BAB I
FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS
1.1 Dasar Teori
1.1.1. Definisi Fluida
Fluida didefinisikan sebagai zat yang terdeformasi terus menerus ketika mengalami
tegangan geser tanpa memperhatikan betapa kecilnya tegangan geser tersebut.Hal ini
berarti ketika fluida mengalir, menunjukkan bahwa ada tegangan geser yang bekerja.
Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan dan gas. Perbedaan utama cairan dan gas adalah
cairan tidak mampu dimampatkan sedangkan gas mampu dimampatkan, cairan mengisi
volume tertentu dan mempunyai permukaan bebas sedangkan gas dengan massa tertentu
mengembang sampai mengisi bagian wadah tempatnya.
m1=m2
ρA1v1t=ρA1v1t
A1v1=A1v1
b. Compressible
Adalah aliran fluida dengan berubahnya besaran kerapatan massa (densitas)
dari fluida disepanjang aliran tersebut. Contohnya udara, gas alam, dll. Bilangan
Mach sekitar 0,5 atau lebih.
Mengingat bahwa dalam aliran steady, massa fluida yang masuk sama dengan
massa fluida yang keluar, maka :
m1=m2
ρA1v1t=ρA2v2t
selang waktu (t) pada aliran fluida sama sehingga bisa kita lenyapkan.
Persamaan berubah menjadi:
ρA1v1=ρA1v1
Bilangan Mach adalah satuan kecepatan yang menunjukkan kecepatan relatif
suatu objek terhadap kecepatan suara. Biasanya digunakan untuk menyatakan
kecepatan fluida, pesawat,angin,dll.
M=v/A
Dimana M adalah bilangan Mach, v adalah kecepatan relatif, a adalah
kecepatan suara. Berikut perbandingan tekanan sebagai fungsi dari bilangan Mach
untuk compressible dan incompressible.
B. Berdasarkan aliran
a. Fluida statis
Adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) atau fluida dalam
keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar partikel fluida tersebut.
Contohnya ada 2 yaitu:
1. Statis sederhana
Pada air di bak yang tidak dikenai gaya oleh gaya apapun yang
mengakibatkan air tersebut bergerak seperti gaya angin, panas, dll.
2. Statis tidak sederhana
Pada air sungai yang memiliki kecepatan seragam pada tiap partikel di
berbagai lapisan dari permukaan sampai dasar sungai.
b. Fluida dinamis
Adalah fluida yang mengalir. Dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-
lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relatif
antara lapisan. Aliran ini mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300.
2. Aliran turbulen
adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara acak dan
tidak stabil. Akibat dari hal tersebut garis alir antar partikel fluidanya saling
berpotongan. Aliran ini mempunyai bilangan reynold yang lebih besar dari 4000.
3. Aliran transisi
Adalah aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran ini
mempunyai bilangan reynold antara 2300 – 4000. Bilangan Reynold adalah
bilangan yang digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda,
misal laminar dan turbulen
Re = ρ vs L / μ
Dimana Re adalah bilangan reynold, vs adalah kecepatan fluida, L adalah
panjang karakteristik, μ adalah viskositas absolut, ρ adalah densitas fluida
Energi yang dimiliki oleh fluida adalah energi potensial karena adanya perbedaan
ketinggian,yang dapat dituliskan dengan EP = mgh. Adanya aliran massa sehingga fluida
memiliki energi kinetik yakni EK= ½ mv2. Fluida incompressible dimana pada ujung yang
lain, fluida keluar dengan massa yang sama.Saat fluida diujung kiri mendapat tekanan P1
dan memberikan gaya F1 kearah kanan. Pada saat yang sama fluida dibagian kanan juga
meberikan tekanan P2 dan gayaa F2 kearah kiri. Ini menimbulkan energi tekan yang
dirumuskan dengan Etekan = P.V
Hukum Bernauli dapat diturunkan dari persamaan:
Energi Potensial + Energi Kinetik + Energi Tekanan = Konstan
mgh + ½ mv2 + PV = konstan
Karena massa aliran dan percepatan gravitasi disemua titik adalah sama maka:
Dimana :
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadapa suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluida
atau ditulis secara umum menjadi:
p + ½ ρ v2 + ρ gh = konstan
1.1.4. Head
Energi fluida untuk melakukan kerja yang dinyatakan dalam feet(kaki) tinggi
tekanaan (head). Tekanan suatu fluida dapat diasumsikan sebagai tekanan pada suatu
kolom vertikal berisi fluida dimana karena pengaruh beratnya memberikan tekanan yang
sebanding dengan tekanan di semua titik. Tinggi kolom ini disebut head statis dan
ditampilkan dalam terminologi feet atau meter.
