Anda di halaman 1dari 64

44

Laboratorium Pengujian Bahan

BAB II
PENGUJIAN KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

2.1. Tujuan Pengujian


1. Mengetahui angka kekerasan suatau bahan.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan bahan.
3. Mengetahuai salah satu cara pengukuran kekerasan.
4. Mengetahui perubahan struktur pada setiap perlakuan.

2.2 Teori Dasar Pengujian


Dalam metalurgi fisik terdapat beberapa teori tentang sifat-sifat
mekanik logam pada suatu bahan material, termasuk juga kekerasan.
Kekerasan logam sangat erat hubungannya dengan praktikum pengujian
kekerasan dan mikrostruktur, maka sebaiknya kita memahami teori tersebut
terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan agar praktikum yang dilaksanakan tidak
mengalami hambatan dan kegagalan hanya karena belum menguasai teori-
teori dasar pada praktikum ini.

2.2.1 Definisi Kekerasan


Kekerasan merupakan salah satu sifat-sifat mekanik yang
dimiliki oleh suatu logam. Kekerasan itu sendiri didefinisikan
sebagai kemampuan untuk menerima penetrasi, indentasi, goresan
dan pengikisan suatu benda yang lebih keras daripada material
tersebut. Selain itu gaya tekan dan gaya tarik juga mampu untuk
diterimanya. Disamping itu, kekerasan juga dapat dikatakan sebagai
kemampuan suatu material untuk menahan deformasi plastis pada
material itu sendiri.
2.2.2 Macam- macam Metode Pengujian Kekerasan
Pada umumnya pengujian kekerasan dibagi menjadi 3, yaitu :

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


45
Laboratorium Pengujian Bahan

1. Resistance to Cutting or Abration


 Moh’s Method
Pengukuaran kekerasan dilakukan ini dilakukan
dengan menggunakan suatu material dengan mineral standar
yang telah diketahui nilai kekerasannya. Urutan kekerasan
dengan cara Moh’s adalah:

Tabel 2.1 Skala Kekerasan Moh’s

Sumber :Anonymous 24. 2012

Skala Moh’s dalam suatu bahan bisasanya jarang


digunakan. Hal ini dikarenakan interval skalanya yang
tinggi. Sehingga hasilnya kurang tepat, terutama untuk
logam. Pada umumnya, logam memiliki skala Mohs 4-8.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


46
Laboratorium Pengujian Bahan

2. Resistance to Indentation
a. Brinell ( HB / BHN )
Pengujian kekerasan Brinell menggunakan
penumbuk (penetrator) yang terbuat dari bola baja yang
diperkeras (atau tungsten carbide). Diameter bola adalah 10
mm dan beban standar antara 500 sampai dengan 3000 kg
dengan peningkatan beban 500 kg. Selama pembebanan,
beban ditahan 10 sampai 30 detik. Pemilihan beban
tergantung dari kekerasan material. Semakin keras material
maka beban yang diterapkan juga semakin besar.

BHN

Keterangan:
P = beban yang digunakan (kg)
D = diameter bola baja (mm)
d = diameter lekukan (mm)

Gambar 2.1 :Brinell Test


Sumber:Anonymous 25. 2012

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


47
Laboratorium Pengujian Bahan

Pengujian ini biasanya dilakukan dengan Electrical


Brinell Hardness Tester. Pengujian ini biasanya dilakukan
pada permukaan yang datar. Kerak dan kotoran pada
permukaan benda juga harus dihilangkan agar tidak
mempengaruhi ketepatan dalam menguji.

Gambar 2.2 : Mesin Uji Kekerasan Brinell


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya

b. Vickers ( HV / VHN )
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers
bertujuan menentukan kekerasan suatu material, yaitu daya
tahan material terhadap indentor yang cukup kecil dan
mempunyai bentuk geometri piramid. Beban yang
dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian
Rockwell dan Brinell, yaitu antara 1 sampai 120 kg .Indentor
Vickers menggunakan indentor intan berbentuk piramid
beralas bujur sangkar dengan sudut puncak antara dua sisi
berhadapan 136o.

HV =

HV =

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


48
Laboratorium Pengujian Bahan

HV =

Keterangan :
HV = angka kekerasan Vickers
F = beban (kgf)
d = diagonal rata-rata (mm)

Gambar 2.3 :Vickers Test


Sumber:Anonymous 25. 2012

Metode ini merupakan cara pengujian kekerasan


yang paling sensitif. Cara ini memilliki satu skala kontinu
untuk semua material dan angka kekerasan vickers
tergantung dari beban yang diberikan. Sangat
memungkinkan penggunaan beban yang ringan pada
pengujian cara Vickers, oleh karena itu cara ini bisa
digunakan untuk pengujian kekerasan pada material yang
tipis (0,005 in).
Dalam metode Vickers juga terdapat :
 Micro Hardness Test / Knoop Hardness Test
(HK / KHN)
Metode ini menggunakan prinsip
indentasi. Indentornya adalah intan dengan
perbandingan diagonal panjang dan pendek

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


49
Laboratorium Pengujian Bahan

sekitar 7 : 1. Intan tersebut berupa intan kasar


yang dibentuk sedemikian menjadi bentuk
piramida. Beban yang dikenakan tidak melebihi
1000 gram. Untuk mengukur lekukan,
digunakan mikroskop dengan perbesaran 500
kali. Pengujian ini adalah pengujian yang cocok
untuk menguji material yang nilai kekerasannya
rendah. Knoop biasanya digunakan untuk
mengukur material yang getas seperti keramik.

KHN= =

Keterangan :
P = beban (kg)
Ap = luas proyeksi lekukan yang tidak
pulih ke semula.
L = panjang diagonal yang lebih
panjang
C = konstanta penumbuk (0,07028)

Microhardness Test juga biasa disebut


Microvickers Hardness Test, dikarenakan alat
yang digunakan sama seperti vickers hanya saja
beban yang diberikan berbeda.

Gambar 2.4 : Knoop Test


Sumber : Anonymous 26. 2012

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


50
Laboratorium Pengujian Bahan

c. Rockwell ( HR / RHN )
Metode Rockwell menggunakan prinsip yang sama
dengan cara Brinell hanya saja indentor yang dipakai ada 2
jenis dan ukurannya lebih kecil dari pada indentor Brinell.
Indentor yang digunakan yaitu :
1. Menggunakan kerucut intan, dengan sudut puncak 120o,
ujung agak bulat, berjari - jari 0,2 mm.
2. Menggunakan bola baja berdiameter 1/16 in, 1/8 in, 1/4
in, dan 1/2 in.
Adapun rumus yang digunakan dalam Rockwell yaitu :
HRC = k – ( h1 – h2 )
Dimana :
HRC = angka kekerasan Rockwell
k = konstanta; intan = 0,2 dan
bola baja = 0,6
h1 = kedalaman akibat beban major (mm)
h2 = kedalaman akibat beban minor (mm)

Gambar 2.4 :Rockwell Test


Sumber: Anonymous 25. 2012

Dalam cara ini, terdapat beberapa skala yaitu A


sampai V. Masing-masing skala memiliki beban serta
indentor tersendiri dan digunakan untuk kebutuhan tertentu.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


51
Laboratorium Pengujian Bahan

Tabel 2.2 Skala Kekerasan Rockwell

Sumber : Anonymous 27. 2012

3. Elastic Hardness ( Metode Pantul ), yaitu dengan Shore


Schleroscope
 Share Scleroscope Method
Dengan cara mengukur pantulan dari sebuah
indentor diamond tripped hammer yang dapat dinaikkan
dengan ketinggian tertentu dan kemudian dijatuhkan beban.
Pada permukaan logam setelah menyentuh permukaan,
dihitung semakin tinggi pantulan maka kekerasan benda
tersebut besar. Prinsipnya adalah energi potensial yang
dikonversi menjadi energi kinetik. Sebagian energi diserap
dan sebagian lagi menyebabkan terjadinya pantulan. Energi
yang diserap menunjukkan resilience, yaitu energi yang
dapat diserap oleh material pada daerah elastisnya.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


52
Laboratorium Pengujian Bahan

Keuntungan dari cara ini adalah peralatan dan bekas


penetrasinya kecil, sehingga hampir tidak merusak
spesimen. Ada dua tipe Shore Schleroskop :
a. Tipe SH-C (HSc)
Menggunakan “graduated glass tube” yang
berskala 0-140 untuk mengukur pantulannya. Pengamat
dapat mengetahui tinggi pantulan pada gelas ukur
berskala tersebut.

