Pekarangan Sebagai Lumbung Pangan Keluarga
Pekarangan Sebagai Lumbung Pangan Keluarga
Menurut arti katanya, pekarangan berasal ari kata “karang” yang berarti halaman
rumah (Poerwodarminto, 1976). Sedangkan secara luas, batasan pengertian pekarangan
adalah:
“Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah
tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis
tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan
rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah
meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika”.
(Danoesastro, 1978).
Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan
tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga.
Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup.
Dalam kondisi tertentu, pekarangan dapat memanfaatkan kebun/rawa di sekitar rumah.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan
terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan
pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.
Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya
berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk dan
pola tanaman pekarangan tidak dapat disamakan, bergantung pada luas tanah, tinggi tempat,
iklim, jarak dari kota, jenis tanaman. Pada lahan pekarangan tersebut biasanya dipelihara ikan
dalam kolom , dan hewan piaraaan seperti ayam, itik, kambing, domba, kelinci, sapi dan
kerbau. Keragaman tumbuhan dan bintang piaraan inilah yang menciptakan pelestarian
lingkungan hidup pada pekarangan.
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling
menguntungkan. Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan sebagian lagi
untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang untuk
menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan
piaraan, ikan dan manusia sebagai unit-unit di pekaranagn merupakan satu kesatuan terpadu.
Tanaman sayuran di
pekarangan belakang
3. Fungsi Apotik Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan, misalnya sembung,
jeruk nipis, kunir, kencur, jahe, kapulaga dan sebagainya. Tanaman tersebut dapat
digunakan untuk obat-obatan tradisional yang tidak kalah khasiatnya dengan obat-
obatan yang diproduksi secara kimiawi.
4. Fungsi Sosial
Lahan pekarangan yang letaknya berbatasan dengan tetangga biasanya digunakan
untuk ngumpul-ngumpul hajatan, tempat bermain, berdiskusi, dan kegiatan social
lainnya. Hasil pekarangan biasanya saling ditukarkan dengan hasil pekarangan
tetangga untuk menjalin keeratan hubungan social.
5. Fungsi Sumber Benih dan Bibit.
Pekarangan yang ditamani berbagai jenis tanaman dan untuk memelihara ternak
atau ikan mampu menyediakan benih atapun bibit baik berupa biji-bijian, stek,
cangkok, okulasi maupun bibit ternak dan benih ikan.
6. Fungsi Pemberian Keasrian
Pekarangan yang berisi berbagai jenis tanaman, baik tanaman merambat, tanaman
perdu maupun tanaman tinggi dan besar, dapat menciptakan suasana asri dan
sejuk.
7. Fungsi Pemberi Keindahan
Pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman bunga-bungaan dan
pagar hidup yang ditata rapi akan memberi keindahan dan keteangan bagi
penghuninya.
Lahan pekarangan dapat ditanami dengan aneka jenis tanaman, seperti tanaman hias,
tanaman pangan, buah dan sayuran, seperti singkong, terong, pepaya, tomat, pisang,dll.
Pekarangan juga dapat ditanami dnegan aneka tanaman ubi-ubian yang tahan bertahun-tahun
dan adaptif dengan segala musim dan cuaca, semacam suweg, iles-iles, ketela, gadung,
ganyong, jelarut (garut), dan sebagainya.
Berbagai jenis tanaman tersebut dapat dijadikan sumber pangan alternatif, karena
rasa dan gizinya cukup baik, bahkan kalau sudah memungkinkan kita dapat lebih berdaulat
atas pangan kita. Dengan beraneka tanaman pangan, buah-buahan serta sayuran, maka
pekarangan kita bisa menjadi sumber gizi keluarga yang murah.
Lahan pekarangan dengan tegakan kayu dan umbi-umbian
Di pekarangan juga dapat dipelihara hewan ternak dan ikan, seperti ikan, kelinci,
ayam, dan sebagainya sebagai sumber protein hewani yang murah. Pekarangan juga dapat
dioptimalkan pemanfaatannya dengan tanaman apotek hidup atau tanaman obat keluarga
(toga) yang memudahkan kita memperoleh obat alami. Tanaman obat sekaligus sebagai
bumbu dapur sejenis empon-empon, semacam jahe, kencur, lengkuas, kunyit, juga tanaman
sirih, cabe, kapulaga, dan sebagainya dapat menjadi pilihan. Manfaatnya bukan saja sebagai
penghasil obat dan bumbu, melainkan juga akan memberikan suasana asri dan nilai estetika
yang tak ternilai.
FUNGSI PEKARANGAN
Selain fungsi hubungan sosial budaya, pekarangan juga memiliki fungsi hubungan
ekonomi yang tidak kecil artinya bagi masyarakat yang hidup di pedesaan. Sedikitnya ada
empat fungsi pokok yang dipunyai pekarangan, yaitu: sebagai sumber bahan makanan,
sebagai penhasil tanaman perdagangan, sebagai penghasl tanaman rempah-rempah atau obat-
obatan, dan juga sumber bebagai macam kayu-kayuan (untuk kayu nakar, bahan bangunan,
maupun bahan kerajinan).
Usaha budidaya di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi
pekarangan, dapat memenuhi sebagian kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat
memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga sekitar 5% sampai dengan 40%.
Lokasi Kegiatan
Sasaran Kelompok
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kelompok secara partisipatif.
Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan para petani sendiri. Dengan
berkelompok tumbuh kekuatan gerak dari para warga dengan prinsip keserasian, dan
kepemipinan dari mereka sendiri. Kriteria kelompok peserta program adalah sebagai berikut :
Sebagian besar anggotanya merupakan keluarga tani miskin.
Berdomisili di desa/kecamatan rawan gizi.
