi Pornografi remaja sekarang ini suka

mengoleksi gambar dan video porno. Remaja dengan mudah mendapatkan

gambar dan video porno karena tekhnologi sekarang yang canggih.

1
Diantaranya Internet,Hp yang berkamera,VCD porno dan lain

sebagainya.Sedangkan dari Porno aksi banyak perempuan yang suka

menggunakan pakaian ketat dan mini yang bias mengundang nafsu bagi laki-

laki. Dan juga di Indonesia maraknya tarian/joget dan yang gerakanya yangs

angat vulgar (Nuri, 2011).

Santrock (2007) mengatakan beberapa budaya, seperti Amerika

memiliki standart seksual yang lebih bebas terhadap prilaku seksual.

Sedangkan, beberapa budaya lainnya, perilaku seksual pranikah sangat

dilarang contohnya negara Indonesia. Seiring perkembangan zaman, terjadinya

pergeseran norma dan nilai di Indonesia. Media sering kali menyajikan

seksualitas kepada remaja melalui cara-cara yang tidak realistis. Salah satu

gejala yang semakin lama makin memperhatinkan adalah adanya akses untuk

memperoleh materi-materi seksual yang sarat akan pornografi yang diakses

diinternet

Masa remaja sarat dengan berbagai gejolak psikologis. Sedikit saja

tersinggung, maka emosinya akan meledak-ledak dan tak terkendali. Masa ini

juga masa yang sarat fantasi atau khayalan. Antara kekuatan emosi dan

khayalan memungkinkan digunakan dalam berbagai hal yang negatif di

antaranya pada penyimpangan seksual dan pornografi. Ada banyak sekali

cerita di masyarakat atau berita di majalah, surat kabar, radio dan televisi yang

memberitakan segala akibat buruk yang dilakukan remaja karena kesalahan

dalam melakukan aktivitas seksual ( Desmita, 2012).

Kecenderungan perilaku seksual pra nikah di kalangan remaja semakin

banyak terjadi. Tercermin dari tingkat aborsi di kalangan remaja diperkirakan


sekitar 700 ribu kasus pertahun atau sekitar 30% dari seluruh kasus aborsi

pertahun di Indonesia (Ghifari, 2010). Pendidikan seks yang diperoleh dari

pihak tidak bertanggung jawab akan menimbulkan sikap yang berbeda dari tiap

individu remaja itu sendiri. Sikap yang berbeda menyebabkan timbul

pertanyaan yang tidak terjawab sehingga mengambil kesimpulan berdasarkan

sikap mereka masing-masing tanpa diikuti dengan kebijakan yang pantas baik

menurut norma maupun agama, perkembangan seksualitas remaja dari tahun

ke tahun semakin berkembang dan semakin mengerikan sebab perkembangan

hubungan seksualitas remaja diakibatkan adanya sikap yang keliru mengenai

pacaran (Dariyo, 2010).

Remaja yang mengkomsumsi media yang berisi banyak gambaran seks

punya keinginan melakukan hubungan seks dua kali lipat dibandingkan yang

mengkonsumsi media biasa, perilaku hubungan seks pranikah dikalangan

remaja bahkan cenderung dipandang sebagai trend, kenyataan yang

menunjukkan bahwa tingkat prilaku penyimpangan seksual pada remaja telah

cukup mengkhawatirkan.Faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku

beresiko pada remaja adalah kondisi beresiko (ketersediaan fasilitas/sarana

yang mendukung perilaku beresiko, bahkan mendorong perilaku beresiko

melalui informasi yang salah, iklan. Secara rinci, terjadinya faktor lingkungan

tersebut adalah informasi yang merugikan mudah diakses, hal ini berbagai

media cetak dan elektronik. (Tauvhk, 2008).

Berdasarkan hasil penilitian oleh PKBI (Perkumpulan Keluarga

Berencana Indonesia) Riau dalam Wahyuni (2013), pada tahun 2009 mengenai

seks pranikah di kalangan Remaja SMU dan SMK se kota Pekanbaru dengan
jumlah sampel sebanyak 600 responden, didapati bahwa 38,75% Remaja laki-

laki sudah melakukan hubungan seks dengan pasangannya sedangkan 16,98%

Remaja perempuan juga telah melakukan hubungan seks. Proporsi menurut usia

Remaja yang pernah melakukan hubungan seks yang mempunyai rentang umur

10-14 tahun yaitu laki-laki sebanyak 13,57% dan perempuan 10,98% sedangkan

rentan usia 15-18 tahun sebanyak 29,46% laki-laki dan 23,17% perempuan.

Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda dan

Berganti-ganti pasangan seksual merupakan faktor meningkatkan resiko

terjadinya kanker serviks. Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks

uterus merupakan kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah

kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki

peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah memasuki stadium lanjut sering

menyebabkan kematian dalam jangka relatif cepat (Anonim, 2010).

