Anda di halaman 1dari 52

1

Laboratorium Pengujian Bahan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Teori Dasar Pengujian Bahan


1.1.1 Pengujian Bahan
Pengujian bahan merupakan suatu dasar penelitian dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat dari sebuah
bahan uji, sehingga penggunaan semaksimal dan seaman mungkin bisa dilakukan, dan kerusakan yang
mengakibatkan kerugian di dalam bidang teknologi dan ekonomi bisa dihindarkan. Hasil pengujian sebagai
informasi keadaan bahan atau sifat bahan selalu diberikan kepada industri sebagai pemakai bahan, sehingga
penulisan hasil pengujian harus disesuaikan dengan standar pengujian yang telah ditentukan oleh standar
industri dari masing-masing negara atau standar industri internasional, yang kita kenal dengan
ISO.pengujian bahan dibagi menjadi 2 yaitu pengujian destructive dan non-destructive:

a. Pengujian Destructive
Pengujian destructive merupakan pengujian ketahanan
suatu material yang dilakukan sampai material tersebut
mengalami kerusakan. Tujuan dari pengujian destructive adalah
untuk memahami kinerja struktur material yang diberikan kerja
dari luar dengan gaya yang berbeda-beda. Pengujian destructive

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


2
Laboratorium Pengujian Bahan

baik digunakan pada objek yang diproduksi dalam


jumlah besar, karena biaya penghancuran spesimen dalam
jumlah kecil dapat diabaikan. Selain itu pengujian destructive
memberikan informasi yang lebih baik dari pada pengujian non-
destuctive . Macam-macam pengujian destructive antara lain :
1. Uji Kekerasan
Kekerasan material merupakan faktor penting dalam
menentukan sifat mekanis dari material tersebut. Pada
beberapa uji kekerasan, spesimen bergantung pada tekanan
dari unsur lain dan ukuran lekukan yang terbentuk di dalam
spesimen diukur dan dikonversikan dengan menghitung
kekerasannya. Secara umum semua sifat mekanik dapat
terwakili oleh sifat kekerasan bahan. Kebanyakan orang
berasumsi bahwa yang keras itu kuat, tetapi hal ini
merupakan pernyataan yang salah. Bahwa ada suatu bahan
yang memiliki kesebandingan antara kekerasan dan
kekuatan itu benar, tetapi ada juga sifat yang
perbandingannya justru terbalik bahwa bahan yang keras itu
rapuh. Oleh karena itu, definisi yang spesifik antara
kekerasan dan kekuatan kendati masing-masing memiliki
korelasi.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka pengujian
kekerasan yang dibakukan pemakaiannya yakni :
A. Pengujian kekerasan dengan cara penekanan.
(indentation test)
B. Pengujian kekerasan dengan cara goresan. (scratch test)
C. Pengujian kekerasan dengan cara dinamik. (dynamic
test)

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


3
Laboratorium Pengujian Bahan

2. Pengujian Tarik
Pengujian ini merupakan proses pengujian yang
biasa dilakukan karena pengujian tarik dapat menunjukkan
perilaku bahan selama proses pembebanan.

Gambar 1.3 : Alat Uji Tarik


Sumber : Anonymous 3. 2012

3. Pengujian Lengkung
Pengujian ini merupakan salah satu pengujian sifat
mekanik bahan yang dilakukan terhadap spesimen dari
bahan, baik bahan yang akan digunakan pada kontraksi atau

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


4
Laboratorium Pengujian Bahan

komponen yang akan menerima pembebanan lengkung


maupun proses pelengkungan dalam pembentukan.
Pelengkungan merupakan proses pembebanan terhadap
suatu bahan pada suatu titik di tengah-tengah dari bahan
yang ditahan di atas dua tumpuan.

Gambar 1.4 : Uji Lengkung


Sumber : Anonymous 4. 2012

4. Pengujian Impact
Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan
material. Sebagai sebuah metode uji impact yang digunakan
dalam dunia industri JIS menetapkan secara khusus uji
impact charpy dan uji impact izod.

Gambar 1.5 : Alat Uji Impact


Sumber : Anonymous 5. 2012

5. Uji Struktur
Uji struktur mempelajari struktur material logam.
Untuk keperluan pengujian, material logam dipotong-
potong, kemudian diletakkan di bawah dan dikikis dengan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


5
Laboratorium Pengujian Bahan

material alat penggores yang sesuai. Uji struktur ini


dilaksanakan secara makroskopik atau mikroskopik. Dalam
uji makroskopik, permukaan spesimen dengan mata
telanjang atau dengan lup untuk mengetahui status penetrasi.
Dalam pemeriksaan mikroskopik, permukaan spesimen
diperiksa dengan mikroskop logam untuk mengetahui jenis
struktur dan rasio komponennya untuk menentukan sifat-
sifat materialnya.
Dalam membahas jenis- jenis pengujian destructive, kita juga
mengenal macam- macam pembebanan, ada 3 jenis pembebanan :
1. Pembebanan Statik
Merupakan pembebanan yang sifatnya statik atau
besarnya tetap.
2. Pembebanan Dinamik
Merupakan pembebanan yang besarnya berubah-ubah
atau dinamis.
3. Pembebanan Varying
Merupakan pembebanan yang bebannya ditambahkan
secara kontinu dan berbeda-beda.

b. Pengujian non-destructiv

Teknik Pengujian Material Tanpa Merusak Benda Ujinya adalah pengujian Non
Destructive. pengujian ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita
gunakan masih aman dan belum melewati batas toleransi kerusakan. Macam –
macam pengujian non-desturctive :

1. Uji visual (visual inspection)


Biasanya metode ini menjadi langkah yang pertama
kali diambil saat melakukan pengujian non-destructive.
Tujuan dari uji visual adalah untuk menemukan cacat atau
retak permukaan dan korosi.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


6
Laboratorium Pengujian Bahan
2. Uji hyper-eutectoid magnet (magnetic hyper-eutectoid
inspection)
Metode hyper-eutectoid magnet merupakan
pengujian untuk mengetahui cacat permukaan suatu
komponen dari bahan ferromagnetik seperti besi, nikel, dan
cobalt. Dengan menggunakan prinsip magnetisasi, bahan
yang akan diuji akan dialiri arus listrik. Cacat pada material
dapat diketahui ketika ada kebocoran medan magnet. Cara
yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah
dengan menaburkan magnet hyper-eutectoid pada bagian
permukaan. Magnet hyper-eutectoid tersebut akan
berkumpul pada daerah yang mengalami kebocoran medan
magnet sehingga arah medan magnet akan berbelok dan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


7
Laboratorium Pengujian Bahan

terjadi kebocoran fluks magnetik. Bocoran fluks magnetik


ini akan menarik butir-butir ferromagnetik di permukaan
sehingga cacat dapat diperlihatkan.

