Anda di halaman 1dari 74

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi, jenis

yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Penyebab luka bakar selain

karena api, juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun

bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api

banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Alam, 2012).

Luka bakar atau combustio merupakan masalah yang sangat

signifikan oleh karena itu perlu penanganan yang spesifik dan

membutuhkan tenaga medis yang profesional. Sekitar 12 ribu orang

meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang

berhubungan dengan luka bakar (Brunner&Suddarth, 2002).Kurang lebih

2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya.

Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan

dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang

meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang

berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar

dirumah sakit seharusnya dapat dicegah (Elisabeth, 2009).Penelitian di

Belanda menunjukkan 70% kejadian luka bakar terjadi di lingkungan

rumah tangga, 25% di tempat industri dan kira-kira 5% akibat kecelakaan

lalu lintas (Nugroho, 2012). Angka kejadian luka bakar di Indonesia cukup
2

tinggi, lebih dari 250 jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar

(Anonim,2010).

Luka bakar dapat terjadi di mana saja, termasuk di rumah, apabila luka

bakar itu terjadi segera bisa dilakukan tindakan pertolongan pertama pada

luka bakar yaitu dengan mendinginkan kulit terbakar dengan air mengalir

selama kurang lebih 20 menit (Yusuf, 2011). Kehidupan sehari-hari yang

sering berurusan dengan api membuat luka bakar tidak menjadi hal yang

asing karena itulah, pengetahuan tentang pertolongan pertama pada luka

bakar yang tepat sangat diperlukan oleh orang awam (Agfian, 2011).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan September

2018 di Kelas 1 Keperawatan di peroleh dari hasil instrumen wawancara

bahwa ada 35 mahasiswa yang pernah mengalami luka bakar. Namun,

sebagian dari mereka tidak memahami tentang tindakan penanganan luka

bakar yang tepat. Mereka melakukan penanganan dengan diberikan air

dingin (air es), dioleskan pasta gigi, kompres dingin, langsung

mengoleskaan salep pada luka. dengan di beri margarin, diberi lidah

buaya. Bahkan jika luka terbuka responden memberikan kopi bubuk pada

luka tersebut.

Pengetahuan tentang penanganan luka bakar perlu untuk diketahui

kemutakhiran metode peneliti untuk memudahkan terserapnya informasi

secara optimal. Berdasarkan instrumen diatas peneliti tertarik mengambil

judul “Pengaruh Penyuluhan Mengunakan Multimedia Terhadap

Pengetahuan Tentang Penanganan Luka Bakar Pada Mahasiswa Tingkat

1 Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang”.


3

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimanakah Pengaruh Penyuluhan Mengunakan Multimedia

Terhadap Pengetahuan Tentang Penanganan Luka Bakar Pada

Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang

?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan mengunakan multimedia

terhadap pengetahuan tentang penanganan luka bakar pada mahasiswa

tingkat 1 keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa tingkat 1 Keperawatan

tentang penanganan luka bakar sebelum dilakukan penyuluhan.

2. Mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa tingkat 1 Keperawatan

tentang penanganan luka bakar sesudah dilakukan penyuluhan.

3. Menganalisa pengaruh penyuluhan mengunakan multimedia terhadap

pengetahuan tentang penanganan luka bakar pada mahasiswa tingkat 1

keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang


4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

perkembangan ilmu pengetahuan tentang Pengaruh Penyuluhan

Mengunakan Multimedia Terhadap Pengetahuan Tentang Penanganan

Luka Bakar Pada Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan Poltekkes RS dr.

Soepraoen Malang.

Serta dapat memberikan informasi bagi pendidikan untuk

mengintegrasikan dalam pembelajaaran terkait ilmu keperawatan gawat

darurat

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi ilmu keperawatan dalam

mengembangkan asuhan keperawatan khususnya pada pasien luka

bakar.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran institusi

pendidikan dalam mengembangkan penelitian khususnya terkait pengaruh

penyuluhan mengunakan multimedia terhadap pengetahuan tentang

penanganan luka bakar.


5

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengamalkan teori yang

didapatkan selama masa perubahan dalam kasus nyata, sebagai promosi

kesehatan yaitu sebagai bahan dalam penyusunan program penyuluhan

kesehatan masyarakat khusus nya pada Pengaruh Penyuluhan

Mengunakan Multimedia Terhadap Pengetahuan Tentang Penanganan

Luka Bakar Pada Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan Poltekkes RS dr.

Soepraoen Malang.

4. Bagi Responden

Diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah wawasan

kepada individu yang memiliki riwayat luka bakar.


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Luka Bakar

2.1.1 Definisi

Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu

tinggi, syok listrik, atau bahan kimia maupun suhu yang terlalu rendah.

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan luas daerah yang

terbakar (Elizabeth, 2009).

2.1.2 Etiologi

Luka bakar banyak disebabkan karena satu hal, diantaranya adalah

1. Luka bakar suhu tinggi : gas cairan bahan padat

Luka bakar suhu tinggi biasa nya disebabkan oleh air panas, percikan

api ketubuh (flash), kobaran api ditubuh (flam) dan akibat terpapar atau

kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas dan lain lain)

(Moenadjat, 2005).

2. Luka bakar bahan kimia

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat yang biasa

digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan yang sering

digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).

3. Luka bakar sengatan listrik


7

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan

ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki

resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,

khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke

distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak

dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).

4. Luka bakar radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio

aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk

keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar

sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar

radiasi (Moenadjat, 2001).

2.1.3 Patofisiologi

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas

langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat mengatur temperatur

sampai 44℃ tanpa kerusakan bermkna, kecepatan kerusakan jaringan

berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh

darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.

Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar

dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi

protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan

perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh menyebabkan kondisi

hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul


8

ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan,

kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).

Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebkan oleh

kegagalan oleh organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan

multisistem yaitu terjadinya erusakan kulit yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan kulit ang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler,

peningktn ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga

mengaibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun,

apabila hal in terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipovolemik dan

hemokonsentrasi yan mengakibatkan adanya gangguan perfusi jaringan.

Apabila sudah terjadi gangguan perfusi jaringan maka akan

mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi oragn

penting dalam tubuh.

2.1.4 Klasifikasi Luka Bakar

1. Luka bakar derajat I

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering

hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung

syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam

waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005)

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan

dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,

pembentukan scar, dan nyeri karena ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi.


9

Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas

kulit normal (Moenadjat, 2001).

1) Derajat II Dangkal

a. Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.

b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebasea masih utuh.

c. Bila mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan

luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan

mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam

d. Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan

basah.

e. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara

spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).

2) Derajat II dalam

a. Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

b. Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar

keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.

c. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.

d. Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak

berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena

variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih

mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,

daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada

beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)


10

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih

dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar

berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah

dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang

dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh

karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian.

Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari

dasar luka (Moenadjat, 2001).

4. Luka Bakar Derajat IV

Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan

tulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh

dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan

kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang

terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan

kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang

dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-

ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian.

penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan

dan rasa luka (Moenadjat, 2001).

2.1.5 Komplikasi

Bakteri merupakan sumber paling umum dan menyebabkan

terjadinya infeksi. Infeksi memperlambat penyembuhan dengan


11

memperpanjang fase inflamasi dan memproduksi zat kimia serta enzim

yang dapat merusak jaringan. Resiko infeksi lebih besar jika luka

mengandung jaringan nefrotik, terdapat benda asing.

2.1.6 Proses Penyembuhan Luka

Berdasarkan klasifikasi lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi

dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang

terjadi dalam jangka waktu 2–3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah

segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih

dari 4–6 minggu.

Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap

cedera jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka

pada tipa cedera jaringan luka baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus

dan ulkus tungkai, luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka

bakar, atau luka akibat tindakan bedah. Luka dikatakan mengalami proses

penyembuhan jika mengalami proses fase respon inflamasi akut terhadap

cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi. Kemudian

disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang,

jaringan luka semakin membaik. Tubuh secara normal akan merespon

terhadap luka melalui proses peradangan yang dikarakteristikan dengan

lima tanda utama yaitu bengkak, kemerahan, panas, nyeri dan kerusakan

fungi.