Data Kemenkes RI 2016 merupakan kasus terbanyak dengan HIV yaitu

41.250 kasus dengan kelompok umur 25-49 tahun sebagai terjangkit tertinggi

dan kelompok umur remaja menepati urutan kedua usia kategori 20-24 tahun

serta usia 15-19 tahun ketiga kasus tertinggi HIV. Kasus AIDS yang dilaporkan

tahun 2016 merupakan kasu ke-5 tertinggi sejak 10 tahun terakhir dengan kasus

7.491. Hasil survei pada triwulan I Januari- Maret 2017 Provinsi Riau

menempati urutan ke-4 kasus terbanyak dengan AIDS yaitu 53 kasus setelah

Jawa tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Kota Pekanbaru merupakan urutan

tertinggi dengan kasus HIV dan AIDS di Provinsi Riau dengan jumlah kasus

HIV 98 dan AIDS 1129 kasus., banyak Kasus HIV/AIDS di sebabkan tingkat
mobilitasnya yang tinggi di tambah banyak layanan seks komersial (Kemenkes

RI,2017).

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMPN 11 Kota

Pekanbaru hasil survei awal didapat jumlah guru sebanyak 34 orang, Jumlah

siawa dan siswai 756 orang, siswa laki-laki berjumlah 391 dan siswi perempuan

380. Hasil wawancara peneliti mendapatkan data siswa di SMPN 11 Kota

Pekanbaru, hasil wawancara dengan 10 siswa, 7 siswa mengatakan kurang

mengetahui tentang pendidikan seks, meliputi pengertian, sistem reproduksi,

bahaya perilaku yang beresiko untuk kesehatan seks, dan seputar informasi

kesehatan lainnya tentang pendidikan seks. Hal ini dikarenakan kurangnya

pemberian atau penyampaian informasi tentang pendidikan seks dari sekolah

maupun orang tua. 3 orang siswa telah mengetahui tentang pendidikan seks,

yang mana seorang siswa haruslah membatasi diri dalam berpacaran karena

akan beresiko bagi kesehatan reproduksi, selain alasan diatas peneliti juga

mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa wilayah SMP 11 Kota

Pekanbaru juga berdekatan dengan bekas lokalisasi yang lama (Teleju) dan juga

berdekatan dengan tempat yang marak maksiat berdasarakan informasi dari

masyarakat yaitu Jundul.

Berdasarkan fennomena diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian untuk mengetahui “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang bahaya

Seks Pranikah terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja melalui Audio

Visual di SMPN 11 Kota Pekanbaru”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian berdasarkan latar belakang diatas adalah

”Apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang bahaya Seks Pranikah

terhadap Pengetahuan Remaja melalui Media Audio Visual di SMPN 11 Kota

Pekanbaru”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan

tentang bahaya Seks Pranikah terhadap Pengetahuan Remaja melalui Media

Audio Viasual di SMPN 11 Kota Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui:

a) Untuk mengetahui karakteristik responden meliputi pengetahuan, Jenis

kelamin, umur siswa SMPN 11 Kota Pekanbaru.

b) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Pendidikan Seks

Pranikah pada siswa SMPN 11 Kota Pekanbaru sebelum diberikan

informasi Pendidikan Seks melalui Audio Visual

c) Untuk mengetahui pengetahuan tentang Pendidikan kesehatan Seks

Pranikah pada murid SMPN 11 Kota Pekanbaru sesudah diberikan

informasi Pendidikan kesehatan Seks melalui Media Audio Visual

d) Untuk mngetahui adanya pengaruh dari pemberian pendidikan

kesehatan tentang bahaya seks pranikah pada murid SMPN 11 kota

Pekanbaru

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan

informasi tentang pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja. Sehingga

para remaja mendapat pengetahuan yang bersifat positif tentang

informasi seks.

2. Bagi Institusi/Sekolah

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan

informasi tentang pentingnya Pendidikan Seks pada usia remaja.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana belajar dalam kegiatan

penelitian dan hasilnya diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian

selanjutnya dalam ruang lingkup yang lebih luas yang berhubungan

dengan penyampaian informasi tentang Pendidikan Seks pada Remaja.

E. Ruang Lingkup

Yang di teliti dalam penelitian ini adalah pengaruh pendidikan

kesehatan tentang seks pranikah melalui media audio visual terhadap

penungkatan pengetahuan remaja di SMPN 11 kota pekanbaru. Penelitaian

ini akan dilakukan di wilayah SMPN 11 kota pekanbaru. Peneliataian ini

dimulai pada bulan Oktober 2017 s.d Mei 2018. Sasaran penelitian ini

adalah Remaja. Penelitian ini dilakukan agar Remaja-ramaja sekarang lebih

tau dari pendidikan kesehatan tentang seks pranikah agar tidak terjadi hal-

hal yang tidak baik tidak akan terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian

Kuantitatif dengan desain quasy eksperiment. Rencana.

1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah eksperimen artinya percobaan.

Metode eksperien berarti metode percobaan untuk mempelajari

pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel yang lain, melalui uji

coba dalam kondisi khusus yang sengaja deciptakan. Dalam metode ini

ditetapkan sedikitnya tiga variabel yang akan dihadapi. Pertama,

variabel yang akan dipelajari pengaruhnya disebut variabel tidak terikat.

Kedua, Variabel eksperimen. Ketiga. Variabel non-eksperimen.

Variabel eksperimen ialah variabel yang dimanipulasi atau diberi

perlakuan oleh variabel yang terikat, disebut non-eksperimen ialah

variabel yang tidak dimanipulasi tetapi difungsikan sebagai alat kontrol

dan oleh sebab itu variabel ketiga ini disebut variabel kontrol.

2. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel purposive sampling, yaitu pengambilan

sampel dengan kriteria tertentu

3. Metode Pengumpul dan inventaris data

Metode pengumpulan data, yakni : Kuesioner merupakan daftar

pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data

dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan

mengajukan pertanyaan.

4. Metode Penyajian data

Penyediaan data dalam penelitian ini tersaji dalam beberapabentuk

antara lain; tabel digunakan untuk menunjukkan data yang sifatnya.

5. Metode analisis data


Analisis data bersifat ordinal adalah data yang berbentuk rangking

atau peringkat.

F. Keaslian Penelitian

Dalam bagian ini akan diungkapkan beberapa penelitian terdahulu

diantaranya adalah:

No Nama Peneliti Judul Hasil


1 Asyikin/ Perbandingan efektifitas hasil penelitian menunjukkan
Tahun 2015 media poster dan video adanya perbedaan yang
terhadap peningkatan signifikan antara promosi
pengetahuan dan sikap kesehatan tentang seks pranikah
tentang perilaku seks terhadap peningkatan
siswa SMAN 1 Siak pengetahuan (p=0,001 < 0,05)
Kecil. dan sikap siswa (p=0,000 <
0,05). Rekomendasi hasil
penelitian ini adalah
menggunakan media poster dan
video dalam promosi kesehatan
bermanfaat untuk
meningkatkan pengetahuan dan
membangun sikap yang positif
siswa terhadap perilaku seks
pranikah
2 Laila Pengaruh pendidikan Hasil penelitian menggunakan
Pratama/Tahun seks terhadap uji wilcoxon, didapatkan nilai p-
2012 pengetahuan dan sikap Value 0,000 (p<0,005). Artinya
siswa dalam ada perbedaan pengetahuan dan
pencegahan seks bebas sikap remaja di SMA Pertiwi 2
di SMA Pertiwi 2 Padang sebelum dan setelah
Padang diberikan pendidikan seks.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pendidikan kesehatan

a. Pengertian Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-

program kesehatan yang lain. Akan tetapi program-program pelayanan

kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Pendidikan

kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat dan yang

mudah dilihat atau diukur, karena pendidikan merupakan behavioral

investmen jangka panjang.Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh

kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan

kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada

meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran

pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2012)

Pendidikan kesehatan sebagai usaha intervensi perilaku diarahkan

pada 3 faktor pokok, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan

faktor pendorong. Dari perbedaan strategi dan pendekatan tersebut

berakibat dikembangkannya mata ajaran atau sub disiplin ilmu sebagai

bahan daripendidikan kesehatan. Mata ajaran

tersebut : Komunikasi, Dinamika kelompok, Pengembangan dan

pengorganisasian masyarakat, Pengembangan kesehatan masyarakat

desa(PKMD), Pemasaransosial, Pengembangan organisasi, Pendidikan

dan pelatihan, Pengembangan media, Perencanaan dan evaluasi

pendidikan kesehatan, Antropologi kesehatan, Sosiologi

kesehatan dan Psikologi kesehatan.


Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau

usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,

kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan

tersebut mereka dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan atau

lebih baik dan pengetahuan tersebut dapat berpengaruh terhadap

perilakunya.

Metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk

membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik pada

suatu perubahan perilaku atau inovasi.

Bentuk pendekatan metode individual antara lain:

a) Bimbingan dan penyuluhan. Dengan cara ini kontak antara klien

dengan petugas lebih intensif

b) Wawancara. Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan.

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada

sasaran.

Yang dimaksud kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan

lebih dari 15 orang. Metode yang digunakan:

a) Ceramah. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah.

b) Seminar. Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar

denganpendidikan menengah atas.

Peserta kegiatan kurang dari 15 orang. Metode yang digunakan:


a) Diskusi Kelompok. Agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur

sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan.

b) Curah Pendapat. Metode ini merupakan modifikasi metodediskusi

kelompok.

c) Bola Salju.kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan.

d) Kelompok kecil-kecil.

e) Role Play (memainkan peranan)

f) Permainan Simulasi, gambaran antara role play dengan diskusi

kelompok.

b. Tujuan Pendidikan kesehatan seksual

Pendidikan kesehatan yang baik mempunyai tujuan membina

keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab dalam diskusi

panel islam dan pendidikan seks bagi remaja (Kartono, 2008).

Pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika,

pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam

hubungan keluarga maupun dalam masyarakat.Tujuan dari pendidikan

seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin

mencoba hubungan seksual antar remaja, tetapi ingin menyiapkan agar

remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan

tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan

mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga

bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar


berprilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama,

sosial dan kesusilaan (Desmita, 2012).

Menurut Reiss - Halstead (2006) menyatakan tujuan pembelajaran

tentang pendidikan seks di sekolah adalah:

1. Membantu anak muda untuk mengetahui topik-topik biologis seperti

pertumbuhan, masa puber dan kehamilan.

2. Mencegah anak-anak dari tindakan kekerasan.

3. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu dan kecemasan akibat tindakan

seksual.

4. Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan.

5. Mendorong hubungan yang baik.

6. Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual

(sexual intercourse).