Gambar 1. Uji hyper eutectoid magnet


3. Uji cairan penetran (liquid penetran test)
Metode ini dilakukan dengan penyemprotan cairan
warna terang. Tujuannya adalah untuk mengetahui
keretakan atau kerusakan pada material solid baik logam
maupun non-logam. Cairan ini harus memiliki daya
penetrasi yang baik dan viskositasnya rendah supaya cairan
ini dapat masuk pada cacat di permukaan material.
Selanjutnya, penetran yang tersisa di permukaan material
disingkirkan. Cacat ini akan nampak jelas jika perbedaan
warna penetran dengan latar belakang cukup kontras.
Jenis- jenis penetran :
a. water washable.
Karakter cairan tipe ini memiliki daya penetrasi tinggi, mudah
melarutkan zat warna, tetap stabil dalam berbagai kondisi suhu
dan kondisi kerja. Terdiri dari minyak untuk penetrasi, zat
warna, zat peng-emulsi, dan zat penyetabil. Dengan keuntungan
sifat tersebut, tipe water washable adalah yang paling ekonomis
untuk digunakan
B. POST EMULSIFIED
Jenis kedua adalah tipe Post Emulsified, yang memisahkan zat
emulsi dari cairan penetrant. Zat Emulsi diaplikasikan pada
permukaan yang telah diuji dengan sapuan kuas, dan dibilas
dengan air seperti pada water washable. Baik yang
bersifat lipophilic maupun hydrophilic, walaupun pada
umumnya jenis lipophilic sudah ditinggalkan karena
keuntungan pada jenis hydrophilic yang sedikit terpengaruh

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


8
Laboratorium Pengujian Bahan
oleh variasi kontak pada pemurkaan uji dan variasi waktu
terjadinya proses emulsi
C. SOLVEN REMOVEABLE
Tipe lain, solvent removable, yang diaplikasikan pada pengujian
dengan dua tahap kerja. Cairan penetrant DPT diaplikasikan
seperti biasa, kemudian dilap dengan kain kering untuk
melakukan aplikasi tahap kedua dengan solvent. Sehingga pada
penggunaan tipe ini sebaiknya untuk inspeksi pada spotyang
kecil, karena memang tidak ekonomis terhadap biaya SDM
(labour). Dan juga perlu dihindari pemakaian solvent yang
berlebihan agar tidak semua penetrant terhisap oleh solvent

Gambar 1.6 : Uji Cairan Penetran


Sumber : Anonymous 6. 2012

4. Edy current test


Pengujian ini memanfaatkan prinsip
elektromagnetik. Cara kerjanya arus listrik dialirkan pada
komponen untuk membangkitkan medan magnet di
dalamnya. Jika medan magnet dikenakan pada logam yang
akan di inspeksi maka akan terbangkit arus edy. Arus edy
kemudian menginduksikan adanya medan magnet pada
kumparan dan mengubah impedansi bila ada cacat.
Keterbatasan dari metode ini yaitu hanya dapat diterapkan
pada logam saja.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


9
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 1.7 : Edy Current Test


Sumber : Anonymous 7. 2012

5. Ultrasonic inspection
Prinsip yang diterapkan adalah prinsip gelombang
suara. Gelombang suara yang dirambatkan pada spesimen
uji dan sinyal yang ditransisi diamati dan diinterpretasikan.
Gelombang ultrasonik yang dipantulkan memiliki frekuensi
0,5 – 20 Mtb. Gelombang suara akan terpengaruh jika ada
retak pada material. Gelombang ini dibangkitkan oleh
transducer dari bahan pientzoelektic yang dapat mengubah
arus listrik menjadi energi getaran mekanis kemudian
menjadi energi listrik lagi.

Gambar 1.8 : Ultrasonic Inspection


Sumber : Anonymous 8. 2012

6. Radiographic inspection
Metode ini digunakan untuk menemukan cacat pada
material dengan menggunakan sinar X yang dipancarkan
menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek,
sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya akan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


10
Laboratorium Pengujian Bahan

berkurang. Intensitas akhir kemudian direkam pada film


yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka
intensitasnya akan terekam pada film tertentu akan
bervariasi. Hasil rekaman pada film inilah yang akan
memperlihatkan bagian material yang mengalami cacat.

Gambar 1.9 : Radiographic Inspection


Sumber :Anonymous 9. 2012

1.1.2 Sifat Mekanik Logam


Sifat mekanik logam adalah sifat yang menyatakan
kemampuan suatu logam untuk menerima beban atau gaya tanpa
mengalami kerusakan pada logam tersebut. Sifat mekanik logam
merupakan salah satu sifat terpenting. Sifat-sifat logam antara lain:
1. Kekuatan
Merupakan kemampuan bahan untuk menerima gaya
berupa ketegangan tanpa mengalami patah bahan. Ada beberapa
macam kekuatan, tergantung dari jenis beban yang bekerja,
diantaranya kekuatan tekan, kekuatan tarik, kekuatan torsi,
kekuatan kelengkungan, dan kekuatan geser.
2. Kekerasan
Merupakan kemampuan bahan untuk menerima gaya
berupa penetrasi, indentasi, pengikisan, ataupun penggoresan.
Sifat kekerasan mempunyai korelasi, dengan sifat kekuatan dan
juga dengan sifat daya tahan aus.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


11
Laboratorium Pengujian Bahan

3. Kekakuan
Merupakan kemampuan bahan menerima beban atau
ketegangan tanpa menyebabkan perubahan bentuk (deformasi)
atau defleksi.
4. Ketangguhan
Merupakan sifat yang menyatakan kemampuan bahan
untuk menyerap sejumlah energi tanpa menyebabkan terjadinya
kerusakan.
5. Kekenyalan
Merupakan kemampuan bahan untuk menerima
tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
yang permanen setelah beban atau tegangan tersebut
dihilangkan.
6. Kelelahan (Fatigue)
Merupakan kecenderungan logam untuk patah jika
menerima beban atau tegangan berulang-ulang yang besar dan
jauhnya di bawah kekuatan elastisnya.
7. Plastisitas
Merupakan kemampuan bahan untuk mengalami
sejumlah deformasi permanen tanpa menyebabkan kerusakan.
8. Mulur
Merupakan kecenderungan logam mengalami deformasi
plastis yang besarnya merupakan waktu saat menerima beban
yang besarnya tetap.
9. Kegetasan
Merupakan sifat bahan yang mempunyai sifat berlainan
dengan keuletan. Sifat ini merupak sifat pecah dari suatu
material dengan sedikit pergeseran permanen.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


12
Laboratorium Pengujian Bahan

10. Keuletan
Merupakan kemampuan logam untuk terdeformasi.
Bahan yang ulet biasanya mempunyai penyusutan penampang
yang besar sebelum terjadi patahan.
11. Keausan (Wearness)
Merupakan sifat material yang menyatakan terkikisnya
penampang yang besar sebelum terjadi patahan karena
bergesekan dengan logam/material lain.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi sifat mekanik,
diantaranya:
1. Kadar Karbon
Semakin tinggi kadar karbon maka kekerasan akan
semakin tinggi, namun semakin rapuh. Kandungan karbon ini
juga mempengaruhi keuletan, ketangguhan, maupun sifat
mampu mesinnya.
2. Heat Treatment
Pada heat treatment yang dilakukan akan menghasilkan
mekanik logam yang keras, kuat, dan reabilitas yang meningkat
bergantung pada jenis heat treatment yang dilakukan pada
material tersebut.
3. Homogenitas Struktur Mikro Bahan
Bentuk dan ukuran butir logam sangatlah berpengaruh.
Untuk butiran yang lebih besar akan membuat material tersebut
mempunyai sifat ulet dan sebaliknya, jika ukuran bentuk butiran
kecil akam membuat material kerat tetapi getas dan kaku.
Jika struktur dalam satu material memiliki bentuk dan ukuran butir
yang sama maka memiliki orientasi arah gaya yang sama dan beraturan, begitu
juga sebaliknya jika struktur material bukan homogen orientasi arah gayanya
memiliki banyak arah dan tidak beraturan. Suatu logam/baja yang memiliki
struktur homogen,memiliki kemampukerasan lebih tinggi daripada struktur yang
tidak homogen. Karena ikatan antar atomnya hanya 1 jenis dan lebih ke arah
orintasinya.
Fasa dapat mempengaruhi sifat mekanik logam, karena pada
tiap-tiap fasa padalogam memiliki struktur mikro sendiri dengan sifat