2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

1. Usia
12

Sirkulasi darah dan pengiriman oksigen pada luka, pembekuan,

respon inflamasi,dan fagositosis mudah rusak pada orang terlalu muda

dan orang tua, sehingga risiko infeksi lebih besar. Kecepatan

pertuumbuhan sel dan epitelisasi pada luka terbuka lebih lambat pada

usia lanjut sehingga penyembuhan luka juga terjadi lebih lambat

(DeLauna & Ladner, 2002).

2. Nutrisi

Diet yang seimbang antara jumlah protein, karbohidrat, lemak,

mineral dan vitamin yang adekuat diperlukan untuk meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap patogen dan menurunkan risiko infeksi.

Pembedahan, infeksi luka yang parah, luka bakar dan trauma, dan kondisi

defisit nutrisi meningkatkan kebutuhan akan nutrisi. Kurang nutrisi dapat

meningkatkan resiko infeksi dan mengganggu proses penyembuhan luka.

Sedangkan obesitas dapat menyebabkan penurunan suplay pembuluh

darah, yang merusak pengiriman nutrisi dan elemen-elemen yang lainnya

yang diperlukan pada proses penyembuhan. Selain itu pada obesitas

penyatuan jaringan lemak lebih sulit, komplikasi seperti dehisens dan

episerasi yang diikuti infeksi bisa terjadi (DeLaune & Ladner, 2002).

3. Oksigenasi

Penurunan oksigen arteri pada mengganggu sintesa kolagen dan

pembentukan epitel, memperlambat penyembuhan luka. Mengurangi

kadar hemoglobin (anemia), menurunkan pengiriman oksigen ke jaringan

dan mempengaruhi perbaikan jaringan (Delaune & Ladner, 2002).


13

4. Infeksi

Bakteri merupakan sumber paling umum yang menyebabkan

terjadinya infeksi. Infeksi menghematkan penyembuhan dengan

memperpanjang fase inflamasi, dan memproduksi zat kimia serta enzim

yang dapat merusak jaringan (Delaune & Ladner, 2002). Resiko infeksi

lebih besar jika luka mengandung jaringan nekrotik, terdapat benda asing

dan suplai darah serta pertahanan jaringan berkurang (Perry & Potter,

2005).

2.1.8 Penanganan Luka Bakar

1) Guyur luka bakar tersebut dengan air mengalir yang


bersih atau rendam luka tersebut dalam air bersih atau kompres
dingin (jangan gunakan air es atau es batu) sekitar 15-30 menit untuk
mengurangi panas atau suhu pada luka dan membantu mengurangi
nyeri.
2) Jika terdapat lepuhan, jangan dipecah.
3) Oleskan obat luka bakar pada luka dan tutup dengan kasa steril.
4) Jika perlu, minum obat penghilang rasa nyeri.
5) Cegah jangan sampai terjadi infeksi pada luka. Jika terjadi infeksi
yang ditandai dengan adanya nanah pada luka
6) Jika luka bakarnya luas segera lepaskan baju dan asesoris yang
melekat pada badan tetapi jangan melepas/menarik baju yang
melekat pada luka bakar karena dapat memperparah kerusakan
jaringan.
7) Untuk luka bakar akibat cairan kimia atau tersengat aliran listrik, luka
bakar yang mencederai saluran napas, luka bakar pada bayi, pada
wajah, mata, genitalia, atau daerah persendian, segera bawa ke
rumah sakit terdekat secepatnya.
14

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga

dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).

2.2.2 Jenis Pengetahuan

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks

kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan

bagianperilaku kesehatan.

Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut :

a. Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam

bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat

nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

b. Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud


15

perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata diwujudkan dalam tindakan-

tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (Agus,2013).

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun

nonformal), berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.

2. Informasi atau media massa

Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu

(Undang-Undang Teknologi Informasi). Dalam penyampaian informasi

sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa pesan-pesan yang

berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru

bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial, Budaya dan Ekonomi


16

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon

sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman pribadi maupun dari

pengalaman oran lain. Pengalaman ini merupakn suatu cara unruk

memperoleh kebenaran suatu penetahuan (Notoatmodjo, 2010).

6. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang,

semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik (Notoatmodjo, 2010). Selain itu semakin bertambahnya usia

seseorang maka makin berambah pula tingkat pengetahuan seseorang,

seirig dengan pengalaman hidup, emosi, pengetahuuan, dan keyakinan

yang lebih matang (Notoatmodjo, 2010).


17

2.2.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian

atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan

rumusan kalimat pertanya menurut tahapan pengetahuan (Agus, 2013).

2.3 Konsep Dasar Multimedia

2.3.1 Definisi Multimedia

Multimedia adalah sebuah sebuh kombinasi yang berkaitan dari

teks, foto, gambar, suara, animasi, dan video yan dimanupulasi secara

digital (Vaughan, 2011) multimedia adalah implementasi penggunaan

komputer dalam menyajikan dan menggabungka teks, gambar, suara, dan

video dengan interface yan mengizinkan pengguna untuk berinteraksi

dengn sistem multimedia tersebut.

2.3.2 Elemen Multimedia

1. Teks

Teks merupakan elemen multimedia yang menjadi dasar untuk

menyampaikan informasi, karena teks adalah jenis data yang paling

sederhana dan membutuhkan tempat penyimpanan yang paling kecil.

Teks merupakan cara yang paling efektif dalam mengemukakan ide-ide

kepada pengguna, sehingga penyampaian informasi akan lebih mudah

dimengerti oleh masyarakat.Teks umumnya digunakan untuk merancang

judul, menu dan buttons (Hofstetter, 2001).


18

2. Suara

Penggunaan suara dalam multimedia dapat menghasilkan sebuah

perbedaan dari presentasi mutimedia yang biasa dengan presenttasi

multimedia yang profesional. Walaupun begitu, penggunaan suara tidak

pada tempatnya akan merusak presentasi tersebut (Hofstetter, 2001).

3. Video

Penggunaan video didalam sebuah presentasi multimedia dapat

menjadi sebuah media penyampaian pesan maupun informasi yang

sangat efektif. Penggunaan video dapt meningkatkan penyampaian pesan

kepada penggu secara efektif dan pengguna aan lebih mengingat apa

yang mereka saksikan. Video juga dapat di definisikan sebagai

pengabungan yang halus dari gambar yang bergerak dan suara

(Hofstetter, 2001).

4. Animasi

Animasi merupakan sumber utama dari sebuah aksi multimedia yang

dinamis di dalam sebuah presentasi multimedia. Animasi sering digunakan

untuk mempresentasikan sesuatu yang tidak terlalu banyak memerlukan

interaksi peggunanya sehingga presentasi tersebut akan mengalir berjalan

seperti sebuah film. Animasi juga digunakan dalam membantu sebuah

presentasi, seperti efek transisi slide dan lainnya (Hofstetter, 2001).


19

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Multimedia

Pembelajaran berbasis multimedia memiliki kelebihan dan

kekurangan, berikut uraian tentang kelebihan dan kekurangannya (Rakim,

2008).

a. Kelebihan

1) Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif

2) Mampu menimbulkan rasa senang selama pembelajaran berlangsung

sehingga akan menambah motivasi belajar siswa

3) Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel

4) Menampilkan objek yang tidak dapat dilihat secara langsung

b. Kekurangan

1) Biaya relatif mahal untuk tahap awal;Kemampuan SDM dalam

penggunaan multimedia masih perlu ditingkatkan;

2) Belum memadainya perhatian dari pemerintah; dan

3) Belum memadainya infrastruktur untuk daerah tertentu.


20

2.4 Kerangka Konsep


Dampak luka
Penyebab luka bakar :
bakar :
Luka bakar 1. Nyeri
1. Suhu tinggi 2. Memar
2. Bahan kimia 3. Inflamasi
3. Sengatan listrik
4. Infeksi
4. Radiasi

Faktor yang
mempengaruhi Kelebihan
pengetahuan Multimedia
Derajat Luka Bakar 1.lebih inovatif
1. Pendidikan
1. Derajat I 2. Informasi atau dan interaktif
media massa
2. Derajat II 3. Sosial, budaya 2.menambah
3. Derajat III dan ekonomi motivasi
4. Derajat IV 4. Lingkungan belajar siswa
5. Pengalaman
6. Usia

Pengetahuan Multimedia :
tentang luka bakar :
1. Teks
Penanganan luka bakar 1. Definisi luka 2. Video
bakar 3. Gambar
2. Tujuan
4. Animasi
penanganan
luka bakar 5. Suara
3. Prosedur
penanganan
luka bakar
4. Langkah-
langkah
Cukup : Baik :
penanganan Kurang :
luka bakar
76-100% <55%
56-75%

Keterangan :
= Diteliti
= Tidak Diteliti
21

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-

Eksperimen. Di katakan sebagai metode Pre-eksperimen karena masih

terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya

variabel dependen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel

kontrol, dan sampel tidak di pilih secara random (Sugiono, 2008).

Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang

dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan (Nursalam, 2008). Penelitian ini menggunakan desain

penelitian “One Groups Pretest-Posttest Design”, yaitu desain penelitian

yang terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi

perlakuan. Dengan demikian dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan diadakan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono,

2008). Pengumpulan data menggunakan instrument kuesioner sebagai

alat pengumpulan data yang pokok, analisis data bersifat kuantitatif

dengan tujuan mengkaji hipotesis yang telah ditetapkan (Sitiatava, 2012).

Tabel 3.1
Desain Penelitian One Groups Pretest-Posttest Design
Pretest Perlakuan Posttest
O1 X O2
Keterangan :

O1 : Tes awal (pretest) sebelum pengetahuan diberikan


O2 : Tes akhir (posttest) setelah pengetahuan diberikan
X : Perlakukan pemberian pengetahuan terhadap kelompok yaitu penanganan luka
bakar
22

3.2 Kerangka Kerja

Populasi : semua mahasiswa tingkat 1 Keperawatan sebanyak 223 orang

Sampel :mahasiswa tingkat 1 Keperawatan sebanyak 119 orang

Sampling :Random sampling

Desain penelitian : one group


pretest-posttest

Variabel independen : Penyuluhan Variabel dependen :


menggunakan multimedia pengetahuan tentang
penanganan luka bakar

Menggunakan SAP Instrumen dan pengumpulan


penanganan luka bakar data kuisioner pengetahuan
pretest-posttest

Pengolahan data : editing, coding, scoring, dan tabulating

Analisa data univariant, bivariant dengan uji statistik wilcoxon

Penyajian Hasil Penelitian

Penarikan kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian


23

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah

mahasiswa tingkat 1 Keperawatan sebanyak 223 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan

sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2008). Sampel pada penelitian ini

adalah mahasiswa tingkat 1 Keperawatan sebanyak 119 orang.

3.3.3 Sampling

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian

(Nursalam, 2008). Sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana semua

individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama

diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel

(Sugiyono, 2007).

3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2008).

Variabel dalam penelitian ini:


24

1. Variabel independent

Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

independent adalah penyuluhan multimedia. .

2. Variabel dependent

Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependent adalah pengetahuan tentang penanganan luka bakar.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2010).

.
25

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor


Operasional Data
Variabel Pemberian Jumlah - - -
independent: penyuluhan tentang pertanyaan yang
Pelatihan suatu tindakan dijawab dengan
penanganan pertolongan yang benar oleh
luka bakar dilakukan kepada responden
korban yang meliputi:
mengalami luka 1. Pengertian
bakar. penanganan
luka bakar
2. Manfaat
penanganan
luka bakar
3. Tata cara
penanganan
luka bakar
4. Prinsip
penanganan
luka bakar
Variabel Kemampuan Jumlah kuisioner Ordinal Nilai 1 = jawaban
Dependen: mahasiswa 1A pertanyaan yang benar
pengetahuan menjawab benar dan dijawab dengan Nilai 0 = jawaban
tentang kuesioner yang benar oleh salah
penanganan diberikan peneliti responden Pengetahuan baik
luka bakar tentang penanganan meliputi: = 80-100 (76-
luka bakar 1. Pengertian 100%)
penanganan Pengetahuan
luka bakar cukup = 60-70
2. Manfaat (56-75%)
penanganan Pengetahuan
luka bakar
3. Tata cara kurang = 0-50 (<
penanganan
luka bakar 56%)
4. Prinsip
penanganan
luka bakar
26

3.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.5.1 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data dilaksanakan melalui

proses sebagai berikut. Langkah-langkah pengumpulan data tergantung

dari rancangan penelitian dan teknik yang digunakan.

Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan pemilihan responden yaitu semua mahasiswa

tingkat 1 Keperawatan Poltekkes Soepraoen.

b. Peneliti kemudian menanyakan kesediaannya menjadi responden

penelitian. Bila responden bersedia maka responden akan diminta

untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden

penelitian.

c. Kemudian peneliti menjelaskan kepada responden untuk mengisi

kuesioner secara 2 tahap, yaitu :

1. Sebelum diberikan pengetahuan tentang penyuluhan

penanganan luka bakar.

2. Sesudah diberikan pengetahuan tentang penyuluhan

penanganan luka bakar


27

d. Setelah responden mengisi kuesioner yang sebelum diberikan

pengetahuan tentang penyuluhan penanganan luka bakar. Kemudian

peneliti menjelaskan pengetahuan tentang penyuluhan penanganan

luka bakar

e. Setelah peneliti menjelaskan pengetahuan tentang penyuluhan

penanganan luka bakar, lalu peneliti membagikan kuesioner kepada

responden.

f. Kemudian mengolah data yang sudah terkumpul

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian

ini berupa :

1. Variabel dependen menggunakan kuesioner

Kuesioner ini terkait dengan pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui tentang pengetahuan penanganan luka bakar. Kuesioner ini

terdiri dari 20 pertanyaan dengan kemungkinan menjawab dengan

benar atau salah dapat diukur dengan nilai 1 jika menjawab benar dan

0 jika menjawab dengan salah, skor tertinggi jika menjawab semua

pertanyaan dengan benar yaitu 100. Nilai jawaban yang benar

dikategorikan menjadi :

a. Hasil pengetahuan baik bila skornya: 80-100 (76-100%)

b. Hasil pengetahuan sedang bila skornya : 60-70 (56-75%)


28

c. Hasil pengetahuan rendah bila skornya: 0-50 (< 56%)

2. Variabel independent menggunakan SAP penanganan luka bakar

SAP

3.5.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian : penelitian dilakukan pada bulan Februari

2018 di terkait dengan materi yang akan diberikan dan tindakan

pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami luka bakar.

Di Poltekkes Soepraoen

3.5.4 Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang harus

diorganisasi sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel

atau diagram/grafik sehingga mudah dianalisis dan ditarik kesimpulan.

Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap (Nursalam, 2008):

1. Editing data (pemeriksaan data)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam editing adalah memeriksa

kembali lembar kuesioner yang telah terkumpul mengenai identitas pasien

dan bila ada data yang belum lengkap, diperbaiki, diperjelas dan bila

ditemukan kejanggalan dari data yang didapatkan maka segera diperbaiki.


29

2. Coding data (pemberian kode pada data)

Coding adalah pemberian kode pada setiap lembar jawaban yang

terkumpul pada lembar kuesioner untuk memudahkan proses

pengumpulan data.

Tabel 3.3 Data Coding

NO KATEGORI DATA KODE KETERANGAN

1. Jenis Kelamin 1 Laki-laki

2 Perempuan

2. Pendidikan 1 Tidak Sekolah

2 SD

3 SMP

4 SMA

5 D3/S1

3 Usia 1 Remaja

(12-25 tahun )

2 Dewasa

( 26-45 tahun )

3 Lansia

( 46-65 tahun )

3. Scoring (pemberian skor pada data)

Menentukan nilai untuk tiap item pertanyaan. Untuk pertanyaan

pengetahuan setiap jawaban benar bernilai 1 dan pertanyaan salah

bernilai 0. Untuk Penghitungan dalam penelitian ini menggunakan

total jawaban benar


Rumus = x 100
jumlah soal (20)
30

dengan presentasi sebagai berikut:

1. 80-100 (76-100%) : Baik

2. 60-70 (56-75%) : Cukup

3. 0-50 (< 56%) : Kurang

4. Tabulating (tabulasi)

Kuesioner yang memiliki angka-angka atau kode skor pada setiap

item pertanyaannya dijumlahkan sehingga didapat skor keseluruhan.

Hasil pengkodean dimasukkan ke dalam tabel yang dilakukan secara

komputerisasi untuk memudahkan dalam analisis data.