7. Mengurangi kasus infeksi melalui seks.

8. Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan

perempuan di masyarakat.

Dengan tujuan yang hendak dicapai dari pendidikan seks di

sekolah, diharapkan penyimpangan seks terhadap remaja dan perilaku

seks yang menyimpang tidak terjadi lagi.Selain itu, pendidikan seks di

sekolah diterapkan karena banyaknya anggapan orang tua bahwa

pendidikan seks tabu untuk dibahas. Anggapan inilah yang menghambat

penyampaian pengetahuan seks yang seharusnya sudah dapat dimulai

dari segala usia. Di samping itu, “tabu” kemungkinan besar para orang

tua merasa khawatir jika mengetahui lebih banyak masalah seksualitas, si


anak akan semakin meningkat rasa penasaran dan keberaniannya untuk

mempraktikkan seks tersebut. Mencegah pengaruh dari luar untuk

memenuhi rasa ingin tahu si anak mungkin tidak perlu dilakukan.

Pasalnya, setiap anak yang sehat pasti ingin sekali mengetahui

perkembangan dan perbedaan anggota tubuhnya dengan orang lain. Ingin

merasa mengetahui arti ciuman dan sentuhan seperti yang sering

dilihatnya.Dengan tujuan dari pendidikan seks tersebut, diharapkan

penyimpangan tersebut tidak terjadi.Karena sudah dibekali dengan

informasi yang benar dan akurat (Desmita, 2012).

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Seksual

Pendidikan kesehatan seks di sekolah hendaknya tidak terpisah

dari pendidikan pada umumnya yang bersifat terpadu.Hal tersebut bisa

dimasukkan ke dalam pelajaran ilmu biologi, kesehatan, moral dan etika

secara bertahap dan terus menerus.Pendidikan seks juga mengisyaratkan

penekanan pada pendidikan moral, meski tidak perlu sedetail

pendidikan agama, agar pendidikan seks diterima murid sebagai suatu

ilmu yang tidak untuk dipraktekkan sebelum waktunya. Penjelasan

tentang program pendidikan seks yang akan disampaikan kepada murid

perlu juga diketahui oleh orang tua murid, agar mereka bisa memberikan

jawaban dan tidak terkejut bila tiba- tiba si anak remaja bertanya soal

seks kepada mereka (Desmita, 2012).

Menurut Kilender (1971, dikutip dari Desmita, 2012), guru yang

memberikan pendidikan seks mempunyai peran yang besar yaitu

membantu menyeleksi sasaran sosialitas dan pribadi yang dapat dicapai


anak didik. Guru juga membantu mahasiswa untuk menerima dirinya

sebagai sebagian dari hidup dan membimbing untuk memilih aktifitas-

aktifitas dan pengalaman yang baik dalam merencanakan masa depan.

Materi pendidikan seks di sekolah untuk siswa SLTA kelas 1 dan

2 (Desmita, 2012) adalah mendalami lagi apa yang telah diberikan di

SD dan SLTP yakni secara psikologi pria dan wanita, paham keluarga

secara sosiologi, masalah pacaran, tunangan serta komunikasi. Pilihan

hidup nikah dan membujang pergaulan pria dan wanita, tubuh manusia

yang bermakna, penilaian etis yang bertanggung jawab sekitar masalah-

masalah seksual dan perkawinan termasuk juga di dalamnya.Dengan

demikian, peranan sekolah dalam memberikan pendidikan seks

merupakan suatu tanggung jawab moral bagi perkembangan anak

didik.Peranan sekolah harus dimengerti bahwa sekolah merupakan

suatu institusi yang bersifat komplementer membantu orang tua

terutama dalam menanamkan sikap dan perilaku seksual anak terhadap

hakikat seksulitas manusia.

2. Seks Pranikah

a. Pengertian

Seks adalah sesuatu yang bersifat biologis dan karenanya seks

dianggap sebagai sesuatu yang stabil. Seks adalah bagian dari kehidupan

manusia,sesuatu yang ada dan tidak bisa ditolak.Sek smempunyai arti jenis

kelamin, suatu yang dapat dilahat, dapat ditunjuk. Jenis kelamin ini

memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau ciri yang membedakan

antara laki-laki atau perempuan yang secara biologis ( Handoyo, 2010).


Hubungan seks pranikah adalah perilaku yang dilakukan sepasang

individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis

kedalam vagina. Perilaku ini disebut juga koitus, koitus secara moralitas

hanya dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah. Tidak ada satu

agamapun yang mengijinkan seks diluar ikatan pernikahan, seks pranikah

adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan

pernikahan. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku

seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi

menurut hokum maupun menurut agama dan kepercayaan masing

masing.(sarwono, 2012).

Sarwono (2010), bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah antar lain:

a) Berpelukan

Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat

dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu.

b) Ciuman kering

Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi

dengan bibir.

c) Cium basah

Aktifitas cium basah berupah sentuhan bibir, dampak cium bibir dapat

menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan

seksual sehingga tidak terkendali

d) Merabah bagian tubuh yang sensitif

Merupakan kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitive

seperti payudara, vagina dan penis.


e) Petting

Merupakan keseluruan aktifitas seksual noon intercourse (hingga

menempelkan alat kelamin). Dampaknymenimbulkan ketagihan.

f) Oral seksual

Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang mengunakan bibir,

mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita

melibatkan bagiandisekitar vulva yaitu labia,klitoris dan bagian dalam

vagina.

g) Intercourse atau bersenggama

Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke

dalam alat kelamin perempuan.