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


13
Laboratorium Pengujian Bahan
mekanik, fisik dan kimia yang berbeda-beda, misalnya fasa
martensite memiliki sifat-sifat keras, rapuh, magnetic dengan nilai
kekerasan 650-700 BHN. Jadi dapat
dikatakan fasamartensite memiliki kekerasan yang lebih
tinggi daripada ferrite. Logam yang memiliki struktur yang teratur
mempunyai sifat mekanik yang lebih baikdibandingkan denganlogam
yang strukturnya tidak teratur sebab tegangan dalam yang timbul
lebih besar. Tegangan didalam berbanding terbalik dengan sifat
mekanik

4. Unsur Kimia/Paduan
Unsur paduan akan mempengaruhi sifat mekanik baja.
Beberapa unsur paduan yang mempengaruhi sifat mekanik
adalah:

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


14
Laboratorium Pengujian Bahan

a. Nikel (Ni)
Fungsinya meningkatkan kekerasan, ketahanan
erosi, keuletan, dan tahan gesek.

Gambar 1.10 : Nikel


Sumber : Anonymous 10. 2012

b. Chromium (Cr)
Fungsinya untuk meningkatkan kekerasan,
menambah karbida dan menambah elastisitasnya.

Gambar 1.11 : Chromium


Sumber : Anonymous 11. 2012

c. Mangan (Mn)
Fungsinya untuk meningkatkan kekerasan,
ketahanan terhadap suhu tinggi dan membuat mengkilap.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


15
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 1.12 : Mangan


Sumber : Anonymous 12. 2012

d. Silicon (Si)
Fungsinya meningkatkan kekenyalan dan kekerasan,
bersifat deoksidan, meningkatkan kekerasan dan menaikan
titik kritis.

Gambar 1. 13 : Silikon
Sumber : Anonymous 13. 2012

e. Molibdenum (Mb)
Dalam jumlah 0,1–0,6 % bisa meningkatkan kekuatan
yang dimiliki baja.

Gambar 1.14 : Molibdenum


Sumber : Anonymous 14. 2012

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


16
Laboratorium Pengujian Bahan

f. Vanadium (V)
Fungsinya menaikkan kekerasan dan kekuatan baja,
menurunkan kandungan karbon eutectoid, jika bercampur
Cr akan membuat baja jadi tahan aus.

Gambar 1.15 : Vanadium


Sumber : Anonymous 15. 2012

g. Cobalt (Co)
Fungsinya meningkatkan kekerasan dan daya tahan
aus.

Gambar 1.16 : Cobalt


Sumber : Anonymous 16. 2012

h. Boron (B)
Fungsinya menaikkan kekerasan. Pada kadar karbon
kurang dari 0,6 % akan menyebabkan rapuh.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


17
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 1.17 : Boron


Sumber : Anonymous 17. 2012

i. Titanium (Ti)
Fungsinya sebagai deoksidasi dan efektif menambah
pertumbuhan butiran serta meningkatkan kekerasan baja.

Gambar 1.18 : Titanium


Sumber : Anonymous 18. 2012

5. Endapan
Reaksi pengendapan merupakan kebalikan dari reaksi pelarutan, yang
terjadi bila didinginkan sampai daerah suhu 2 fase setelah larut dipengaruhi laju waktu
6. Cacat
Cacat terjadi kemungkinan besar selama proses
pertumbuhan kristal atau pada proses heat treatment. Cacat
dibedakan menajdi cacat titik, cacat garis, cacat bidang, dan
cacat ruang. Cacat yang terjadi pada baja menyebabkan
kerusakan pada struktur baja misalnya terjadinya kekosongan,
sisipan dan slip.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


18
Laboratorium Pengujian Bahan

1.1.3 Perlakuan Panas


Proses perlakuan panas adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan
pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam
keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu.. Ada tiga tahap
secara umum dalam perlakuan panas :
1.Proses pemanasan
logam dipanaskan pada suhu terentu sesuai tujuan peningkatan sifat mekanik yg diinginkan
2. Waktu penahanan (holding time)
Waktu penahanan bergantung pada udara dalam dapur, kapasitas panas, jenis baja, sumber panas yang
digunakan, kemampuan dapur memancarkan panas, komposisi udara, jenis udara, ukuran benda kerja, dan
lain sebagainya.
3. Pendinginan (Quenching)
Proses pendinginan dapat menggunakan media air, minyak, dan udara.

Perlakuan panas dapat dibagi menjadi a) perlakuan panas


fisik, b) perlakuan panas kimiawi, c) perlakuan panas dalam bentuk
yang berfungsi untuk pengerasan permukaan.
a. Perlakuan Panas Fisik
1. Hardening
Hardening bertujuan untuk memperoleh kekerasan
maksimum pada logam baja. Baja dipanaskan dan
selanjutnya diholding. Untuk baja eutectoid dipanaskan
sampai 20-30oC di atas AC3 dan untuk baja hypo-eutectoid

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


19
Laboratorium Pengujian Bahan

dan hyper-eutectoid dipanaskan sampai 30-40oC di atas


AC1, kemudian didinginkan secara cepat di dalam air atau
tergantung pada komposit kimia, bentuk dan dimensinya.
Kecepatan pendingin harus sesuai supaya terjadi
transformasi yang sempurna dari austenite menjadi
martensite. Kekerasan maksimum baja tergantung kadar
karbon. Semakin tinggi kadar karbon , maka semakin tinggi
kekerasan maksmimum yang didapat.

Gambar 1.19 : Daerah Temperatur Perlakuan Panas


Sumber : Anonymous 19 : 2012

2. Annealing

Perlakuan panas yang digunakan untuk


meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan dalam,
menghaluskan ukuran butiran dan menigkatkan sifat mampu
mesin. Prosesnya adalah dengan pemanasansampai
temperatur tertentu, holding beberapa saat, kemudian
didinginkan secara perlahan dalam dapur pemanas atau
media terisolasi.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


20
Laboratorium Pengujian Bahan

Macam – macam annealing :

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


21
Laboratorium Pengujian Bahan

A. Full annealing
Full annealing merupakan proses yang umum
dan digunakan pada jenis baja hyper-eutectoid,
eutectoid, dan baja karbon rendah. Pemanasan pada
temperatur sekitar garis A3 20-30oC dan A120-30oC.
Sedangkan rata-rata pendinginan di bawah 500-600oC
adalah 50-100oC/jam untuk baja karbon dan 20-
60oC/jam untuk baja.
B. Bright annealing
Dalam beberapa kasus pencerahan permukaan
komponen, proses ini sangat dibutuhkan. Dalam proses
ini, proses pemanasan dilakukan di sebuah media,
sehingga mencegah oksidasi untuk menyediakan
lingkungan lembah. Argon dan nitrogen digunakan
sebagai alat pendingin di sekitar objek.
C. Stress relieve annealing
Dalam proses ini, baja dingin dipanasakan pada
suhu sekitar 250oC, yaitu tepat di bawah temperatur
rekristalisasi. Jadi karena pemanasan ini, tidak ada
penambahan dalam struktur mikrokristal, kemudian
disimpan pada waktu sekitar dua sampai tiga jam
dengan pendinginan udara.
D. Spheroidized annealing
Spheroidized annealing merupakan metode
annealing di mana terbentuk gelembung-gelembung
cementite dari sebuah matriks ferrite. Secara umum,
mkikrostruktur ini dibentuk dengan cara : 1) hardening
dan suhu temper, 2) menyelenggarakan produksi pada
suhu di bawah A1, 3) konduktivitas thermal sekitar A1.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