3.5.5 Analisa Data

Analisa data merupakan proses penghimpunan atau pengumpulan,

pemodelan dan transformasi data dengan tujuan untuk memperoleh

informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan, dan

mendukung pembuatan keputusan (Widi, 2010). Analisa data yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah analisa univariat dan

analisa bivariat.

1. Analisa univariat

Analisa univariat, yaitu analisis yang hanya melibatkan satu variabel

bebas (Sastroasmoro, 2011). Analisis univariat tergantung dari jenis data

yang ada. Untuk data numerik yang meliputi data usia menggunakan nilai

mean atau rata-rata, median, dan standar deviasi. Data kategorik yang
31

terdiri dari jenis kelamin, tingkat pengetahuan mahasiswa tingkat 1A

Keperawatan, dan penyuluhan penanganan luka bakar dilakukan analisa

dengan menghitung distribusi frekuensi dan presentasi masing-masing

kelompok. Pada analisis univariat data akan disajikan dalam bentuk

gambar dan tabel serta dilakukan interpretasi berdasarkan hasil data yang

diperoleh.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan (berkorelasi) atau memiliki perbedaan. Analisis bivariat

dilakukan dengan melihat hubungan antar variabel independent dan

dependent. Dalam penelitian ini analisis bivariat yang akan digunakan

adalah uji statistik wilcoxon.

3.6 Etika Penelitian

Peneliti menggunakan berbagai pertimbangan etik dalam proses

penelitian. Pertimbangan etik digunakan untuk melindungi responden dari

berbagai masalah etik yang mungkin muncul selama penelitian

berlangsung. Pertimbangan etik yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan pada pedoman etika penelitian yang dikemukakan oleh

Hidayat (2007) yaitu:

1. Informed Consent (surat persetujuan)

Informed Consent adalah lembar persetujuan yang diberikan kepada

subjek penelitian. Peneliti menjelaskan manfaat, tujuan, prosedur, dan


32

dampak dari penelitian yang akan dilakukan. Setelah dijelaskan, lembar

informed consent diberikan ke subjek penelitian, jika setuju maka

informed consent harus ditandatangani oleh subjek penelitian (Hidayat,

2007).

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity adalah tindakan menjaga kerahasiaan subjek penelitian

dengan tidak mencantumkan nama pada informed consent dan

kuesioner, cukup dengan inisial dan memberi nomor atau kode pada

masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality adalah menjaga semua kerahasiaan semua informasi

yang didapat dari subjek penelitian. Beberapa kelompok data yang

diperlukan akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Data yang dilaporkan

berupa data yang menunjang hasil penelitian. Selain itu, semua data

dan informasi yang telah terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti menggunakannya untuk kepentingan penelitian. Prinsip

tersebut diwujudkan dengan memberikan penjelasan bahwa peneliti

akan menjamin kerahasiaan data responden dan meyakinkan bahwa

lembar observasi akan didokumentasikan sendiri oleh peneliti.

4. Bebas dari penderitaan

Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada responden.
33

5. Bebas dari eksploitasi

Responden dalam penelitian ini tidak akan dipergunakan dalam hal-

hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun.

6. Resiko

Peneliti yang telah mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang

akan berakibat kepada responden pada setiap tindakan.

7. Right to self determination

Prinsip self determination memberikan kebebasan kepada

responden untuk berhak membuat keputusan atas dirinya sendiri,

dilakukan dengan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari

paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini dan untuk

berhenti dari penelitian ini. Dalam prinsip ini, hak sepenuhnya diberikan

kepada responden. Peneliti akan memberikan penjelasan tentang

tujuan, manfaat dan proses penelitian kepada responden. Penjelasan

akan dikemukakan secara verbal dalam bentuk tertulis sehingga dapat

dipahami dengan jelas, kemudian apabila responden menyetujui, maka

sebagai bentuk persetujuan, responden diminta menandatangani

informed consent yang telah disediakan oleh peneliti.

8. Right to full disclosure

Responden memiliki hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan

yang diberikan oleh peneliti tanpa adanya sanksi apapun.

9. Right in fair treatment


34

Responden diberikan perlakuan secara adil baik, sebelum, selama

dan setelah penelitian dilaksanakan tanpa ada diskriminasi dari

peneliti.

10. Right to Pivacy (hak untuk dijaga kerahasiaannya)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dijaga kerahasiaannya, sehingga perlu adanya tanpa nama

(anonymity) dan rahasia (confidentially) dengan cara menuliskan kode

pada lembar observasi tanpa keterangan nama lengkap dan alamat.

Kerahasiaannya subjek terjamin karena dalam pengisian butir soal

subjek tidak perlu mencantumkan nama, namun peneliti hanya

menuliskan kode pada lembar butir soal dan jika penelitian sudah

selesai butir soal akan dimusnahkan.


35

BAB 4

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan data mengenai hasil penelitian melalui

pengumpulan data yang diperoleh pada 19 Mei 2019 di Wilayah Politeknik

Kesehatan RS dr. Soepraoen. Responden yang hadir sebanyak 119

orang. Penyajian hasil meliputi gambaran umum lokasi penelitian, data

umum, dan data khusus tentang aktivitas fisik penderita hipertensi, dan

pembahasan. .

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Politeknik Kesehatan RS dr.Soepraoen Malang merupakan salah

satu peguruan tinggi kesehatan di Kota Malang yang terletak di Jalan S.

Supriadi No.22, Sukun, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Poltekkes

Soepraoen yang telah Terakreditasi B berdasarkan Keputusan BAN-PT

No.252/SK/BAN-PT/Akred/PT/IV/2019 dengan Progam Studi yang meliputi

Prodi Keperawatan, Prodi Kebidanan, Prodi Akupuntur, Prodi Rekan

Medis dan Informasi Kesehatan, Prodi Farmasi, dan Profesi Bidan.

Penelitian ini dilakukan pada wilayah Poltekkes RS dr. Soepraoen

Malang dengan waktu selama 1 jam 1 kali petemuan. Tatalaksana

penelitian yaitu sebelumnya responden mengisi kuesioner yang sebelum

diberikan edukasi tentang penyuluhan penanganan luka bakar. Kemudian

peneliti menjelaskan pengetahuan tentang penanganan luka bakar


36

Setelah peneliti menjelaskan tentang penyuluhan penanganan luka bakar,

lalu peneliti membagikan kuesioner kepada responden.

4.1.2 Data Umum

Data ini mengetahui adanya Pengaruh Penyuluhan Penanganan

Luka Bakar Menggunakan Multimedia pada Mahasiswa Tingkat 1

Keperawatan Poltekkes Soepraoen Malang.

1. Karakteristik responden berdasarkan Usia Pada Mahsiswa Tingkat 1

Keperawatan di Poltekkes Soepraoen Malang.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Di


Poltekkes Soeproen Malang.
No Umur Frekuensi Presentase

1. 19 tahun 108 91%


2. 20 tahun 6 5%

3. 21 tahun 5 4%

Total 119 100%


(sumber: Lembar observasi Data Primer Mei, 2019)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, didapatkan data bahwa dari 119

responden sebagian besarnya berusia 19 tahun sebanyak 108 responden

91%, berusia 20 tahun sebanyak 6 responden 5% dan 21 tahun 5

responden 4%

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada

Mahasiswa Poltekkes Soepraoen Malang.


37

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin Di Poltekkes Soepaoen Malang
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1. Laki-Laki 38 33%
2. Perempuan 81 67%
Total 119 100%
(sumber: Lembar observasi Data Primer Mei, 2019)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, didapatkan data bahwa dari 119

responden sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan

sebanyak 81 responden 67% dan hampir setengahnya laki laki sebanyak

38 responden 33%.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Mahasiswa

tingkat 1 Keperawatan Poltekkes Soepraoen Malang.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Frekuensi Presentase
1. Tidak Bersekolah 0 0%
2. SMA 119 100%
Total 119 100%
(sumber: Lembar observasi Data Primer Mei, 2019)

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, didapatkan data bahwa dari 119

responden seluruhnya bersekolah tidak ada yang tidak bersekolah.

4. Karakterisitik Responden Berdasarkan Informasi Pada Mahasiswa

Tingkat 1 Keperawatan Poltekkes Soepraoen Malang.


38

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Informasi Pada Mahasiswa tingkat 1 Keperawatan Poltekkes
Soepraoen Malang.