Head ada dalam tiga bentuk yang dapat saling berubah. ketiga head tersebut yaitu:
a) Head Potesial/ Head Aktual
Didasarkan pada ketinggian fluida diatas bidang datar. Jadi, suatu kolam
air setinggi 2 kaki(feet) mengandung jumlah energi yang disebabkan oleh
posisinya dan dikatakan fluida tersebut mempunyai head 2 feet kolam air.
b) Head Kinetik
Adalah suatu ukuran energi kinetik yang dikandung satu satuan bobot
fluida yang disebabkan oelh kecepatan dan dinyatakan oelh ersamaan yang biasa
dipakai untuk energi kinetik (v2/2g).
c) Head Tekanan
Adalah energi yang dikandungoleh fluida akibat tekanannya.
1.1.5. Losses
Kerugian energi atau istilah umumnya dalam mekanika fluida kerugian head (head
losses) tergantung pada :
– Bentuk, ukuran dan kekasaran saluran.
– Kecepatan fluida.
– Kekentalan
2. Major losses
Kerugian energi yang dialami aliran fluida yang disebabkan oleh diameter
pipa, koefisien gesek dan kekasaran pipa. Contohnya ketika suatu fluida mengalir
dalam sebuah pipa maka kecepatan dari titik A ke B dapat berkurang karena adanya
mayor losses yakni gesekan antara fluida dan pipa.
1.1.6. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya
gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida
mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Viskositas zat cair
dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas.
Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Alat yang
digunakan untuk mengukur viskositas yaitu viskometer.
Rumus viskositas adalah :
Dimana :
v = viskositas kinematik m2/s
µ = viskositas dinamik Ns.m-2
= densitas atau massa jenis kgm-3
Macam-macam viskositas
1. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate. Viskositas
dinamik disebut juga koefisien viskositas.
2. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya.
Viskositas ini dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m²/s pada SI.
3. Viskositas relatif dan spesifik, pada pengukuran viskositas suatu emulsi atau
suspensi biasanya dilakukan dengan membandingkannya dengan larutan
murni.
2. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap
satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel
semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Tekanan
Macam-macam katup
1. Globe valves
Globe valve merupakan katup dimana sekat untuk mengalirkan fluida berbentuk
bulat.
2. Katup gerbang
Bentuk penyekatnya adalah piringan, atau sering disebut wedge, yang
digerakkan ke atas bawah untuk membuka dan menutup. Katup ini bertindak layaknya
pintu gerbang saat menutup dan membuka.
3. Katup bola
Katup bola, seperti nama pengaplikasiaannya menggunakan bola sebagai
pengatur jalannya fluida. Katup ini cenderung mempunyai bola yang hanya bisa
berputar 90o.
5. Plug Valve
Seperti ball valve, tetapi bagian dalamnya bukan berbentuk bola, melainkan
silinder. Karena tidak ada ruangan kosong di dalam badan valve, maka cocok untuk
fluida yang berat atau mengandung unsur padat seperti lumpur.
Motor Penggerak
Daya : 0,75 kW
Tangki Penyimpanan Air
Kapasitas : 50-100 liter
Pengaturan Kerugian Gesek
Jaringan Pipa, nominal (in) : ½ B, ¾ B, 1 B, 5/4 B.
Perubahan Penampang : Pembesaran dan pengecilan
langsung, pembesaran dan
pengecilan secara berangsur-angsur.
Peralatan Pipa : katup pintu air (gerbang), katup bola,
dan kran.
