D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
KELOMPOK V
1. AYU ASHARI
2. NAZLAH SYAFITRI MANURUNG
3. NURA SAFITRA
4. RAHMAT NARWASTU HIA
Dosen Pengampu :
Ns. Jek Amidos Pardede, S.Kep., M,Kep., Sp. Kep.J
A. Latar Belakang
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan
pada setiap tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak,
remaja, dewasa maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana
mereka sudah cukup mengerti dan memahami sesuatu serta mampu
memahami mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang
digunakan dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut
beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus
diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada sesuatu
yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di sekitarnya.
Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana
mereka akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai
karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan
dipahami setiap karakter anak usia sekolah agar dapat memberikan tugas
dengan tepat yang dapat mengoptimalkan potensi mereka yang sesuai dengan
umur mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Perkembangan
Menurut Nagel dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38),
perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang
terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karna itu
bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam
bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Aspek-aspek Perkembangan
a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak usia sekolah (7-12
tahun)
1. Parameter umum
Rata-rata tinggi badan anak usia 7-12 tahun 113 cm dan rata-rata
BB anak usia 6-12 tahun mencapai 21 kg.
2. Nutrisi
Kebutuhan kalori harian anak usia 7-12 tahun menurun
sehubungan dengan ukuran tubuh, dan rata-rata membutuhkan
2400 kalori perhari. Banyaknya anak yang tidak menyukai
sayuran, biasanya hanya satu jenis makanan,yang disukai orang
tua memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pilihan anak
terhadap makanan.
3. Pola tidur
Kebutuhan tidur setiap anak bervariasi, biasanya 8 sampai 9,5 jam
setiap malam.
4. Kesehatan gigi
Mulai sekitar usia 6 tahun gigi permanen tumbuh dan anak secara
bertahap kehilangan gigi desi dua.
5. Eliminasi
Pada usia 6 tahun, 85% anak memiliki kendala penuh terhadap
kandung kemih dan defekasi, enurisis nocturnal (mengompol)
terjadi pada 15% anak berusia 6 tahun
b. Perkembangan motorik
1. Motorik kasar
Biasanya anak bermain sepatu roda, berenang, kemampuan
berlari dan melompat meningkat secara progresif.
2. Motorik halus
Anak mampu menulis tanpa merangkai huruf. Misalnya, hanya
menulis salah satu huruf saja.
Pada usia ini anak masih sukar terhadap kecelakaan, terutama
karena peningkatan kemampuan motorik, orang tua harus terus
memberikan bimbingan pada anak dalam situasi yang baru dan
mengancam keamanan.
c. Perkembangan psikososial
1. Tinjauan (Erikson)
a. Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi
sebagai “Industri Versus Inferioritas”. “Industri” yang
dimaksud adalah kemampuan seorang anak dalam
menguasai tugas perkembangannya (kepandaian), sedangkan
“Inferioritas” merupakan perasaan dimana seorang anak
merasa rendah diri dan kepercayaan dirinya turun akibat
suatu kegagalan dalam memenuhi standar yang ditetapkan
orang lain untuk anak.
1. Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga
mencakup teman sekolah dan guru.
2. Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas
perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi, dan
inisiatif) dan saat ini berfokus pada penguasaan kepandaian
(Industri).
3. Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk
pencapaian.
4. Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak
realistis atau perasaan gagal dalam memenuhi standar yang
ditetapkan orang lain untuk anak. Ketika anak merasa
adekuat, rasa percaya dirinya akan menurun.
b. Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan sktivitas yang
dapat ia selesaikan.
c. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan
kerja sama untuk mencapai tujuan.
d. Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting
semakin meningkat.
2. Rasa takut dan stressor
a. Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-
kanak awal dapat terselesaikan atau berkurang. Namun,
anak dapat menyembunyikan rasa takutnya untuk
menghindari dikatakan sebagai “pengecut” atau “bayi”.
b. Rasa takut yang sering terjadi:
1. Gagal di sekolah
2. Gertakan
3. Guru yang mengintimidasi
4. Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
c. Stressor yang sering terjadi
1. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu
dipermalukan, membuat keputusan, membutuhkan
izin/persetujuan, kesepian, kemandirian dan lawan jenis.
2. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu
kematangan seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi,
tekanan dari teman sebaya, dan keinginan untuk
menggunakan obat-obatan.
d. Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu
mengurangi rasa takut anak dengan berkomunikasi secara
empati dan perhatian tanpa menjadi overprotective.
e. Anak perlu mengetahui bahwa orang-orang akan
mendengarkan mereka dan memahami perkataannya.
3. Sosialisasi
a. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis
dan kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan
anak dan aktivitas yang lebih kompleks, membuat
keputusan, dan kegiatan yang memiliki tujuan.
b. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai
tubuhnya, perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan
kemampuannya.
c. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan
penting yang baru.
d. Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya
menghabiskan banyak waktu dan energi.
5. Disiplin
a. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan
pengendalian diri dan membutuhkan sedikit pengarahan
dari luar. Mereka melakukannya, walaupun membutuhkan
orang tua atau orang dewasa lain yang dipercaya untuk
menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan untuk
membuat keputusan.
b. Tanggungjawab pekerjaan rumah tangga membantu anak
usia sekolah merasa bahwa mereka merupakan bagian
penting keluarga dan meningkatkan rasa pencapaian
terhadap prestasi mereka.
c. Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas
anak, membantu dalam mengajarkan keterampilan, nilai,
dan rasa tanggungjawab.
d. Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua
dan pemberi asuhan lain harus menyusun batasan yang
konkret dan beralasan (memberikan penjelasan yang
meyakinkan) serta mempertahankan peraturan sampai batas
minimal.
d. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan
berpikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat
dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks
serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana
dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
e. Perkembangan bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da
menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini
perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata
dan tata bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja
yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti memukul,
melempar, menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya
untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang
tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuahan
bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa untuk
komunikasi.
f. Perkembangan moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk
memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat.
Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta
perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya. Perkembangan moral
ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan
emosi anak.
g. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat
dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu
kuat dan berulang-ulang. Hurlock menyatakan bahwa ungkapan
emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan masa
sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati,
gembira, sedih, dan kasih sayang.
h. Perkembangan sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan social anak
dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan guru.
1) Kegiatan bermain
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan
social anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman
main yang banyak memberikan berbagai pengalaman berharga.
Bermain secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran
kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan
sesame teman.
2) Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social
baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Pengaruh positif
terlihat pada pengembangan konsep diri dan pembentukan harga
diri. Pengaruh negatif membawa dampak seperti merokok,
mencuri, membolos, menipu serta perbuatan antisosial lainnya.
i. Perkembangan Spiritual
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai
dengan ciri-cirisebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada
indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
j. Perkembangan seksualitas
Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks
semata, tapi juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan,
interaksi dan perilaku. Ketika anak menjalani perkembangan
seksualnya, mereka bukan berarti berpikir tentang seks seperti orang
dewasa. Perkembangan seksualitas juga menyentuh aspek emosi,
sosial, budaya dan fisik. Apa yang anak pelajari, pikir dan rasakan
mengenai seks akan membentuk sikap dan perilaku seksnya kelak.
Maka, dalam perkembangan seksual anak, orang tua perlu
memahami dan membantu agar proses perkembangan seksual
berjalan secara sehat.
2. Kematangan sekolah
Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir,
timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola
perkembangan tingkah laku individu. Akan tetapi, kematangan tidak
dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena
kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki
oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Kematangan
merupakan suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan
penyesuaian struktur pada diri individu seperti adanya kematangan
jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut
kematangan biologis. Kematangan pada aspek meliputi keadaan berfikir,
rasa, kemauan, dan lain-lain.
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-
masa sekolah. Usia anak yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7 tahun.
Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
1. Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak
seperti matematika dan angka-angka.
2. Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.
3. Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir
rambut sendiri, mengikat tali sepatu serta menyisir rambut dengan
benar.
4. Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan
mendengarkan pelajaran daripada masa sebelumnya, walaupun
mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik yang bersifat kuantitatif.
Perkembangan adalah perubahan psikologi yang bersifat kualitatif.
Aspek-aspek perkembangan meliputi perkembangan fisik, perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan moral, perkembangan emosi
dan perkembangan sosial.
Kematangan sekolah
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa
sekolah. Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
Anak dapat menangkap masalah
Anak dapat menggambar dengan rapi
Anak sudah dapat melakukan kegiatan sehari-hari
Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press
Purwanti, Endang dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang:
UMM Press
Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT
Rineka Cipta