Bila kelompok memenuhi kriteria seperti di atas, maka dapat dijadikan sebagai
kelompok sasaran. Seandainya belum terdapat kelompok yang memenuhi kriteria tersebut,
maka dilakukan penumbuhan kelompok yang didasarkan kepada kebutuhan dan keinginan
bersama. Dalam penumbuhan kelompok sebaiknya di setujui oleh kepala desa dan diketahui
oleh petugas penyuluh untuk memudahkan pembinaan. Jumlah anggota kelompok disarankan
berkisar antara 15 – 25 orang dan berdomisili berdekatan.
1. Metode
Pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan dapat dilaksanakan
dalam suatu model dengan menggunakan metode PRA. PRA digunakan untuk menyertakan
aggota masyarakat, para tokoh masyarakat, petugas terkait dan tokoh-tokoh formal pedesaan
untuk menentukan secara bersama-sama lokasi dan calon warga binaan yang akan
melaksanakan pengembangan pemanfaatan pekarangan.
Pelaksanaan kajian dengan teknik-teknik PRA dapat dilakukan perorangan (misalnya
oleh petugas lapangan dalam menjalankan kegiatannya), maupun secara khusus oleh sebuah
tim dimana keanggotaannya mempunyai keragaman latar belakang baik dari segi pendidikan,
pengalaman maupun ketrampilannya.
Prinsip-prinsip dasar dari PRA yaitu : (1). mengutamakan yang terbaik, 2).
Pemberdayaan masyarakat, 3). Masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator, 4).
Saling belajar dan menghargai perbedaan, 5). Santai dan informal, 6). Cek dan Re-chek
informasi, (7). Mengoptimalkan hasil, 8). Orientasi praktis, 9). Keberlanjutan dan selang
waktu, 10). Belajar dari kesalahan, dan (11) Tertulis
2. Model Pemberdayaan
a. Pemberdayaan
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok masyarakat
yang dilaksanakan melalui pelatihan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Pendampingan
Adalah pembinaan petugas kepada kelompok masyarakat mengenai pengelolaan
pekarangan dimulai dari penanganan sarana produksi sampai dengan pengelolaan
pasca panen dan pemasarannya.
c. Penguatan modal
Diberikan bantuan langsung kepada kelompok masyarakat sesuai dengan
kebutuhan kelompoknya, berdasarkan hasil kesepakatan kelompok.
3. Langkah-langkah pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan pemanfaatan pekarangan adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
1. Identifikasi pola pekarangan berbasis sumberdaya lokal dengan metode PRA.
2. memilih pendamping yang menguasai teknik - teknik pemberdayaan
masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
b. Penumbuhan kelompok
Sebagai langkah awal dilakukan penyiapan dan penumbuhan kelompok yang
disesuaikan dengan kemampuan calon anggotanya. Bila kriteria kesiapan
kelompok telah terpenuhi dilanjutkan dengan membuat perencanaan kegiatan
kelompok. Langkah-langkah penumbuhan kelompok dimulai dengan :
Menginventarisasi ulang nama-nama calon anggota kelompok sasaran dari
hasil PRA.
Melakukan cross-chek lapangan pada masing-masing keluarga yang
ditetapkan sebagai calon anggota kelompok sasaran, secara sampling.
Mengumpulkan calon anggota kelompok dan pemilihan pengurus kelompok.
Kemudian kelompok yang telah terbentuk difasilitasi oleh pendamping atau aparat
yang menangani tugas dan fungsi yang terkait dengan pemanfaatan pekarangan
dari propinsi/kabupaten; untuk mendapatkan penjelasan tentang pelaksanaan
model. Selanjutnya dilakukan penjadualan pertemuan rutin kelompok.
d. Pendampingan
Pengembangan pemanfaatan pekarangan dilaksanakan dengan pola pemberdayaan
yang mampu memacu kemandirian dan meningkatkan peran aktif kelompok
sasaran; agar mampu menngtahui kekuatan dan kelemahannya, mampu
memanfaatkan peluang serta mampu memilih alternatif pemecahan masalah yang
dihadapi.
e. Pemberian bantuan
1. Pemilihan bibit.
Tanaman garut diperbanyak secara vegetatif, bagian tanaman yang baik untuk
digunakan sebagai bibit adalah ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi (bits) yang panjangnya
4 – 7 cm dan mempunyai 2 – 4 mata tunas. Agar diperoleh produksi yang tinggi maka bibit
yang digunakan harus berkualitas baik dan jangan menggunakan bibit yang kondisinya
kurang sehat, kurus atau menderita akar cerutu (Cigar root). Jumlah bibit yang diperlukan
untuk setiap hektarnya adalah 3.000 – 3.500 kg bibit.
2. Pengolahan Tanah
Tanaman garut pada umumnya menghendaki tanah yang gembur, karena pada struktur
tanah yang gembur umbi dapat tumbuh dengan leluasa. Proses pemanenan juga akan lebih
mudah dan cepat apabila kondisi tanah gembur. Untuk memperoleh struktur tanah yang
gembur perlu dilakukan pengolahan sebaik mungkin dengan cara membajak atau mencangkul
dengan kedalaman 20 – 30 cm, agar tanah menjadi semakin gembur maka sebaiknya
diberikan kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 – 30 ton per hektar karena kompos atau
pupuk kandang tersebut selain menggemburkan tanah juga untuk memperkaya kandungan
unsur hara di dalam tanah. Tanah diolah dengan membajak atau mencangkul, kemudian
dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kondisi lahan, lebar 120 cm dan
tingginya antara 25 – 30 cm. Jarak antara bedengan yang satu dengan yang lain adalah 30 –
50 cm.
3. Penanaman
Bertanam garut biasanya dilakukan pada awal musim hujan yaitu sekitar bulan
Oktober agar tanaman lebih banyak tertolong pertumbuhanya dengan adanya curah hujan.
Bibit ditanam pada bedengan-bedengan yang telah disiapkan dengan menggunakan alat
tanam seperti tugal atau cangkul dengan kedalaman yang cukup yaitu antara 8 – 15 cm.
