Anda di halaman 1dari 3

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

AKALASIA ESOFAGUS

Ronoadi

Bagian IKTHT-KL & Bagian Parasitologi FK Unsri/


Departemen KTHT-KL RSUP Dr.Mohammad Hoesin
Palembang

Abstrak
Akalasia esofagus merupakan gangguan motilitas esofagus yang ditandai dengan
tidak adanya peristaltis secara primer atau relaksasi inkomplit pada sfingter bawah
esofagus. Akalasia jarang ditemukan dengan insidensi 1/100.000, paling banyak pada
laki-laki dan usia 30-60 tahun. Akalasia disebabkan oleh multifaktorial yang
menyebabkan gangguan pada peristaltis dan relaksasi dinding esofagus dan sfingter
esofagus bawah.Keluhan yang paling sering ditemukan yaitu disfagia dan
regurgitasi.Penegakan diagnosis akalasia dapat dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik serta penunjang seperti esofagogram barium, manometri,
esofagoduodenoskopi hingga tomografi komputer.Tatalaksana akalasia dapat
dilakukan operatif dan non operatif.Tindakan non operatif yaitu injeksi botox
sedangkan miotomi operatif atau per endoskopi oral merupakan tindakan operatif
yang efektif dalam menatalaksana akalasia esofagus.Prognosis esofagus baik dengan
komplikasi yang dapat terjadi yaitu karsinoma sel skuamosa esofagus. Dilaporkan 1
kasus akalasia esofagus pada laki-laki, Tn. , usia tahun, yang dilakukan miotomi
Heller.

Abstract
Esophageal achalasia is a well-knowm esophageal motility disorder
characterized by absent primary peristaltis and incomplete relaxation of the lower
esophageal sphincter. Achalasia is rare which incidence 1/100.000, most commonly
found on man and age between 30-60 years old. Achalasia caused by mutifactorial
etiologies which caused peristaltic and relaxation disorder on esophageal wall and
lower esophageal spincter. The most common complaint found are dysphagia and
regurtitation. The diagnosis of achalasia made by anamnesis, physical and additional
examinations like barium esophagogram, manometry, esophagoduodenoscopy till
computed tomography. The treatment of esophageal achalasia are done by non
operative and operative. The non operative therapy is botox injection while operative
operative or per oral endoscopy are effective operative treatment of esophageal
achalasia. The prognosis is good with complication might found is esophageal
squamous cell carcinoma. Reported a case of esophageal achalasia in a man, Tn. ,
years old, who treated with Heller myotomy.
PENDAHULUAN

Akalasia esofagus merupakan penyakit yang jarang ditemukan, ditandai dengan


gangguan gerak peristaltik, biasanya disertai dengan gangguan pada sfingter esofagus
bawah.1,2Istilah akalasia berarti “gagal untuk mengendur” dan merujuk pada
ketidakmampuan dari lower esophageal sphincter (cincin otot antara esophagus
bagian bawah dan lambung) untuk membuka dan membiarkan makanan lewat ke
dalam lambung. Kegagalan relaksasi pada proses menelan ini menyebabkan dilatasi
bagian proksimal esofagus tanpa adanya gerak peristaltik.3,4,5Akalasia merupakan
penyakit yang jarang ditemukan, dengan insidensi sekitar 1 dari 100.000 individu.
Kondisi ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita dan dapat
terjadi pada berbagai usia, dengan insidensi terbanyak ditemukan pada usia 30 hingga
60 tahun.6Akalasia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh multifaktorial
baik primer maupun sekunder. Ketidakseimbangan antara neuron eksitatorik dan
inhibitorik yang menginervasi dinding esofagus dan sfingter esofagus bawah
merupakan patologi yang mendasari terjadinya gangguan gerakan peristaltis dan
relaksasi dinding esofagus serta sfingter esofagus bawah sehingga menyebabkan
akalasia. Beberapa penelitian mengungkapkan beberapa penyebab akalasia antara
lain faktor genetik, autoimunitas serta infeksi.6
Akalasia mulai dikenal oleh Thomas Willis pada tahun 1672.Mula-mula
terdapat kasus yang diduga penyebabnya adalah sumbatan di esofagus distal,
sehingga dia melakukan dilatasi dengan tulang ikan paus dan mendorong makanan
masuk ke dalam lambung.Pada tahun 1908 Henry Plummer melakukan dilatasi
dengan kateter balon. Pada tahun 1913 Heller melakukan pembedahan dengan cara
kardiomiotomi di luar mukosa yang terus dianut sampai sekarang. 3,4,5Namun,
Penyebab dari akalasia ini masih belum diketahui dengan pasti. Teori-teori penyebab
akalasia pun mulai bermunculan seperti suatu proses yang melibatkan infeksi,
kelainan yang sifatnya diturunkan (genetik), sistem imun yang menyebabkan tubuh
itu sendiri merusak esophagus (penyakit autoimun), dan proses penuaan (proses
degeneratif).7,8,9
Keluhan yang paling sering ditemukan yaitu disfagia dan regurgitasi.Keluhan ini
dapat diagnosis banding dengan penyakit refluks gastroesofageal, akalasia primer,
pseudoakalasia (akalasia sekunder) serta esofagitis eosinofilik.Diagnosis akalasia
dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan lokalis serta
penunjang.Pada anamnesis keluhan yang dapat ditemukan yaitu disfagia, regurgitasi,
nyeri dada hingga keluhan saluran napas. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendiagnosis akalasia antara lain esofagogram barium, manometri,
esofagoduodenoskopi, foto polos dada hingga tomografi komputer. Pada
esofagogram barium terlihat adanya gambaran “paruh burung” (bird’s beak) yang
merupakan ciri khas akalasia.Amplitudo kontraksi yang rendah (10-40 mmHg) dan
repetitif terlihat pada pemeriksaan manometri pasien dengan akalasia. Sfingter
esofagus bawah memiliki tekanan tinggi saat istirahat dan gagal untuk relaksasi, atau
mengalami relaksasi parsial.6,10Akalasia dapat ditatalaksana secara farmakologis dan
non farmakologis. Penggunaan injeksi botox dipilih sebagai alternatif pada pasien
dengan akalasia yang tidak dapat dilakukan tindakan operatif, seperti pada usia tua.
Tatalaksana non farmakologis akalasia esofagus dapat dilakukan melalui dilatasi
pneumatik, miotomi operatif (miotomi Heller) atau miotomi per endoskopi
oral.Tingkat keberhasilan tindakan miotomi cukup tinggi yaitu90-95% sehingga
prognosis akalasia baik. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus akalasia esofagus
antara lain komplikasi penyakit seperti karsinoma sel skuamosa esofagus dan
kandidiasis esofagus, serta komplikasi tindakan yaitu insuflasi udara seperti
penumomediastinum saat tindakan miotomi.6,10,11

Anda mungkin juga menyukai