Gambar 2.6 : Tipe SH-C


Sumber :Anonymous 28. 2012

b. Tipe SH-D (HSd)


Menggunakan “dial gage” dengan skala 0
sampai 120 untuk mengukur pantulan.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


53
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.7 : Tipe SH-D


Sumber : Anonymous 28. 2012

2.2.3 Pembentukan Butir


Pada saat pembentukan butir, akan terjadi beberapa tahapan
sebagai berikut :
1. Recovery
Bila cairan logam didinginkan secara perlahan-lahan,
pembekuan logam terjadi pada temperatur konstan. Pada
permukaan pembekuan akan tumbuh inti-inti kristal dimana
semakin banyak inti kristal, kekentalan logam bertambah tinggi
dan sangat cepat berbanding lurus dengan jumlah inti.
Sedangkan bila inti melebihi 30% volume logam cair hanya
kekentalan sangat melonjak melebihi 10 kali daripada saat cair.
Pada tahap selanjutnya hanya inti-inti yang stabil yang dapat
menjadi butiran. Bila laju pengintian (jumlah inti) logam yang
lebih besar dari pertumbuhan inti yang akan diperoleh butir-
butir kristal yang kecil.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


54
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.8 Recovery


Sumber : Anonymous 29. 2012

2. Rekristalisasi
Tidak semua inti-inti yang ada pada cairan logam dapat
tumbuh menjadi kristal. Hanya inti-inti yang stabil saja yang
dapat tumbuh menjadi kristal. Inti yang stabil akan menarik inti-
inti lain yang tidak stabil dan akan membentuk kristal dengan
orientasi yang sama. Selanjutnya kristal-kristal tumbuh
disekeliling inti yang nantinya akan menutup semua logam. Bila
laju pertumbuhan inti membentuk kristal ini lebih dominasi,
maka akan diperoleh butiran kristal yang besar.

Gambar 2.9 Rekristalisasi


Sumber : Anonymous 29. 2012

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


55
Laboratorium Pengujian Bahan

3. Pembentukan butir
Adanya inti-inti yang membentuk orientasi berbeda-beda
menyebabkan pertumbuhan kristal tidak merata pada seluruh
bagian logam sehingga petumbuhan kristal menghambat kristal
lain disekitarnya dan seluruh logam cair akan habis dan tertutup
oleh butir-butir kristal. Akibatnya akan terjadi batas
persinggungan antara butir kristal yang berbeda orientasi. Inilah
yang disebut batas butir.

Gambar 2.10 Pertumbuhan Butir


Sumber : Anonymous 29. 2012

2.2.4 Struktur Kristal Logam


Dari analisa difraksi sinar X, atom dalam kristal disusun oleh
pola ruang 3D yang teratur. Susunan atom digambarkan sebagai bola
kertas pada lokasi khusus dalam susunan ruang geometris. Berikut
ini adalah macam-macam struktur kristal logam :
1. Struktur Kubik Sederhana (Simple Cubic)
Merupakan struktur kristal yang sederhana, yaitu berupa
kubus dengan satu atom di setiap titik sudutnya. Contohnya
adalah NaCl dan LiF.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


56
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.11:Simple Cubic


Sumber : Anonymous 30. 2012

2. Struktur Kubik Pemusatan Ruang (Body Centered Cubic)


Struktur ini mempunyai atom di setiap sudut dan pada
awal kubusnya. Tiap sudut ada 8 atom yang beragam.
Contohnya adalah Fe, Cr, Mn, dan Wolfram.

Gambar 2.12:Body-Centerd Cubic (BCC)


Sumber :Anonymous 30. 2012

3. Struktur Kubik Pemusatan Sisi (Face Centered Cubic)


Merupakan struktur kubus dengan satu atom di masing-
masing sudutnya dan satu di masing-masing sisinya. Contohnya
adalah Al, Ni, dan Cu.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


57
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.13: Face Centred Cubic (FCC)


Sumber :Anonymous 30. 2012

4. Struktur Hexagonal Close Packed ( HCP)


Berupa sebuah struktur hexagonal dengan satu atom
dimasing – masing sudutnya dan satu atom di tengah sisi
segienam serta tiga atom di tengah bodynya, sehingga total atom
berjumlah 17 atom.

Gambar 2.14:Hexagonal Close Packed


Sumber :Anonymous 31. 2012

5. Struktur Body Centered Tetragonal


Struktur ini berbentuk seperti balok dengan satu atom di
setiap sudutnya dan satu atom ditengah-tengah balok tersebut.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


58
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.15 : Body Centered Tetragonal


Sumber : Anonymous 32. 2012

Di bawah ini adalah gambar struktur kristal yang lain,


yaitu:

Gambar 2.16:Macam-macam Struktur Kristal


Sumber :Anonymous 33. 2011

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


59
Laboratorium Pengujian Bahan

Di bawah ini adalah tabel perbedaan struktur Kristal :


Tabel 2.3 Perbandingan antara Kristal logam
Sistem Sumbu (axis) Sudut Sumbu
Kubik a=b=c α = β = γ = 90o
Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90o
Orthorombik a≠b≠c α = β = γ = 90o
Monoklinik a≠b≠c α = γ = 90o ; ≠ β
Triklinik a≠b≠c α ≠ β ≠ γ ≠ 90o
Hexagonal a≠b≠c α = β = 98o ; γ = 2,8o
Rhombohedral a=b=c α = β = γ ≠ 90o
Sumber : Anonymous 34 : 2010

Dalam proses pembentukan kristal menggunakan indeks


miller. Indeks miller menunjukan bidang datar yang dibatasi
oleh garis-garis perpotongan pada sumbu x, y, z. Orientasi atom-
atom kristal pada indeks miller mengandung arti bahwa posisi
atom mayoritas kristal terdapat pada luasan bidang diagonal atas
abc yang dibentuk dari perpotongan garis tersebut. Indeks miller
ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi permukaan dari
suatu kristal dan lapisan dalam dari suatu atom. Salah satu
metode fisik yang digunakan dalam studi tentang efek pada
permukaan yaitu refleksi adsorbsi infrared yang mana berfokus
pada analisis energi adsorbsi. Spesimen yang diserap hanya satu
permukaan atau lapisan ini umumnya disebut dengan istilah
“fractional converage”.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


60
Laboratorium Pengujian Bahan

2.2.5. Mekanisme Deformasi dan Slip


Deformasi adalah perubahan bentuk dikarenakan adanya
pembebanan atau gaya luar yang bekerja pada bahan. Mekanisme
deformasi terjadi dengan tahapan :
1. Deformasi Elastis
Yaitu deformasi yang masih memungkinkan material
untuk kembali ke bentuk aslinya setelah beban dihilangkan.
Pada deformasi elastis regangan yang terjadi sebanding dengan
bebannya. Perbandingan ini disebut modulus elastisitas young.
Material masih dapat kembali ke bentuk semula karena tidak
sampai terjadi slip putusnya ikatan atom.
2. Deformasi Platis
Yaitu deformasi yang tidak memungkinkan benda kembali
ke bentuk semula atau deformasi permanen ketika beban
dihilangkan. Penyebabnya adalah :
- Sliding antara bidang atom satu dengan yang lain.
- Pecahnya ikatan atom akibat slip yang tergantung pada
kondisi pembebanan.