Dalamnya penanaman bibit garut ini bertujuan agar umbi yang terbentuk nantinya tidak
menonjol ke permukaan tanah. Setelah bibit ditanam selanjutnya lubang tanaman ditutup
dengan tanah. Jarak tanam garut yang umumnya digunakan adalah sekitar 37,5 x 75cm.
4. Pemupukan
Pemberian pupuk merupakan kegitan yang sangat penting untuk dilakukan agar
tanaman garut memperoleh bahan makanan yang cukup, sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan subur dan hasil umbi dapat mencapai optimal. Jenis pupuk yang digunakan adalah
pupuk alam (pupuk organik) seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 – 30 ton/ha
yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Selain pupuk alam (pupuk organik), pupuk
buatan (pupuk anorganik) juga sangat penting untuk diberikan yaitu : Urea sebanyak 350 –
400 kg/ha, SP-36 sebanyak 200 – 300 kg/ha dan KCL sebanyak 100 – 350 kg/ha. Pupuk
anorganik dapat diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 3,5 bulan dan dapat pula
diberikan secara bertahap.
Apabila pemupukan dilakukan secara bertahap sebaiknya diberikan sebanyak 2 kali
pemupukan pertama bersamaan dengan penanaman bibit sedangkan pemupukan kedua
dilakukan menjelang tanaman berbunga atau pada saat tanaman berumur kurang lebih 3,4
bulan karena pada saat itu tanaman mulai membentuk umbi sehingga sangat membutuhkan
banyak zat makanan. Pemberian pupuk dapat dilakukan pada garitan atau alur yang dibuat
disepanjang barisan tanaman; dan dapat juga lubang-lubang yang dibuat dengan
menggunakan tugal didekat pangkal tanaman garut. Setelah pupuk diberikan selanjutnya
lubang atau alur tersebut ditutup kembali dengan tanah untuk menghindari terjadinya
kehilangan pupuk akibat penguapan.
5. Pemeliharaan.
Dalam hal pemeliharaan tanaman garut, yang perlu diperhatikan adalah penyiangan
dan pembumbunan karena kedua kegiatan tersebut merupakan perawatan tanaman.
Penyiangan dimaksud untuk membersihkan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar
tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan setiap
bulan terutama selama 3 – 4 bulan pertama, dan apabila tanaman garut mulai nampak
berbunga maka kegiatan penyiangan tidak boleh lagi dilakukan. Sambil melakukan
penyiangan, kegiatan pembumbunan juga dapat sekaligus dilakukan dengan menggunakan
cangkul.
Cara melakukan pembumbunan yaitu tanah berada disekitar tanaman dicangkul, lalu
ditimbun ke arah pangkal-pangkal batang. Rerumputan atau gulma-gulma yang ada
dibenamkan ke dalam tanah karena rerumputan atau gulma tersebut dapat berperan juga
sebagai pupuk dan menjadi sangat penting guna mencegah timbulnya serangan penyakit.
Pada tanaman garut dikenal istilah akar cerutu (cigar root) yang pada dasarnya adalah
suatu umbi yang berbentuk kurus panjang yang banyak mengandung serat dan sedikit sekali
kandungan patinya. Bentuk umbi seperti ini bukan akibat dari adanya serangan hama atau
penyakit tetapi akar cerutu terbentuk untuk membentuk tunas-tunas baru. Kegiatan
pembumbunan pada tanaman garut ini merupakan kegiatan yang sangat perlu dilakukan
untuk memelihara kondisi tanah dalam keadaan gembur sehingga pertumbuhan dan
perkembangan umbi menjadi sempurna.
7. Panen
Hasil utama tanaman garut adalah umbi. Tanda-tanda umbi garut sudah waktunya
untuk dipanen adalah daun-daun menguning, mulai layu dan mati yaitu biasanya pada umur
antara 10 – 12 bulan setelah tanam. Sebenarnya kandungan pati maksimum pada umbi garut
adalah pada saat tanaman berumur 12 bulan, namun pada umur tersebut umbi garut telah
banyak berserat sehingga pati sulit untuk diekstrak. Cara panen umbi garut sangat bergantung
pada varietas /kultivar yang digunakan. Untuk kultivar yang letak umbinya dekat dengan
permukaan tanah, pemanenan cukup dilakukan dengan menggunakan tangan, sedang kultivar
yang lain memerlukan alat untuk mencongkel umbi yang letaknya agak di dalam tanah. Pada
saat pemanenan, rerumputan dan sampah-sampah tanaman dikubur di lahan agar berubah
menjadi bahan organik yang sangat membantu dalam menyuburkan tanah. Tinggi rendahnya
hasil panen sangat tergantung pada varietas, tingkat kesuburan tanah dan cara pemeliharaan
tanaman yang dilakukan. Jumlah panenan dapat berkisar antara 7,5 – 37 ton umbi per hektar.
8. Pasca Panen
Umbi garut dapat dibuat tepung dan pati garut yang dapat disimpan lama ditempat
yang kering. Mutu tepung garut yang satu dan lainnya sangat berlainan, tergantung cara
pengolahan dan mutu bahan bakunya. Tepung garut kualitas komersial berwarna putih,
bersih, bebas dari noda dan kandar airnya tidak lebih dari 18,5 %, kandungan abu dan
seratnya rendah, pH 4,5 – 7 serta viskositas maksimum antara 512- 640 Brabender Unit.
Umbinya besar mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadu padankan
dengan beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern. Sayangnya umbi ini
semakin tidak dilirik dan bahkan mulai langka. Padahal suweg sangat potensial sebagai bahan
pangan sumber karbohidrat. Tanaman siweg tumbuh subur di dataran rendah hingga
ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Kisaran suhu idealnya adalah 25-35oC dengan
curah hujan 1000-1500mm/tahun. Tanaman ini lebih cocok ditanam pada lahan yang agak
ternaungi jadi perlu tanaman pelindung. Suweg berkembang biak dengan pemisahan anakan
atau memotong tunas anakan yang tersebar dipermukaan umbi. Tanah yang cocok adalah
campuran antara tanah humus, lempung dan pasir. Tanaman akan menghasilkan umbi siap
panen ketika memasuki usia 18 bulan. Masa panen suweg sebaiknya dilakukan saat batang
suweg sudah membusuk dan memasuki masa istirahat, saat inilah kandungan pati di dalam
suweg maksimal. Berat umbi suweg bisa mencapai 5 kg.