22
Laboratorium Pengujian Bahan

E. Isothermal annealing
Proses ini disebut siklus anil. Pada proses ini,
material dipanaskan sampai suhu A3 dan kemudian
dilakukan pendinginan cepat, harga diadopsi dari
perbandingan proses anil normal sampai mencapai suhu
di bawah suhu A1. Bahan baja disimpan pada suhu A1
untuk memperoleh keseragaman dan kemudian
didinginkan dengan suhu ruangan normal. Beberapa
keuntungan proses ini, antara lain : 1) memiliki
kemampuan mesin yang lebih tinggi, 2) homogenitas
suhu relatif rendah.
3. Normalizing
Perlakuan panas yang digunakan untuk
mengharuskan struktur butiran yang mengalami pemanasan
berlebihan, menghilangkan tegangan dalam dan
memperbaiki sifat mekanik material. Prosesnya dengan
pemanasan sampai 30-50oC di atas AC3 dan didinginkan
pada udara sampai temperatur ruang. Pendinginan di sini
lebih cepat daripada full annealing .sehingga pearlite yang
terjadi menjadi lebih halus sehingga menjadi lebih keras dan
kuat dibandingkan yang proses annealing. Normalizing juga
menghasilkan struktur kimia yang lebih homogen sehingga
akan memberi respon yang baik terhadap proses pengerasan.
Oleh karena itu, baja yang akan dikeraskan perlu di
normalizing terlebih dahulu. Pada normalizing hendaknya
tidak dilakukan pemanasan terlalu tinggi karena butir kristal
austenite yang terjadi akan terlalu besar sehingga pada
pendinginan lambat diperoleh butir pearlite atau ferrite yang

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


23
Laboratorium Pengujian Bahan

kasar dan mengakibatkan berkurangnya keuletan atau


ketangguhan.

4. Tempering
Tempering berfungsi mengurangi tegangan dalam,
pelunakan bahan setelah dihardening dan meningkatkan
keuletan. Hal ini karena baja yang dikeraskan dengan
pembentukan austenite biasanya tidak cukup baik untuk
berbagai pemakaian. Pembentukan austenite juga
meninggalkan tegangan sisa yang sangat tinggi dan kurang
menguntungkan. Karena itu biasanya setelah pengerasan
diikuti tempering. Prosesnya adalah dengan memanaskan
baja berstruktur austenite, kemudian dipanaskan kembali
pada temperatur di bawah temperature eutectoid untuk
melunakan austenite dengan mengubah strukturnya menjadi
besi karbid hyper-eutectoid dalam ferrite. Tempering dibagi
dua :
a. Martempering
Merupakan perbaikan dari prosedur quenching
dan digunakan untuk mengurangi distorsi dan chocking
selama pendinginan.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


24
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 1.20 : Proses Martempering


Sumber :Anonymous 19 : 2012

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


25
Laboratorium Pengujian Bahan

B. Austempering
Tujuan dari austempering adalah meningkatkan
duktilitas, ketahanan impact dan mengurangi distorsi.
Struktur yang dihasilkan bainite. Austempering
merupakan proses perlakuan panas yang dikembangkan
langsung dari diagram transformasi isothermal untuk
memperoleh struktur yang seluruhnya bainite.
Pendinginan dilakukan dengan quenching sampai
temperatur di atas Ms dan dibiarkan demikian sampai
transformasi menjadi bainite selesai.

Gambar 1.21 : Proses Austempering


Sumber :Anonymous 19 : 2012

b. Perlakuan Panas Kimiawi


1. Carburizing
Suatu proses penjenuhan lapisan permukaan baja
dengan karbon. Baja yang diikuti hardening akan
mendapatkan kekerasan permukaan yang sangat tinggi,
sedang bagian tengahnya tetap lunak.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


26
Laboratorium Pengujian Bahan

Macam-macam carburizing:
A) Pack Carburizing
Prosesnya material dimasukkan dalam kotak
yang berisi medium kimia aktif padat. Kotak tersebut

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


27
Laboratorium Pengujian Bahan

dipanaskan sampai 900-950oC, waktu total ditentukan


kedalaman kekerasan yang dicapai.
B) Paste Carburizing
Medium kimia yang digunakan berbentuk pasta,
prosesnya yaitu bagian yang dikeraskan ditutup dengan
pasta dengan ketebalan 3-4 mm kemudian dikeringkan
dan dimasukkan dalam kotak, prosesnya dilakukan pada
920-930oC.
C) Gas Carburizing
Di sini logam dilepaskan dalam atmosfer yang
mengandung karbon yaitu gas alam maupun gas buatan
bainite kerja dipanaskan 850-900oC.
D) Liquid Carburizing
Proses carburizing dilakukan pada medium
kimia aktif cair. Komposisi medium kimianya adalah
soda abu, NaCl, SiC, dan kadang-kadang dilengkapi
NH4Cl. Suhu proses antara 850-900oC.
2) Nitriding

Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan


baja dengan nitrogen yaitu dengan cara melakukan holding
dalam waktu yang agak lama pada temperatur 480-650oC
dalam lingkungan amoniak (NH3).

Macam-macam nitriding:
A. Straight Nitriding
Digunakan untuk meningkatkan kekerasan,
ketahanan gesek dan fatigue.
B. Anti Corosion Nitriding

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


28
Laboratorium Pengujian Bahan
Bahan yang digunakan biasanya besi tuang dan
baja paduan. Derajat kelarutan nitrogen yang dapat
dicapai adalah 30-70oC.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


29
Laboratorium Pengujian Bahan

3) Cyaniding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan
baja dengan unsur karbon dan nitrogen yang bertujuan
meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan kelelahan.

c. Perlakuan Panas pada Permukaan


A. Flame Hardening
Prosesnya dengan pemanasan cepat permukaan
baja di atas temperatur kritisnya dengan menggunakan
gas oksigetilen, kemudian didinginkan.

B. Electrolite Bath Hardening


Pemanasan yang dilakukan dalam suatu larutan
elektrolit yang biasanya digunakan adalah 5% - 10%
sodium karbonat dan digunakan arus DC. Pada tegangan
tinggi 200-220 V. Prosesnya yaitu pada baja dipakai
sebagai katoda, sehingga terbentuk gelembung-
gelembung hidrogen tipis. Karena konduktivitas dari

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


30
Laboratorium Pengujian Bahan
gelembung hidrogen rendah sehingga arus meningkat
cepat pada katoda. Akibatnya katoda mengalami
pemanasan pada temperatur yang sangat tinggi
(2000oC). Logam yang akan dikeraskan tersebut
dicelupkan dalam elektrolit sedalam bagian yang akan
dikeraskan. Setelah dipanaskan, aliran listrik diputus
dan elektrolit digunakan sebagai media quenching.