Gambar 2.17 : Deformasi


a. Struktur sebelum pembebanan
b. Sturktur yang dikenai
deformasi elastis
c. Sturktur yang dikenai
deformasi plastis
Sumber :Anonymous 35. 2012

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


61
Laboratorium Pengujian Bahan

3. Kelelahan (Fatigue)
Pada saat kondisi pembebanan kondisi pembebanan
kontinu, ada kecenderungan pada logam untuk mengalami
kegagalan/patah.Besarnya pembebanan masih jauh dari batas
plastisnya. Pada saat itulah logam dikatakan mengalami
kelelahan.
4. Creep ( Mulur )
Yaitu deformasi permanen dari suatu bahan karena
pembebanan konstan dalam yang lama. Tahapan creep adalah :
a. Creep Primer. Terjadi ketika beban tertentu diberikan
sehingga terjadi regangan seaat.
b. Creep Sekunder. Merupakan daerah yang mempunyai laju
regangan tetap yang merupakan bagian waktu terbesar dari
waktu yang terpakai.
c. Creep Tersier. Ketika laju regangan meningkat yang
menyebabkan pengecilan setempat (necking) dan sampai
pada regangan putus dan akhirnya patah.

Gambar 2.18 Kurva Creep


Sumber : Anonymous 36. 2012

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


62
Laboratorium Pengujian Bahan

5. Fracture (Patah)
Pada kondisi beban dan suhu tertentu, logam bisa pecah.
Bentuk fracture terjadi apabila logam akan patah saat telah
berdeformasi plastis ketika mendapat beban. Sifat ini dijumpai
pada kristal BCC dan HCP. Sedangkan ductile fracture terjadi
apabila deformasi plastis dikembangkan lebih jauh.
 Slip
Slip adalh terjadinya pergeseran kristal relatif terhadap
bagian kristal lainnya sepanjang bidang kristalografi tertentu.
Bidang tempat terjadinya slip disebut bidang slip (slip plane).
Sedangkan arah pergeseran atom disebut arah slip (slip
direction). Umumnya slip mudah terjadi pada daerah yang padat
atom.
Slip terjadi secara bertahap yang ditandai dengan
bergesernya garis dislokasi sedikit demi sedikit. Garis dislokasi
adalah garis batas antara kristal yang mengalami slip dengan
kristal yang tidak mengalami slip. Mula-mula atom yang paling
padat lagi akibat dari pembebanan sehingga mendesak atom
tetangganya, kemudian tegangan dalam atom membesar dan
atom ikut bergeser. Slip berakhir jika tegangan tidak cukup
untuk menggeser atom dari posisi semula.

Gambar 2.19 : Slip


Sumber:Anonymous 37. 2011

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


63
Laboratorium Pengujian Bahan

2.2.6 Cacat Pada Logam dan Dislokasi


Cacat pada logam adalah ketidaksempurnaan kisi-kisi kristal,
diklasifikasikan berdasarkan geometri yang terbatas disekitar atom
sehingga hanya berupa titik. Macamnya antara lain :
1. Cacat Titik
Yaitu penyimpangan dari susunan perodik atom dalam
kristal yang terbatas di sekitar atom sehingga tampak hanya
tersusun berupa titik. Jenis cacat titik :
a. Vacancy (kekosongan)
Bila sebuah atom lepas dari posisi kisi normalnya
yang disebabkan oleh gangguan lokal selama pertumbuhan
kristal.

Gambar 2.20:Vacancy (kekosongan)


Sumber:Anonymous 37. 2011

b. Interstity (sisipan)
Terjadi bila atom bertahan dalam kristal di titik
pertengahan antara posisi kisi yang normal.

Gambar 2.21:Interstisi (sisipan)


Sumber:Anonymous 37. 2011

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


64
Laboratorium Pengujian Bahan

Bila cacat titik pada kristal ioniknya, terdapat 2 cacat


yaitu :
a. Cacat Schottky
Dikarenakan adanya kekosongan pasangan ion
dalam senyawa yang harus memiliki keseimbangan muatan.
b. Cacat Frenkel
Dikarenakan adanya perpindahan ion dari kristal ke
tempat sisipan.

Gambar 2.22 : Cacat Titik Kristal Ionik


Sumber : Smith F William, 1986 : 140

2. Cacat Garis
Dislokasi merupakan gabunagan dari cacat titik.
Dislokasi adalah ketidaksempurnaan susunan periodik atom
dalam kristal yang membentuk satu jalur tertentu. Dislokasi
pada kristal merupakan cacat yang mengakibatkan gejala slip
maupun penyebab sebagian besar logam berubah bentuk secara
plastis, oleh karena itu suatu daerah gangguan kisi terlokalisir
yang memisahkan daerah slip dengan daerah-daerah tanpa slip
dalam kristal. Pada gambar 2.23, menggambarkan suatu
dislokasi yang terletak pada bidang slip yaitu bidang kertas.
Contoh bahan slip sedang menuju ke arah kanan. Sebelah atas D

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


65
Laboratorium Pengujian Bahan

belum mengalami slip, maka garis AB merupakan pembatas


antara daerah slip dengan daerah tanpa slip.
A

B
Gambar 2.23 : Cacat Garis
Sumber :Anonymous 37. 2011

Macam-macam dislokasi :
a. Dislokasi Sisi
Dislokasi sisi dapat digambarkan satu sisipan bidang
atau tambahan dalam struktur kristal disekitar lokasi.
Dislokasi terdapat daerah yang mengalami tekanan dan
tegangan sehingga terdapat energi tambahan di sepanjang
dislokasi tersebut. Jarak geser atom disekitar dislokasi
disebut vektor geser. Vektor ini tegak lurus pada garis
dislokasi.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


66
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.24 Dislokasi Sisi


Sumber : Anonymous 37. 2011

Gambar 2.25 Energi Dislokasi Atom yang Berdekatan dengan Dislokasi


mengalami Tegangan dan Regangan
Sumber : Djaprie, Sriati, 1983 : 228

b. Dislokasi Ulir
Dislokasi ulir menyerupai spiral dengan garis cacat
sepanjang sumbu ulir. Vektor luncurnya sejajar dengan garis
dislokasi. Atom-atomnya disekitar dislokasi ulir mengalami
gaya geser. Oleh karena itu disana terdapat energi tambahan.
Dislokasi ini memudahkan pertumbuhan kristal karena atom
sel tambahan dapat bertumpuk pada setiap anak tangga ulir.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


67
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.26 : Dislokasi Ulir


Sumber : Anonymous 37. 2011

c. Dislokasi Campuran
Dislokasi mudah terjadi sewaktu bahan mengalami
deformasi dimana suatu pergeseran dapat mengakibatkan
terjadinya dislokasi ulir maupun dislokasi sisi. Keduanya
menghasilkan deformasi akhir yang sama dan sebenarnya
dihubungkan satu sama lain oleh garis dislokasi yang
terjadi.