Sebagai sumber bahan pangan, suweg sangat potensial. Komposisi utamanya adalah
karbohidrat sekitar 80-85%. Kandungan serat, vitamin A dan B juga lumayan tinggi. Setiap
100 g suweg mengandung protein 1.0 g, lemak 0.1 g, karbohidrat 15.7 g, kalsium 62 mg, besi
4.2 g, thiamine 0.07 mg dan asam askorbat 5 mg. Suweg juga baik dikonsumsi bagi penderita
diabetes karena indek glisemik rendah yaitu 42. Bahan pangan dengan indek glisemik rendah
dapat menekan peningkatan kadar gula darah penderita diabetes.
Masyarakat masih kurang memanfaatkan suweg sebagai alternatif lain bahan pangan
sumber karbohidrat. Suweg juga bisa diiris tipis, dijemur dan dijadikan tepung suweg.
Dengan dijadikan tepung, aplikasi suweg menjadi lebih mudah. Tepung suweg bisa menjadi
pengganti tepung terigu atau beras atau digunakan sebagai subtitusi tepung terigu. Tepung
suweg bisa menjadi bahan baku nasi tiwul suweg, campuran roti, cake, kue kering maupun
campuran kue jajan pasar. Membuat tepung suweg tidaklah sulit, setelah suweg dikupas dan
dicuci bersih, potong tipis kemudian jemur hingga kering. Proses selanjutnya adalah
menggiling dan mengayak higga menjadi tepung suweg. Di Filipina tepung suweg sudah
banyak di gunakan sebagai bahan baku roti maupun kue kering.
Dalam kondisi segar, suweg juga potensial sebagai bahan baku kue tradisional
maupun aneka kudapan seperti kolak maupun getuk suweg. Umbi suweg juga enak dimakan
hanya dengan cara mengukusnya hingga empuk kemudian di campur dengan parutan kelapa
parut. Tekstur suweg kukus yang empuk bisa dihaluskan menjadi bahan baku kue talam,
campuran brownies, cake, kue lumpur maupun sarikaya suweg. Suweg juga bisa untuk
campuran kolak atau dibuat sayur berkuah santan (digulai).
Koro (Dolichos lablab) Famili: Leguminosae
Tanaman merambat yang cukup tahan kekeringan. Ada jenis kara yang beracun, yaitu
kara Bedog yang berbiji besar, berwarna kuning, coklat atau merah. Untuk jenis tersebut
perlu dicuci sampai racunnya hilang, biji direbus berkali-kali dengan memakai air yang baru.
Merupakan bahan pembuat tempe bongkrek yang terkadang karena salah dalam
pembuatannya sering menimbulkan keracunan bahkan kematian.
Bagian yang dikonsumsi: Polong muda atau biji polong yang telah tua. Budidaya:
Perbanyakan mengunakan biji yang telah tua. Dipasang ajir/kayu untuk tempat merambat
Peningkatan kebutuhan beras oleh penduduk yang kian meningkat peluangnya makin
sulit untuk dipenuhinya dari produksi lokal karena berbagai alasan, sehingga bahan pangan
seperti buah sukun merupakan salah satu terobosan sebagai pangan alternatif yang banyak
dihasilkan di daerah-daerah di nusantara. Bahkan sukun sebagai bahan pangan pengganti
beras telah direkomendasikan karena kadar karbohidratnya yang cukup baik.
Dari penelitian diketahui setiap 100 gram buah sukun segar mengandung Kalsium, 29
mg vitamin C dan 490 mg kalium. Tiap 100 gram sukun tua mengandung energi 302 kalori
dan karbohidrat 78,9 gram. Dari kandungan kalori dan karbohidrat yang dihasilkan
mendekati kadar pada beras yaitu 360 kalori, dengan karbohidrat 78,9 gram.
1. Sumber vitamin.
Buah-buahan dikenal sebagai sumber vitamin, terutama vitamin A dan Vitamin C.
Rincian kandungan kandungan vitamin buah-buahan tropika serta dibandingkan dengan buah
apel dan anggur disajikan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut tampak bahwa kandungan vitamin
beberapa buah-buahan tropika tidak kalah dibandingkan dengan dengan apel maupun anggur.
Kandungan vitamin A pada mangga hampir delapan kali lipat apel. Demikian pula kandungan
vitamin A pada jeruk keprok, alpukat, nangka, pisang, pepaya dan semangka relatif tinggi.
Kandungan vitamin C jambu biji 17 kali lipat apel. Kadungan vitamin C pada pepaya,
mangga, jeruk besar, jeruk keprok, belimbing dan melon juga sangat tinggi.
2. Sumber Mineral.
Buah-buahan juga mengandung mineral penting yang cukup tinggi. Buah-buahan
adalah penyedia utama beberapa mineral seperti kalsium, magnesium, fosfor dan besi.
Mineral-mineral ini kurang tersedia dalam makanan lain. Jeruk Keprok adalah sumber besi
yang tinggi. Pada jambu biji, pepaya dan sawo kandungan besi juga cukup tinggi. Jambu biji,
pisang, sirsak, alpukat, melon dan belimbing memilki kandungan fosfor yang tinggi.
Kandungan kalsium yang tinggi terdapat pada pepaya, salak, srikaya, jeruk besar, sawo dan
nangka. Kandungan kalium pada pisang sangat tinggi. Kalium diperlukan dalam tubuh untuk
mengurangi efek buruk konsumsi garam (NaCl) yang berlebih.