No Informasi Frekuensi Presentase

1. Sudah Menerima Informasi 38 33%


2. Belum Menerima Informasi 81 67%

Total 119 100%


(sumber: Lembar observasi Data Primer Mei, 2019)

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, didapatkan data bahwa dari 119

responden sebagian besarnya belum pernah menerima informasi tentang

penanganan luka bakar sebanyak 81 responden 67% dan sebagian kecil

sudah pernah menerima informasi tentang penanganan luka bakar

sebanyak 39 responden 33%.

4.1.3 Data Khusus

Data khusus karakteristik berdasarkan pengetahuan mahasiswa

tingkat 1 Keperawatan Poltekkes Soepraoen Malang sebelum dan

sesudah perlakuan pemberian penyuluhan kesehatan tentang

penanganan luka bakar.

Data Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan

Potekkes Soepraoen Malang Sebelum Dan Sesudah Di Berikan

Penyuluhan tentang Penanganan Luka Bakar.


39

Tabel 4.5 Hasil Analisis Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


Penananan Luka Bakar Pre Test Dan Post Test Pada
Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan Potekkes Soepraoen
Malang.

No Pengetahuan Frekuens Presenta Frekuens Presenta Nilai P


Responden i se i se

Pre Test Post Test


1. Baik 25 21% 93 78% wilcoxon

2. Cukup 71 60% 26 22% Z=-8.316

3. Kurang 23 19% 0 0% P=0.000

Total 119 100% 119 100%

(sumber: Lembar observasi Data Primer Mei, 2019)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, Data Tingkat Pengetahuan Mahasiswa

tingkat 1 keperawatan Poltekkes Soepraoen Sebelum Di berikan

penyuluhan penanganan luka bakar didapatkan data bahwa dari 119

responden sebagian besar dengan pengetahuan Cukup sebanyak 71

responden 60%, dengan pengetahuan baik sebanyak 25 responden 21%

dan dengan pengetahuan kurang sebanyak 23 responden 19%.

Data Tingkat Pengetahuan Mahasiswa tingkat 1 keperawatan

Poltekkes Soepraoen Sesudah Di berikan penyuluhan penanganan luka

bakar didapatkan data bahwa dari 119 responden sebagian besar dengan

pengetahuan Baik sebanyak 93 responden 78%, dengan pengetahuan

Cukup sebanyak 26 responden 22% dan tidak ada mahasiswa yang

mendapat predikat Kurang.

Didapatkan data bahwa tingkat Pengetahuan seluruh responden

119 sebelum diberikan Pendidikan kesehatan (pre-test) dengan sesudah

diberikan Pendidikan Kesehatan (post-test) mengalami perubahan nilai.


40

Hasil uji statistik (Uji Wilcoxon) menggunakan Aplikasi IBM SPSS

Statistics 22 sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan penanganan

luka bakar diatas, diketahui nilai p value sebesar 0,000 dimana ɑ=5% dan

nilai Z sebesar -8.316. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p 0,000

lebih kecil dari < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H 1 diterima artinya

ada Pengaruh Penyuluhan Tentang Penanganan Luka Bakar

Menggunakan Multimedia Pada Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan

Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat I Keperawatan


Tentang Penanganan Luka Bakar Di Poltekkes RS dr.
Soepraoen Malang Sebelum Di Berikan Penyuluhan Tentang
Penanganan Luka Bakar

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebelum di berikan

penyuluhan penanganan luka bakar didapatkan data bahwa dari 119

responden sebagian besar dengan pengetahuan Cukup sebanyak 71

responden 60%, dengan pengetahuan baik sebanyak 25 responden 21%

dan dengan pengetahuan kurang sebanyak 23 responden 19%.

Pengetahuan adalah suatu proses berfikir berupa kemampuan atau

daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya

serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu yang

diamati dari dunia sekitar. Menurut Susanto (2014) salah satu aspek yang

penting untuk dikembangkan adalah Tingkat Pengetahuan. Pengetahuan

adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk


41

menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau

peristiwa. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa dengan pengetahuan

pada anak dapat dinilai sebagai kemampuan menilai, memecahkan

masalah, proses tersebut terjadi secara internal pada susunan syaraf

pusat sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan. Selain itu adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu faktor

pendidikan, usia, media informasi.

Berdasarkan dari hasil penelitian data yang diperoleh bahwa,

berdasarkan pendidikan responden didapatkan data bahwa dari 119

responden seluruhnya bersekolah tingkat SMA hingga menempuh

pendidikan diploma 3 kesehatan. Sesuai pendapat Notoadmojo (2016)

bahwa pendidikan sangat penting untuk pengetahuan, karna pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Pendidikan

membentuk perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang

sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social, sehingga

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Juga dapat mengubah

perilaku seseorang dalam bidang kesehatan. Pendidikan sangat erat

kaitan nya, karna sebagian dari responden berasal dari SMK kesehatan.

Sehinnga pada saat sebelum diberikan penyuluhan tentang penanganan

luka bakar sebanyak 71 orang 60% mahasiswa dapat menjawab degan

predikat Cukup.
42

4.2.2 Tingkat Pengetahuan Penanganan Luka Bakar Pada


Mahasiswa Tingkat I Keperawatan Poltekkes Soepraoen
Malang Sesudah Di Berikan Penyuluhan Tentang Penanganan
Luka Bakar

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sesudah diberikan

penyuluhan penanganan luka bakar didapatkan data bahwa dari 119

responden sebagian besar dengan pengetahuan Baik sebanyak 93

responden 78%, dengan pengetahuan Cukup sebanyak 26 responden

22% dan tidak ada mahasiswa yang mendapat predikat Kurang.

Berdasarkan dari hasil penelitian data yang diperoleh bahwa

berdasarkan usia dari 119 responden sebagian besarnya berusia 19 tahun

sebanyak 108 responden 91%, berusia 20 tahun sebanyak 6 responden

5% dan 21 tahun 5 responden 4%

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang,

semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik (Notoatmodjo, 2010). Selain itu semakin bertambahnya usia

seseorang maka makin berambah pula tingkat pengetahuan seseorang,

seirig dengan pengalaman hidup, emosi, pengetahuuan, dan keyakinan

yang lebih matang (Notoatmodjo, 2010). Usia cukup berpengaruh dengan

pengetahuan, karena responden berusia 19-21 tahun. Di usia tersebut

merupakan proses berkembangnya pola pikir dan daya tangkap sehingga

pengetahuan yang di peroleh semakin membaik. Maka dari itu setelah

diberikan penyuluhan tentang penanganan luka bakar sebanyak 93

responden 78% dapat menjawab dengan predikat Baik.


43

Hasil penelitian ini untuk meningkatkan tingkat pengetahuan

mahasiswa dengan diberikan penyuluhan kesehatan melalui metode

multimedia yang menarik dan menyenangkan yang dapat membantu

mengembangkan pengetahuan pada mahasiswa. Dengan melalui

penyuluhan tentang penanganan luka bakar dapat meningkatkan

pengetahuan atau menstimulus pengetahuan pada mahasiswa tentang

penanganan luka bakar yang benar. Menurut Mala (2015) bahwa terdapat

perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah diberikan

pendidikan kesehatan tentang penanganan luka bakar terhadap tingkat

pengetahuan pada mahasiswa. Jika seseorang diberikan pendidikan

kesehatan yang mengandung unsur edukatifnya maka dapat membantu

mengoptimalkan pengetahuan orang tersebut dan melatih daya ingat.

4.2.3 Pengaruh Penyuluhan Mengunakan Multimedia Terhadap


Pengetahuan Tentang Penanganan Luka Bakar Pada
Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen
Malang.

Dari Hasil penelitian didapatkan bahwa sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan pemberian penyuluhan mahasiswa mengalami

perubahan nilai pengetahuan. Keseluruhan responden (100%), di

dapatkan responden sebagian besar dengan pengetahuan Baik sebanyak

93 responden 78%, dengan pengetahuan Cukup sebanyak 26 responden

22% dan tidak ada mahasiswa yang mendapat predikat Kurang Dan

penelitian ini mengunakan Uji Wilcoxson dengan taraf kesalahan 5% dan

nilai p 0,000 lebih kecil dari < 0,05 sehingga H1 diterima dan H0 ditolak,

artinya Ada Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Multimedia Terhadap


44

Peningkatan Pengetahuan Tentang Penanganan Luka Bakar Pada

Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang.