Gambar 2.27 Dislokasi Campuran


Sumber : Anonymous 37. 2011

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


68
Laboratorium Pengujian Bahan

3. Cacat Bidang ( Cacat Dua Dimensi )


a. Cacat permukaan luar
Cacat permukaan luar permukaan batas struktur
kristal sehingga koordinat atom pada permukaan memiliki
energi yang paling tinggi dan ikatannya kurang kuat karena
memiliki ikatan pada satu atom.

Gambar 2.28 Cacat Permuakaan Luar


Sumber : Djaprie, Sriati. 1983 : 127

b. Slip
Terjadinya pergeseran kristal relatif terhadap bagian
kristal lain sepanjang bidang kristalografi tertentu.
c. Twinning
Suatu fenomena perubahan arah orientasi suatu
bagian butir kristal, sehingga susunan atom di bagian
tersebut akan simetri dengan bagian lain yang tidak
mengalami perubahan. Bidang yang merupakan pusat
simetri dan menjadi “cermin” antara kedua bagian ini
disebut bidang kembaran (Twinning plain).
Akibat adanya pembebasan suatu bagian, butir
mengalami perubahan arah orientasi yang menyebabkan
atom di sebelahnya yang tidak mengalami perubahan akan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


69
Laboratorium Pengujian Bahan

bergeser satu satuan pada arah sesuai twinning direction.


Sedangkan atom pada daerah kembaran akan bergeser
sebanding dengan jaraknya ke bidang kembaran. Untuk
mengubah arah orientasi diperlukan energi yang lebih besar,
maka slip lebih mudah terjadi sehingga jarang dijumpai.
Twinning sering terjadi pada kristal yang kemungkinan
slipnya kecil.

Gambar 2.29 : Twinning


Sumber: Anonymous 38. 2012

2.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekerasan


Kekerasan suatu material dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya :
1. Kadar karbon
Semakin tinggi kadar karbon, maka logam akan semakin
keras namun rapuh. Kadar karbon sebesar 0,6-1% merupakan
kadar karbon yang sangat berpengaruh pada kekerasan logam.
Setelah lebih dari 1% maka kadar karbon tidak akan
berpengaruh pada nilai kekerasan.
2. Unsur Paduan
Unsur paduan akan mempengaruhi sifat mekanik baja.
Beberapa unsur paduan yang terdapat pada baja beserta
pengaruhnya pada sifat mekanik antara lain :

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


70
Laboratorium Pengujian Bahan

a. Nikel (Ni)
Fungsi : meningkatkan kekerasan, ketahanan korosi,
keuletan, dan tahan gesek
b. Chromium (Cr)
Fungsi meningkatkan kekerasan, membentuk
karbida, dan menambah keelastisitasan.
c. Mangan (Mn)
Fungsi meningkatkan kekerasan, ketahanan terhadap
suhu tinggi, dan membuat mengkilap
d. Molibdenum
Fungsi menaikkan kekuatan baja, menaikkan
kekerasan baja, tahan terhadap temperatur tinggi.
e. Vanadium
Fungsi menaikkan titik luluh dan meningkatkan
kekuatan, membentuk karbida yang kuat dan stabil,
menaikkan kekerasan pada temperatur tinggi.
3. Perlakuan Panas
Perlakuan panas merupakan suatu proses yang
digunakan untuk memperoleh sifat-sifat mekanik pada logam
yang diinginkan., salah satunya adalah kekerasan. Perlakuan
panas terdiri dari 3 tahapan, yaitu heating, holding, dan cooling.
Pengaruh perlakuan panas juga mempengaruhi logam tehadap
kekerasannya. Perlakuan tersebut adalah annealing, yaitu proses
perlakuan panas yang akan menurunkan kekerasan pada baja,
menambah keuletan, menghilangkan tegangan dalam. Untuk
hardening yaitu proses perlakuan panas yang akan
meningkatkan kekerasan baja. Sedangkan untuk tempering,
yaitu proses perlakuan panas yang akan menurunkan kekerasan
baja di bawah hardening. Normalizing yaitu perlakuan panas

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


71
Laboratorium Pengujian Bahan

yang digunakan untuk menghilangkan tegangan dalam pada


suatu material.
4. Bentuk dan Dimensi Butir
Suatu material dengan ukuran butir kecil akan
meningkatkan kekerasan yang tinggi karena semakin kecil dan
homogen butir, maka gaya tarik menariknya sangat tinggi. Jika
dilakukan pengujian pada material yang mempunyai
homogenitas yang merata serta bentuk butir yang kecil, maka
kekerasannya pun akan meningkat karena menggores, penetrasi,
indentasi pada material harus melewati hambatan yang diberikan
oleh butir kecil dan homogen tersebut.
5. Konduktivitas Thermal
Konduktivitas thermal yang kecil akan memperlambat
laju pendinginan sehingga menyebabkan kekerasan pada suatu
bahan menurun. Begitu pula sebaliknya.
6. Homogenitas
Homogenitas bahan berpengaruh terhadap ikatan. Untuk
material logam dengan tingkat homogenitas yang tinggi, maka
gaya ikat antar atomnya juga tinggi sehingga berpengaruh pada
kekerasan material yang tinggi karena sulit terjadi deformasi.
7. Media Pendingin
Media pendingin berpengaruh terhadap tingkat
kekerasan dari suatu bahan. Media yang berbeda, berbeda pula
kemampuan pendinginannya. Contoh : material yang
didinginkan dengan air jelas akan berbeda kekerasannya bila
dibandingkan dengan material yang didinginkan dengan oli. Hal
tersebut dikarenakan semakin cepat pendinginan, semakin
banyak martensite yang terbentuk.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


72
Laboratorium Pengujian Bahan

8. Waktu Holding
Semakin lama waktu penahanan, maka difusi atom akan
semakin dalam dan merata, sehingga membuat kekerasan
semakin meningkat.

2.3 Pelaksanaan Pengujian


Sebelum melaksanakan pengujian, hendaknya kita mengetahui
tentang alat dan bahan yang digunakan, prosedur, maupun metode
pengolahan data.
2.3.1 Alat yang Digunakan Dalam Pengujian
 Spesifikasi Alat yang Digunakan
a. Pengujian Kekerasan
1. Electric Brinell Hardness Tester

Gambar 2.30 : Electric Brinell Hardness Tester


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya

Spesifikasi alat :
- Merk ; Buatan : Hauser Henry S A ; Swiss

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


73
Laboratorium Pengujian Bahan

- Diam. Bola baja : 1,2 mm


- Berat beban : 43,2 kg (100-500 BHN)
12,4 kg (30-120 BHN)

2. Centrifugal Sand Paper Machine

Gambar 2.31 : Centrifugal Sand Paper Machine


Sumber:Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya

Spesifikasi alat :
- Merk : Saphir
- Buatan : Jerman

b. Pengujian Mikrostruktur
1. Mikroskop Logam

Gambar 2.32 : Mikroskop Logam


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


74
Laboratorium Pengujian Bahan

Spesifikasi alat :
- Merk : Nikon
- Buatan : Jepang
- Pembesaran : 450 kali

3. Kamera

Gambar 2.33 : Kamera


Sumber: Anonymous 39 : 2012

4. Etsa
Digunakan untuk memperjelas penampakan struktur
mikro spesimen. Etsa berupa cairan kimia yang akan
bereaksi dengan atom tertentu. Pada spesimen terutama pada
atom-atom yang tidak stabil misalnya atom pada batas butir.
Larutan etsa yang digunakan disesuaikan dengan logam
yang akan dietsa.