Sebagai contoh adalah seretonin pada pisang, papain pada pepaya, bromelin pada
nenas, serta limonin dan nomilin pada jeruk. Limonin dan nomilin pada jeruk dapat
menghambat perkembangan sel kanker (Salunkhe dan Kadam, 1995 dalam Poerwanto, 2004).
Demikian pula beta karoten yang banyak terdapat dalam mangga dapat mencegah terjadinya
kanker. Seretonin banyak terdapat dalam pisang. Zat ini sangat berguna untuk mengatasi
stres, dan mengembalikan kesegaran tubuh akibat kurang tidur. Bromelin yang terdapat
dalam nenas mempunyai berbagai manfaat.
Pekarangan merupakan sebidang tanah dengan batas-batas yang ada bangunan tempat
tinggal di atasnya dan mempunyai hubungan fungsional baik ekonomi, biofisik maupun
sosial budaya dengan penghuninya. Penanaman buah di pekarangan selain dapat berfungsi
sebagai sumber gizi keluarga, juga dapat berfungsi sebagai tanaman peneduh dan tanaman
hias, sebagai lumbung hidup serta apotik hidup. Pekarangan dapat diarahkan fungsinya
sebagai salah satu alternatif dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Masalah gizi
terjadi karena konsumsi pangan yang tidak memadai ataupun dikarenakan gangguan
kesehatan. Rendahnya tingkat pendapatan juga dapat menjadi penyebab rendahnya
kecukupan gizi masyarakat di pedesaan. Pengelolaan pekarangan yang baik dengan
penanaman tanaman buah-buahan dengan sayuran dan ternak akan memenuhi kebutuhan
akan kalori, protein nabati, protein hewani, dan vitamin. Pemilihan jenis komoditas buah-
buahan yang akan ditanam di pekarangan harus mengacu pada pada kesesuaian agroklimat
disamping juga mempertimbangkan kandungan gizi buah.
Beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalan pengembangan buah di
pekarangan adalah fungsi tanaman buah sebagai tanaman peneduh dan sekaligus sebagai
tanaman hias.
1. Kesesuaian agroklimat .
Secara garis besar tanaman buah dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kesesuaian
agoklimat,yaitu rendah basah, rendah kering, tinggi basah dan tinggi kering.
a. Tinggi Basah (800-3.000 m dpl, suhu 12-21oC) terdiri dari tanamana markisa,
kesemek, lengkeng, arben, cantaloupe, papaya Bangkok, pisang ambon lumut,
jeruk keprok, jeruk manis, jeruk siem, alpokat, pisang tanduk, nangka, sawo,
nenas dan jambu biji
b. Rendah Basah (0-800 m dpl, suhu 25-35oC) terdiri dari tanaman rambutan,
durian, duku, manggis, salak, nenas, belimbing, papaya, pisang ambon, pisang
raja, pisang tanduk, pisang keprok, jeruk siem, jeruk keprok, jeruk manis, alpokat,
sirsak, jambu biji, namgka dan sawo.
c. Tinggi Kering (800-3000 m dpl, suhu 12-21oC) terdiri dari tanaman apel,
lengkeng, pisang cavendish, nenas cayenne, pepaya, strawberry, cantaloupe,
jambu biji, jeruk manis, jeruk siem, alpokat, sirsak, jambu biji, nangka dan sawo.
d. Rendah Kering (0-800 m dpl, suhu 25-35oC) terdiri dari tanaman mangga, anggur,
langsat, manggis, belimbing manis, salak, pepaya, pisang ambon, pisang kepok,
nenas, jeruk besar, jeruk siem, jeruk keprok, jeruk keprok, alpokat, jambu biji,
sirsak, nangka dan sawo.
2. Fungsi estetika
Tanaman buah dapat dilihat dari aspek fungsi estetika, yaitu peranannya sebagai
tanaman peneduh dan tanaman hias. Melalui upaya pemangkasan dan pembentukan tajuk
yang baik, keberadaan tanaman buah dapat menjadi salah satu penghias pekarangan
disamping juga keindahan buahnya.
3. Luasan pekarangan
Faktor luas pekarangan menentukanpemilihan jenis tanaman buah yang akan di
tanam. Bagi pekarangan yang luas mungkintidak bermasalah, namun bagi pekarangan yang
sempit perlu mempertimbangkan karakteristik luasan tajuk dan tinggi tanaman yang tumbuh
secara alami. Secara umum tanaman yang bertajuk tinggi akan sesuai bila ditanam di lahan
pekarangan yang sempit, karena tajuk dapat dibentuk setelah melewati atap rumah. Namun
bagi tanaman yang bertajuk rendah, seperti jeruk dan jambu memerlukan ruang yang cukup
luas.
4.Varietas Tanaman
Langkah penting setelah menentukan jenis tanaman yang akan ditanam adalah
menetapkan varietasnya. Direkomendasikan untuk menanam varietas buah unggul.
Pemerintah selama ini telah memberikan pengakuan pada varietas-varietas unggul buah-
buahan yang mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu, seperti produksi yang tinggi,
aroma,rasa, ketebalan daging buah dan lain-lainnya dalam bentuk pelepasan varietas melalui
Keputusan Menteri Pertanian. Pelepasan varietas buah unggul ini dimulai sejak tahun 1984
dan pada saat ini telah dilepas sebanyak 29 jenis buah-buahan yang mencakup 227 varietas
(Direktorat Perbenihan, 2003).
Tanaman buah dalam pot (tabulapot) merupakan salah satu bentuk budidaya tanaman
yang kini telah banyak berkembang, khususnya di masyarakat perkotaan dimana kepemilikan
lahan pekarangan sangat terbatas. Dengan di tanam di dalam pot, tanaman buah tidak akan
tumbuh sebesar tanaman yang di tanam di lahan. Namun keuntungannya tanaman dapat
dipindah-pindah sesuai dengan selera, dan tanaman buah lebih banyak berfungsi sebagai
tanaman hias.