Berdasarkan dari hasil penelitian data yang diperoleh bahwa,

berdasarkan informasi didapatkan data bahwa dari 119 responden hampir

setenganya belum pernah mendapatkan informasi mengenai pendidikan

kesehatan tentang penanganan luka bakar sebanyak 81 orang 67% dan

sebagian kecil sudah pernah mendapat informasi mengenai pendidikan

kesehatan tentang penanganan luka bakar sebanyak 38 orang 33%.

Sesuai pendapat Notoadmojo (2016) bahwa informasi sebagai suatu

teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,

mengumumkan menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan

tertentu. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Selama ini

mahasiswa tingkat 1 keperawatan tidak pernah mendapatkan informasi

mengenai penanganan luka bakar yang benar. Dari hal tersebut dapat

diketahui bahwa dengan memberikan penyuluhan tentang penanganan

luka bakar dapat memberikan pengaruh menambah pengetahuan pada

mahasiswa sehingga terjadi perubahan nilai responden sebanyak dari 119

responden sebagian besar dengan pengetahuan Baik sebanyak 93

responden 78%, dengan pengetahuan Cukup sebanyak 26 responden

22% dan tidak ada mahasiswa yang mendapat predikat Kurang.

Berkenaan dengan tingkat pengetahuan ini, Abin Syamsuddin

menunggakapkan bahwa proses pengetahuan fungsi-fungsi dan perilaku


45

kognitif menurut Pigaet berlangsung mengikuti suatu sistem atau prinsip

atau teknik keseimbangan (seeking equilibrum), dengan menggunkan dua

cara assimilation dan accommodation. Dari uraian diatas menunjukan

bahwa keseimbangan pengetahuan dapat dipandang sebagai salah satu

suatu perubahan. Setiap tahapan pengetahuan mempunyai bentuk

keseimbangan tertentu sebagai fungsi dari kemampuan memecahkan

masalah. Maka dari itu di perlukan penyuluhan tentang penanganan luka

bakar yang cocok terutama untuk mahasiswa tingkat 1 keperawatan yang

dari awalnya tidak mengetahui langkah – langkah penanganan luka bakar

yang benar dan dengan pemberian penyuluhan penanganan luka bakar

dapat meningkatkan pengetahuan responden.(Rahayu, 2012).

Penyuluhan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan

sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa

belajar memperbaiki kesadaran (literacy) serta meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya (life skills) demi kepentingan

kesehatannya (Nursalam,2008). Pendidikan kesehatan merupakan suatu

proses perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah atau

mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan,

sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik

secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan

komponen dari program kesehatan (Suliha, 2002).

.Sejalan dengan teori diatas bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada peningkatan pengetahuan mahasiswa tingkat 1


46

keperawatan di kelompok eksperimen antara sebelum diberi penyuluhan

penanganan luka bakar dengan sesudah diberi penyuluhan penanganan

luka bakar. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan kelompok

control yang tidak diberikan perlakuan sehingga dapat dinyatakan ada

pengaruh penyuluhan penanganan luka bakar pada mahasiswa tingkat 1

keperawatan.

Menurut peneliti dari hasil penelitian ini membuktikan pengaruh

penyuluhan penanganan luka bakar memiliki pengaruh terhadap

peningkatan pengetahuan tentang penanganan luka bakar yang benar

pada responden. Karena dengan pendidikan kesehatan merupakan

pembelajaran yang efektif untuk merangsang pengetahuan mahasiswa.


47

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data hasil pengukuran

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan sebelum dan

sesudah Pemberian Penyuluhan Mengunakan Multimedia Terhadap

Pengetahuan Tentang Penanganan Luka Bakar Pada Mahasiswa Tingkat

1 Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang Kota Malang,

didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat Pengetahuan Tentang Penanganan Luka Bakar sebelum Di

berikan Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Luka Bakar

dengan didapatkan hasil data bahwa dari 119 responden sebagian

besar dengan pengetahuan Cukup sebanyak 71 responden 60%,

dengan pengetahuan baik sebanyak 25 responden 21% dan dengan

pengetahuan kurang sebanyak 23 responden 19%.

2. Tingkat Pengetahuan Tentang Penanganan Luka Bakar sesudah

diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Luka Bakar

dengan hasil dari 119 responden sebagian besar dengan

pengetahuan Baik sebanyak 93 responden 78%, dengan

pengetahuan Cukup sebanyak 26 responden 22% dan tidak ada

mahasiswa yang mendapat predikat Kurang.

3. Ada Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang

Penanganan Luka Bakar Terhadap Peningkatan Pengetahuan


48

Tentang Penanganan Luka Bakar Pada Mahasiswa Tingkat 1

Keperawatan Poltekkes Soepraoen Malang dengan menggunakan uji

wilcoxon dengan hasil nilai p ∝0,000 yang kurang dari <0,05.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi institusi prodi keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam


mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan tentang
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan
tentang Penanganan Luka Bakar Pada Mahasiswa Tingkat 1
Keperawatan Poltekkes Soepraoen Malang.

5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam


mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan.
5.2.3 Bagi Responden

Penelitian berharap semoga hasil penelitian ini dapat meningkatkan


pengetahuan tentang penanganan luka bakar pada mahasiswa tingkat 1
keperawatan Poltekkes Soepraoen Malang
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

dan kepustakaan bagi ilmu keperawatan serta dapat dikembangkan oleh

peneliti selanjutnya dalam memberikan pendidikan kesehatan dan dapat

dijadikan sebuah acuan untuk penelitian selanjutnya.


49

DAFTAR PUSTAKA

Agfian, 2011. Pertolongan Pertama pada Luka Bakar. Accsesed 28


september 2018
Anonim, 2010. Pertolongn Pertama pada Luka Bakar. Diakses tanggal 28
september 2018
Brunicardi F C, Anderson D, Dunn DL. 2005. Schwartz Principlesof
surgery. 8 edition. Hill medical publishing.
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih
bahasa Agung waluyo. Editor Smeltzer Suzanne C. Edisi 8. Jakarta
: EGC
Delauneand Ladner. 2002. Fundamental of nursin standarts & practice
second edition.
Elisabeth. 2009. Luka Bakar. Diakses tanggal 28 Septmber. Didapat dari:
http://s1-kep.blogspot.com/2018/28/luka-bakar.html
Moenadjat, Yefla. 2001. Luka Bakar. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo. 2012. Konsep Dasar Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. 2016. Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2008.Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam Dan Efendi. 2008. Ilmu Pendidikan Kesehatan dalam
Keperawatan: pendekatan praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam dkk. 2009. Konsep Pendidikan Kesehatan. Jurnal keperawatan
Indonesia.
Nursalam. 2008. Pendidikan Kesehatan dengan Peningkatan
Pengetahuan Anak SMA di SMA06 Babat Jawa Tengah. Idea
Nursing Journal. 7:148-60
Nursalam. 2008. Pendidikan Kesehatan Ilmu Keperawatan: pendekatan
praktis Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
50

Nursalam. 2012. Manfaat Ilmu Pendidikan Kesehatan dalam


Keperawatan: pendekatan praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku ajar Keperawatan Konsep, Proses, dan
praktik. Edisi 4 volume 1. EGC. Jakarta
Sotroasmoro, S dan Ismael, S. 2011. Dasar-dasar Metodologi penelitin
Klinis. Binarupa Aksara : Jakarta
Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuntitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Vaughan, Tay. (2011). Multimedia : making it work. Edisi 8. New York :
Mc-Graw-Hill
Yusuf. 2011. Pertolongan Pertama Saat Luka Bakar. Diakses 28
september 2018
51

Lampiran 1

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian

Bulan

Kegiatan 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

1 Penyusunan Proposal X X X

Penyusunan
2 X X X
Instrumen

3 Seminar Proposal X

4 Perbaikan Proposal X

5 Persiapan Lapangan X

6 Uji Coba Instrumen X

X
7 Pengumpulan Data

X
8 Pengolahan Data

X
9 Analisa Data

X
10 Penyusunan Laporan

X
11 Uji Sidang
52

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

INSTRUMEN

Kuesioner ini dibuat guna mengukur tingkat persepsi dan mengetahui


perbedaan persepsi penanganan luka bakar. Pernyataan pada
instrument ini tidak ada jawaban benar maupun salah. Instrumen
dibawah ini hanya akan mengindikasikan anda pada tingkat setuju dan
tidak setuju disetiap pernyataan pada kolom tersebut. Demi tercapainya
hasil yang diharapkan, jawablah pernyataan dengan jujur dan tepat.
Anda diperbolehkan menanyakan pernyataan yang kurang jelas pada
peneliti.