Sugiharta dalam buku Soetchiningsih (2007), faktor-faktor utama yang

mempengaruhi hubungan seksual pranikah yaitu:

1) Membaca buku dan menonton film porno

2) Karena sama suka

3) Kebutuhan biologis

Merasa kurang taat nilai-nilai agamaImron (2012), faktor- faktor yang

menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual pranikah adalah :

a) Adanya dorongan biologis

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan

insting alamiah dari berfungsinya organ system reproduksi dan kerja

hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya

dengan membaca buku atau melihat film / majalah yang menampilkan

gambar-gambar yang membangkitkan erotisme.


b) Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai-

nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan

kuat tidak akan melakukan seks pranikah,karena mengingat ini

merupakan dosa besar yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan

Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun, keimanan ini dapat sirna tanpa bersisa

bila remaja dipengaruhi oleh obat-obatan psikotropika, sehingga

pelanggaran terhadap nilai-nilai agama dinikmati dengan tanpa bersalah.

c) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang

kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat

tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan

repsoduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi

tabu dibicarakan dengan anak. Sehingga saluran – saluran informasi yang

benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat kurang.

d) Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah .

Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pranikah sangat penting

untuk dipertimbangkan,karena jika tidak ada kesempatan baik ruang

maupun waktu, maka hubungan seks pranikah tidak akan terjadi.

Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seks

didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

a) Kemiskinan

b) Pemberian fasilitas pada anak berlebihan

c) Pergeseran nilai-nilai norma dan etika di masyarakat


d) Kesebukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada

anak.

Handoyo (2010), ada beberapa alasan seorang remaja melakukan

seks pranikah antara lain:

a) Tekanan yang datang dari teman pergaulannya

Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga

berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan

seks. Bagi remaja tersebut , tekanan darin teman-temannya dirasakan

lebih kuat daripada yang didapat dari pacarnya sendiri.

b) Adanya tekanan dari pacar

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang

harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan

risiko yang akan dihadapinya.Dalam hal ini yang berperan bukan saja

nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang

tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa

aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.

c) Adanya kebutuhan badaniah

Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan seseorang . jadi wajar jika semua orang tidak

terkecuali remaja, menginginkan hubungan seks ini, sekali pun akibat

dari perbuatanya tersebut tidak sepadan risiko yang akan dihadapinya.

d) Rasa penasaran

Pada usia remaja , keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi

jika teman-temannya mengatakan bahwa rasanya nikmat, ditambah lagi


adanya informasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran

tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakuk

e) Pelampiasan Diri

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, missalnya karena terlanjur

berbuat,seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada

lagi yang dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia

akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan

menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.

Sofiyan (2012), dampak seks pra nikah terhadap kesehatan fisik dan

psikologi, disini di jelaskan ada lima dampak antara lain:

a) Hilangnya Keperwanan dan Keperjakaan

Indikasi fisik yang paling jelas terjadi pada perempuan yakni sobeknya

selaput darah.

b) Kehamilan

Perilaku seks pra nikah dapat mengakibatkan kehamilan padahal

pasangan tersebut belum terikat perkawinan. Biasanya kehamilan yang

tidak diinginkan.

c) Aborsi dengan Segala Risikonya

Jika hubungan intim sudah berbuah kehamilan , maka biasanya pasangan

tersebut akan melakukan pengguguran kandungan (aborsi). Mereka

menganggap aborsi adalah jalan terbaik untuk menutupi aib dan rasa

malu terhadap masyrakat sekitar, mereka juga belum siap untuk hidup

berumah tangga, risiko dari aborsi antara lain yaitu pendarahan, infeksi,

kemandulan, bahkan kematian.


d) Penularan Penyakit Kelamin

Penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan seksual,resiko tertular

penyakit kelamin semakin besar ketika sering melakukan hubungan

seksual secara berganti ganti pasangan. Beberapa penyakit kelamin yang

dapat tersebar melalui hubungan seks pra nikah antar lain:

1) Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri neisseria

gonorrheae, dengan masa inkubasi (masa tunas ) 2 – 10 hari sesudah

masuk ketubuh melalui hubungan seks.

2) Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh treponema pallidum,

dengan masa inkubasi 2 – 6 minggu, kadang-kadang sampai tiga

bulan sesudah kuman masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks.

3) Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang melemahkan

sistem ketebalan tubuh . sedangkan Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS) yang berarti kumpulan gejalah penyakit akibat

menurunnya kekebalan tubuh yang sifatnya diperoleh (bukan

bawaan) (Kusmiran,2012).

e) Infeksi Saluran Reproduksi

Remaja perempuan yang sudah aktif secara seksual dibawah usia 20

tahun serta berganti – ganti pasangan cenderung mudah terkena

kanker mulut rahim.

f) Perasaan Malu Bersalah Berdosa dan Tidak Berharga

Mereka yang sudah terjerumus pada perilaku seks pra nikah biasanya

selalu dirundung bersalah. Perasaan malu dan bersalah semakin


muncul ketika dirinya atau pasangannyadiketahui hamil padahal

secara resmi belum menjadi suami istri.