Budidaya tabulapot berkembang bersamaan dengan membudayanya pengembangan
tanaman hias dan gerakan kebersihan serta keindahan lingkungan (Direktorat Tanaman Buah,
2001) Budidaya tanaman dalam pot dapat menghasilkan buah dengan skala komersial bila
dibudidayakan dengan baik, dengan memanipulasi lingkungan tumbuh dan tanaman dalam
rangka mengendalikan pertumbuhan tanaman. Dengan area perakaran yang terbatas, maka
pengendalian pertumbuhan tanaman akan lebih mudah dilakukan. Terdapat hubungan yang
erat antara keterbatasan area pertumbuhan perakaran dengan pertumbuhan pucuk tanaman.
Area perakaran yang terbatas akan mengontrol pertumbuhan pucuk tanaman sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi terbatas. Tidak semua jenis tanaman buah dapat berbuah
apabila ditanam didalam wadah (pot).
Beberapa keuntungan dalam melakukan budidaya tanaman buah dalam pot antara lain
adalah :
a. Dapat dilakukan di lahan pekarangan yang terbatas luasannya
b. Memudahkan pengamatan tanaman secara khusus
c. Dapat dipindah-pindah sesuai dengan keinginan untuk keindahan
d. Merupakan wahana dalam penyaluran hobi dan ajang penelitian
e. Waktu produksi dapat diatur, khususnya bila di tanam dalam green house.
Beberapa kelemahan dalam budidaya tabulapot antara lain adalah :
a. Jumlah buah yang dihasilkan tidak optimal seperti pada tanaman yang di tanam di
lahan
b. Harus melaksanakan penggantian media tanam secara periodik
c. Tidak semua jenis tanaman buah dapat berbuah di dalam pot (wadah).
Memerlukan pemeliharaan yang intensif
Budidaya tanaman buah di lahan pekarangan merupakan salah satu alternatif potensial
yang perlu digalakkan untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
akan gizi dan menjaga kesehatan, yang merupakan bagian dari ketahanan pangan.
Keterbatasan lahan pekarangan dapat diatasi dengan pemilihan jenis komoditas buahbuahan
yang sesuai dengan karakter tajuk dan ketinggian tajuk, atau dengan penerapan manipulasi
teknologi melalui pengembanganbudidaya di dalam pot wadah. Untuk itulah perlu lebih
banyak disosialisasikan manfaat dari pengembangan buah-buahan ini, khususnya bagi
kesehatan da juga untuk keindahan, sehingga masyarakat dapat lebih tertarik dan sadar untuk
mengkonsumsi buah dan menanam buah di pekarangannya, sehingga pada akhirnya dapat
terwujud ketahanan pangan, khususnya dalam membangun kualitas sumber daya manusia
yang tangguh dan mempunyai intelegensia yang tinggi; serta mampu berkontribusi untuk
mmemenuhi salah satu hak azazi manusia Indonesia, seperti yang tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, dimana setiap individu manusia Indonesia
berhak memperoleh pangan yang cukup, aman dan bergizi.
PEMELIHARAAN
IKAN DI LAHAN PEKARANGAN
Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya
berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk dan
pola tanaman pekarangan tidak dapat disamakan, bergantung pada luas tanah, tinggi tempat,
iklim, jarak dari kota, jenis tanaman. Pada lahan pekarangan tersebut biasanya dipelihara ikan
dalam kolom , dan hewan piaraaan seperti ayam, itik, kambing, domba, kelinci, sapi dan
kerbau. Keragaman tumbuhan dan bintang piaraan inilah yang menciptakan pelestarian
lingkungan hidup pada pekarangan.
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling
menguntungkan. Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan sebagian lagi
untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang untuk
menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan
piaraan, ikan dan manusia sebagai unit-unit di pekaranagn merupakan satu kesatuan terpadu.
A. Ikan Gurami.
Ikan gurami ( Osphronemus gouramy ) memiliki prospek cerah dengan harga cukup
mahal. Ikan gurami dapat dibudidayakan dengan baik mulai diatas permukaan laut, dengan
suhu air optimal antara 240 C - 280 C.
Ciri - ciri ikan gurami jantan adalah sebagai berikut : (1). Dahinya bertombol dan
berwarna kekuning – kuningan; (2). Kedua belah rusuk bagian belakang membentuk sudut
tumpul; (3). Semua sisik agak terbuka dan pada sirip tampak urat - urat rambut berwarna
kemerah - merahan. Sedangkan ciri - ciri ikan gurami betina adalah sebagai berikut : (1).
Siripnya berwarna kehitam-hitaman; (2). Bagian perut di belakang sirip dada membesar; (3).
Umur induk yang baik antara 4 tahun sampai 5 tahun dan beratnya 2 kg; (4). Lama bertelur
ikan gurami antara 2 hari - 3 hari. Jumlah telur antara 1.000 butir sampai 3.000 butir. Setelah
10 hari, telur tersebut menetas.
Anak ikan gurami memakan binatang renik yang hisup sebagai periphyton, larva
semut, larva rayap, bungkil kelapa, dan cincangan daun.
B. Ikan Tawes.
Bentuk badan ikan tawes memanjang pipih ke kesamping dengan bentuk punggung
membesar. Sisik ikan tawes berwarna putih keperak-perakan dengan warna gelap di bagian
punggung.
C. Ikan Mujair
Ikan mujair (Tilapia mossambica) cepat berkembang biak dan bisa hidup dimanapun,
baik dataran rendah maupun dataran pegunungan, baik pada air tawar maupun air payau.
Induk ikan mujair yang berumur 3,5 bulan sudah memulai bertelur sebanyak 50 butir. Satu
setengah bulan berikutnya induk ikan tersebut bertelur lagi. Setiap kali bertelur jumlah telur
bertambah 50 butir - 75 butir. Seekor induk dapat bertelur sampai 2.000 butir. Telur-telur
tersebut biasanya disimpan di dalam mulut induknya. Penetasan telur juga terjadi di dalam
mulut induknya. Setelah menetas, anak-anak ikan mujair disemburkan dari mulut induknya.