Gambar 2.34 : Etsa


Sumber :Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


75
Laboratorium Pengujian Bahan

a. Untuk bahan dari besi karbon digunakan nitrit acid,


bertujuan untuk menggelapkan pearlite dan membuat
perbandingan antara bagian-baguan yang nampak pada
pearlite. Menampakkan berkas-berkas dari ferrite dan
membedakan ferrite dan cementite.
b. Untuk paduan besi karbon digunakan precid acid.
Tujuannya untuk mengetsa setelah proses annealing,
normalizing, dan tempering.
c. Untuk nikel dan baja tahan karat digunakan ferrite
chloride. Etsa yang digunakan pada pengujian ini adalah
campuran 1-5 ml white nitrid acid dalam 100 ml ethyl
atau methyl alkohol 95% - 100%. Nital akan
menggelapkan pearlite, menampakkan batas butir
pearlite dan membedakan ferrite dan martensite.
5. Kertas Gosok

Gambar 2.35 : Kertas Gosok


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik
MesinUniversitas Brawijaya

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


76
Laboratorium Pengujian Bahan

6. Batu Hijau

Gambar 2.36 : Batu Hijau


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya

Digunakan untuk menghaluskan dan mengkilapkan


permukaan spesimen.
6. Kain Flannel

Gambar 2.37 : Kain Flannel


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya

Digunakan untuk menghaluskan dan membersihkan


spesimen dari batu hijau yang tersisa

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


77
Laboratorium Pengujian Bahan

7. Dapur Listrik

Gambar 2.38 : Dapur Listrik


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya

Digunakan untuk memberikan perlakuan panas


(memanaskan) spesimen.
8. Penjepit

Gambar 2.39 : Penjepit


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya

 Komposisi Kimia Spesimen


- Spesimen : Baja Assab 760
- Komposisi :C = 0,50 %

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


78
Laboratorium Pengujian Bahan

Mn = 0,50 %
Si = 0,25 %

Tabel 2.4 Komposisi Kimia Spesimen

No Logam Komposisi Suhu Eutectoid %C


1 Mn 0,5% 725 0,74
2 Si 0,25% 730 0,72

Perhitungan pergeseran titik eutectoid

= 727,47oC

= 0,729 %

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


79
Laboratorium Pengujian Bahan

 Pergeseran Titik Eutectoid

Keterangan : Fe – Fe3C
Pergeseran Titik Eutectoid
Gambar 2.40 : Pergeseran Titik Eutectoid

 Bentuk dan Dimensi Spesimen

Satuan : mm
Skala :1:1

Gambar 2.41 : Bentuk dan Dimensi Spesimen

 Prosedur Pengujian
a. Pengujian Kekerasan
1. Dilakukan heat treatment.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


80
Laboratorium Pengujian Bahan

2. Permukaan spesimen yang akan diuji dibersihkan dahulu


dari terak dan kotoran dengan Centrifugal Sand Paper
Machine sampai betul-betul rata dan dan halus dan siap
diuji.
3. Pemanasan benda kerja yang akan diuji harus benar-
benar diperhatikan.
4. Dilakukan pengujian kekerasan dengan Electrical
Brinell Hardness Tester dengan pengambilan data secara
acak pada permukaan benda uji. Yang diambil 10 titik
secara acak.

b. Pengujian Mikrostruktur
1. Permukaan spesimen yang akan difoto diratakan dan
dihaluskan dengan Centrifugal Sand Paper Machine.
2. Permukaan spesimen dihaluskan dengan batu hijau dan
digosok dengan kain flannel sampai benar-benar
mengkilap dan halus.
3. Permukaan spesimen yang sudah mengkilap dibersihkan
dengan alkohol, kemudian ditetesi cairan etsa.
4. Spesimen diletakkan pada mikroskop logam, kemudian
fokus diatur sampai didapatkan gambar yang jelas
dengan perbesaran 450 kali.
5. Dilakukan pemotretan dengan kamera, kemudian
hasilnya dicetak.

2.4 Hipotesa
2.4.1 Pengujian Kekerasan
Semakin tinggi temperatur (pada saat heating), kekerasan
suatu material akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pada saat

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


81
Laboratorium Pengujian Bahan

pemanasan, logam yang semula ferrite (BCC) berubah menjadi


austenite (FCC). Pada saat inilah karbon melebur bercampur dengan
logam. Dalam pengujian, hardening dapat meningkatkan kekerasan
secara maksimum, tetapi memiliki tegangan dalam yang tinggi,
distorsi yang tinggi dan sifat yang rapuh. Tempering dapat
mengurangi tegangan dalam dan melunakkan spesimen setelah di
hardening. Tanpa perlakuan, spesimen tidak mengalami proses
perlakuan panas apapun sehingga tidak ada perubahan. Normalizing
dapat menghaluskan butiran yang mengalami pemanasan berlebih
(overheated) dan menghilangkan tegangan dalam. Annealing
meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan dalam,
menghaluskan ukuran butir dan meningkatkan sifat mampu mesin
dari spesimen.
Semakin lama holding, maka kekerasan suatu material akan
meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin lama holding, bentuk
butirnya semakin seragam (homogen), sehingga memerlukan gaya
yang besar untuk bisa terdeformasi. Pada saat quenching, karbon
yang bercampur tadi terperangkap oleh cepatnya pembentukan butir,
sehingga fasenya berubah menjadi martensite (BCT) yang mana
sifatnya sangat keras.

2.4.2 Pengujian Mikrostruktur


Bila waktu holding semakin lama, maka kekerasan yang
diterima material akan semakin maksimum, dengan perlakuan panas
yang diberikan pada suhu maksimum (austenite). Hal ini ditandai
dengan banyaknya kandungan pearlite dan ferrite. Pada ciri fisik
didapatkan pada presentase warna hitam (pearlite) lebih banyak dari
pada ferrite (putih).

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


82
Laboratorium Pengujian Bahan

2.5 Pengolahan Data


Data dari hasil pengujian dihitung dan disusun dalam bentuk tabel,
masing-masing untuk spesimen tanpa perlakuan dan dengan perlakuan.
Selain data tersebut, diambil pula hasil pengujian berupa kekerasan rata-rata
untuk perlakuan panas yang berbeda.Dari data-data tersebut dilakukan dua
macam pengolahan data.
2.5.1 Data Kelompok
Dilakukan perbandingan nilai kekerasan sebelum dengan
sesudah perlakuan panas untuk menentukan ada tidaknya perubahan
nilai kekerasan.Untuk itu perludigunakan pengujian dengan metode
uji standar t.