C. Induction Surface Hardening


Pemanasan yang dilakukan dengan
menggunakan arus listrik berfrekuensi tinggi. Logam
yang berbentuk silindris diletakkan pada indikator ini.
Jadi pemanasan permukaan dipengaruhi oleh frekuensi

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


dan waktu pemanasan. Pendinginan dilakukan dengan
penyemprotan air setelah proses pemanasan selesai.

Gambar nitriding

1.1.4 Struktur Kristal Logam


Struktur kristal adalah suatu susunan khas atom-atom dalam suatu kristal. Suatu
struktur kristal dibangun oleh sel unit, sekumpulan atom yang tersusun secara khusus,
yang secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi. Spasi antar sel unit
dalam segala arah disebut parameter kisi. Sifat simetri kristalnya terwadahi dalam gugus
spasinya. Struktur dan simetri suatu emmainkan peran penting dalam menentukan sifat-
sifatnya, seperti sifat pembelahan, struktur pita listrik, dan optiknya.
1. BCC (body Center Kubic)
Logam–logam dengan struktur BCC mempunyai sebuah atom pada pusat kubus
dan sebuah atom pada setiap titik sudut kubus. Tiap atom dalam sel satuan BCC ini
dikelilingi oleh delapan (8) atom tetangga (lihat Gambar 3a), sebagai akibatnya bilangan
koordinasi struktur BCC adalah 8.Karena struktur BCC mempunyai bilangan koordinasi
lebih kecil dibandingkan dengan bilangan koordinasi FCC, maka faktor tumpukan atom
struktur BCC, yang bernilai 0.68, adalah juga lebih kecil dibandingkan dengan faktor
tumpukan atom FCC.
2. FCC (Face Center Cubic)
Tiap atom dalam sel satuan FCC ini dikelilingi oleh duabelas (12) atom tetangga,
hal ini berlaku untuk setiap atom, baik yang terletak pada titk sudut maupun atom dipusat
sel satuan. Jumah atom tetangga yang mengelilingi setiap atom dalam struktur kristal FCC yang
nilainya sama untuk setiap atom disebut dengan bilangan koordinasi (coordination
number). Bilangan koordinasi struktur FCC adalah 12.

3. HCP (Hexagonal Close Packet)


Ciri khas logam–logam dengan struktur HCP adalah setiap atom dalam lapisan
tertentu terletak tepat diatas atau dibawah sela antara tiga atom pada lapisan berikutnya.
Sel satuan HCP mempunyai enam (6) buah atom, yang diperoleh dari jumlah dua-
belas seperenam-atom pada dua belas titik sudut lapisan atas dan bawah plus dua
setengah-atom pada pusat lapisan atas dan bawah plus tiga atom pada lapisan sela/tengah

4. BCT (body Center Tertragonal)


Bentuk skema seperti balok dengan atom terletak pada sudut-sudut dan sebuah atom
pada pusat balok. Struktur ini dimiliki martensite
APF dugunakan untuk mengetahui tingkat kepadatan susunan kristas logam. Semakin tinggi nilai
APF-nya semakin tinggi pula tingkat kepadatan susunan kristal atom itu. Dengan kata lain semaikin sedikit
pula ruang kosong antara ikatan atom-atom penyusun logam. Sebaiknya semakin rendah nilai APF-nya
semakin rendah pula tingkat kepadatan susunan kristal atom dam semakin banyak ruang kosong antara
atom penyusun logam.Atomic Packing Factor (APF) ialah Fraksi Volume yang diisi oleh atom, yang secara
matematis diperoleh dari Volume atom pada unit cell satuan dibagi dengan Volume unit cell
satuan.Dirumuskan dengan:
𝑁𝑎𝑡𝑜𝑚𝑠 𝑉𝑎𝑡𝑜𝑚
𝐴𝑃𝐹 =
𝑉𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑐𝑒𝑙𝑙 𝑎𝑡𝑜𝑚
Dimana: N atom : Jumlah atom
V atom : Volume atom
V unit cell atom : Vulme per unit sel atom

Contohnya untuk stuktur BCC (Body Center Kubiic) nilai APF-nya:

Sedangkan untuk FCC (Face Centred Cubic) nilai APF-nya:


GAMBARNYA DITEMPEPEL,RUMUSNYA
DITULIS DIBAWAH SETIAP GAMBARNYA
1.1.5 Diagram Fasa Fe-Fe3C

Gambar 1.35: Diagram fasa Fe-Fe3C


Sumber: Anonymous 35;2012

Dari Diagram diatas, dapat kita lihat pada proses pendinginan perubahan struktur kristal dan
struktur makro sangat bergantung pada komposisi kimia. Pada Kandungan karbon 0,83%
sampai 6,67% terbentuk struktur makro yang dinamakan cementit Fe3C. Angka 6,67 berasal
dari :
𝐴𝑟 𝐶 12
= 𝑥 100%
𝑀𝑟 Fe3C 100
penjelasan tentang diagram fasa Fe- Fe3C akan dijelaskan sebagai berikut :
A : Titik cair besi
B : Titik pada cairan yang ada hubungan dengan reaksi hyper- eutectoid
D : Larutan pada S yang ada hubungannya dengan reaksi hyper-eutectoid, kelarutan
karbon maksimum 0,1 %.
J : Titik hype eutectoid, selama pendinginan austenit pada komposisi α fase r terbentuk
dari larutan pada δ pada komposisi H dan cairan pada komposisi B.
N : Titik transformasi besi δ -> besi δ titik transformasi Ay dan besi murni
C : Titik eutektik, selama fase pendinginan fase α ada hubungan dengan reaksi eutektik,
kelarutan maksimum dari karbon 2,14%. Paduan besi karbon sampai komposisi ini
disebut juga baja.
E : Titik yang menyatakan pada fase α ada hubungan dengan reaksi eutektik, kelarutan
maksimum dari karbon 2,14%. Paduan besi karbon sampai komposisi ini disebut juga
Baja.
G : Titik transformasi besi δ -> besi α, Titik A3 untuk besi
P : Titik yang menyatakan Ferite, fase α
S : Titik eutectoid, selama pendinginan ferite pada komposisi P akan terbentuk simultan
dengan sementit pada komposisi K (sama dengan F) dari austenit pada komposisi S.
Reaksi eutectoid ini dinamakan transformasi A1 dan fasanya adalah perlit.
Gs : Garis yang menyatakan hubungan temperatur dan komposisi, dimana mulai terbentuk
ferite dari austenit. Garis ini disebut garis A3.
Es : Garis yang menyatakan hubungan antara temperatur dengan komposisi, dimana mulai
terbentuk cementit dari austenit. Garis ini dinamakan garis Acm.
A0 : Titik transformasi magnetic untuk cementit.
A2 : Titik transformasi magnetic untuk cementit.