Jika ada bahaya, anak-anak ikan tersebut berebut masuk kembali ke mulut induknya.
Ikan mujair dewasa gemar makan ganggang biru, sehingga dapat membantu kita
membrantas penyakit malaria, sebab ganggang biru merupakan tempat bertelur nyamuk
malaria.
D. Ikan Nila
Ikan Nila (Tilapia nilotica) dibedakan menjadi dua, yakni ikan nila biasa berwarna
hitam keputih-putihan dan ikan nila merah berwarna merah. Bentuk tubuh ikan nila panjang
dan ramping, dengan perbandingan antara panjang badan dan tingginya adalah 3 : 1. sisik-
sisik ikan nila berukuran besar dan kasar, berbentuk etonoid dengan garis-garis vertical
berwarna gelap pada siripnya.
Ikan nila betina memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Ukuran sisik relatif lebih kecil daripada sisik ikan nila jantan
2. Sisik di bagian bawah dagu dan perut berwarna cerah.
3. Bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip
4. Sirip punggung dan sirip ekor bergaris menyambung serta melingkar
5. Bagian perut diurut (dipijat) tidak akan mengeluarkan cairan berwarna bening.
Kemampuan bertelur seekor induk ikan nila antara 300 butir sampai 1.500 butir. Telur
ikan nila berbentuk bulat kecil, berdiameter 2,8 mm, berwarna abu-abu sampai kekuning-
kuningan, tidak lekat, tenggelam dalam air, dan dierami dalam mulut induk betina. Telur ikan
nila menetas antara 4 hari - 5 hari kemudian.
E. Ikan Karper
Ikan Karper (Cyprinus carpio) dapat tumbuh optimal pada ketinggian sekitar 150
meter - 600 meter di atas permukaan laut, dengan suhu air antara 200 C - 250 C. ikan ini
memiliki beberapa varietas, antara lain karper merah, karper sinyonya, karper punten dan
karper majalaya.
Karper merah atau ikan mas dicirikan oleh sisiknya yang berwarna kuning keemas-emasan.
Bentuk badannya relatif panjang dan penampang bagian punggungnya tidak begitu pipih.
Kolam Sederhana
Pekerjaan pengamatan letak lahan pekarangan meliputi luas tanah, jenis tanah, dan
lingkungan sekitarnya.
1. Luas tanah
Untuk memastikan ukuran luas tanah, kita dapat mengukurnya dengan menggunakan
alat ukur berupa meteran.
2. Jenis Tanah
Untuk mengetahui jenis tanah pada areal yang akan kita bangun kolam dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Ambillah sebagian tanah lapisan atas dan tanah lapisan bawah, lalu masing-
masing dilumatkan dalam air. Setelah lembek dibuat genggaman dan ditekan
sekuat-kuatnya. Jika meninggalkan gumpalan pasir cukup banyak, berarti tanah
tersebut tergolong tanah berpasir. Akan tetapi jika hanya sedikit sisa pasirnya,
berti tergolong tanah liat.
b. Jenis tanah yang baik untuk kolam ikan adalah tanah liat berpasir.
3. Lingkungan
Pengamatan lingkungan sekitar yang akan dibangun kolam antara lain meliputi :
a. Sumber air : sungai, parit, mata air, dan saluran irigasi
b. Letak pintu pemasukan dan pengeluaran air.
c. Macam tumbuhan dan bantuan yang dapat dimanfaatkan atau yang harus
dibuang/disingkirkan.
B. Penggalian tanah
1. Tanah diukur dan ditandai sesuai bentuk dan posisinya. Sebaiknya kolam berbentuk
empat persegi panjang. Direncanakan luas kolam sederhana di lahan pekarangan
adalah 50 m2 .
2. Sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan, tanah mulai dicangkul sampai
kedalaman 100 cm - 150 cm.
3. Bersamaan dengan penggalian tanah, sekaligus dibangun pematangnya. Pematang
harus kokoh, berbentuk trapezium dan tidak bocor.
4. Dasar kolam dibuat miring antara 3 persen sampai 5 persen kearah pintu
pembuangan air.
5. Pada dasar kolam perlu dibuatkan kemalir. Fungsi kemalir adalah untuk
mempermudah penangkapan ikan pada waktu dilakukan panen.
Kolam ikan ber-tingkat untuk memelihara lele.
C. Persiapan Pemeliharaan
Penebaran Benih
A. Syarat Benih
Benih ikan yang baik dan sehat memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Gerakannya lincah
2. Tidak cacat dan tidak luka di tubuhnya
3. Tidak ada tanda-tanda terserang penyakit
4. Besarnya kurang lebih seragam.
B. Pengangkutan Benih
Apabila tempat pembelian benih berjarak cukup jauh maka teknik pengangkutan
benih, perlu diperhatikan yakni sebagai berikut :
1. Kantong plastik diisi dengan air bersih sebanyak sepertiga bagian.
2. Benih ikan dimasukkan sedikit demi sedikit
3. Udara yang ada di dalam kantorng plastik dikeluarkan
4. Kantong plastik diisi dengan oksigen dari tabung gas hingga penuh.
5. Ujung kantong plastik segera diikat rapat.
6. Kantong plastik terebut dimasukkan ke dalam kardus.
7. Kardus berisi benih ikan harus diangkut karena benih ikan dalam kantong plastik
hanya bertahan hidup di perjalanan sekitar 4 jam. Waktu pengangkutan sebaiknya
pagi atau malam hari.
C. Pelepasan Benih
1. Sebelum benih ditebarkan, kolam sudah digenangi air selama 4 hari - 7 hari.
2. Setibanya di lokasi, kantong plastik berisi benih ikan langsung diapungkan dalam
air kolam selama 15 - 20 menit agar terjadi penyesuaian suhu.