Tabel 2.5 Data Spesimen Tanpa Perlakuan Panas


No X [X– ] [ X – ]2
1 242 3,6 12,96
2 245 6,6 43,56
3 235 -3,4 11,56
4 232 -6,4 40,96
5 235 -3,4 11,56
6 240 1,6 2,56
7 234 -4,4 19,36
8 244 5,6 31,36
9 235 -3,4 11,56
10 242 3,6 12,96
Σ 2384 0 198,4

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


83
Laboratorium Pengujian Bahan

Foto mikrostruktur tanpa perlakuan panas

Gambar 2.42 : Foto Mikrostruktur Tanpa Perlakuan Panas

Pada foto mikrostruktur tanpa perlakuan panas dapat dilihat


bahwa terdapat persebaran struktur hitam dan putih yang tidak
merata, hal ini terjadi dibeberapa titik konsentrasi hitam mupun
putih yang mengelompok. Konsentrasi hitam merupakan pearlite,
sedangkan konsentrasi putih merupakan ferrite. Pada gambar di atas
terlihat ferrite lebih dominan daripada pearlite.
 Kekerasan rata-rata

 Standart deviasi

 Standart deviasi rata-rata

 db = n-1 = 10 – 1 = 9
dengan α = 5% maka nilai t Tabel → t (α/2;db)
t (0,025;9) = ±2,26
interval penduga kekerasan spesimen tanpa perlakuan panas

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


84
Laboratorium Pengujian Bahan

GRAFIK UJI T

Jadi kekerasan spesimen rata-rata tanpa perlakuan panas


berkisar antara 235,05 BHN sampai 241,74 BHN dengan tingkat
keyakinan 95%.

Tabel 2.6 Data Spesimen dengan Perlakuan Martempering 500oC,


Holding 15 Menit, Oli

No X [X– ] [ X – ]2
1 270 20,5 420,25
2 275 25,5 650,25
3 285 35,5 1260,25
4 284 34,5 1190,25
5 204 -45,5 2070,25
6 230 -19,5 380,25
7 242 -7,5 56,25
8 253 3,5 12,25
9 230 -19,5 380,25
10 222 -27,5 756,25
Σ 2495 0 7176,5

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


85
Laboratorium Pengujian Bahan

Foto mikrostruktur dengan perlakuan Martempering 500oC,


holding 15 menit, oli.

Gambar 2.43 : Foto Mikrostruktur Perlakuan Martempering


500oC, Holding 15 Menit

Dari hasil foto mikrostruktur terlihat bahwa kandungan


ferrite (putih) lebih sedikit dibandingkan pearlite (hitam). Pada
perlakuan martempering 500C dengan waktu holding 15 menit
diperoleh struktur butiran yang halus (homogen) dengan butiran
hitam yang relatif lebih banyak dari butiran putih. Homogenitas ini
membuat spesimen dengan perlakuan martempering 500C dengan
holding 15 menit lebih keras daripada spesimen tanpa perlakuan.
 Kekerasan rata-rata

 Standart deviasi

 Standart deviasi rata-rata

 db = n-1 = 10 – 1 = 9
dengan α = 5% maka nilai t Tabel → t (α/2;db)
t (0,025;9) = ±2,26

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


86
Laboratorium Pengujian Bahan

interval penduga kekerasan spesimen tanpa perlakuan panas

GRAFIK UJI T

Jadi kekerasan spesimen rata-rata dengan perlakuan panas


martempering 500C holding 15 menit berkisar antara 229,32 BHN
sampai 269,68 BHN dengan tingkat keyakinan 95%.

Uji Beda Dua Rata-Rata


Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kekerasan pada
spesimen tanpa perlakuan dan dengan perlakuanpanas dilakukan uji
beda dua rata-rata dengan uji standar t.
Hipotesa : Ho : μ1 = μ2
H1 : μ1 ≠ μ2
Digunakan pengujian dua arah dengan
α = 5% dan db = (n1 -1) + (n2 -1)
= (10-1) + (10-1) = 18
Maka nilai t Tabel → t (0,025;18) = ±2,101
Perhitungan thitung

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


87
Laboratorium Pengujian Bahan

Kedudukan thitung pada kurva distribusi t adalah sebagai


berikut :

GRAFIK UJI T

Dari perhitungan uji t diatas, didapatkan t hitung = - 3,84.


Daerah batas terima adalah antara -2,101 sampai 2,101.t hitung lebih
kecil dari -2,101 yang berarti bahwa t hitung berada pada daerah
tolak. Dikarenakan thitung berada pada daerah tolak, berarti terdapat
perbedaan yang jelas (nyata) antara rata-rata kekerasan spesimen
tanpa perlakuan panas dan spesimen dengan perlakuan panas.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


88
Laboratorium Pengujian Bahan

Analisa Variasi Dua Arah


Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pemanasan waktu
holding dan kombinasi keduanya terhadap kekerasan spesimen
Hipotesa :
H01 : α1 = α2 ( holding tidak berpengaruh)
H11 : α1 ≠ α2 ( holding berpengaruh)
H02 : β1 = β2 ( heating tidak berpengaruh)
H12 : β1 ≠ β2 ( heating berpengaruh)
H03 : (αβ)1 = (αβ)2 ( holding dan heating tidak berpengaruh)
H13 : (αβ)1 ≠ (αβ)2 ( holding dan heating berpengaruh)

Perulangan (z) = 5 kali


Banyaknya data (n) = 20
Banyaknya data tiap kolom (u) = 10
Banyaknya data tiap baris (v) = 10
Banyaknya variasi holding (x) =2
Banyaknya variasi heating (y) =2

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


89
Laboratorium Pengujian Bahan

Tabel 2.7 Data Variasi Dua Arah

Faktor Suhu
450C 500C Σ
273 270 543

15 menit
298 275 573
310 285 595
295 284 579
Faktor Holding

298 204 502


Σc 1474 1318 2792
285 258 543
300 272 572
30 menit

300 273 573


310 289 599
305 283 588
Σc 1500 1375 2875
Σtot 2974 2693 5667

 JKT = ( a2+ b2+c2+ …+t2) - FK


= (2732+ 2982+ 3102+ 2952+ 2982+ 2702+ 2752+ 2852+
2842+ 2042+ 2852+ 3002+ 3002+ 3102+3052+ 2582+
2722+ 2732+ 2892+ 2832) – 1.605.744,45
= 1.616.321 - 1.605.744,45
= 10.576,55

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


90
Laboratorium Pengujian Bahan

 JKAB = JKP - JKA - JKB


= 4340,55 – 344,45 – 3948,05
= 48,05

 JKG = JKT - JKA - JKB - JKAB


= 10.576,55 – 344,45 – 3948,05 – 48,05
= 6236
Dimana :
FK : Frekuensi Kumulatif
JKT : Jangkauan Kuartil Tengah
JKA : Jangkauan Kuartil Atas

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


91
Laboratorium Pengujian Bahan

JKB : Jangkauan Kuartil Bawah


JKP : Jangkauan Kuartil Tengah
JKG : Jangkauan Kuartil Galat

F Tabel dengan α = 5% → F (α, v1 ,v1)


F1Tabel = v1= (x-1) = (2-1) = 1
V2= (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F1Tabel ( 5%, 1, 16) = 4,49
F2Tabel = v1 = (x-1) = (2-1) = 1
V2 = (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F2Tabel( 5%, 1, 16) = 4,49
F2Tabel = v1 = (x-1) = (2-1) = 1
V2 = (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F2Tabel( 5%, 1, 16) = 4,49

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


92
Laboratorium Pengujian Bahan

Tabel 2.8 Analisa Varian


Sumber
Db JK KT Fhitung
Keragaman
1 344,45 12 = JKA/(x-1) F1 = 12/ 2
Pengaruh A
= 344,45 = 344,45/389,75
(holding)
= 0,883
1 3948,05 22 = JKB/(y-1) F2= 12/ 2
PengaruhB
= 3948,05 =3948,05/389,75
(heating)
= 10,22
1 48,05 32 = JKAB/(x-1) F3= 12/ 2
Pengaruh (y-1) = 48,05/389,75
A& B = 48,05 = 0,123
(holding&heating)

16 6236 2 = JKG/(x-y) (z-1)