A. Data Demografi
1. Nama ( inisial) :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Alamat :
B. Riwayat Luka bakar
1. Apakah anda pernah mengalami luka bakar
o Pernah
o Tidak pernah
2. Apakah anda pernah melihat orang yang terkena luka bakar?
o Pernah
o Tidak pernah
3. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang
penanganan luka bakar?
o Pernah
o Tidak pernah
4. Dari mana sumber informasi yang anda dapatkan tentang
penanganan luka bakar ?
o Internet
o Sosial media
53

o Teman/Keluarga
o Perkuliahan
o Lainnya…
5. Bagaimana tindakan penanganan luka bakar yang pernah anda
lakukan?

Jawaban :
………………………………………………………………...

C. Kuisioner Pengetahuan Penanganan Luka Bakar

Petunjuk Pengisian

1. Pilihlah jawaban yang menurut anda sesuai dari


pernyataan disetiap kolom yang telah tersedia serta
jawab dengan jujur dan tepat
2. Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban pada kolom
jawaban yang telah disediakan.
Pilihan jawaban adalah :
B : Benar
S : Salah.

NO Pernyataan B S
Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak nya jaringan akibat kontak
1 langsung dengan benda padat yang menyebabkan
terbakar
Luka bakar derajat 1 (ringan) akan terasa nyeri dan
2
terdapat kemerahan di daerah luka

Penyebab Luka Bakar


Paparan suhu dingin yang ekstrem adalah salah satu
3
penyebab luka bakar
4 Paparan sinar matahari termasuk luka bakar jenis
54

radiasi

Respon Terhadap Luka Bakar


Ketika terjadi luka bakar kemerahan, saya langsung
5 membawa korban kefasilitas kesehatan tanpa
memberikan penanganan
Ketika terjadi luka bakar kemerahan tanpa adanya
melepuh, saya tidak akan melakukan tindakan
6
penanganan karena gejala akan hilang dengan
sendirinya
Ketika terjadi luka bakar ringan dan sedang, saya
7
menangani korban sambil menunggu bantuan medis
Persepsi Penanganan Luka Bakar Derajat 1
(ringan)
Tindakan pertama yang saya lakukan saat terjadi luka
8
bakar ringan dengan mengaliri air selama 15-30 menit
Tindakan pertama yang saya lakukan saat terjadi luka
9 bakar ringan dengan merendam luka di air selama 10-
15 menit
Penanganan pertama pada luka bakar derajat 1
10 (ringan) bias menggunakan pasta gigi atau lotion untuk
mendinginkan luka bakar
Persepsi Penanganan Luka Bakar derajat 2
(sedang)
Saat terjadi luka bakar melepuh saya mengaliri luka
11 dengan air bersih mengalir selama kurang lebih 20-25
menit
Saat menangani luka bakar dan melepuh di daerah
12
leher, saya tidak perlu melihat pola nafasnya
Gelembung yang berisi air harus di pecahkan agar
13
tidak semakin parah
14 Penanganan luka bakar derajat 2 (sedang) bias
55

menggunakan pasta gigi untuk mengurangi infeksi


Kompres es selama 15-30 menit dapat mengurangi
15 nyeri dan dapat mempercepat penyembuhan
lukabakar
Komplikasi luka bakar
Penanganan luka bakar dengan air bersih mengalir
16
selama 20 menit dapat memperparah luka bakar
Penanganan luka bakar yang salah dapat
17
menyebabkan anemia
Luka bakar dapat menyebabkan kekurangan cairan
18
tubuh
19 Pemberian pasta gigi dapat memperparah luka
Pemberian pasta gigi pada luka bakar dapat
20 mendinginkan area yang terkena luka bakar dan
menurunkan infeksi
56

Lampiran 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Luka Bakar

Sub pokok bahasan : Penanganan luka bakar

Sasaran : Korban Luka Bakar

Hari/tanggal :

Tempat : Poltekkes RS dr.Soepraoen

Pukul :

A. Latar Belakang

Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering
dialami oleh tiap orang terutama anak-anak. Menjadi penyebab kematian
kedua terbesar pada anak-anak setelah kecelakan. Derajatnya berbeda-
beda, dari luka bakar yang paling ringan yaitu akibat sengatan matahari
hingga yang terberat dapat menyebabkan kematian. Luka bakar yaitu luka
yang disebabkan oleh suhu tinggi, dapat disebabkan banyak faktor
diantaranya faktor fisik seperti api dan air panas, faktor listrik seperti kabel
listrik yang terbuka dan petir hingga faktor bahan kimiawi seperti asam
atau basa kuat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
- Memberikan penyuluhan tentang Luka Bakar.
- Pada akhir penyuluhan diharapkan mahasiswa tinkat 1 dapat
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan
pertama terhadap luka bakar.
57

2. Tujuan Khusus
Memberikan penjelasan tentang infeksi pada Luka Bakar.
C. Materi
1. Pengertian luka bakar.
2. Proses infeksi pada luka bakar.
3. Penanggulangan infeksi luka bakar.
4. Pencegahan infeksi luka bakar.
5. Penanganan Luka Bakar Ringan.
6. Pertolongan Pertama pada Luka Bakar.
D. Media

Powerpoint, modul, video

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah.
2. Tanya Jawab.
F. Pengorganisasian
1. Moderator :.
2. Penyaji :
G. Rincian Tugas
1. Moderator : Memimpin jalannya acara penyuluhan.
2. Penyaji : Memberikan penjelasan tentang materi yang
akan disampaikan.
58

H. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan

1 10 Menit Pembukaan.

Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.

Memprkenalkan diri.

Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.

Menyebutkan materi yang akan diberikan.

2 30 Menit Pelaksanaan Penyampaian Materi :

a. Pengertian luka bakar.


b. Proses infeksi pada luka bakar.
c. Penanggulangan infeksi luka bakar.
d. Pencegahan infeksi luka bakar.

3 10 menit Mengajukan pertanyaan tentang materi


pembelajaran :

a. Kesimpulan dari pembelajaran.


b. Salam penutup.

Menjawab, Mendengarkan dan Memperhatikan.

I. Evaluasi Lisan
Mampu memahami tanda-tanda infeksi pada luka bakar.
J. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Luka Bakar
59

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan


jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan
suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya
yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.

2. Proses terjadinya Infeksi pada Luka Bakar


a. Kerusakan Jaringan

Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak dan sel darah
yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Luka bakar menyebabkan rupturnya sel atau nekrosis sel. Sel
yang di perifer masih dapat hidup tapi sebagian ada yang rusak.
Akibat rusaknya mikrosirkulasi perifer lapisan kolagen akan
berubah bentuk dan rusak.

b. Inflamasi (Peradangan)

Reakasi infalamasi yang paling awal terlihat adalah erythema


yang disebabkan karena respon neurovaskular mengakbibatkan
vasodilatasi pembuluh darah. Makin berat kerusakan jaringannya
maka respon inflamasi yang muncul akan makin lama bertahan.

c. Infeksi

Luka bakar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan


mikroorganisme, biasanya akan menyebabkan infeksi dalam 24-
48 jam. Dalam kondisi yang lebih berat akan muncul bakteriemi
atau septikemi yang kemudian akan tejadi penyebaran infeksi ke
tempat yang lain. Bakteriemi merupakan penyebab kematian
tersering pada luka bakar mulai dari 24 jam pertama sampai pada
luka bakar yang sudah sembuh.
60

3. Penanggulangan Infeksi pada Luka Bakar

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan


resusitasi cairan dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung
pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua
perawatan luka bakar agar luka segera sembuh dan rasa sakit
yang berkurang.

Setelah luka dibersihkan dan di debridement lalu luka


ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi diantaranya ;

a. Pertama, dengan penutupan luka akan melindungi luka


dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni
bakteri atau jamur.
b. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah
evaporasi pasien tidak hipotermi.
c. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin
agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan
timbulnya rasa sakit.