Sedangkan menurut PILAR PKBI, 2010 (Pusat informasi dan

layanan remaja, dan perkumpulan keluarga berencana indonesia)

menjelaskan dampak dari seks pranikah terjadi secara psikologis dan

sosial dan penyesalan berkepanjangan antra lain:

a) Tertekan dan muncul perasaan bersalah karena pelanggaran moral

yang juga berakibat pada saat setelah menikah.

b) Rasa takut akan adanya sanksi hukum jika hubungan tersebut di

ketahui masyarakat.

c) Adanya kecenderungan perilaku seksual sebelum menikah akan

mengarah pada perselingkuhan dan hubungan seks ekstra marital.

3. Peran Perawat

a. Pengertian Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan

bersifat stabil, Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas

perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan

formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk

menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional

sesuai dengan kode etik professional ( Setyowati, 2009)

Perawat professional
a. Educator : Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana

seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah

sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak

pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk

merubah perilaku

b. Menunjukkan perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukan dalam sistem

Peran perawat dalam pelayanan kesehatan reproduksi

a. Pemberi asuhan keperawatan: memperhatikan keadaan kebutuhan

dasar pelayanan kesehatan reproduksi besar dan berat karena

sebagian besar perawat perempuan, Lebih memahami stress

karena refleksi dirinya

b. Edukator: meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala

penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi

perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan

c. Pembaharu dan peneliti: mengadakan perencanaan, kerjasama,

perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode

pemberian pelayanan keperawatan

4. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge)

adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara

penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan waktu.


Ditambahkannya bahwa pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi

antologis (berkaitan dengan objek yang ditelaah oleh ilmu),

epistemologis (berkaitan dengan segenap proses untuk memperoleh

pengetahuan ilmiah) dan aksiologis (berkaitan dengan manfaat atau

kegunaan ilmu pengetahuan ilmiah) secara konsekuen dan penuh

disiplin biasa disebut ilmu ataupun ilmu pengetahuan (Science); kata

sifatnya adalah ilmiah atau keilmuwan, sedangkan ahlinya disebut

ilmuwan.

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan salah satu

bentuk operasional dari perilaku yaitu dalam bentuk pengetahuan

dengan mengetahui situasi dengan rangsangan dan dalam sikap yaitu

tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar sehingga

mencetak perilaku manusia yang hidup didalamnya, dalam bentuk

tindakan yaitu perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan.

Proses Adopsi Perilaku menurut Rogers (1974) bahwa sebelum

orang mengadosi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi

proses secara berurutan yaitu: Awareness (kesadaran) : dimana orang

tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus, Interest (merasa tertarik) : terhadap stimulasi atau objek


tersebut, Evaluation (menimbang- nimbang) : terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial :dimana subjek mulai

mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh

stimulus, Adoption : dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Swistantoro,

2005).

b. Tingkat Pengetahuan

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan yang menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan yang menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan yang menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-kemponen, tetapi masih didalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemapuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan yang melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo

(2012) adalah sebagai berikut :

Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah

dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.

Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun

penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi


Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini dapat disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

popular disebut metodologi penelitian. Cara ini lebih mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara

melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian

ilmiah.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang:

1) Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya

makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika

seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan

nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2) Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung.


3) Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan

pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik

secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan

ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama,

keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi

organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang

semakin matang dan dewasa.

4) Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.

5) Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan

pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk

melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya

dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga

kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan,


karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

pribadi atau sikap seseorang Saifuddin (2002, dalam Mubarak, 2011).

7) Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan

yang baru.

6. Remaja

a. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata latinadolescere

yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah

adolescence (dari bahasa Inggris) yang dipergunakan saat ini

mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental,

emosional, sosial dan fisik (Hurlock,2006).

Piaget (dalam Hurlock, 2006) mengatakan bahwa masa remaja

adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat

dewasa. Individu tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang

lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-

kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai

banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber,

termasuk di dalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok,

transformasi yang khas dari cara berpikir remaja memungkinan untuk

mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.

Dari pengertian remaja di atas maka dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana

dimasa tersebut seseorang akan mengalami perubahan fisik.Pada remaja


terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi.. Adapun

tugas perkembangan remaja itu adalah :

a. Mencapai peran sosial pria dan wanita

b. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif

d. Mencapai kemadirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

e. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akandatang.

f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku dan mengembangkan ideologi tahapan perkembangan

selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

remaja merupakan masa penghubung antara masa anak-anak menuju

masa dewasa. Pada masa remaja terdapat berbagai perubahan, di

antaranya terjadi perubahan intelektual dan cara berpikir remaja,

terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat, terjadinya perubahan

sosial, dimana remaja mulai berintegrasi dengan masyarakatluas serta

pada masa remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi serta cita-

cita diri. Selanjutnya pada masa remaja terdapat tugas-tugas

perkembangan yang sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja

bisa dengan mantap melangkah ke tahap perkembangan selanjutnya.


Masa remaja adalah periode waktu individu beralih dari fase anak

ke fase dewasa (Bobak, 2010).Sedangkan menurut WHO, batasan

remaja pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja

yang Iebih bersifat konseptual.Dalam defenisi ini tersebut dikemukakan

tiga kriteria, yaitu biologi, psikologis, dan sosial ekonomi. Maka, secara

lengkap defenisi tersebut berbunyi sebagai berikut, remaja adalah :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-

tanda seksual skundernya sampai saat ia mencapai kematangan.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pula identifikasi

dari kanak- kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

pada keadaan yang relatif Iebih mandiri (Sarlito, 2005).

e. Konsep Diri Remaja

Menurut Hurlock (2005) pada masa remaja terdapat 8 kondisi

yang mempengaruhi konsep diri yang dimilikinya, yaitu :

1) Usia kematangan

Remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan hampir seperti

orang dewasa akan mengembangkan konsep diri yang

menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Tetapi apabila remaja matang terlambat dan diperlakukan seperti

anak-anak akan merasa bernasib kurang baik sehingga kurang bisa

menyesuaikan diri.

2) Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa rendah


diri.Daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam

pembuatan penilaian tentang ciri kepribadian seorang remaja.

3) Kepatutan seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu

remaja mencapai konsep diri yang baik.Ketidak patutan seks

membuat remaja sadar dan hal ini memberi akibat buruk pada

perilakunya.

4) Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai

namanya buruk atau bila mereka memberi nama dan julukan yang

bernada cemoohan.

5) Hubungan keluarga

Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat dengan salah

satu anggota keluarga akan mengidentifikasikan dirinya dengan

orang tersebut dan juga ingin mengembangkan pola kepribadian yang

sama.

6) Teman-teman sebaya

Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua

cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari

anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya dan yang

kedua, seorang remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan

ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.

7) Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong untuk kreatif dalam


bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan

individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada

konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-

kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang

mempunyai perasaan identitas dan individualitas.

8) Cita-cita

Bila seorang remaja tidak memiliki cita-cita yang realistik, maka

akan mengalamikegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak

mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana remaja tersebut akan

menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistis

pada kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan

daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan

kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang

lebih baik.

f. Batasan Usia Remaja

Menurut (Muadz, 2010) berdasarkan penggolongan umur

remaja antara lain :

1) Pra remaja (11-13 tahun)

Pra remaja ini merupakan masa sangat pendek yaitu kurang lebih

satu tahun. masa ini dikatakan juga sebagai fase yang negatif. Hal

tersebut dapat terlihat dari tingkah laku mereka yang cenderung

negatif, sehingga fase ini merupakan fase yang sulit bagi anak

maupun orang tuanya.

2) Remaja awal (14-17 tahun)


Pada masa ini perubahan-perubahan fisik terjadi sangat pesat dan

mencapai pada puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan

kestabilan dalam banyak hal terdapat pada masa ini. Remaja

berupaya mencari identitas dirinya, sehingga statusnya tidak jelas.

Selain itu pada masa ini terjadi perubahan pola-pola hubungan

sosial.

Remaja lanjut (18-21 tahun) dirinya ingin selalu ingin menjadi

pusat perhatian dan ingin menonjolkan diri. Remaja mulai bersikap

idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai

energi yang sangat besar. Remaja mulai memanrapkan identitas diri

dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional..

Masa pubertas atau disebut juga dengan masa puber seperti

sudah disebutkan di atas berawal dari haid atau mimpi basah yang

pertama. Akan tetapi pada usia berapa tepatnya masa puber ini

dimulai, sulit ditetapkan. Hal itu karena cepat lambatnya haid atau

mimpi basah, sangat bergantung pada kondisi tubuh masing-masing

individu, jadi sangat bervariasi.Ada anak perempuan yang sudah

haid pada umur sepuluh tahun atau bahkan sembilan tahun.

Sebaliknya, ada yang baru memperolehnya pada usia tujuh belas

tahun/waktu kelas dua SMA (Sarlito, 2005).

Banyak batasan usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli.

Diantaranya adalah Monks, dkk (2012) yaitu masa remaja awal,

masa remaja pertengahan dan masa remaja akhir.Batasan remaja

yang diungkapkan oleh Monks yang membagi masa remaja menjadi


masa pra pubertas, masa pubertas dan masa adolesensi. Fase-fase

masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu :

a) Remaja Awal (12 sampai 15 tahun)

Pada rentang usia ini, remaja mengalami pertumbuhan jasmani

yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat

intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada

saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum

bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain tu pada masa

ini remaja belum tahu apa yang diinginkannya, remaja sering

merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, dan merasa

kecewa.

b) Remaja Pertengahan (15-18 tahun)

Pada rentang usia ini, kepribadian remaja masih bersifat kekanak-

kanakan, namun pada usia remaja sudah timbul unsur baru, yaitu

kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.

Remaja mulai menemukan nilai-nilai tertentu dan melakukan

perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka, dari

perasaan yang penuh keraguan pada usai remaja awal maka pada

rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang

lebih berbobot. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan

kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap

tingkah laku yang telah dilakukannya.Selain itu pada masa ini

remaja mulai menemukan diri sendiri atau jadi dirinya.

c) Masa Remaja Akhir (18-21 tahun)


Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil.

Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup

yang digariskan sendiri.

7. Konsep Media

a. Pengertian Konsep Media

Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau

pengantar (Sanjaya, 2008). Rossi dan Breidle 1996 dalam Sanjaya 2008,

mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu alat dan bahan yang dapat

dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran,

majalah, dan sebagainya. Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi

orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang

memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Jadi dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio,

slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai

sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar,

karyawisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk

menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa untuk

menambah keterampilan.

1) Alat Bantu lihat (Visual Aids)

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera mata

(pengelihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2

bentuk: Alat diproyeksikan, mislanya slide,film,flim strip, dan


sebaginya, Alat-alat yang tidak diproyeksikan: demensi, gambar, peta,

boneka, dan sebagainya.

2) Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)

Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera

penengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan atau

pengajaran, Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebaginya.

3) Alat Bantu Lihat-Dengar (Audio Visual Aids)

Alat Bantu audio Visual adalah alat yang digunakan oleh

pembicara materi dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan

kesehatan materi alat bantu lihat dengar, seperti televise, Vidio cassette

dan DVD. Indra yang paling banyak menyelurkan penegtahuan ke

dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%-87% penegtahuan manusia

diperoleh melalui mata sedangkan 13%-25% lainya tersalur melalui

indra yang lain (Notoatmodjo, 21012). Pendidikan kesehatan

menggunakan media audio visual informasi yang disampaikan barupa

gambar dan suara yang bisa diterima dua indera sekaligus antara

pengelihatan dan pendengaran sehingga lebih menarik perhatian dan

meningkatkan antusiasme masyarakat untuk mendapatkan informasi

dan menerimanya (komboyono, 2011). Penerimaan pesan melalui alat

visual lebih mudah diterima dibandingkan dengan kata-kata dan tulisan

(Notoatmodjo, 2012). Media ini selain untuk media hiburan dan

kominiskasi juga dapat.


B. Kerangka Teori

Skema 1. Kerangka teori

Pendidikan Seks: adalah suatu informasi Tujuan Pendidikan kesehatan seks: Dengan
meneganai persoalan seksualitas tujuan yang hendak dicapai dari pendidikan
manuasia yang jelas dan benar, yang seks di sekolah, diharapkan penyimpangan
meliputi terjadinya perubahan, seks terhadap remaja dan perilaku seks yang
kehamilan sampai kelahiran, tingkah menyimpang tidak terjadi lagi.Selain itu,
laku seksual, hubungan seksual, dan pendidikan seks di sekolah diterapkan karena
aspek-aspek kesehatan, kejiawaan dan banyaknya anggapan orang tua bahwa
kemasyarakatan. pendidikan seks tabu untuk dibahas

Faktor-faktor yang Prilaku Seks Pranikah: Dampak seks pranikah:


mempengrauhi
penegtahuan: Adanya penegruh lingkunagn 1) Terkena penyakit
yang tidak baik, derasnya kelamin (kanker
1. Pengetahuan budaya negative dan era serviks)

2. Pekerjaan globalisasi yang mendorong 2) HIV/AIDS


semangkin gencarnya prilaku
3. Umur 3) Terjadinya
seksual pada remaja peningkatan angka
4. Minat kematian ibu
5. Pengalaman muda

6. Kebudayaan 4) Aborsi

7. Informasi 5) Terinfeksi
penyakit kelamin

(Kartono,2010) (Desmita,2012).Fachruddin (2012)


digunakan sebagai media edukasi yang mudah dipahami oleh

masyarakat dari anak-anak hingga dewasa asal bahasa

penyampaiyannya jelas dan dengan bahasa yang mudah dimengerti

semua golongan dan usia (Rusliani, 2011)

4) Media elektronik

Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan sabagai media

pendidikan kesehatan, contohnya Penyampaiyan pesan kesehatan

cerdas cermat dan radio. Bentuk penyampaiyan informasi radio dapat

barupa obrolan (Tanya jawab), konsultasi kesehatan, dan radio spot,

video. Penyampaiayan informasi kesehatan melalui video slide, slide

dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan

(Mualana, 2009)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-

konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian

yang dimaksud (Notoatmodjo,2010).

Berdasarkan tinjauan kepustakaan, maka dapat digambarkan kerangka konsep

seperti dibawah ini.

Skema 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
Input Proses Output

Post-test:
Pre-test: Kelompok
pengetahuan
Murid SMP Tingkat eksperimen
setelah diberi
N 11 Kota pengetahuan Idiberikan
pendidikan
Pekanbaru sebelum pemberian pendidikan
kesehatan bahaya
pendidikan kesehatan
seks pranikah
kesehatan tantang
1. Baik
bahaya seks 2. Cukup
pranikah 3. Kurang
D. Hipotesis

Menurut Notoatmodjo (2010), hipotesis adalah suatu jawaban

sementara dari pertanyaan penelitian, Hipotesis dalam hubungan ini adalah

sebagai berikut:

a) Ha :Ada pengaruh pengaruh pendidikan bahaya seks pranikah melalui

Audio Visual terhadap pengetahuan seks pada remaja

b) Ho: Tidak ada pengaruh pengaruh pendidikan bahaya seks pranikah melalui

Audio Visual terhadap pengetahuan seks pada remaja

Anda mungkin juga menyukai