Galat = 6236/16
= 389,75
Jumlah () 19 10.576,55

Dari tabel diatas diketahui :


F1 hitung = 0,883
F2 hitung = 10,22
F3 hitung = 0,123

Analisis
F1 hitung F1 tabel H01 diterima
F2 hitung F2 tabel H02 ditolak
F3 hitung F3 tabel H03 diterima

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


93
Laboratorium Pengujian Bahan

Hasil Analisa
 F1 hitung < F1 tabel = 0,883< 4,49
Keterangan :
Variasi holding yang diberikan pada spesimen tidak
berpengaruh pada kekerasan. Hal ini sesuai dengan hipotesa H01 : α1
= α2 .
 F2 hitung> F2 tabel = 10,22< 4,49
Keterangan :
Variasi heating yang diberikan pada spesimen berpengaruh
pada kekerasan. Hal ini sesuai dengan hipotesa H12 : β1 ≠ β2
 F3 hitung F3 tabel = 0,123< 4,49
Keterangan :
Variasi holding dan heating yang diberikan pada spesimen
tidak berpengaruh pada kekerasan. Hal ini sesuai dengan hipotesa
H13 : (αβ)1 = (αβ)2

2.5.2 Data Antar Kelompok


Dilakukan pembandingan nilai kekerasan rata-rata dan
mikrostruktur sebelum dan sesudah perlakuan panas (yang berbeda-
beda). Untuk kekerasan dibuat diagram batang hubungan kekerasan
rata-rata dengan jenis perlakuan panas (spesimen tanpa perlakuan
panas juga disertakan disini).

Data spesimen dengan berbagai perlakuan panas


Prosentase proporsi struktur mikro spesimen dengan berbagai
perlakuan panas tampak dalam tabel dan diagram berikut :

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


94
Laboratorium Pengujian Bahan

Tabel 2.9 Data Spesimen dengan Perlakuan Panas Martempering


500C, 15 Menit
No Kekerasan dengan Perlakuan (BHN)
1 270
2 275
3 285
4 284
5 204
6 230
7 242
8 253
9 230
10 222
 2495

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


95
Laboratorium Pengujian Bahan

Tabel 2.10 Data Spesimen dengan Perlakuan Panas Hardening


850C, 15 Menit
No Kekerasan dengan Perlakuan (BHN)
1 274
2 271
3 284
4 280
5 281
6 285
7 289
8 281
9 285
10 279
 2809

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


96
Laboratorium Pengujian Bahan

Tabel 2.11 Data Spesimen dengan Perlakuan Panas Annealing


900C, 15 Menit
No Kekerasan dengan Perlakuan (BHN)
1 234
2 248
3 242
4 240
5 240
6 237
7 237
8 237
9 228
10 240
 2383

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


97
Laboratorium Pengujian Bahan

Tabel 2.12 Data Spesimen dengan Perlakuan Panas Normalizing


850C, 15 Menit
No Kekerasan dengan Perlakuan (BHN)
1 172
2 209
3 219
4 215
5 221
6 230
7 238
8 235
9 145
10 197
 2081

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


98
Laboratorium Pengujian Bahan

Tabel 2.13 Data Spesimen Tanpa Perlakuan Panas


No Kekerasan (BHN)
1 242
2 245
3 235
4 232
5 235
6 240
7 234
8 244
9 235
10 242
 2384

Tabel 2.14 Data Kekerasan Rata-rata Spesimen dengan Berbagai


Perlakuan Panas
No Perlakuan Panas Kekerasan Rata-rata (BHN)
1 Martempering 500C, 15’ 249,5
2 Hardening 850C, 15’ 280,9
3 Annealing 900C, 15’ 238,3
4 Normalizing 850C, 15’ 208,1
5 Tanpa perlakuan 238,4

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013
Gambar 2.44 : Diagram Hasil Pengujian Kekerasan Spesimen Tanpa Perlakuan dan dengan Perlakuan
Laboratorium Pengujian Bahan
99

Martempering 500oC, Holding15 Menit


100
Laboratorium Pengujian Bahan

2.6 Pembahasan
 Data Kelompok
Sesuai dengan teori dijelaskan apabila semakin tinggi suhu
pemanasan, kekerasan suatu material akan meningkat dikarenakan akan
semakin besarnya energi aktivasi sehingga mempercepat difusi karbon
ke dalam spesimen. Semakin lama holding kekerasan juga meningkat
dikarenakan bentuk utir semakin seragam (homogen). Pada saat
quenching, terbentuk fase martensit yang sifatnya sangat keras.
Berdasarkan hipotesa yang kami buat, urutan hasil yang paling keras
hingga paling lunak adalah hardening, tempering, tanpa perlakuan,
normalizing, dan yang terakhir annealing.
Pemberian perlakuan panas pada spesimen dapat merubah sifat
mekanik suatu spesimen. Spesimen tanpa perlakuan panas memiliki sifat
kekerasan yang berbeda dengan spesimen yang mendapatkan perlakuan
panas tergantung dari perlakuan panas yang diberikan. Pada pengujian
kali ini, kelompok kami menggunakan baja Assab 760 yang diberikan
perlakuan panas martempering 500C dengan holding 15 menit. Dari
perlakuan tersebut dan diuji kekerasannya mendapatkan nilai kekerasan
rata-rata 249,5 BHN. Dengan perhitungan menggunakan rumus interval
penduga kekerasan specimen diperoleh bahwa nilai kekerasan dari
spesimen tersebut berkisar antara 229,32 BHN sampai 269,68 BHN
dengan tingkat keyakinan 95%. Sedangkan pada spesimen tanpa
perlakuan panas didapatkan nilai kekerasan rata-rata 238,4 BHN.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai kekerasan baja
dengan martempering lebih tinggi daripada spesimen tanpa perlakuan.
Hal ini sesuai dengan teori serta hipotesa yang kami buat yakni nilai
kekerasan spesimen yang diberi perlakuan tempering lebih tinggi
daripada spesimen tanpa perlakuan. Hal ini disebabkan karena pada
perlakuan martempering spesimen didinginkan secara cepat dan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


101
Laboratorium Pengujian Bahan

kemudian dipanaskan kembali pada temperatur dibawah temperatur


eutectoid serta diholding dan didinginkan lagi secara cepat. Hal ini
membuat pembentukan butir lebih banyak, ukuran butir kecil, serta
homogen. Martempering dapat mengurangi distorsi dan choking pada
saat pendinginan, sehingga spesimen yang diberi perlakuan
martempering kekerasannya lebih rendah dari spesimen yang diberi
perlakuan hardening.
Pada analisa varian dua arah telah diketahui bahwa F1 hitung F1 tabel
sehingga H01 dengan α1 = α2 diterima, oleh karena itu pada pengujian ini
holding tidak berpengaruh. Untuk F2 hitung F2 tabel, maka H12 denagn β1 ≠
β2diterima sehingga variasi heating sangat berpengaruh sebab selisih
pemanasan pertama dan kedua adalah 50C. Untuk F3 hitung F3 tabel,H03
dengan (αβ)1 = (αβ)2 diterima, maka variasi heating dan holding tidak
berpengaruh.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013
Gambar 2.45 : Diagram Hasil Pengujian Kekerasan Spesimen dengan Berbagai Perlakuan Panas
Laboratorium Pengujian Bahan
102
103
Laboratorium Pengujian Bahan