Gambar 1.19 Water Pipe Line Detail FLuid Circuit Experimental Apparatus
Sumber: modul praktikum fenomena dasar mesin
V Q1 / d2
4
Dengan d adalah diameter dalam pipa, yaitu:
d 1/2B =0,0161 m; d 3/4B =0,0216 m; d 1B =0,0276 m; d 5/4B =0,0357 m
c. Koefisien kerugian gesekan untuk air dalam pipa (f)
2 g.h.d
f
V 2 .L
Dengan h adalah tekanan diferensial yaitu: h ½, h ¾, h1, h 5/4 (mH2O),
dan L adalah panjang pipa = 2 m.
d. Bilangan Reynold Untuk Aliran Air Dalam Pipa
d .V
Re d
Dimana adalah viskositas kinematik air pada temperature T0C (m2/s)
b) Eksperimen Untuk Mengukur Kerugian Head Pada Peralatan Pipa
1. Tujuan
Untuk mengetahui kebiasaan atau perilaku (behavior) fluida incompressible pada
jaringan pipa, khususnya kerugian head fluida pada peralatan pipa. Tekanan
diferensial, yang berhubungan dengan laju aliran pada peralatan pipa seperti
glove valve, gate valve, cock, perubahan penampang pipa (reducer used pipe,
sudden enlargement and contraction pipe) dan perubahan aliran (smooth 900
bend, radius besar dan kecil), diukur dan dihitung untuk mendapatkan koefisien
kerugian head yang berhubungan dengan kerugian gesekan pada bilangan
Reynold.
2. Peralatan Eksperimen
Gambar 1.19
3. Pelaksanaan Pengujian
Persiapan
A. Pengoprasian pompa dan katup
Yakinkan bahwa semua katup ventilasi udara dan katup pembuangan
dalam keadaan tertutup. Buka semua katup pengaturan aliran, katup bola,
katup gerbang (gate valve) dan kran (cock) untuk mengalirkan air.
B. Pemilihan laju bukaan glove valve gate valve, dan cock
Berbagai laju bukaan glove valve gate valve, dan cock diatur pada
persentase yang sama yaitu bukaan penuh untuk setiap eksperimen.
k1-2 =
k3-4 =
d (1 1 ).V (1 1 )
Re d 4 4
Dimana υ adalah viskositas kinematik air pada temperature T0C (m2/s)
b) Eksperimen Untuk Pengukuran Dengan Orifice, Nozzle, dan Tabung Venturi
1. Tujuan
Untuk mengetahui kebiasaan atau perilaku (behavior) fluida incompressible pada
jaringan pipa, khususnya pengukuran laju aliran dan teorinya. Tekanan
differensial (ho, hn, hv) yang berhubungan dengan laju aliran pada Orifice,
Nozzle, dan pipa Venturi, diukur dan digunakan untuk menghitung koefisien
(Co, Cn, Cv) untuk menentukan hubungan laju aliran pada pipa dengan bilangan
Reynold
2. Peralatan Eksperimen
Gambar 1.19
3. Pelaksanaan Pengujian
Persiapan
A.Yakinkan bahwa semua katup ventilasi udara dan katup pembuangan dalam
keadaan tertutup. Buka semua katup pengaturan aliran, katup bola, katup
gerbang (gate valve) dan kran (cock) untuk mengalirkan air.
Putar switch motor penggerak pada posisi ON agar pompa dapat bekerja
mensirkulasi air.
B. Pengaturan laju aliran
Laju aliran pada jaringan pipa diatur oleh katup kontrol aliran (VF-1, VF-
2).
Pengukuran
A. Tekanan diferensial dan laju aliran dalam pipa
Tekanan diferensial (h’o, h’n, h’v) yang berhubungan dengan kerugian
head untuk laju aliran air (QO, QN, QV) pada Orifice, Nozzle, dan pipa
Venturi diukur dengan manometer air pipa U. Laju aliran aktual (Q) diukur
dengan rotameter.
B. Pengesetan laju aliran
Berbagai tekanan dan laju aliran yang dihasilkan untuk mengukur kerugian
head pada Orifice, Nozzle, dan pipa Venturi diatur.
Untuk memastikan angka pilihan laju aliran (pada rotameter) disarankan
setelah lebih dari lima menit.
C. Menghilangkan udara dalam pipa
Katup ventilasi udara dibuka untuk menghembus keluar udara dari
jaringan pipa. Gunakan VA-1, VA-2, dan ventilasi udara pada manometer.