a. Transformasi pada diagram Fase Fe-Fe3C


1. Transformasi Baja eutectoid 10,8% C
Transformasi yang dibahas adalah Transformasi yang terjadi pada
Kondisi equilibrium. Untuk pembahasan ini lihatlah diagram fase Fe-
Fe3C .
Baja eutectoid, paduan besi-karbon dengan kadar karbon C=0,8%
adalah paduan dengan komposisi eutectoid. Pada temperatur diatas garis
liquidus berupa larutan cair (liquid). Bila temperatur diturunkan saecara
perlahan pada saat mencapai garis liquidus (di titik 1) akan mulai
terbantuk inti austenit. Pembekuan selesai di titik 2 (pada garis solidus),
seluruhnya sudah menjadi austenit. Pada pendinginan selanjutnya tidak
terjadi perubahan hingga temperatur mencapai titik 3, di garis A1,
temperatur kritis bawah, disini austenit yang mempunyai komposisi
eutectoid ini akan mengalami reaksi eutectoid
Austenit ---> Ferit + Cementit (Perlit)
Terbentuknya Pearlit ini dimulai dengan terbentuknya inti cementit
(biasanya pada batas butir austenit). Inti ini akan bertumbuh dengan
mengambil sejumlah karbon dari asutenit disekitarnya. (Cementit, Fe3C
mengandung 6,67%C sedang austenit mengandung 0,8%C). Karenanya
austenit dengan kadar karbon yang sangat rendah ini pada temperatur ini
akan berubah jadi ferit (transformasi allotropik). ferit ini juga akan
bertumbuh, yaitu dengan mengambil besi dari austenit disekitarnya,
sehingga austenit disekitar ferit itu akan kelebihan karbon dan mulai
membentuk cementit disebelah ferit yang ada. demikian selanjutnya
sampai seluruh austenit habis, dan yang terjadi adalah suatu struktur yang
berlapis lapis (lamellar) yang terdiri dari lamel - lamel cementit-ferit-
cementit. Struktur ini dinamakan Perlit.
Gambar 1.36: Transformasi Baja eutectoid
Sumber: Anonymous 36;2012

2. Transformasi pada Baja Hypoeutectoid (%C<0,8%)


Sebagai contoh untuk pembahasan Pada Baja Karbon hypo-eutectoid
ini diambil baja dengan 0,25%C. Paduan ini akan mulai membeku pada
titik 1 tanpa membentuk inti Ferit delta yang nanti akan tumbuh menjadi
dendrite ferit delta. Hingga temperatur mencapai titik 2 (temperatur hypo-
eutectoid) paduan akan terdiri dari ferit delta dan liquid. Pada titik 2 akan
terjadi reaksi hypo-eutectoid :
Ferit delta + Liquid -> Austenit
Pada paduan ini ridak semua liquid habis dalam reaksi tersebut
sehingga pada reaksi temperatur sedikit di bawah titik 2, struktur terdiri
dari liquid dan austenit, makin rendah temperatur makin banyak liquid
yang menjadi austenit. Sehingga pada titik 3 seluruhnya sudah menjadi
austenit.
Perubahan berikutnya baru akan terjadi pada titik 4 (pada A3), akan
mulai terjadi transformasi allotropik δ menjadi α. Transformasi ini
dimulai dengan terbentuknya inti - inti ferit pada batas butir austenit.
Austenit pada paduan ini mengandung 0,25%C sedang ferit di temperatur
ini hanya mampu melarutkan sedikit sekali karbon, karena itu austenit
yang akan menjadi ferit harus mengeluarkan karbonnya sehingga sisa
austenit akan menjadi lebih kaya karbon. Semakin rendah temperaturnya
makin makin banyak ferit yang terbentuk, makin tinggi kadar karbon
pada sisa austenit (komposisi austenit akan mengikuti garis A3). Pada saat
mencapai titik 2 masih ada 0,25-0,80% dari austenit, kadar karbonnya
(0,80%) komposisi eutectoid, sisa austenit ini selanjutnya akan
mengalami reaksi eutectoid menjadi perlit. pada temperatur dibawah A1
paduan akan terdiri dari Ferit (hypoeutectoid) dan Perlit.
setelah selesainya reaksi eutectoid ini struktur akan terdiri dari ferit
hypoeutectoid dan perlit. Ferit hypo eutectoid adalah ferit yang terbentuk
sebelum terjadinya reaksi eutectoid. Istilah ini digunakan untuk
membedakan dengan ferit yang terbentuk sebelum reaksi eutectoid (ferit
yang terdapat pada perlit). Pada pendinginan selanjutnya sudah tidak
terdapat lagi perubahan fasa dan strukturnya tetap berdiri dari butir - butir
kristal ferit dan butir kristal perlit. Pada mikroskop ferit tampak putih
sedang perlit berwarna agak kehitaman.

Gambar 1.37: Transformasi Baja hypo-eutectoid


Sumber: Anonymous 37;2012
3. Transformasi pada Baja Hypereutectoid
Perhatikan suatu paduan dengan 1,3 % C. Paduan mulai membeku
pada titik 2 dengan membentuk austenit dan pembekuan selesai di titik2,
seluruhnya sudah berupa austenit, selanjutnya sudah tidak terjadi
perubahan lagi sampai temperatur mencapai garis solus Acm. Garis ini
merupakan batas kealrutan karbon dalam austenit dan batas ini makin
rendah dengan makin rendahnya temperatur. Pada titik 3 paduan telah
mencapai batas kemampuannya untuk melarutkan karbon pada
temperatur tersebut. Pada temperatur dibawah titik 3 kemampuan
melarutkan juga turun, berarti harus ada karbon yang keluar dari
larutannya (austenit) dan memang dengan pendinginan yang lebih lanjut
akan terjadi pengeluaran karbon, hanya saja karbon yang keluar ini
berupa cementit dan akan mengendap pada batas butir austenit. makin
rendah temperatur paduan maka semakin banyak cementit yang
mengendap pada batas butiraustenit, dan austenit sendiri akan makin
kaya Fe. Pada temperatur di titik 4, komposisi dari austenit tepat
mencapai komposisieutectoid, pada temperatur eutectoid ini austenit akan
mengalami reaksi eutectoid menjadi perlit.
Cementit yang mengendap pada batas butir austenit tidak membentuk
butiran seperti halnya ferite yang terbentuk setelah melewati garis A,
tetapi hanya mengumpul pada batas butir austenit. Karena cementit
seperti ini dinamakan cementit network, secara tiga dimensi jaringan ini
sebenarnya merupakan lempeng yang kontinyu dan membungkus
austenit.
Di temperatur eutectoid, butir austenit bertransfrom enjadi perlit,
sedang cementit tidak lagi bertransform menjadi perlit, sehingga struktur
akhir setelah selesainya raksi eutectoid akan berupa perlit yang
terbungkus oleh jaringan cementit. Struktur ini tidak berubah lagi sampai
pendinginan sampai temperatur kamar.
Gambar 1.38: Transformasi Baja hyper-eutectoid
Sumber: Anonymous 38;2012

b. Fase - fase yang terdapat pada diagram fase Fe-Fe3C


1. Ferit
Adalah larutan padat karbon yang strukturnya kristal BCC (Body
Centered Cubic). Sifat ferite :
- Stabil dibawah suhu 810˚C
- tidak dapat dikeraskan karena kandungan karbon sedikit, kandungan
maksimum 0,025% C pada suhu 723˚C
- Lunak, liat, tahan karat
- BHN = 60-100 BHN
2. Austenit
Adalah larutan padat karbon yang mempunyai struktur FCC (Face
Centered Cubic). Sifat dari austenit :
- Stabil pada suhu sekitar 1350˚C
- Dapat dikeraskan dengan 2% C
- Dapat Ditempa dimana tegangan tarik sekitar 5000 Psi
- Spesifik volume rendah dibanding mikrostruktur lain
- Lunak, Non Magnetic, moldable, tidak ductile
- BHN = 170-200 BHN
3. Cementit
Adalah senyawa besi dan karbon dengan kandungan karbon 6,67%
disebut juga carbide. Sifat cementit
- Stabil dibawah suhu 1500˚C
- Rapuh, magnetis
- Campuran cementit dan austenit disebut ledeburit
- Campuran cementit dan ferite disebut Perlit
- BHN = 620 BHN