3. Air kolam dimasukakn ke dalam kantong plastik dan dibiarkan mengapung di
kolam selama 5 - 10 menit
4. Bila suhu sudah sesuaim pengikat kantung plastik dibuka
5. Selanjutnya kantong plastik tersebut diniringkan ke dalam air dan benih-benih
ikan dibiarkan keluar sendiri untuk berenang.
6. Kepadatan benih untuk ikan nila adalah 0,5 kg - 2 kg per m2 dengan ukuran benih
50 - 70 grm per ekor.
Agar ayam kampung yang dipelihara secara sehat, akan cepat besar dan mampu
berproduksi secara optimal, untuk itu perlu diberikan makanan tambahan juga pelaksanaan
program vaksinasi yang tepat.
Ayam kampung dipelihara oleh hampir seluruh masyarakat di pedesaan. Ayam ini
memang dapat mencari makan sendiri, sehingga biasanya pemeliharaannya dengan dilepas
begitu saja tanpa diperhatikan kesehatannya, pertumbuhan maupun produksinya.
Walaupun demikian, ternak ini memiliki potensi yang cukup besar dalam mendukung
ekonomi dan konsumsi protein hewani keluarga. Untuk menjadikan ayam kampung ini
sebagai ternak komersial, maka produksinya perlu ditingkatkan.
Paling tidak ada empat tindakan yang harus dilaksanakan bila ingin mendapatkan
ayam kampung yang berproduksi tinggi, yaitu :
3. Membuatkan kandang
Hal ini jarang sekali diperhatikan oleh pemelihara ayam kampung, padahal jika
dikaji kandang ini cukup penting artinya bagi perkembang-biakan ternak. Selain
tempat untuk berteduh waktu hujan, untuk bermalam dan tempat kegiatan
reproduksi (bertelur dan mengerami telurnya), kandang dapat pula
menyelamatkan ayam dari ancaman binatang buas.
Hal yang terpenting, dengan membuatkan kandang, ayam akan lebih mudah
ditangkap pada saat akan melaksanakan vaksinasi ND maupun pada saat akan
dijual. Jadi peranan kandang selain untuk melindungi ayam dari segala macam
gangguan juga untuk memudahkan tata laksana perawatannya.
Jika penyapihan dilakukan pada saat umur 1 hari, maka harus dipelihara dalam
kandang khusus (box), diberi makanan bergizi dan pemanas (induk buatan) dan
jangan lupa divaksinasi. Dengan penyapihan lebih awal ini seekor induk dapat
berproduksi lebih banyak daripada dibiarkan mengasuh terus anaknya. Jika
dibiarkan mengasuh terus anaknya, induk hanya akan berproduksi setiap 2-3 bulan
sekali (4-6 kali dalam setahun.
Perlakuan khusus terhadap induk adalah perlakuan yang diberikan kepada induk
yang disapih, baik dari telurnya maupun dari anak-anaknya. Induk yang disapih
dengan anaknya atau yang telurnya diambil (tidak dibiarkan mengerami)
ditangkap dan dimandikan setiap pagi hari selama 3-4 hari dan diberikan makanan
yang lebih bergizi, bila perlu dikurung bersama pejantan. maksud perlakuan ini
adalah untuk menurunkan suhu tubuhnya, yang pada saat mengerami telur atau
saat mengasuh anaknya, suhu tubuh tinggi. Ini diperlukan untuk memberikan
kehangatan baik pada telur yang dierami maupun anak yang diasuh.
Dengan menurunkan suhu tubuh maka sikap mengeram atau mengasuh anak akan
berkurang bahkan hilang. Apalagi kalau dirangsang dengan makanan bergizi dan
pejantan, maka proses peneluran akan lebih cepat timbul. Biasanya induk yang
diperlakukan demikian akan bertelur kembali setelah 7-10 hari dari saat
perlakuan.
Salah satu komoditas yang mampu menghasilkan daging secara rutin adalah ternak
kelinci,yang sejak tahun 1980 telah diperkenalkan dengan promosi yang cukup gencarsebagai
sumber protein, daging kelinci menjadi salah satu menu hidangan yang digemari banyak
orang.
Menurut bentuk tubuh dan berat tubuhnya ternak kelinci terbagi 3 tipe, yaitutipe kecil,
tipe sedang dan tipe besar. Kelinci lokal Indonesia tergolong tipekecil. Ternak kelinci tipe
sedang yang banyak dipelihara di Indonesia antara lain Vlaamse reus, California, Yamamoto.
Jika ditinjau berdasarkan fungsinya ternak kelinci terbagi menjadi 2 golongan, yaitu kelinci
hias (Rex, Rexpappilon, Angora) dan kelinci pedaging.
Jika ingin menghasilkan daging yang bisa dikonsumsi oleh keluarga secara rutin maka
sebaik memelihara kelinci pedaging (vlaamse reus, california, yamamoto, NewZealand White
dll). Kelinci jenis ini sudah dapat dikawinkan pertama kali pada umur 6 bulan, lama
kebuntingannya hanya sekitar 30-33 hari, dapat dikonsumsi pada umur 4 bulan yang mampu
mencapai berat hidup 2 kg atau setara dengan 1 – 1,1 kg daging siap konsumsi, yang cukup
untuk dinikmati oleh satu keluarga beranggotakan 3 – 4 jiwa.
Keistimewaannya, ternak kelinci betina dapat dikawinkan setiap saat, jadi tidak
bergantung pada munculnya gejala birahi. Berbeda dengan ternak kambing, sapi atau kerbau,
yang hanya mau dikawini oleh pejantan apabila berada dalam kondisi birahi. Hal inilah yang
menjadikan ternak kelinci dapat difungsikan seperti layaknya sebuah mesin penghasil daging.
Artinya kita dapat mengatur kelahiran seperti yang kita inginkan, kalau kita menginginkan
terjadinya kelahiran bulan depan pada tanggal 30, maka tanggal 1 bulan ini sudah harus
dikawinkan. Jadi tinggal pengaturan strategi perkawinan ternak saja.