4. Pengukuran dan Perhitungan
Hasil Pengukuran
Qv dv 2 2 g.hv
4
Dengan:
dv = diameter Pipa Venturi (0,0114 m)
g = 9,8 m/s2
hv = 13,6 x h’o
hv = Perbedaan tekanan antara tingkat yang atas dan bawah pada Nozzle
(mH2O)
h’v = pembacan dari perbedaan merkuri kolom pada pipa manometer U
air raksa (mmHg).
e. Koefisien Aliran pada Orifice, Nozzle, dan Pipa Venturi: Co, Cn, Cv
Co = Cn = Cv =
d (1 1 ).V (1 1 )
Re d 4 4
g. Kecepatan Air dalam Pipa: V (m/s)
V Q1 / d2
4
Dengan:
d adalah diameter dalam pipa yaitu: d 1 1/4B= 0,0357 m, d 2B=0,0529 m.
1.5 Hasil Pengujian
1.5.1. Data Hasil Pengujian
1. Data tekanan Katup 25-26 Pipa Lurus
Katup: 25-26
No Q
H1 H2 ΔH
1 0,5 289 289 0
2 0,7 287 290 3
3 0,9 286 292 6
4 1,1 283 294 11
5 1,3 280 297 17
6 1,5 277 300 23
7 1,7 273 304 31
8 1,9 268 309 41
9 2,1 262 315 53
Σ 11,7 2505 2690 185
d (1 1 ).V (1 1 )
Re d 4 4
0,0529.0,06322466
Re d
0,0000081328
Red = 411,2463746
3. Mengukur koefisien alir Venturi
a. Laju aliran per-detik – Q1 (m3/detik)
Q
Q1 x10 3
3,6
0,5
Q1 x10 3
3,6
Q1= 0,0001389 m3/s
b. Kecepatan air dalam pipa – V (m/s)
V Q1 / d2
4
V 0,0001389 / 0,0357 2
4
V = 0,1388 m/s
c. Laju aliran teoritis pada pipa Venturi – Qv (m3/detik)
Qv dv 2 2 g.hv
4
Qv = 3,14/4 . 0,0114² . (2.9,8.0,068)^0,5
Qv= 0,0001178 m3/s
d. Koefisien aliran pada pipa Orifice Cv
Q1
Cv
Qo
Cv = 1,179
e. Bilangan Reynold untuk aliran air dalam pipa
d (1 1 ).V (1 1 )
Re d 4 4
0,0357.0,139
Re d
0,0000081328
Red = 609,3818829
1) Hubungan Antara Bilangan Reynold dan kerugian Gesek (f) pada Katup 25-26.
Keterangan : X = Red(I), Y = f
y
Y 0,08875575 0,00986175
n 9
a. Regresi Linear (Y = a + bX)
( Y )( X 2 ) ( X )( XY )
a
n X 2 ( X ) 2
(0,08876)(128612477,5) (31618,9713)(356,3907)
a 0,0009279 7
(9).(1,2861) (999759343,6)
n XY ( X )( y )
b
n X 2 ( X 2 )
(9)(356,390691) - (31618,97126)(0,08875575)
b 2,5429 x 10-6
(9)(128612477,5) - 999759343,6
Y 0,00092797 – 2,5429 x 10-6X
r 2
(Y y) ((Y a bX ) ) =
2 2
(Y y) 2
r 2
3,32098 10 (3,13686 10
5 5
)
= 0,773393819
0,00014655 3
dari persamaan i, ii, dan iii diperoleh harga:i = 0,001021091; j = 8,95819 x 10-
12
; k = 2,47996 x 10-6
Y = 0,001021091+ 0,001021091X + 2,47996 x 10-6X2
r2
(Y y) ((Y i jX kX
2 2 2
) )
(0,000146553)(3,36459 x105 )
0,770418278
(Y y) 2
0,000146553
Namun pada grafik terjadi penyimpangan, semakin besar kecepatanya koefisien geseknya
semakin besar Bilangan Renaultnya. Hal ini dikarenakan nilai kecepatan (V ) yang kecil.
2) Hubungan Antara Bilangan Reynold dan Kerugian Head pada Peralatan Pipa pada Katup 31-32 (Sudden Contraction)
Keterangan : X = Red(II), Y = k
(Y-i-jX-
No. X Y XY X2 X3 X4 X2Y (Y-y)2 (Y-a-bX)2 kX2)2
1 411,246375 2705,841 1112767 1,69E+05 6,96E+07 2,86E+10 4,58E+08 6,634E+08 1,909E+07 1,597E+07
2 575,744924 5411,682 3115748 3,31E+05 1,91E+08 1,10E+11 1,79E+09 5,313E+08 2,079E+05 3,018E+05
3 740,243474 9921,417 7344264 5,48E+05 4,06E+08 3,00E+11 5,44E+09 3,437E+08 1,209E+07 1,136E+07
4 904,742024 17136,993 15504558 8,19E+05 7,41E+08 6,70E+11 1,40E+10 1,282E+08 1,439E+07 1,272E+07
5 1069,24057 25254,516 27003153 1,14E+06 1,22E+09 1,31E+12 2,89E+10 1,028E+07 1,028E+07 8,644E+06
6 1233,73912 35175,933 43397925 1,52E+06 1,88E+09 2,32E+12 5,35E+10 4,508E+07 6,671E+05 3,481E+05
7 1398,23767 48705,138 68101359 1,96E+06 2,73E+09 3,82E+12 9,52E+10 4,098E+08 2,684E+07 2,796E+07
8 1562,73622 64038,237 1E+08 2,44E+06 3,82E+09 5,96E+12 1,56E+11 1,266E+09 1,686E+08 1,661E+08
9 1727,23477 47803,191 82567334 2,98E+06 5,15E+09 8,90E+12 1,43E+11 3,741E+08 1,163E+08 1,245E+08
Σ 9623,16517 256152,95 3,48E+08 1,19E+07 1,62E+10 2,34E+13 4,98E+11 3,772E+09 3,684E+08 3,679E+08
y
Y 256152,9 28461,4386
n 9
a. Regresi Linear (Y = a + bX)
( Y )( X 2 ) ( X )( XY ) (256152,9)(1,19 x107 ) (9623,1652)(3,5 x108 )
a
n X 2 ( X ) 2 9(1,19 x107 ) (9623,1652) 2
a 20491,7347
Y 20491,7347 45,7831X
r 2
(Y y) ((Y a bX ) ) (3,5x10 ) (3,684 x10 ) 0,9203
2 2 9 8
(Y y) 2
3,5 x10 9
r 2
(Y y) ((Y i jX kX
2 2 2
) )
3,772 x109 3,679 x108
0,902
(Y y) 2
3,772 x109
Dari rumus dan grafik diatas terdapat penyimpangan, dimana dari rumus kita dapat
mengasumsikan bahwa semakin besar reynoldnya maka koefisien geseknya semakin kecil
karna kecepatannya (v) berbanding terbalik, sedangkan dari grafik kita dapat melihat
bahwa semakin besar angka reynoldnya maka koefisien geseknya semakin besar, hal ini
dikarenakan pada rumus koefisien kerugian head sebagai berikut :
h3132
k3132
(V 1) 2 / 2 g
Pada rumus ini terdapat koefisien kerugian head yang berbanding terbalik dengan
kecepatan, hanya saja pada percobaan kali ini semakin besar kecepatannya maka nilai
perbadaan tekanannya juga semakin tinggi, Dimana dapat diketahui bahwa bilangan
Reynold berbanding lurus dengan kecepatan, dan faktor kerugian gesek berbanding terbalik
dengan kecepatan dikuadratkan. Apabila kecepatan semakin tinggi, maka bilangan
Reynoldnya juga akan semakin tinngi, sedangkan faktor kerugian geseknya akan semakin
rendah, jadi bilangan reynoldnya berbanding terbalik dengan koefisien gesek. Namun pada
grafik terjadi penyimpangan, semakin besar kecepatanya koefisien geseknya semakin besar
bilangan Renaultnya. Hal ini dikarenakan nilai kecepatan (V) yang kecil.
3) Hubungan Antara Bilangan Reynold dan Koefisien Aliran (Venturi) Katup 15-16
Keterangan : X = Red(III), Y =f
No. X Y XY X2 X3 X4 X2Y (Y-y)2 (Y-a-bX)2 (Y-i-jX-kX2)2
1 609,3818829 1,521628245 927,2526847 3,71E+05 2,26E+08 1,38E+11 5,65E+05 5,42E-02 5,42E-03 3,88E-04
2 853,134636 1,394595322 1189,777573 7,28E+05 6,21E+08 5,30E+11 1,02E+06 1,12E-02 1,85E-04 7,33E-04
3 1096,887389 1,36946542 1502,149349 1,20E+06 1,32E+09 1,45E+12 1,65E+06 6,52E-03 1,18E-06 2,72E-04
4 1340,640142 1,265267119 1696,26789 1,80E+06 2,41E+09 3,23E+12 2,27E+06 5,51E-04 4,01E-03 9,34E-04
5 1584,392895 1,251070861 1982,187784 2,51E+06 3,98E+09 6,30E+12 3,14E+06 1,42E-03 1,42E-03 7,07E-07
6 1828,145649 1,234805385 2257,404092 3,34E+06 6,11E+09 1,12E+13 4,13E+06 2,91E-03 2,00E-04 3,46E-04
7 2071,898402 1,208277701 2503,428639 4,29E+06 8,89E+09 1,84E+13 5,19E+06 6,48E-03 7,05E-07 2,12E-04
8 2315,651155 1,180284046 2733,126115 5,36E+06 1,24E+10 2,88E+13 6,33E+06 1,18E-02 1,21E-04 6,25E-06
9 2559,403908 1,173338917 3003,04821 6,55E+06 1,68E+10 4,29E+13 7,69E+06 1,33E-02 1,92E-03 1,01E-04
Σ 14259,53606 11,59873302 17794,64234 2,62E+07 5,27E+10 1,13E+14 3,20E+07 1,08E-01 1,33E-02 2,99E-03
y
Y 11,5987 1,2887
n 9
a. Regresi Linear (Y = a + bX)
( Y )( X 2 ) ( X )( XY )
a
n X 2 ( X ) 2
(11,5987)(2,62 x107 ) (14259,5360)(17794,6423)
a 1,5475
9(2,62 x107 (14259,5360)2
n XY ( X )( Y )
b
n X 2 ( X 2 )
(9)(17794,6423) - (14259,53606)(11,5987)
b 0,0001633
(9)(2,62x107 ) - 14259,536
2
Y 1,5475 + 0,0001633 X
r 2
(Y y) ((Y a bX ) )
2 2
1,08x10 (1,33x10
7 2
)
0,8775
(Y y) 2
1,08x10 1
r 2
(Y y) ((Y i jX kX
2 2 2
) )
(1,08 x101 )(1,33x103
0,9723
(Y y) 2
1,08 x103
Dari grafik diatas kita dapat melihat bahwa semakin besar bilangan reynoldnya
maka koefisien aliran venturinya semakin kecil. Koefisien aliran pada venturi sendiri
adalah suatu nilai tak berdimensi yang merupakan perbandingan antara debit yang masuk
ke dalam sistem dengan yang masuk ke dalam venturi. Dalam percobaanya ternyata ada
suatu fenomena dimana debit yang masuk ke dalam sistem lebih besar dari pada debit yang
masuk ke dalam venturi, sesuai dengan rumus berikut :
Q1 d .V
Cv ; Re d ; Qv dv 2 2 g.hv
Qv 4
Hal ini mengalami penyimpangan dimana debit yang masuk ke dalam sistem dan
debit yang masuk dalam venturi menggunakan rumus yang berbeda. Padahal seharusnya
debit yang masuk dalam sistem dan dalam venturi adalah sama. Oleh karena itu, koefisien
aliran dalam venturi ini berguna sebagai pembanding debit yang masuk dalam venturi.
Supaya hasilnya sama dengan debit yang masuk dalam sistem. Jika dibandingkan dengan
bilangan reynold, maka nilai koefisien aliran pada venturi sebanding peningkatannya
dengan naiknya bilangan reynold. Namun peningkatan keduanya memiliki kecenderungan
perbandingan yang tetap. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya bilangan reynold,
maka nilai kecepatannya akan meningkat pula yang menyebabkan nilai debit masuk dalam
sistem juga naik. Selain itu, karena meningkatnya kecepatan maka beda tekanan yang
terukur cenderung meningkat. Hal ini menyebabkan nilai debit masuk ke venturi
meningkat.
B. Saran
1. Praktikan diharapkan mempelajari alat-alat praktikum sebelum memulai percobaan
sehingga meminimalisir kesalahan pada saat praktikum.
2. Spesimen yang digunakan sebaiknya diperbarui untuk meminimalisir perbedaan
defleksi antara aktual dan teoritis.
3. Penjelasan alat-alat praktikum perlu ditambah lagi.
4. Waktu untuk praktikum terlalu pendek sehingga pemahaman alat masih kurang.
5. Perlu penjelasan tentang hubungan dari alat-alat praktikum dengan alat yang
digunakan dalam dunia kerja.
6. Asisten memberikan arahan dalam pembuatan laporan yang benar