4. Ledeburit
Disebut besi eutectoid yang tersusun atas 2 fase yaitu Austenit dan
Cementit dengan kandungan karbon 0,83%. Sifat ledeburit :
- Keras, rapuh , dan getas
- BHN= 700 BHN
5. Perlit
Adalah baja eutectoid yang tersusun atas 2 fasa yaitu Ferite dan
Cementit dengan kandungan karbon 0,83%. Sifat perlit :
- Keras, tidak tahan panas
- BHN = 160-200BHN
6. Besi Delta
Terbentuk pada temperatur 1400-1500 ˚C, kandungan karbon 0,1 %.
Sifat besi delta :
- Lunak
- Dapat Ditempa
c. Jenis - jenis reaksi yang terdapat pada diagram fase Fe-Fe3C
1. Reaksi Eutectoid
Reaksi yang terjadi pada daerah dengan kadar karbon 0,8 % dan
temperatur 723 ˚C. Reaksi ini terdapat dua padatan yaitu α dan β menjadi
padatan baru yaitu α, begitu juga sebaliknya, padatan harus bereaksi
menjadi α dan β.
α + β -> ɤ
solid 1 + Solid 2 -> Solid 3
Ferite + Perlit -> Austenit
2. Reaksi eutektik
Reaksi yang terjadi pada karbon 4,3% dan pada temperatur 1148˚C.
Reaksi ini terdapat dua fasa padat yaitu A dan B kemudian bereaksi
menjadi fase cair L, begitu juga sebaliknya.
A + B -> L
solid 1 + Solid 2 -> Liquid
Ledeburit + Cementit
3. Reaksi Peritektik
Reaksi yang terjadi pada temperatur 1493˚C daerah eutectoid. Reaksi
ini terdapat dua padatan ɤ dan δ yang bereaksi dan berubah menjadi fase
cair (L), begitu juga sebaliknya.
ɤ + δ -> L
solid 1 + Solid 2 -> Liquid
Austenit + Delta
4. Solid Solution
Pada dasarnya suatu larutan terdiri dari zat terlarut (Solute ) dan
pelarut (Solvent). Sedangkan pada Solid Solution atau larutan padat,
keadaan ini terjadi karena terdiri dari dua atau lebih jenisatom yang
berkombinasi. Jika dilihat pada diagram fase Fe-Fe3C, Solid Solution
terjadi pada fase austnite. Ketika suatu baja dipanaskan melebihi suhu
dari austenit, sebagian dari karbon akan terlarut dan jika dipanaskan
melebihi suhu austenit akan menjadi logam liquid. Jenis jenis solid
solution adalah :
1. Larutan padat substitusi
Pada larutan padat ini atom solute padat mengisi tempat atom
solvent sehingga larutan ini mudah terbentuk. Bila solvent dan
atom yang larut memiliki ukuran yang sama dan struktur atom yang
serupa. Pelarutan padat akan terbatas jika terdapat selisih ukuran
jari - jari atom melebihi 15% dan kedua komponennya punya
struktur kristal yang berbeda.
2. Larutan padat tertata
Pada larutan substitusi persebaran atom solute cenderung acak,
namun pada larutan padat ini memiliki kecenderungan tertata
meskipun tidak semua atom tersusun rapi. Penataan ini jarang
terjadi pada suhu tinggi karena pengaruh thermal yang lebih besar
cenderung akan mengacaukan susunan yang tertata. Bila
penataantelah selesai maka akan terbentuk senyawa.
3. Larutan padat intersisi
Untuk atom terlarut ukurannya lebih kecil daripada pelarutnya.
Pada suhu dibawah 912˚C, Besi murni punya struktur BCC dan
diatas 912˚C mempunyai struktur FCC. Pada kisi FCC terdapat
ruang sisipan yang lebih besar dari pusat sel satuan, sehingga atom
kecil dapat masuk pada ruang sisipan tersebut. Pada kisi BCC,
ruang sisipan antar atom besi jauh lebih kecil, jadi daya larut
karbon dalambesi BCC sangat terbatas.
1.1.6 Diagram Pendinginan Besi Murni
a. Transformasi pada Diagram Pendinginan Besi Murni
Ketika besi murni dalam lebur didinginkan, pada mula - mula di suhu
konstan 1538˚C akan terbentuk kristal kristal besi δ (delta) dengan struktur
kisi kubik pemusatan ruang (KPR) atau biasa disebut dengan Body Centered
Cubic (BCC). Kalau besi δ telah didinginkan terus, maka pada suhu konstan
1394˚C kristal dari besi δ akan berubah jadi besi ɤ (gamma) dengan
perubahan kisi menjadi kisi kubik pemusatan fusi (KPF) atau yang biasa
disebut dengan face Centered Cubic (FCC). Bila pendinginan dilanjutkan
akan terjadi perubahan bentuk fusi pada suhu 910˚C dari besi ɤ menjadi besi
α dengan struktur fusinya adalah KPR atau BCC.
b. Fase - fase yang terdapat pada diagram pendinginan besi murni

1. Besi δ (Delta)
Besi δ (Delta) emiliki struktur kristal BCC (Body centered Cubic) dan
suhu pembentukannya adalah pada suhu 1394˚C sampai pada suhun
1538˚C.
2. Besi ɤ (Gamma)
Besi ɤ (gamma) memiliki struktur FCC (Face Centered Cubic) dan
suhu pembentukan besi ɤ (gamma) terjadi pada suhu 912˚C sampai
dengan 1394˚C.
3. Besi α (Alpha)
Besi α (Alfa) memiliki struktur BCC (Body Centered Cubic). Besi α
(Alfa) berdasarkan suhunya dibagi menjadi dua yaitu pada suhu 770˚C
sampai 912˚C untuk besi α bersifat non-magnetik dan pada suhu ruang
sampai 770˚C untuk besi α (Alfa) bersifat magnetis.
G
a
m
b
a
r

1
.
46 : Kurva pendinginan besi murni
Sumber: Anonymous 46;2012

1.1.7 Diagram TTT (Time Temperature Transformation)


Diagram TTT merupakan salah satu jenis diagram material yang bisa digunakan untuk
memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi. Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa
waktu dan temperatur transformasi austenit mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk
hasil trasnformasi dan properties baja. Karena austenit tidak stabil dibawah suhu kritis bawah,
sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk austenit selesai
bertransformasi, dan bertransformasi menjadi apa pada akhirnya austenit tersebut pada
temperatur konstan dibawah temperatur kritis bawah. Proses transformasi tersebut dinamakan
Transformation Temperature Time (TTT).
Gambar 1.47 : Diagram TTT
Sumber: Anonymous 47;2012
kalau baja diaustenitkan, kemudian dicelup dingin pada suhu dibawah titik transformnasi
dan dibiarkan untuk sementara,austenit berada dalam keadaaan stabil dan setelah waktu yang
tertentu akan terjaditransformasi. seperti ditunjukkan pada gambar 1.46, proses dimana struktur
martensit didapatkan dengan cara pencelupan dingin tiba tiba setelah dibiarkan berada pada
austenit yang menstabil, proses ini disebut ausforming.
Untuk mendapatkan sifat sifat baja yang lebih baik maka dioerlukan waktu penahanan yang
elbih lama sehingga terbentuk perlitmaupun bainite. baja austenit yang didinginkan perlahan,
maka akan terbentuk perlit dibagian atas garis - garis transformasi. Bila ditahan suhunya pada
titik tertentu disebelah atas garis horizontal, maka akan didapatkan struktur mikrobainite (lebih
keras dari perlit).
Bentuk diagram tergantung dari komposisi kimia terutama kadar karbon dalam baja. Posisi
hidung dari diagram TTT dapat bergeser menurut kadar karbon. Posisi hidungbergeser makin
ke kanan menunjukkan karbon itu semakin mudah untuk membentuk bainite atau martensit
atau makin mudah untuk dikeraskan. untuk baja karbon kurang dari 0,83% yang ditahan
suhunya pada titik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferite.
Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai transformasi dan garis
disebelah kanannya adalah akhir transformasi (100%) pada tiap tiap suhu
a. Transformasi pada diagram TTT
Pada gambar laju pendinginan quenching laju dari pendinginan A dan B
menunjukkan dua proses laju dari pendinginan cepat. Dalam kasus ini kurva
A akan menyeabkan distorsi dan tegangan dalam yang lebih tinggi, dan laju
pendinginan B dikenal sebagai Critical Cooling Rate (CCR) yang
ditunjukkan oleh kurva yang menyentuh nose TTT diagram tepat di satu
titik. CCR dapat didefinisikan sebagai laju pendinginan paling lambat yang
mampu menghasilkan 100% martensit dengan distorsi dan tegangan dalam
paling kecil.

Gambar 1.48 : Laju pendinginan quenching


Sumber: Anonymous 48;2009

Gambar berikut ini menunjukkan proses quenching terinterupsi (garis


horizontal menunjukkan interupsi) dengan cara mencelupkan material
didalam larutan garam (molten salt) dan perendaman dilakukan pada
temperatur konstan diikuti dengan proses pendinginan yang melalui
daerah bainit yang sifatnya tidak sekeras martensit. Hasil dari laju
pendinginan D adalah dimensi yang lebih satbil, Distorsi lebih sedikit,
Internal stress lebih kecil.
Gambar 1.49 : quenching terinterupsi
Sumber: Anonymous 49;2009

Kurva pendinginan C menunjukkan proses pendinginan yang lambat


adalah prosse annealing seperti pendingin dapur, semua austenit
bertransformasi menjadi perlit hasil dari pendinginan lambat.

Gambar 1.50 :Pendinginan Lambat (Annealing)


Sumber: Anonymous 50;2009
Terkadang kurva pendinginan menyentuh daerah tengah dari kurva
transformasi yang merupakan daerah austenit - perlit. Pada gambar
dibawah ini, kurva pendinginan E menunjukkan laju pendinginan yang
tidak cukup tinggi untuk menghasilkan 100% martensit. Hal ini dapat
diamati dengan mudah menggunakan diagram TTT, oleh karena itu kurva
pendinginan E tidak menyentuh note dari dagram transformasi, maka
austenit bertransformasi menjadi 50% ukuran. Kurva E juga melalui zona
martensit pada diagram transformasi, maka sisa 50% austenit akan
berubah.
Gambar 1.51 : Laju pendinginan quenching
Sumber: Anonymous 51;2009

1.1.8Diagram CCT(Continous Cooling Transformation)


Diagram Continous Cooling Transformation atau biasa disebut CCT diagram, merupakan
diagram yang menggambarkan hubungan antara laju pendingin kontinu dengan fasa atau
struktur yang terbentuk setelah terjadinya transformasi fasa secara teoritis. Kurva pendinginan
CCT tidak terdapat pada TTT diagram dan berlangsung kontinyu. Diagram TTT hanya
menunjukkan hubungan waktu, temperatur untuk transformasi austenit yang terjadi pada
temperatur konstan.
Hubungan pendinginan secara kontinyu terdapat pada tansformasi di diagram CCT.
CCTdiagram pada hakekatnya adalah turunan dari TTT diagram, yaitu dengan menggeser nose
(merupakan titik penting terjadinya CCT) ke bawah.
Gambar 1.52 : Diagram CCT
Sumber: Anonymous 52;2012

a. Transformasi pada Diagram CCT


terlihat bahwa dengan menggeser nsoe, maka proses pendinginan yang
realtif lebih lambat dibanding TTT. Diagram untuk perbandingan kontinyu
seringkali disebabkan oleh kelebihan diagram TTT yang memberikan
perkiraan terhadap klasifikasi mikrostruktur baja selama pendinginan
kontinyu.
Pada proses laju pendinginan perlahan akan menghasilkan perlit, pada
proses laju pendinginan yang sedang akan dihasilkan perlit dan martensit.
Pada laju pendinginan cepat akan menghasilkan yang seluruhnya martensit

1.1.9 Pergeseran Titik Eutetectoid


Diagram fase Fe-Fe3C dibuat tanpa unsur paduan, jika terdapat unsur paduan maka diagram
akan mengalami pergeseran, sedangkan pergeseran yang terjadi pada diagram ini dapat
ditentukan dengan bantuan diagram berikut ini.

Gambar 1.53 : Pengaruh komposisi bahan


Sumber: Anonymous 53;1999
Dari diagram diatas terlihat komposisi unsur paduan mempengaruhi komposisi eutectoid
dan suhu pada gambar (b). Unsur paduanmenggeser temperatur eutectoid dari 723˚C menjadi
naik atau turun tergantung jenis dari besarnya unsur paduan yang ditambah. Pergeseran dari
diagram Fasa dapat dihitung dari pergeseran titik eutectoid (perpotongan AC3 dan Acm pada
diagram fasa) dengan rumus :
∑∞𝑐=𝑎 𝑇𝐶 𝑥 %𝐶 ∑∞𝑐=𝑎 𝑇𝐶 𝑥 %𝐶
𝑇𝐶 = %𝐶 =
∑∞𝑐=𝑎 %𝐶 ∑∞𝑐=𝑎 𝑇𝐶
Contoh soal :
Diketahui komposisi kimia suatu spesimen Cr = 1,2%, Mn = 0,3%, Si = 0,2%. tentukan
pergeseran titik eutectoidnya.

Penyelesaiannya :
Unsur Paduan % paduan Suhu Eutectoid %C
Cr 1,2% 740˚C 0,65
Mn 0,3% 720˚C 0,76
Si 0,2% 730˚C 0,74

∑∞𝑐=𝑎 𝑇𝐶 𝑥 %𝐶 (740 𝑥 0,65) + (720𝑥0,76) + (730𝑥0,74)


𝑇𝐶 = =
∑∞𝑐=𝑎 %𝐶 0,65 + 0,76 + 0,74
𝑇𝐶 = 729,49 ˚C
∑∞𝑐=𝑎 𝑇𝐶 𝑥 %𝐶 (740 𝑥 0,65) + (720𝑥0,76) + (730𝑥0,74)
%𝐶 = =
∑∞𝑐=𝑎 𝑇𝐶 740 + 720 + 730

%𝐶 = 0,76%
Keterangan : Fe – Fe3C
Pergeseran Titik Eutectoid
Gambar 1.54 : Grafik Pergeseran Tititk Eutectoid

SUMBER GAMBAR ANONYMOUS SEMUA


URUTAN ANONYMOUS SEUSAI URUTAN
GAMBARNYA

Anda mungkin juga menyukai