 Data Antar Kelompok


Dari teori dan hipotesa yang telah dijelaskan bahwa kekerasan
suatu spesimen tergantung dari tingginya suhu pemanasan, semakin
tinggi suhu pemanasan, semakin mudah atom karbon berdifusi. Begitu
pula dengan waktu holding dan kecepatan pendinginan (quenching).
Berdasarkan urutan, nilai kekerasan paling tinggi hingga paling rendah
dari berbagai jenis perlakuan panas ialah hardening, tempering, tanpa
perlakuan, normalizing, dan annealing.
Dari grafik batang, dapat diketahui hubungan antara nilai
kekerasan dengan berbagai perlakuan panas. Spesimen yang memiliki
nilai kekerasan dari yang tertinggi sampai terendah berurutan adalah
hardening 850C 15’, martempering 500C 15’, tanpa perlakuan panas,
annealing 900C 15’, dan normalizing 850C 15’. Penjelasannya adalah
sebagai berikut :
Hardening 850C holding 15 menit memiliki nilai rata-rata
kekerasan yang paling tinggi yaitu 280,9 BHN. Nilai kekerasan didapat
setelah proses pendinginan cepat dan waktu holding 15 menit. Cepatnya
waktu pendinginan dapat membentuk inti atom yang banyak serta kecil
dan stabil sehingga ikatan atom lebih erat yang membuat spesimen
menjadi keras.
Martempering 500C holding 15 menit memiliki nilai rata-rata
kekerasan 249,5 BHN. Nilai kekerasan ini diperoleh pada saat holding
time yang relatif lama. Pada perlakuan panas, martempering merupakan
perbaikan dari prosedur quenching dan digunakan untuk mengurangi
distorsi dan choking selama pendinginan. Pendinginan cepat dan
adanya holding time akan mengakibatkan pembentukan butir yang
semakin banyak dan ukuran butir yang homogen, sehingga akan
menghasilkan baja yang bersifat keras.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


104
Laboratorium Pengujian Bahan

Tanpa perlakuan memiliki nilai rata-rata kekerasan 238,4 BHN.


Nilai tersebut didapat karena mungkin pada saat pengecoran di pabrik,
spesimen sudah mendapatkan perlakuan panas dan pendinginan dengan
media serta waktu yang tertentu pula.
Annealing 900C holding 15 menit memiliki nilai rata-rata
kekerasan 238,3 BHN. Pada hipotesa yang kami buat, seharusnya
annealing lebih lunak dari normalizing. Terdapat penyimpangan dari
hipotesa. Kemungkinan besar diakibatkan oleh suhu ruangan yang tidak
stabil. Annealing seharusnya lebih lunak dari normalizing karena
annealing pendinginannya di dapur listrik (pendinginan lambat),
sedangkan normalizing pendinginannya di udara (pendinginan lebih
cepat dari annealing).
Normalizing 850C holding 15 menit memiliki nilai rata-rata
kekerasan 208,1 BHN. Hal ini disebabkan oleh pendinginan yang
lambat. Pada saat struktur butiran yang diubah belum seluruhnya
homogen, sehingga butiran relatif besar.
Dari data diatas terjadi penyimpangan antara hasil pengujian dan
teori yang ada.Penyimpangan ini kemungkinan terjadi karena adanya
pengaruh suhu saat heating, holding, dan cooling. Selain itu suhu
ruangan saat proses perlakuan panas dan pengujian juga bisa
mempengaruhi kekerasan suatu spesimen. Kualitas bahan serta proses
yang terjadi pada saat proses di pabrik.

2.7 Kesimpulan dan Saran


2.7.1 Kesimpulan
 Pengujian Kekerasan
Dengan pemberian perlakuan panas yang berbeda-beda
akan didapatkan nilai kekerasan yang berbeda pula. Pada data
kelompok, dibandingkan nilai kekerasan antara spesimen tanpa
perlakuan dengan spesimen yang telah diberi perlakuan panas

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


105
Laboratorium Pengujian Bahan

martempering 500C dengan holding 15 menit. Spesimen


dengan perlakuan panas martempering 500C lebih keras
daripada spesimen tanpa perlakuan panas dengan angka
kekerasan rata-rata 249,5 BHN untuk spesimen yang telah diberi
perlakuan panas martempering 500C 15’ dan 238,4 BHN untuk
spesimen tanpa perlakuan panas.
Pada data antar kelompok, dibandingkan hasil dari
pengujian kekerasan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya. Secara teoritis nilai kekerasan tertinggi adalah
hardening, tempering, tanpa perlakuan, normalizing dan
annealing. Namun pada pengujian diperoleh nilai kekerasan
yang berbeda dari dasar teori, yaitu hardening 850C 15 menit
dengan angka kekerasan rata-rata paling tinggi yaitu 280,9
BHN, martempering 500C 15 menit dengan angka kekerasan
rata-rata 249,5 BHN, tanpa perlakuan dengan nilai kekerasan
rata-rata 238,4 BHN, annealing 900C 15 menit dengan angka
kekerasan rata-rata 238,3 BHN, dan yang terakhir normalizing
850C 15 meit dengan angka kekerasan rata-rata 208,1 BHN.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh suhu pada saat heating, holding,
dan kecepatan pendinginan.Suhu ruang pada saat pengujian juga
dapat mempengaruhi kekeraan suatu spesimen, begitu juga
dengan kualitas bahan serta proses yang terjadi pada saat
pembuatan di pabrik.
Kesimpulan akhir yang kami peroleh adalah pada saat
pengujian ini, urutan kekerasan yang kami peroleh dari yang
paling tinggi hingga yang paling rendah adalah hardening
850C 15 menit, martempering 500C 15 menit, tanpa
perlakuan, annealing 900C 15 menit, dan normalizing 850C
15 menit. Perbedaan perlakuan panas pada spesimen sangatlah

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


106
Laboratorium Pengujian Bahan

berpengaruh terhadap variasi angka kekerasan. Faktor-faktor


luar pada saat pengujian juga dapat mempengaruhi hasil yang
mengakibatkan terjadi penyimpangan.
 Pengujian Mikrostruktur
Pelaksanaan holding time akan mempengaruhi kekerasan
pada suatu material. Begitu juga perlakuan panas yang diberikan
pada spesimen. Apabila perlakuan panas yang diberikan pada
suhu maksimum (austenite) akan ditandai dengan banyaknya
kandungan pearlite yang berwarna hitam daripada kandungan
ferrite yang berwarna putih.
Pada foto mikrostruktur tanpa perlakuan panas, terdapat
persebaran struktur hitam dan putih yang tidak merata. Ferrite
(putih) lebih dominan daripada pearlite (hitam), butirannya juga
relatif besar. Pada foto mikrostruktur dengan perlakuan
martempering 500C 15 menit, persebaran ferrite (putih) lebih
sedikit daripada pearlite (hitam), butiran menjadi kecil dan
homogen. Dari keterangan diatas, dapat diketahui bahwa
kekerasan baja dengan perlakuan martempering 500C lebih
keras daripada tanpa perlakuan.

2.7.2 Saran
1. Praktikan sebaiknya membaca modul terlebih dahulu sebelum
praktikum supaya praktikum berjalan lancar.
2. Pada saat praktikum sebaiknya suhu ruang diberitahukan pada
praktikan.
3. Pemeriksaan berkala pada alat sangat perlu guna memperlancar
jalannya praktikum.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013


107
Laboratorium Pengujian Bahan

4. Asisten seharusnya lebih bisa mengatur jadwal asistensi


sehingga tidak ada tabrakan waktu dengan kelompok lain yang
diasistensi.
5. Kuota praktikan ditambah untuk mempercepat kelulusan.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2012/2013

Anda mungkin juga menyukai