4. Pencegahan Infeksi pada Luka Bakar


a. Hentikan kontak dengan sumber panas untuk mencegah
terjadinya kerusakan jaringan yang lebih parah.
b. Bilaterkena api, jangan berlari karena tindakan ini justru akan
memperbesar nyala apinya, lebih baik berguling-guling. Siram
dengan air atau selimuti dengan selimut basah.
c. Bila terkena zat kimia, harus segera dicuci dengan air
sebanyak-banyaknya. Lebih baik lagi mencucinya di bawah
kran air yang mengalir.
d. Bila terkena aliran listrik, putuskan aliran listrik tersebut
selekas mungkin dengan menarik steker dari kontaknya atau
melepaskan sekering.
e. Lalu lepaskan penderita dari barang yang mengandung aliran
listrik dengan menggunakan benda yang tidak menghantarkan
61

aliran listrik, misalnya sepotong dahan kering atau papan.


Penolong pun harus terisolasi, misalnya dengan berdiri di atas
papan kering, tumpukan koran atau pakaian kering.
f. Apapun penyebab luka bakar, turunkan suhu luka
bakar dengan air mengalir atau kompres air dingin (bukan
dengan air es atau es batu) selama 10-20 menit.
g. Bila korban berada di dalam ruang tertutup, segera dibawa ke
ruang terbuka atau yang memiliki ventilasi yang baik.

5. Penanganan Luka Bakar Ringan


8) Guyur luka bakar tersebut dengan air mengalir yang
bersih atau rendam luka tersebut dalam air
bersih atau kompres dingin (jangan gunakan air es atau es
batu) sekitar 10-20 menit untuk mengurangi panas atau suhu
pada luka dan membantu mengurangi nyeri.
9) Jika terdapat lepuhan, jangan dipecah. Jika lepuhan besar
dan mengganggu, maka segera ke dokter.
10) Oleskan obat luka bakar pada luka dan tutup dengan kasa
steril.
11) Jika perlu, minum obat penghilang rasa nyeri atau periksa ke
dokter.
12) Cegah jangan sampai terjadi infeksi pada luka. Jika terjadi
infeksi yang ditandai dengan adanya nanah pada luka atau
terjadi demam, segera ke dokter.
13) Jika luka bakarnya luas segera lepaskan baju dan asesoris
yang melekat pada badan tetapi jangan melepas/menarik baju
yang melekat pada luka bakar karena dapat memperparah
kerusakan jaringan. Selimuti dengan selimut bersih dan
segera bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pertolongan.
14) Untuk luka bakar akibat cairan kimia atau tersengat aliran
listrik, luka bakar yang mencederai saluran napas, luka bakar
62

pada bayi, pada wajah, mata, genitalia, atau daerah


persendian, segera bawa ke rumah sakit terdekat secepatnya.

Catatan:

Jangan mengoleskan pasta gigi, mentega, kecap, atau


minyak tanah pada luka bakar karena dapat menyebabkan
infeksi yang membuat luka bisa semakin parah dan
menghambat penyembuhan luka serta menimbulkan bekas
luka.

6. Pertolongan Pertama pada Luka Bakar


Secara sistematik dapat dilakukan 6c diantaranya:
1) Clothing
Singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar.
Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan
maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
2) Cooling
a. Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan
menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari
hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama
pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai
dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar.
b. Kompres dengan air suhu ruangan (air sering diganti agar
efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesik
(penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi.
c. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan
pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga
justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia.
d. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di
daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar
63

berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit


baru disiram air yang mengalir.
Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah
clothing dan cooling. Selanjutnya dilakukan pada fasilitas
kesehatan.
3) Cleaning

Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk


mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang
sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko
infeksi berkurang.

4) Chemoprophylaxis
Pemberian anti tetanus dapat diberikan pada luka yang
lebih dalam. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk
penanganan infeksi dapat diberikan kecuali pada luka bakar
superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi
sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi
dengan bayi kurang dari 2 bulan.
5) Covering
Penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai
dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu
ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka
(yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk
mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya
lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega,
minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan
dan meningkatkan risiko infeksi.
6) Comforting
Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Dapat
diberikan penghilang nyeri berupa Paracetamol Selanjutnya
pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya
seperti :
64

a. Airway and breathing


Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak,
dahak berwana jelaga (black sputum), gagal napas, bulu
hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar
pada daerah orofaring dan leher membutuhkan
tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke
dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan
napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di
fasilitas kesehatan yang lengkap.
b. Circulation

Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan.


Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian
cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus)
diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu
dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan
komponen penting karena pada luka bakar terjadi
kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit
yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan
mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari
pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila
hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak
tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah
dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan
yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
65

Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth.
Saudara calon responden penelitian
Di Tingkat 1 Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Prodii
Keperawatan Politeknik Kesehatan dr. Soepraoen Malang.
Nama : FITRI OCTAVIA
NIM : 16.1.034
Sebagai syarat tugas akhir mahasiswa Prodi Keperawatan
Politeknik Kesehatan dr. Soepraoen, saya akan melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Mengunakan Multimedia Terhadap
Pengetahuan Tentang Penanganan Luka Bakar Pada Mahasiswa Tingkat
1 Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang”. Untuk keperluan
tersebut saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden
penelitian ini. Selanjutnya kami mohon saudara untuk memberikan
informasi dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban saudara di jamin
kerahasiaannya.
Demikian atas bantuan dan partisipasinya disampaikan terimakasih.
Malang, Januari 2019

Fitri Octavia
NIM. 16.1.034
66

Lampiran 5

PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN UNTUK MENGIKUTI

PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah mahasiswa peneliti berasal dari program studi D3

Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang dengan ini

meminta Anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian

yang berjudul Pengaruh Penyuluhan Mengunakan Multimedia

Terhadap Pengetahuan Tentang Penanganan Luka Bakar Pada

Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen

Malang.

2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh

Penyuluhan Mengunakan Multimedia Terhadap Pengetahuan Tentang

Penanganan Luka Bakar Pada Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan

Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang

3. Prosedure pengambilan bahan penelitian/data dengan cara

memberikan kuisioner tentang pengetahuan mahasiswa tentang

penanganan luka bakar yang diisi oleh responden sebelum dan

setelah materi disampaikan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada

penelitian ini adalah anda dapat menambah pengetahuan dan

wawasan khususnya tentang penanganan luka bakar


67

5. Seandainya anda tidak menyetujui cara ini maka anda dapat memilih

cara lain yaitu Anda boleh tidak mengikuti penelitian ini sama sekali.

Untuk itu anda tidak akan dikenakan sanksi apapun

6. Nama dan jati diri anda akan tetap dirahasiakan

7. Kalau saudara memerlukan informasi/bantuan yang terkait dengan

penelitian ini, silahkan menghubungi Fitri Octavia (085604619394)

sebagai peneliti.

PENELITI

Fitri Octavia
68

Lampiran 6

INFORMED CONSENT

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya

telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai

penelitian yang akan dilakukan oleh Fitri Octavia dengan judul Pengaruh

Penyuluhan Mengunakan Multimedia Terhadap Pengetahuan Tentang

Penanganan Luka Bakar Pada Mahasiswa Tingkat 1 Keperawatan

Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang Saya memutuskan setuju untuk ikut

berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila

selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya

dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Malang, tgl ………………….20... Malang, tgl ………………….20....

Saksi Yang memberikan persetujuan

(………………………………………….)
Malang, tgl. (………………………………………………)

Mengetahui

Ketua Pelaksana Penelitian

(……………………………………………..)
69

Lampiran 7

Tabulasi Data

Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRE .395 119 .000 .723 119 .000
POS .249 119 .000 .775 119 .000
a. Lilliefors Significance Correction

NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ra nks

N Mean Rank Sum of Ranks


POS - PRE Negat ive Rank s 0a .00 .00
Positive Rank s 90 b 45.50 4095.00
Ties 29 c
Total 119
a. POS < PRE
b. POS > PRE
c. PRE = POS

Test Statisticsb

POS - PRE
Z -8.316a
As ymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks .
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
70

Lampiran 8

SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN


71

Lampiran 9

Lembar Konsultasi Pembimbing I


72

Lampiran 10

Lembar Konsultasi Pembimbing II


73

Lampiran 11

PPT PENELITIAN
74

Lampiran 12

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai