Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI BARU LAHIR

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Bayi Baru Lahir (Neonatus atau Neonatal)

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu, biasanya lahir pada
usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (Wong, 2003).

Bayi Baru Lahir (BBL)/ Neonatus/ Neonatal adalah hasil konsepsi yang baru keluar
dari rahim seorang ibu melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat
tertentu dengan periode sejak bayi lahir sampai 28 hari pertama kehidupan. Bayi baru
lahir fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan
lahir 2500-4000 gram. (Depkes RI, 2007).

Selama beberapa minggu, neonatus mengalami masa transisi dari kehidupan


intrauterin ke extrauterine dan menyesuaikan dengan lingkungan yang baru. Masa bayi
baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat kelahiran sampai 15 dan 30
menit setelah kelahiran
b. Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali pusar
sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pascamatur.

Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang
diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42
minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.

4. Klasifikasi Bayi

1. Bayi Aterm

1
a. Berat badan : 2500 – 4000 gram
b. Panjang badan : 48 – 52 cm
c. Lingkar dada : 30 – 38 cm
d. Lingkar kepala : 33 – 35 cm
e. Detak jantung pada menit pertama 180 kali/menit, kemudian pada menit
berikutnya menurun menjadi 120-140 kali/menit.
f. Pernapasan pada menit pertama 80 kali/menit, menurun menjadi 40 kali/menit.
g. Warna kulit kemerahan dan licin, karena jaringan subcutan terbatas dan diliputi
verniks caseosa.
h. Rambut lanugo telah terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, pada bayi laki-
laki testis sudah turun.
k. Refleks morro sudah baik, apabila diletakkkan sebuah benda ditelapak tangan,
bayi akan menggenggamnya.
l. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam pertama.
m. Umur kehamilan 37-42 minggu.
2. Bayi Prematur
a. Berat badam kurang dari 2.499 gram.
b. Organ-organ tubuh imatur.
c. Umur kehamilan 28-36 minggu.
3. Bayi Postmatur
a. Biasanya lebih berat dari bayi aterm.
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi aterm.
c. Kuku-kuku panjang.
d. Rambut kepala agak tebal.
e. Umur kehamilan lebih dari 42 minggu.

5. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir (Keilly P, 2002)


a. Berat Badan 2.500 – 4.000 gram
b. Panjang Badan 48 – 52 gram
c. Lingkar dada 30 38 cm
d. Lingkar kepala 33 – 35 cm
e. GDS 45 g/dl – 130 g/dl
f. Bunyi jantung dalam menit pertama - tama ± 180 x/menit lalu menurun 120 –
140 x/menit
g. Pernafasan pada menit –menit pertama ± 140 x/menit
h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup dan diliputi
vernik caseosa

2
i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Genetalia perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora untuk laki-
laki testis sudah menurun
l. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
m. Graps reflek baik, bila diletakan suatu benda diatas tangan bayi akan
menggenggam
n. Reflek moro sudah baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekoneum hitam kecoklatan.

6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan jumlah sel darah putih (SDP)
Jumlah sel darah putih 18.000/mm³, neutrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm³ hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2) Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin 15-20 g/dl (kadar lebih rendah sehubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan).
3) Hematokrit (Ht)
Kadar hematokrit 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia; penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal.
4) Essai inhibisi Guthrie
Tes untuk melihat adanya metabolit fenilalanin, manandakan fenilketonuria (PUK)
5) Pemeriksaan bilirubin total
Terdapat 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai 2 hari kehidupan,
dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari kehidupan.
6) Pemeriksaan dektrosik
Tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40 sampai
50 mg/dl, meningkat 60 sampai 70 mg/dl pada gari ketiga.
7. Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan infeksi
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi

3
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril.
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,
sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,
termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas.
3. Pencegahan kehilangan panas
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, seperti meja, tempat tidur, timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
bila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, seperti ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda –
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung)
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :

4
a. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut
atau kain yang baru (hangat, bersih, dan kering).
c. Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relatif luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu
(1) jam pertama kelahiran
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau
selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi
pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.

8. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir


Beberapa kelainan yang dapat ditemukan pada bayi baru lahir, yaitu :
1. Labioskizis/Labiopalatoskizis
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan
serta samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
2. Meningokel
Meningokel merupakan penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang
disebut Neural tube defect (NTD). Meningokel disebabkan oleh banyak faktor
dan melibatkan banyak gen (multifaktoral dan poligenik). Banyak sekali
penetitian yang mengungkap bahwa sekitar tujuhpuluh persen kasus NTD
dapat dicegah dengan suplementasi asam fclai, sehingga defisiensi asam folat
dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel.

5
3. Ensefalokel
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan
adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti
kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ensefalokel disebabkan
oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
4. Hidrosefalus
Hidrosefalus (kepala air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: “hydro”
yang berarti air dan “cephalus” yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering
dikenal dengati “kepala air”) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan
cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan
otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
5. Fimosis
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga
menyebabkan bayi atau anak sulit berkemih.
6. Atresia Esofagus
Atresia esofagus adalah esofagus/kerongkongan yang tidak terbentuk
secara sempurna, kerongkongan menyempit dan buntu tidak tersambung
dengan lambung sebagaimana mestinya. Atresia esofagus merupakan suatu
kelainan bawaan pada saluran pencernaan yang diseababkan karena
penyumbatan bagian proksimal esofagus sedangkan bagian distal berhubungan
dengan trakea.
7. Obstruksi Billiaris
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena
terbentuknya jaringan fibrosis.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1.Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1) Identitas Bayi
2) Identitas Ibu, meliputi :
Nama, umur, alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
3) Identitas Penanggung Jawab

6
b. Status Gravida Ibu
1) Paritas
2) Usia kehamilan
3) Presentasi bayi
4) Pemeriksaan antenatal
c. Riwayat Persalinan
1) BB dan TB Ibu
2) Tempat persalinan
3) Tanda-tanda vital Ibu
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Respirasi
d) Suhu
4) Proses persalinan
a) Kala I
b) Kala II
c) Kala III
d) Kala IV
e) Komplikasi
f) Kondisi ketuban
d. Keadaan Bayi saat Lahir
1) Tanggal lahir
2) Jenis kelamin bayi
3) Kelahiran
4) Keadaan plasenta
a) Berat
b) Ukuran
c) Kelainan
5) Keadaan tali pusar
a) Panjang
b) Jumlah pembuluh darah

7
c) Kelainan
e. Pengkajian Fisik
1) Pengukuran antopometri
a) Berat badan
b) Panjang badan
c) Lingkar kepala
d) Lingkar dada
e) Lingkar lengan atas
f) Lingkar perut
2) Penampilan kulit
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
b) Mata
c) Hidung
d) Telinga
e) Mulut
f) Leher
g) Dada
h) Abdomen
i) Punggung
j) Genetalia
k) Ekstremitas
4) Status nutrisi
5) Status eliminasi
6) Status neurologi
7) Refleks
a) Refleks rooting dan sucking
b) Refleks menggenggam
c) Refleks moro
d) Refleks stepping
e) Refleks proteksi

8
f) Refleks batuk, bersin, menguap, berkedip
g) Refleks babinski
8) Pemeriksaan Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks hisap tidak adekuat

2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan


lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali
pusat) tali pusat masih basah.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL),
keterbatasan masukan cairan.
5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawartan Kriteria Hail
1 Risiko tinggi Tujuan : Setelah 1. Pant 1. Pada janin cukup bulan
perubahan nutrisi dilakukan tindakan au intake dan out mengandung (80-100
kurang dari keperawatan put cairan ml). Masukan cairan
kebutuhan tubuh selama 2x24 jam 2. Kaji adekuat untuk
berhubungan perubahan nutrisi payudara ibu metabolisme tubuh
dengan refleks tidak terjadi. tentang kondisi yang tinggi
hisap tidak Kriteria hasil : putting 2. Kondisi puting ibu
adekuat.  Penurunan 3. Lak sangat menentukan
BB tidak ukan breast care dalam proses
lebih dari pada ibu secara menyusui, kondisi
10% BB teratur puting inverted
lahir. 4. Lak menggangu proses
 Intake dan ukan pemberian laktasi
output makan oral awal 3. Perawatan breast care
makanan dengan 5-15 ml untuk melancarkan dan
seimbang. air steril merangsang produksi
 Tidak ada kemudian air susu pada ibu
tanda-tanda dextrosa dan menyusui
9
hipoglikemi PASI 4. Pemberian makan awal
5. Intru membantu memenuhi
ksikan ibu cara kebutuhan kalori dan
dan posisi cairan, khususnya pada
menyusui yang bayi yang
tepat secara menggunakan 100-120
mandiri kal/kg dari BB setiap
6. Instr 24 jam
uksikan pada ibu 5. Cara dan posisi ibu
agar dalam menyusui sangat
mengkonsumsi mempengaruhi proses
susu ibu laktasi, sehingga proses
menyusui laktasi harus dilakukan
7. Pant dengan benar
au warna, 6. Untuk meningkatkan
konsentrasi, dan produksi susu ibu
frekuensi sehingga proses laktasi
berkemih menjadi adekuat
7. Kehilangan cairan dan
kurangnya masukan
oral dengan cepat
menghabiskan cairan
ekstraseluler dan
mengakibatkan
penurunan haluaran
urin

2 Resiko tinggi Tujuan : Setelah 1. Pertahankan 1. Dalam respon terhadap suhu


perubahan suhu dilakukan tindakan suhu lingkungan yag rendah, bayi
cukup bulan meningkatkan
tubuh keperawatan lingkungan suhu tubuhnya dengan
berhubungan selama 2x24 jam dalam zona menangis atau
dengan adaptasi perubahan suhu termoneural meningkatkan aktivitas
dengan tubuh tidak terjadi. yang ditetapkan motorik karena banyak
lingkungan luar Kriteria hasil : dengan mengkonsumsi oksigen
2. Stabilisasi suhu mungkin
rahim,  Suhu tubuh mempertimban tidak terjadi sampai 8-12
keterbatasan normal 36- gkan berat jam setelah lahir kecepatan
jumlah lemak. 370 C. badan neonatus, konsumsi oksigen dan
 Bebas dari usia gestasi metabolisme minimal bila
tanda-tanda 2. Pantau aksila suhu kulit dipertahankan
diatas 36,50 C
strees, dingin, bayi kulit, suhu 3. Bayi menjadi takipnea
tidak ada timpatik dan dalam respon terhadap
tremor, lingkungan peningkatan kebutuhan
sianosis dan sedikitnya oksigen yang dihubungkan
pucat. setiap 30-60 dengan stres dingin
4. Membantu mencegah
mnt
kehilangan panas lanjut
3. Kaji frekuensi karena evaporasi

10
pernapasan 5. Mengurangi kemingkinan
perhatikan kehilangan panas melalui
evaporasi dan konveksi dan
takipnea membantu menghemat
(frekuensi > energi
60/mnt) 6. Hilangnya panas terjadi
4. Tunda mandi melalui vasodilatasi perifer
pertama sampai dan melalui augmentasi
pendinginan dengan
suhu 36,50 C evaporasi dan penigkatan
5. Mandikan bayi kehilangan air kast mata
dengan cepat 7. Untuk peningkatan 10 C (1,8
untuk menjaga F) suhu tubuh, metabolisme
agar bayi tidak dan kebutuhan cairan
meningkat kira-kira 10%.
kedinginan Kegagalan menggantikan
6. Perhatikan kehilangan cairan
tanda-tanda selanjutnya memperberat
dehidrasi status dehidrasi
(turgor kulit
buruk,
pelambatan
berkemih,
membrane
mukosa kering )
7. Lakukan
pemberian
makn oral dini
3 Resiko tinggi Tujuan : Setelah 1. Observasi tanda- 1. Mengetahui adanya indikasi
terjadi infeksi dilakukan tindakan tanda infeksi infeksi
2. Melindungi bayi dari resiko
berhubungan keperawatan 2. Pertahankan infeksi nosokomial
dengan trauma selama 3x24 jam teknik septic dan 3. Potensial entri organisme
jaringan infeksi pada tali aseptic. kedalam tubuh
(pemotongan tali pusat tidak terjadi. 3. Lakukan 4. Deteksi dini terhadap
pusat) tali pusat Kriteria hasil : perawatan tali penyebaran infeksi
masih basah.  Bebas dari pusat setiap hari
tanda-tanda setelah mandi
infeksi. satu kali perhari.
 TTV normal : S 4. Observasi tali
: 36-370C, N : pusat dan area
70-100x/menit, sekitar kulit dari
RR : 40- tanda-tanda
60x/menit infeksi.
 Tali pusar
mongering

4 Resiko tinggi Tujuan : Setelah 1. Pertahankan 1. Memantau keefektifan aturan


kekurangan dilakukan tindakan intake sesuai terapeutik
2. Mengidentifikasi
volume cairan perawatan selama jadwal keseimbangan antara

11
berhubungan 2x24 jam 2. Monitor intake perkiraan pemasukan dan
dengan hilangnya kekurangan dan output kebutuhan cairan
3. Ketentuan dukungan cairan
air (IWL), volume cairan 3. Berikan infuse didasarkan pada perkiraan
keterbatasan tidak terjadi. sesuai program kebutuhan bayi
masukan cairan. Kriteria hasil : 4. Kaji tanda-tanda 4. Deteksi dini terhadap
 Bayi tidak dehidrasi, keadaan kekurangan cairan
menunjukkan membran tubuh
5. Peningkatan suhu tubuh
tanda-tanda mukosa, ubun- merupakan faktor resiko
dehidrasi yang ubun, turgor kulit, meningkatnya pengeluaran
ditandai dengan mata cairan tubuh melalui
output kurang 5. Monitor mekanisme konveksi, radiasi
dari 1- temperatur dan evaporasi
3ml/kg/jam. setiap 2 jam
 Membran
mukosa normal.
 Ubun-ubun
tidak cekung.
 Temperature
dalam batas
normal.

5 Kurangnya Tujuan : Setelah 1. Tent 1. Mengidentifikasi area


pengetahuan dilakukan tindakan ukan tingkat permasalahan / kebutuhan
yang memerlukan informasi
orangtua perawatan selama pemahaman ibu tambahan atau demonstrasi
berhubungan 1x24 jam orang tua atau orang tua aktivitas perawatan
dengan kurang mengetahui tentang 2. Membantu orang tua
terpaparnya perawatan kebutuhan mngenali variasi normal, dan
informasi. pertumbuhan dan fisiologis bayi dapat menurunan ansietas
3. Meningkatkan pemahaman
perkembangan dan adaptasi tentang prinsip-prinsip dan
bayi. terhadap tekhnik perawatan bayi baru
Kriteria hasil : kehidupan lahir
 Orang tua ekstrauterus 4. Menghilangkan
mengatakan 2. Lak kekhawatiran yang potensial
terjadi bila masukan bayi
memahami ukan bervariasi dari pemberian
kondisi bayi pemeriksaan fisik makan ke pemberian makan
 Oaring tua bayi saat orang selanjutnya. Membantu
berpartisipasi tua ada. Berikan menjamin persiapan dan
dalam informasi tentang pemberian formula yang
tepat
perawatan bayi variasi normal
5. Evaluasi terus menerus
dan karakteristik penting untuk pemantauan
seperti : pertumbuhan dan
pseudomentruasi, perkembangan
pembesaran
payudara
3. Dem
onstrasikan dan

12
awasi aktivitas
perawatan bayi
yang
berhubungan
dengan posisi
menyusui dan
menggendong
4. Disk
usikan kebutuhan
nutrisi bayi,
variabilitas napsu
makan dari satu
pemberian makan
ke berikutnya
dan cara
mengkaji
keadekuatan
hidarasi dan
nutrisi
5. Teka
nan kebutuhan
bayi baru lahir
untuk tindak
evaluasi degan
pemberi
pelayanan
kesehatan

13

Anda mungkin juga menyukai